NovelToon NovelToon

Meluluhkan Hati Suamiku

Permintaan Tidak Masuk Akal

"Menikah lah, dengan putraku. Dan aku akan menuruti semua kemauanmu." ujar Belinda dengan tegas.

Bukan, itu mirip sebuah perintah. Siapa yang tidak tahu Belinda. Dia adalah seorang ibu dari pengusaha yang sukses.

Iya, Belinda mempunyai seorang anak yang menguliti usaha dibidang aksesoris yang berupa berlian. Dia menjadi salah satu dalam sepuluh jajaran orang di negeri ini yang berhasil di usaha yang digelutinya.

"Ta-tapi ... Kita baru kenal seminggu yang lalu bu ... Eh, bertemu." ralat Erina terbata. Dia tidak menyangka tawaran yang sangat menggiurkan ada di hidupnya.

"Sepertinya ini mimpi ..." Erina mencubit keras tangannya. Namun, dia juga yang meringis saat merasakan rasa panas di tangannya.

Erina dan Belinda tidak sengaja bertemu di salah satu majelis pengajian. Saat itu, tidak sengaja baju Belinda sobek tersangkut di salah satu paku yang berada disana. Dan Erina yang berada tepat di belakang Belinda pun, membantunya dengan memberikan sarung, yang kebetulan dibawa dalam tasnya.

Sejak saat itu, Belinda menyuruh orang-orangnya untuk mencari tahu tentang detail kehidupan Erina.

Erina, gadis yatim piatu yang selalu mementingkan gaya. Bekerja keras adalah kebiasaannya. Erina bekerja hanya untuk memenuhi gayanya. Dia selalu ingin tampil sempurna dalam setiap tampilannya.

Apalagi, saat dia menghabiskan waktu bersama teman-teman malamnya di bar.

Iya, Erina paling suka dunia malam. Baginya, pagi dan siang bekerja. Malam adalah tempatnya untuk membayar kerja kerasnya di siang hari.

Dunia malam adalah kehidupan yang menyenangkan bagi Erina. Karena disana, dia bisa melupakan segala beban dan juga masalah hidupnya. Disana pula, dia bebas mengekspresikan dirinya.

Erina sendiri bekerja sebagai tukang sayur dipasar. Karena ayah dan ibunya juga melakukan hal yang sama untuk menyambung hidup.

Sekarang, Erina memilih menjauhi dunia kelamnya. Bukan apa, dia hanya ingin mendekatkan diri pada sang pencipta. Itupun, sebagai bentuk terimakasihnya karena sang Tuhan telah menyelamatkan hidupnya.

Iya, beberapa malam yang lalu. Erina dijebak oleh teman tongkrongannya. Mereka sangat ingin merasakan tubuh molek Erina. Lagipula, teman-teman ceweknya juga mengatakan jika Erina masih lah, perawan. Sesuatu yang langka di kalangan mereka.

Saat itu, saat kembali dari toilet, teman-teman sedang beradu untuk siapa yang ingin menidurinya terlebih dahulu. Dan nanti, mereka akan membayar paling mahal pada sahabatnya Erina.

Karena malam ini, Erina berencana tidur di kosan temannya, dan disana lah, dia akan dieksekusi.

Beruntung, dia mendengar pembicaraan teman-temannya. Sehingga, dia terlepas dari bahaya tersebut.

Tanpa memperdulikan tasnya yang ketinggalan. Erina langsung keluar dan memberhentikan taksi yang lewat di depannya.

Beruntung, ponsel ada bersamanya. Jadi, dia bisa membayar ongkos taksi yang baru saja dinaikinya.

Beberapa pesan langsung masuk ke ponselnya. Sahabatnya, bertanya tentang keberadaannya. Bahkan ia dan teman-teman lelaki sudah mencarinya kemanapun. Termasuk ke toilet.

"Kalian semua sampah, ku kira kamu sahabat ... Ternyata kamu tidak lebih dari dajjal ..." balas Erina.

Kemudian Erina, memblokir nomor sahabat dan juga teman-temannya itu.

Di rumah, Erina tidak henti-hentinya bersyukur. Karena Tuhan telah menyelamatkan masa depannya.

Andai, rencana mereka berhasil. Entah apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Sudahlah, kehilangan orang tua, masak dia juga harus kehilangan sesuatu yang berharga dalam diri seorang wanita.

"Terima kasih Tuhan ..." gumam Erina.

Dan sejak saat itulah, Erina memutuskan untuk berhijrah, tentu saja dengan mulai menutupi tubuhnya yang menonjol. Dan juga menghadiri pengajian dan juga majelis-majelis terdekat.

Walaupun begitu, Erina tetap saja gengsi saat memakai suatu barang yang menurutnya murah. Dia tetap akan bekerja keras untuk memenuhi gaya hidupnya.

"Tapi aku sudah mengenalmu lebih dari itu. Karena aku, sudah mencari bagaimana hidupmu selama ini. Erina ..." ujar Belinda.

Lagi-lagi Erina terkejut, saat perempuan yang terlihat masih muda di depannya mengetahui namanya.

"Bukankah, kamu juga bosan setiap pagi berjualan di pasar? Ini lah, saatnya kamu bangkit." lanjut Belinda.

"Tapi aku ..."

"Kamu tidak punya hak untuk menolak Erina. Bahkan menurut hasil pantauan orang suruhanku. Teman-teman yang hendak melecehkan mu sebelumnya, hampir setiap malam berada di sekitaran kontrakan mu." ujar Belinda membuat Erina menelan paksa ludahnya.

Apalagi, saat lelaki tegap di samping Belinda menunjukkan video-video orang yang dikenalinya.

Rasa takut mulai menjalar. Namun, sebisa mungkin Erina menetralkan detak jantungnya.

"Aku tidak punya banyak waktu Erina. Menikahlah, dengan putraku. Akan aku turuti semua permintaanmu. Tugasmu sehari-hari adalah menghabiskan uang putra ku." ujar Belinda.

Sepanjang pengajian, hati Erina selalu was-was dia mulai takut. Bagaimana jika teman-temannya berhasil memperkosanya. Bagaimana dia menjalani hidup untuk kedepannya.

"Terima saja Erina. Toh dia lelaki kaya. Ibunya juga bukan seorang mertua yang jahat." sisi kiri Erina menjerit.

"Jangan Erina, lelaki itu terkenal banyak dekat dengan wanita. Kamu gak mau dipermainkan bukan?" sisi lainnya memberontak.

"Tapi kan, itu tidak terbukti ... Media bisa mematahkan segala tuduhan itu. Karena nyatanya perempuan gila itu lah, yang mencoba mencari sensasi dengannya."

"Diam ..." teriak Erina membuat orang-orang disekitarnya terkejut.

Bagaimana tidak, semua orang sedang mendengar ustad di depan yang sedang berceramah. Dan Erina malah berteriak seperti kesetanan.

"Maaf ukhti ... Apa ada yang mengganggu?" tanya ustadz muda tersebut. Namun, sesaat dia langsung menunduk seraya beristighfar.

Bagaimana tidak, kecantikan Erina mampu membangun sisi lelakinya.

"Maaf ustadz, saya sedang banyak pikiran. Maafkan saya ..." sesal Erina memukul pelan kepalanya.

Ustadz muda tersebut menghela napas. Tidak berani menatap Erina lagi.

Dan pengajian pun berlanjut. Walaupun mati-matian sang ustadz menahan matanya agar tidak melihat ke arah Erina lagi. Karena sampai sekarang hatinya masih sulit untuk dikendalikannya.

Pengajian pun selesai, Erina bergegas keluar dengan buru-buru. Karena dia tidak mau kembali bertemu dengan Belinda. Entah kanapa, dia merasa terintimidasi setiap berbicara dengan wanita kaya itu.

Selain itu, dia juga malu pada semua hadirin, karena kebodohannya berteriak di tengah-tengah pengajian.

Sampai rumah, Erina melepas hijabnya serta pakaiannya. Dan langsung mendinginkan kepalanya dikamar mandi.

Jika orang lain mandi pakek shower, sedangkan Erina masih setia dengan ember dan juga sebuah gayung lawas milik almarhum ibunya dulu.

Setelah mandi, Erina membuka lemari pakaiannya. Rasa rindu memakai baju terbuka selalu terlintas di benaknya.

"Ingat Erina, dengan penampilan mu seperti itu, malah mengudang sahwat. Jadi, sudah seharusnya, kamu menutupinya ..." gumam Erina.

"Eh, tapi ini kan di rumah, aku sendiri ... Jadi, boleh kali ya, aku memakainya ..." kekeh Erina kembali menyentuh pakaiannya.

Baru saja, Erina selesai memakai pakaian sebuah pesan masuk ke ponselnya.

"Kamu jauh lebih cantik dengan pakaian seperti itu ..." Erina langsung tercengang.

Dia langsung memanggil nomor yang baru saja mengirimnya pesan. Namun, tidak aktif.

Di Usir

Di tempat lain, Belinda yang mengetahui jika ada orang yang menyusup ke kontrakan Erina hanya tersenyum kecut.

Saat pulang dari pengajian tadi, dia mendapatkan laporan dari orang suruhannya jika ada tiga orang pemuda yang membayar anak dari pemilik kontrakan untuk mendapatkan kunci cadangan dari kontrakan yang dihuni oleh Erina.

Tentu saja, orang suruhannya tidak tahu apa yang pemuda itu lakukan. Dan mereka masuk kesana lebih dari satu jam-an.

"Cari tahu, apa yang mereka lakukan. Atau bila perlu, bayar anak pemilik kontrakan." ujar Belinda tanpa menoleh pada orang dibelakangnya.

Erina sendiri langsung menutupi tubuhnya dengan selimut. Dan melihat ke segala arah. Akan tetapi, jendela kamarnya masih dalam keadaan tertutup.

Rasa takut, kembali menjalar ke hatinya. Apalagi, saat mendapatkan pesan dengan nomor yang berbeda.

"Jangan ditutupi, bahkan kamu jauh terlihat lebih seksi tanpa sehelai benang pun ..." beserta emoticon love yang banyak.

Erina, memilih keluar dari kamarnya. Dia takut, jika seseorang ada disana. Akan tetapi, sebelumnya dia mengambil pakaian yang sopan dan memilih memakainya di kamar mandi.

Ditempat lainnya, tiga orang lelaki yang berada di tempat berbeda langsung menanggal celana masing-masing. Mereka kembali menunggu adegan Erina membuka baju. Karena mandi tadi, mereka sedikit kecewa karena Erina memakai kain basahan.

Sejak kecil, Erina memang diajarkan orang tuanya untuk menutupi area intimnya, walaupun saat mandi.

Mereka kembali kecewa saat Erina langsung memakai baju tanpa melepaskan baju seksi yang sebelumnya membaluti tubuhnya.

Erina masih saja bingung dan bertanya-tanya. Kenapa nomor tersebut bisa tahu tentang aktivitasnya. Padahal tidak ada sesuatu yang berubah di rumahnya.

Kebingungan Erina terjawab saat seorang lelaki mendorong kasar tubuh anak pemilik kos dihadapannya.

Erina terkejut melihat itu. Apalagi, dia sedang berada di teras. Otomatis, beberapa orang yang berada di sekitarnya melihat kejadian itu.

"Siapa kamu? Kenapa kamu kasar padanya, hah?" teriak Erina mencoba membangun tubuh yang masih tersungkur itu.

"Jelaskan! Atau nyawamu melayang." ancam lelaki yang badannya tegap itu.

"Hei ... Jangan mentang-mentang badanmu kekar, kamu bisa seenaknya ya. Dia itu juga manusia." bentak Erina semakin membuat orang-orang disana mendekat.

"Cepat katakan." teriaknya lagi membuat Erina bergidik ngeri.

"Maafkan aku Erina, maafkan aku ..." ujar anak pemilik kontrakan membuat Erina bingung.

"A-aku menyerahkan kunci cadangan kontrakan mu pada tiga orang lelaki. Mereka mengaku sebagai temanmu, dan mereka ..." agak ragu meneruskan.

"Cepat katakan!" teriak lelaki berbadan kekar sembari menekan kepala anak pemilik kontrakan.

"Jangan kasar." Erina masih membela, walaupun tenaganya kalah jauh. Namun, setidaknya dia masih berusaha.

"Mereka mau memasang cctv di rumahmu." teriak anak pemilik kontrakan membuat Erina mundur beberapa langkah.

Dia terkejut, lelaki yang udah di anggap seperti saudara sendiri, nyatanya melakukan hal sebodoh itu.

Sekarang Erina malah menjambak serta memukul lelaki di depannya. Dia tidak menyangka, jika lelaki itu tega menusuknya dari belakang.

"Maafkan aku Erina ... Aku butuh uang." sesalnya tanpa membalas perbuatan Erina. Itupun, karena takut jika lelaki kekar di belakangnya kembali ikut campur.

Mendengar anaknya disiksa, pemilik kontrakan langsung mendatangi kontrakan Erina. Dia tidak terima saat anak semata wayangnya disiksa.

"Erina ... Apa yang kamu lakukan?" teriak seorang wanita paruh baya.

Erina pun menjelaskan tentang apa yang telah anaknya lakukan.

"Terus dengan begitu, kamu bisa seenaknya memukul putraku? Hah?" teriaknya membuat Erina melongo.

Begitu juga dengan beberapa orang lainnya. Karena menurut mereka, perbuatan putranya sungguh sangat keterlaluan.

"Mulai hari ini, kamu jangan lagi tinggal disini. Karena kamu udah tidak lagi aku terima." usirnya dengan muka merah.

"Mana bisa begitu. Aku udah membayar sampai tiga bulan kedepan. Jadi, aku gak mau pindah." sahut Erina mempertahankan haknya.

"Aku gak mau tahu, mulai hari ini kamu tidak lagi aku terima mengontrak disini. Jadi, berkemas lah." tegasnya lagi.

"Jika itu maumu, aku mau uang ku selama tiga bulan kedepan dikembalikan." ungkap Erina.

"Oo tidak bisa, itu sebagai ganti rugi, karena kamu telah memukuli putraku. Dan aku rasa itu impas." sinis nya.

Beberapa orang keberatan dengan penuturan ibu kos. Namun, mereka tidak bisa apa-apa. Karena sejujurnya mereka pun takut di usir. Apalagi, kontrakan tersebut bisa dibilang lebih murah dibanding kontrakan lainnya.

Semula, lelaki tegap yang berada di depan Erina hendak membela ataupun memberi pelajaran pada ibu kos. Namun, karena Belinda melarangnya, jadi dia hanya bisa patuh.

Iya, orang suruhan Belinda, memakai earphone yang langsung terhubung pada tuannya itu.

Belinda yang mendengar semua kejadian yang terjadi di seberang sana malah tersenyum. Dia sangat senang saat pemilik kontrakan melakukan sesuai perintah darinya.

Iya, Belinda mengancam akan menggusur kontrakan milik Bu Mita, jika ia tidak mengusir Erina dengan segera.

Erina masuk ke dalam untuk membereskan semua barangnya. Untuk lemari dan juga peralatan dapur, Erina menawarkan pada tetangganya. Tentu saja dengan harga yang sangat-sangat murah.

Saat sedang memasuki baju-bajunya ke dalam tas. Erina langsung teringat tentang cctv yang dikatakan oleh anak bu Mita.

Cctv tersebut, ada di atas sudut lemari. Memang sedikit tersembunyi, jika tidak terlalu di perhatikan.

Dengan menaiki kursi, Erina mendekati cctv itu.

"Kalian semua bajingan! Awas aja kalian." ucap Erina mengacungi jari tengahnya.

Mereka yang melihat kejadian itu, langsung terkejut.

Erina keluar dengan membawa satu koper bajunya. Dan dua tas berisi perlengkapan lainnya. Baju-baju Erina lainnya yang terbuka, dia berikan pada siapapun yang mau mengambil.

Erina juga menambahkan, jika baju-baju itu sangat cocok menggoda suami dari jeratan pelakor. Alhasil, ibu-ibu yang badannya langsing berebut mengambil baju pemberian Erina.

Belinda menyuruh orangnya yang lain untuk mengikuti kemana Erina pergi. Dia mau tahu, Erina akan tinggal dimana selepas ini.

"Oo Tuhan, kenapa begitu berat cobaan darimu. Apakah, ini karena dosa-dosa ku tempo dulu? Aku tahu Tuhan, aku sangat jahiliah masa itu. Tapi, sungguh aku menyesal." gumam Erina seraya menarik kopernya.

Saat Erina sampai di jalan raya. Sebuah mobil mewah berhenti di dekatnya.

"Erina ... Mau kemana?" tanya Belinda.

Dia sudah sangat tidak sabar untuk menemui Erina. Padahal, sebelumnya, dia sendiri yang menyuruh orangnya untuk mengikuti Erina.

"Bu-bu Belinda? Kenapa bisa disini?" tanya Erina mendadak gugup.

Erina kembali teringat dengan permintaan wanita kaya, yang sedang menatapnya dengan senyuman manis. Ralat, senyuman yang mengerikan. Itulah, yang dideskripsikan oleh Erina.

"Aku, hanya kebetulan lewat. Kamu mau kemana dengan bawaan sebanyak itu?" tanya Belinda masih pura-pura tidak tahu.

"Sa-saya ... Mau ketempat teman ..." bohong Erina, kemudian menggigit bibirnya karena berbohong.

Setuju

Disini lah, Erina. Dia tidak pernah berani bermimpi untuk menaiki mobil mewah itu. Namun, siapa sangka. Di dunia nyata, dia malah bisa merasakan betapa nyamannya mobil, yang sedang didudukinya itu.

"Jadi, di mana rumah teman mu?" tanya Belinda.

"A-anu, sebenarnya, aku mau pencarian kontrakan baru. Karena aku gak betah tinggal di kontrakan lama." ujar Erina kembali berbohong.

"Baiklah, biar aku antarkan. Aku tahu dimana kontrakan murah, dengan keamanan serta kenyamanan di nomor satukan." ujar Belinda menatap Erina yang salah tingkah.

Erina tidak berani menolak ajakan Belinda. Namun, dia mengutuk dirinya sendiri, karena telah menaiki mobil Belinda.

Perjalanan melaju dengan kecepatan sedang. Erina tidak berani bertanya saat mereka malah melewati beberapa pamflet yang bertuliskan kontrakan.

Sampai akhirnya, mereka berhenti di sebuah bangunan tingkat yang cukup besar.

Sopir langsung turun, untuk membukakan pintu untuk Belinda. Erina yang sadar diri, juga turun sebelum sopir membuka kan pintu untuknya.

"Ayo masuk ... Kamu, tolong angkat semua barang Erina." perintah Belinda menggandeng lengan Erina.

Malu bertanya sesat dijalan, itulah pepatah yang sangat cocok disematkan untuk Erina. Bagaimana tidak, sudah tahu dirinya mencari kontrakan, saat Belinda membawakan ke apartemen aja, dia malah dengan santainya ikut. Bagaikan kambing di cocok hidungnya.

"Ini nyonya, key card-nya ..." seorang wanita dengan rambut sebahu menyerahkan sebuah kartu untuk Belinda.

"Ini untukmu, mulai sekarang kamu tinggal disini." ujar Belinda dengan santai.

Mulut Erina langsung menganga. Bahkan dia enggan berkedip mendengar ucapan Belinda.

"Mari bu saya antar." ujar seorang wanita lainnya.

"Tunggu ... Maaf bu Belinda ... Aku gak mau tinggal disini, aku gak sanggup membayarnya." terang Erina dengan jujur.

Belinda tersenyum senang mendengar perkataan jujur dari Erina.

"Jangankan sebulan, mungkin dalam satu minggu pun aku gak sanggup membayarnya." batin Erina.

"Tenang aja, aku mempunyai beberapa apartemen di gedung ini. Jadi, kamu bisa tinggal disini secara gratis." ungkap Belinda menepuk bahu Erina.

"Iya, Bu Belinda memiliki tujuh apartemen disini, lima diataranya sudah disewakan." terang pegawai yang memberikan key card ke Belinda.

Bukannya senang, Erina malah semakin ingin berlari. Berlari sejauh mungkin dari Belinda, si perempuan kaya di depannya.

"Tapi, permintaanku masih sama Erina. Menikah lah, dengan putraku." pinta Belinda dengan tegas. Bahkan tidak ada senyuman disana, sehingga membuat nyali Erina menciut.

Di tempat lain, Ervin sibuk membuat sebuah desain yang akan di pamerkan di sebuah pameran. Dia ingin membuat sebuah kalung yang mewah dan elegan.

Wajah pacarnya langsung terbayang, betapa manisnya jika sang pacar akan menggenakan satu-satunya desain yang paling istimewa itu. Mungkin, akan jadi satu-satunya desain yang akan di produksi oleh perusahaannya.

Baru saja membayangkannya, sang kekasih langsung masuk ke ruangannya. Seperti biasa tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Sayang, kenapa?" tanya Ervin ke menatap pacarnya yang cemberut.

"Kenapa kamu tidak mengangkat panggilan dariku?" cetusnya, berbalik tanya.

"Iya kah?" Ervin langsung memeriksa ponselnya. "Maafkan aku sayang, ponselnya silent." sesal Ervin.

"Kamu tahu gak? Aku malu loh. Tadi aku mau belanja sama teman-teman ku, aku kekurangan uang. Dan mereka menertawakan aku." adu Clara dengan melipat tangannya.

"Maafkan aku sayang, kamu butuh berapa? Biar aku kirimkan." ujar Ervin mendekati kekasihnya. Dia bahkan memeluk erat tubuh langsing bak model itu lewat belakang.

"Aku butuh lima puluh juta. Tapi, karena kmu tidak menjawab panggilan dari aku. Maka, aku mau kamu memberikan aku seratus juta." cetus Clara menghadap ke arah Ervin.

"Baiklah, aku transfer sekarang." ujar Ervin mengecup singkat bibir Clara.

Kembali ke apartemen. Belinda mengikuti jejak langkah pegawai yang mengantar Erina menuju apartemen, yang akan di huni nantinya.

"Ini, sangat luas." seru Erina merasa takjub.

Bagaimana tidak, di dalam apartemennya, terdapat tiga kamar. Dan juga ruang tamu yang cukup luas. Tak lupa, dapur yang sangat mewah.

"Jadi bagaimana? Kamu menerima tawaranku?" tanya Belinda tersenyum, kala melihat Erina yang terpesona.

"Apa?" Erina terkejut.

"Permintaanku masih sama Erina. Dan kamu tahu pasti itu." tekan Belinda.

Ingin Erina menolak dengan mempertahankan harga dirinya. Namun, otaknya malah berpikir lain. Dua sisi dalam diri Erina sedang bertarung. Yang satu, menyuruh Erina menolak tawaran Belinda. Satunya lagi, malah menyuruh Erina menerima tawaran itu.

"Baiklah, aku menerima tawaran anda." seru Erina tiba-tiba.

Belinda tersenyum, apalagi saat melihat Erina menggigit lidahnya.

"Aku hanya menerima jawaban pertama Erina. Tidak menerima penolakan." ujar Belinda menyuruh Erina untuk duduk di depannya.

Disini lah mereka, di ruang tamu yang bahkan bisa lebih luas dari satu petak kontrakan yang pernah di tinggali Erina.

"Aku hanya ingin kalian menikah. Jika ia belum mencintaimu, berarti tugas mu lah, yang membuatnya terpikat Erina. Tugasku, hanya menikahkan kalian berdua." seru Belinda.

"Satu lagi, saat kamu menikahi Ervin, berarti kamu akan menjadi istrinya selamanya. Tidak ada perceraian disana. Karena keluarga kami percaya kebahagian hanya ada pada pernikahan pertama. Kecuali, jika pasangan mereka meninggal. Baru lah, kami mencari pengganti. Dan andai Ervin menikah lagi secara diam-diam. Maka, semua hartanya jatuh kepada kamu. Dan andai kamu yang terbukti selingkuh, maka kamu menghilang didunia ini." papar Belinda membuat bulu kuduk Erina merinding.

"Bagaimana jika Ervin melakukan kdrt?"

"Jika itu terbukti, maka kamu boleh menuntut cerai, dengan semua hartanya jatuh ke tangan kamu." balas Belinda.

"Baiklah, aku terima tawaran anda." Erina mengulurkan tangannya. Dan Belinda menarik tubuh Erina untuk dipeluknya.

"Persetan dengan harga diri. Bahkan harga diriku bisa dibeli oleh mereka." batin Erina.

Esoknya, Erina kembali datang ke pasar saat jam mobil-mobil pemasok tiba. Dia langsung mengeluarkan buku kecil dari tas selempangnya. Tak lama kemudian, mobilnya langsung diserbu oleh ibu-ibu dan bapak-bapak yabg menjual di kaki lima.

Dia langsung menghitung berapa banyak orang yang mengambil barang-barang dari mobil itu. Tak lupa, dia juga meminta beberapa orang tukang pasar, untuk mengantarkan barang-barang yang dirasa berat untuk kaum hawa. Seperti kol di dalam karung misalnya.

"Ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian. Aku mohon, kalian harus membayar semua hutang kalian yang sebulan lalu. Dan untuk sayuran yang kalian ambil hari ini, aku gratiskan. Karena hari ini aku terakhir memasok sayur untuk kalian." ujar Erina dengan suara yang lantang.

Semua orang langsung heboh. Karena Erina mengatakan hal itu, saat semua sayur-mayur yang berada di mobil ludes, tidak bersisa. Karena beberapa orang tidak mengambil banyak pada Erina. Karena mereka juga mengambil di pemasok yang lain.

"Seharusnya kamu bilangnya sejak tadi. Jangan saat sayur mu habis. Aku dapat paling sedikit loh." protes seorang ibu-ibu tidak terima.

"Salah sendiri, karena anda juga mengambil di pemasok yang lain. Padahal sayur di tempat ku lengkap loh bu," balas Erina tidak mau kalah. "Dan aku tahu, alasan anda melakukan itu, karena aku pernah menegur mu, untuk membayar uang tepat waktu." lanjut Erina, membuat ibu itu bungkam.

Tak hanya ibu itu, beberapa orang lain yang hendak protes pun langsung mengurung kan niatnya.

Tak lupa, Erina juga mengumumkan alasannya, kenapa dia tidak lagi memasok sayuran. Dan semua orang langsung tercengang.

Termasuk sang sopir, yang bertugas mengambil sayur mayur dari desa-desa yang ditunjuk oleh Erina.

Jika pemasok lain membeli dari agen-agen. Erina malah datang langsung ke desa-desa dan membelinya dari tangan petani. Dan tentu saja harganya lebih mahal di bandingkan agen-agen. Karena nanti, Erina sendiri yang akan jadi pemasok, dan harganya bisa di jual sedikit lebih murah dari pemasok-pemasok lainnya.

Mengetahui kegelisahan sang sopir, Erina langsung mengajak sopir untuk ke warung. Di sana, dia langsung memberitahukan, jika nanti ada orang lain yang menggantikan dirinya. Akan tetapi, bukan lagi membawakan sayur mayur ke pasar. Melainkan, ke sebuah super market di kota mereka.

"Nanti, akan ada orang yang datang ke rumah kalian." ujar Erina tersenyum.

Sebelumnya, Erina meminta satu hal pada Belinda, tentang keberlangsungan usahanya. Dan Belinda berjanji akan memasok sayur-mayur tersebut ke supermarket kerabatnya.

Orang-orang mulai menebak, jika Erina menikah dengan duda kaya. Makanya dia bisa menggratiskan sayur mayur yang harganya bisa jutaan ini.

Setelah memastikan, semua hutangnya dibayar lunas. Erina langsung meninggalkan pasar dengan senyum yang merekah.

Di perjalanan pulang dari pasar, sebuah mobil berhenti tepat di depan Erina. Saat kaca mobil di buka, di dalam sana terlihat Belinda yang memakai kacamatanya.

Erina langsung menelan ludah. Pasalnya, Belinda sudah melarangnya untuk ke pasar.

"Masuk ..." perintah Belinda.

"Maafkan aku, bu ... Aku hanya ingin pamitan pada teman-teman, dan mengatakan perjanjian kita." Erina memberikan penjelasan.

"Kita ke mall dulu, karena nanti malam kamu akan bertemu dengan Ervin." ujar Belinda, tanpa memperdulikan penjelasan Erina. Karena dia sudah tahu, dari orang suruhannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!