NovelToon NovelToon

Skandal Perawat Cantik

Pesona Pandangan Pertama

“Ya Allah, aku bermimpi bertemu dengan dia lagi, mengapa dia selalu muncul dalam mimpiku akhir-akhir ini?” Mika pun terbangun dari tidur dan keringat yang sudah bercucuran lantaran selalu bermimpi dengan laki-laki b*rengsek yang hampir membuat hidup Mika hancur.

Ia mengambil air segelas yang sudah berada di meja kecil kamar kostnya,lalu ia minum dengan rakusnya.

Tampak terasa sunyi, ia melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

Mika segera beranjak dari tempat tidurnya yang tidak terlalu besar, dengan ukuran single bed, hanya cukup untuk tidur satu orang saja.

Mika menuju toilet yang berada di dalam kamar kostnya itu, kamar kost yang tidak begitu besar namun tidak terlalu kecil juga.

Cukup nyaman bagi Mika seorang diri untuk melepas penat disaat ia lelah dengan rutinitas yang selalu bergelut dengan banyak pasien.

Sebagai kepala perawat gigi di salah satu klinik dokter gigi di Jakarta raya ini, cukup menguras tenaga Mika bahkan hampir membuatnya sering jatuh sakit karena tidak sempat untuk makan atau berisitirahat.

Sungguh melelahkan namun sangat mengasyikan, dengan perjuangannya kurang lebih empat tahun lamanya ia mengambil kuliah bidang keperawatan gigi.

*

Disepertiga malam ini, ia memanjatkan do’a dan ampunan kepada Allah.

Mika sangat rindu dengan kedua orang tuanya, ia rindu dengan adiknya.

Diusia yang sudah lumayan matang ini, ia pun masih saja melajang, ia belum ingin menikah.

Mika masih cukup trauma dengan kejadian yang terjadi sekitar lima tahun silam, mungkin hampir membuatnya frustasi gara-gara laki-laki b*rengsek yang sudah mengkhianatinya sewaktu Mika masih duduk dibangku kuliah.

Saat itu Mika berusia 20 tahun. Ya, Mika sedang kuliah hampir mendekati semester akhir.

Begitu banyak tugas-tugas praktek saat itu yang membuat Mika bersikap cuek pada lelaki b*rengsek yang tak lain pacarnya saat itu.

Laki-laki itu bernama Zaki, Zaki Wijaya. Ia kini telah menjadi anggota Polri.

Kala itu saat Mika dan Zaki masih berstatus pacaran, Zaki adalah kakak tingkat Mika. Dua tingkat diatas Mika.

Mika berpacaran dengan Zaki saat Mika baru mulai memasuki bangku kuliah pada akhir semester pertama.

Mika dikenalkan oleh kakak sepupunya yang kini telah menjadi anggota Polri juga.

Kakak sepupunya bernama Ali Abraham, ia sangat dekat sekali dengan Mika sedari kecil.

Mika selalu dijaga olehnya.

Ali sepupu dari keluarga Mamanya Mika, Mama Ali adalah kakak dari Mamanya Mika yang biasa Mika sebut tante.

Ketika itu, saat Mika berkunjung ke Semarang dengan keluarganya karena ada undangan pernikahan, mereka dengan tidak sengaja bertemu dengan Ali dan Zaki serta beberapa teman seangkatannya.

Entah bagaimana mereka bisa keluar dari Asrama Akpol.

Mika pun juga tidak tahu, apa memang disana ada jam istirahat untuk diperbolehkan keluar Asrama atau bagaimana, intinya Mika bertemu dengan Ali dan Zaki disebuah Kafe yang tak jauh dari Asrama Akpol itu.

Saat keluarga Mika sedang membeli oleh-oleh, Mika tetap berdiam diri disebuah Kafe.

Karena kaki Mika sudah cukup lelah, rasanya ia ingin sekali segera pulang ke Jakarta.

Saat Mika duduk sembari memainkan benda pipihnya, dengan tiba-tiba datanglah seseorang masih menggunakan seragam pendidikan dan menepuk pundak Mika dengan sangat kencang.

Plaaaakkkkkkkk!!!!

“Astaghfirullahaladzim, ya Allah siapa sih?” Teriak Mika sontak menoleh kearah yang telah menepuk pundaknya dengan sangat kencang.

“Hahahahaaaaaaaaa....” Tawanya sangat lepas dan diikuti oleh yang lainnya.

“Ya ampun, Bang Ali! Bang Ali sakit ini pundakku. Kelewatan sih, lihat itu jari-jari Bang Ali segede-gede jempol semua, kebayang sakitnya seperti apa ini pundakku. Pokoknya nggak mau tahu, Bang Ali harus tanggung jawab.” Mika merengek saking kesakitan.

“Ya Allah, segitunya sih adik sepupuku yang cantik dan imut ini.” Goda Ali sembari mencolek dagu lancip Mika.

“Ih, pegang-pegang.” Tepis Mika.

“Eh, kamu sedang apa disini? Kamu sendirian atau dengan siapa?”

“Dengan Mama, Tante Dian, dan Om Omar.”

“Dalam rangka acara apa datang ke Semarang? Pasti kangen sama abang ya?”

“Idih, kepedean. Hanya ada undangan pernikahan saja.”

“Oh, masih lama di sini?”

“Nanti sore juga mau balik.”

Ali pun mengangguk.

“Oh ya, kenalin nih bro. Ini adik sepupu gue Namanya Mikayla, cantik kan? Nggak jauh beda kan sama gue yang tampan ini?” Ucap Ali dengan pedenya mengenalkan Mika kepada teman-temannya.

“Mikayla."

"Mikayla."

"Mikayla.”

Mika mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan tiga orang teman yang Bersama dengan Ali.

“Zaki.”

“Danu.”

“Indra.”

Mika telah berkenalan dengan teman-teman Ali.

Mika memperhatikan sosok Zaki yang telah mencuri perhatiannya.

Dia tampan, gagah, tinggi, manis, dan sangatlah kriteria Mika.

Nampaknya, Mika tertarik padanya.

Apakah Zaki juga tertarik dengan Mika?

Entahlah! Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?

“Ya sudah, kami kembali lagi ke Asrama ya Mika, soalnya nggak bisa lama-lama keluar asrama nanti kena hukuman.” Ali membuyarkan lamunan Mika.

Mika pun mengangguk perlahan.

“Mika, titip salam untuk Mama dan Tante ya Mika, kalau nanti pulang ke Jakarta hati-hati dijalan, abang balik asrama dulu ya.” Ucap Ali mengulurkan tangannya untuk Mika cium punggung tangannya.

“Iya, Bang Ali.” Sahut Mika seraya mencium punggung tangan milik Ali.

Diikuti senyum para teman-temannya itu, belum sempat mereka bercerita lebih mendalam, mereka sudah kabur ke asrama.

Baiklah tidak apa, mungkin bisa dilain waktu.

***

“Mila, apakah alat-alat semuanya sudah disterilkan?” Ucap Mika kepada Mila, perawat baru yang sedang masa probation.

“Sudah, Kak.”

“Good Mila, ini tolong kamu letakkan dimeja dokter ya.” Mika memberikan Mila beberapa lembar Informed Consent untuk tanda persetujuan Tindakan medis nantinya.

“Oke, kak.”

“Thanks ya, Mil.”

Mila pun membalas senyuman Mika.

Mika melanjutkan untuk mengecek seluruh ruangan OP (ruangan praktek) untuk dipastikan apakah sudah ready atau belum.

“Kak, Handscoon kita tinggal 3 box, Kak. Boleh order lagi nggak, kak?” tanya Fatih pada Mika.

“Boleh, Tih. Tapi kamu list dulu saja ya, nanti ordernya barengan dengan yang lainnya, kebetulan, powerchain juga sudah mau habis.” Jawab Mika pada Fatih. Fatih perawat gigi juga.

“Baik, Kak.”

“Dona, Fahmi dan Ria apakah sudah datang Tih?”

“Sudah, kak. Dona dan Ria mereka sedang sarapan di Pantry, kalau Fahmi sepertinya sedang ngecek kompresor.”

“Oh, baiklah. Kamu sudah sarapan belum? Pasien hari ini lumayan banyak loh, Tih. Jangan sampai kamu tumbang.”

“Alhamdulillah sudah, Kak. Aku juga bawa bekal kok.”

“Syukurlah kalau begitu.”

*

Pukul 16.00 Mika sudah absen untuk lepas assistant.

Ting!!

(Mika, aku sudah sampai)

Ada pesan masuk ke ponsel Mika, rupanya Ali. ia datang untuk menjemput Mika.

(Iya, Bang. Aku baru selesai absen, tunggu ya)

Aku bergegas keruangan dokter untuk berpamitan.

“Dokter, aku pulang dulu ya, dok.” Ucap Mika pada drg. Olivia yang sedang asyik memainkan benda pipihnya.

“Oh Iya, mbak Mika. Hati-hati ya! Eh mbak, jangan lupa order Bracket Damon dua pieces ya, mbak.” Sahut drg. Olivia dan mengingatkan Mika untuk memesan Bracket Ortho Jenis Damon.

“Wah, jadi nih pasien pasang Damon.” Goda Mika pada drg. Olivia.

“Hahahhaa iya nih, nanti kita makan-makan ya mbak bareng dengan yang lainnya.”

“Siap, dokter. Pasti itu hahaha... Ya sudah aku pulang dulu ya, dok. Selamat sore, dok.”

Mika segera menutup pintu ruangan dokter.

Ia bernama drg. Olivia, lebih tepatnya drg. Olive Wijaya Sp. Ortho.

Ia dokter gigi spesialis Orthodontie, lebih ke bagian behel atau kawat gigi.

Untuk merapikan gigi tidak harus menggunakan kawat gigi saja, kini sudah tersedia berupa Invisalign buatan USA, dan ada versi terjangkaunya yaitu Aligner.

Jadi bagi yang ingin merapikan gigi tinggal dipilih dan diperhitungkan saja ingin yang mana.

Untuk yang instan dan tidak terlalu terlihat, tanpa menggunakan kawat gigi bisa menggunakan Invisalign atau Aligner, namun harus sanggup merogoh kocek lebih dalam lagi sekitar lima belas juta sampai delapan puluh juta rupiah.

Penggunaan kurang lebih dalam jangka hanya beberapa bulan saja.

Lain halnya dengan penggunaan kawat gigi yang minimal harus dua tahun. Namun harga lebih terjangkau.

Sekitar lima juta sampai tiga puluh juta saja.

***

“Maaf ya, abangku sayang. Lama ya menunggunya?” Goda Mika pada Ali yang sudah hampir memanyunkan bibirnya lima meter.

Mika pun memasuki mobil milik Ali.

“Ah, gombal.” Jawabnya sembari keluar dari parkiran klinik.

“Ih, kenapa kamu, bang? Sewot benar romannya? Apa habis disakiti lagi sama Janice?”

“Tahu deh, malas bahas dia.”

“Nah kan, pasti Janice jalan sama cowok lain lagi, ya?” Tanya Mika pada Ali yang sudah melajukan mobilnya.

“Begitu deh, aku pingin putus saja.”

“Lho, kok putus Bang? Kan Abang ingin menikah sama Janice.”

“Bagaimana ingin menikah kalau kelakuannya nggak ada perubahan sama sekali, aku sudah muak.”

Mika pun hanya terdiam mendengar celoteh Ali, rupanya dia sedang galau.

Janice adalah pacar Ali, mereka berpacaran kurang lebih hampir tiga tahun.

Bahkan mereka ingin melanjutkan kejenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.

Sebenarnya sudah dari tahun lalu Ali melamar Janice untuk mengajak menikah, namun rupanya Janice masih sibuk berkarir dan belum berminat untuk menikah.

Usia Ali udah sangat matang untuk seorang IPDA yang memang sudah pantas untuk menikah, tahun ini Ali berusia tiga puluh dua tahun.

“Kamu mau makan apa, Mika? Mau pulang ke kost dulu atau mau langsung makan?” tanya nya membuyarkan lamunan Mika.

“Pulang ke kost dulu saja deh, Bang. Aku mandi dulu boleh?” Mika balik bertanya.

“Oke.” Ali langsung melajukan mobilnya kearah jalanan menuju kost.

Sesampai di kost, Mika langsung masuk kamar kost dan segera mandi.

Hari ini malam minggu, Ali mengajak Mika keluar untuk sekedar nongkrong di Kafe dan menikmati kopi kesukaannya.

Ali adalah sepupu terdekat Mika, sejak kecil kemana-kemana mereka selalu Bersama.

Mika sangat sayang sekali dengannya, ia selalu menjaga Mika dimanapun dan kapanpun ketika ia sedang tidak bertugas keluar kota.

Keluar dari toilet Mika dikejutkan oleh Ali yang sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya.

“Ya ampun, Bang Ali! kenapa masuk kamar nggak bilang-bilang?” Mika kaget bukan kepalang.

Terlihat Mika masih menggunakan handuk saja, sedangkan Ali sudah berada dikamar.

“Masih untung yang masuk aku, kalau orang lain bagaimana? Apa kamu nggak di apa-apakan sama orang? Kenapa pintu kamar nggak kamu rapatkan?” Jawabnya sembari menjitak kepala Mika yang hendak keluar dari kamar kost Mika.

“Aaawwwwwww, sakit tahu, Bang.”

Mika pun merapihkan dirinya dengan sangat kilat, mengingat Ali sudah menunggu lama.

Takut dia nanti menjadi bad mood lantaran menunggu Mika.

***

“Assalamu’alaikum Tanteee, Tanteeee, Tantee Dian?” Ucap Mika saat memasuki rumah tantenya itu yang tak lain adalah kakak Mamanya.

“Wa’alaikumsalam, ponakanku sayang.” Jawabnya yang masih menggunakan mukena selepas sholat maghrib.

“Tante, aku menumpang sholat maghrib ya, Tan."

“Kalian pada mau pergi, ya?” Tanya Dian kepada Mika dan Ali.

“Iya, Ma. Sedang suntuk aku.” Jawab Ali yang sedang melepas jam tangannya pertanda ingin mengambil air wudhu untuk segera sholat maghrib.

“Ya sudah, kalian sholat maghrib dulu sana!”

15 menit sudah kami menyelesaikan kewajiban sebagai umat muslim yaitu sembahyang.

Mika pun menghampiri Dian dan Omar yang sedang duduk menonton acara televisi.

“Mika, kenapa kamu nggak tinggal disini saja bareng kami, nak? Daripada uang kamu buat sewa kost segala. Mendingan kamu tabung saja. Toh Mama dan Papamu juga sudah menyerahkan kepercayaannya pada Tante dan Om.” Ucap Tante Dian.

“Iya betul itu, Mika. Sayang-sayang lho uangnya.” Sahut Omar dengan logat ke Arab-arabannya itu.

Omar adalah keturunan Arab, ia menikah dengan Dian dan memiliki tiga orang anak.

Ali anak pertama, Hasan anak kedua dan Nadhifa anak ketiganya.

“Nggak ah, Tan, Om. Aku di kost saja.”

“Dia nggak mau tinggal disini karena takut nggak bisa bangun siang, Ma, Pa.” Sahut Ali yang telah berdiri dibelakang Mika.

“Ih, apa sih? Sok tahu banget deh.”

“Memang iya kan?”

“Enggak!”

Mika pun menggebuk badan Ali berkali-kali menggunakan bantal sofa.

*

Sampailah mereka di Kafe kawasan Selatan Jakarta.

Untung saja belum terlalu ramai, jadi mereka bisa lebih leluasa memilih tempat duduk.

Mika memilih tempat duduk outdoor agak sedikit memojok untuk dapat melihat indahnya suasana Jakarta dari ketinggian dengan view yang sangat menarik dengan kelap-kelip cahaya lampu seantero Jakarta raya ini.

Tak lama mereka duduk, datanglah pelayan membawa buku menu.

“Aku mau nasi goreng seafood pedas, es vanila latte sama air mineral satu ya, mba.” ucap Mika.

“Kalau aku mau steik tenderloin, es cappuccino, sama air mineralnya juga satu saja.” Sahut Ali.

Mbak-mbak pelayan pun mengulang kembali pesenan mereka.

“Mbak, ada asbak?” tanya Ali yang rupanya sudah memantik api dicerobong asapnya itu.

“Ada, Kak. Mohon ditunggu untuk pesanannya ya, Kak.”

Setelah pelayan pergi dari hadapan mereka, keduanya pun menikmati suasana Kafe tersebut. Lumayan nyaman dan Mika suka sekali dengan viewnya.

“Bang, abang lepas dinas berapa hari?” tanya Mika pada Ali.

“Tiga hari saja, Mik. Setelah itu aku dinas keluar kota. Mau ke Surabaya.” Jawab Ali seraya menghisap cerobong asapnya dengan asyik.

“Oh, begitu.”

“Kenapa memang, Mik? Sudah sih kamu pindah ke rumah Mama saja, biar kamu ada yang pantau, nggak keluyuran sampai pulang malam.”

“Aku nggak keluyuran, Bang. Tapi kalau aku banyak pasien, pasti aku akan lembur dan pulang malam.”

“Kamu jangan terlalu ngoyo kerjanya, ingat kesehatan kamu. Oh ya, dengar-dengar Zaki sedang pulang ke Jakarta deh.”

“Bodho amat deh, Bang. Aku nggak peduli. Aku sudah nggak ingin mengingat-ingat dia lagi. Sudah nggak mau ketemu dia lagi.” Mika sangatlah benci dengan Zaki.

Setelah kejadian lima tahun silam itu.

“Ya sudah, kamu fokus kerja saja yang benar dan inget kesehatan kamu lebih penting.”

*

Makanan telah terhidang, Mika dan Ali melahap dengan rakusnya karena sudah sangat lapar perut mereka.

“Alhamdulillah kenyang, makasih ya Bang traktirannya.”

“Sudahlah, kayak sama siapa saja kamu ini, setelah ini mau kemana lagi?”

“Terserah Abang saja.”

“Ya sudah, aku bayar dulu ya, kamu tunggu disini dulu, jangan kemana-kemana.”

Mika pun mengangguk.

Ia meraih ponselnya dan membuka sosial media sejenak.

“Mikayla, akhirnya kita bertemu lagi setelah sekian lama kita berpisah. Aku sangat rindu sekali sama kamu Mika.” Datanglah seorang pria menghampiri Mika, dan tak asing sekali Mika dengan suaranya.

Mika menoleh kearah suara itu dan ternyata si b*rengsek itu yang muncul di hadapan Mika.

Seketika mata Mika melotot dan memanas.

Ingin rasanya ia teriak sekencang-kencangnya dan menampar manusia itu berkali-kali.

Luka lama yang sudah hampir hilang kini muncul kembali.

“Ngapain kamu disini? Pergi dari hidupku, pergiii...!!!!” 

Pertemuan Yang Tidak Diinginkan

“Mikayla, akhirnya kita bertemu lagi setelah sekian lama kita berpisah. Aku sangat rindu sekali sama kamu, Mika.” Datanglah seorang pria menghampiri Mika, dan tak asing sekali Mika dengan suaranya.

Mika menoleh kearah suara itu dan ternyata si b*rengsek yang muncul di hadapannya.

Seketika mata Mika melotot dan memanas.

Ingin rasanya Mika teriak sekencang-kencangnya dan menampar manusia itu berkali-kali.

Luka lama yang sudah hampir hilang kini muncul Kembali.

“Ngapain kamu disini? Pergi dari hidupku, pergiiiiiii..!!!!” teriak Mika hingga membuat Ali menoleh ke arah suara teriakan Mika.

Dengan cepat Ali menghampiri Mika, dan dengan cepat pula, Ali mendorong tubuh Zaki hingga membuat tubuh Zaki terhuyung.

Suasana Kafe malam itu menjadi sedikit rusuh.

“Bro, santai, Bro.” Ucap teman Zaki yang saat itu datang bersamanya.

“Gue udah bilang berkali-kali, jangan pernah ganggu Mikayla. Setelah apa yang sudah Lo perbuat ke dia apa masih belum cukup puas?” Amuk Ali seraya menunjuk-nunjuk wajah Zaki menggunakan jari telunjuknya.

“Sorry, Bro. Gue cuma mau minta maaf sama Mika saja, bro. Nggak lebih!” Bela Zaki kepada Ali.

Ali menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju.

Mika pun berlindung di balik tubuh Ali, Mika memegang jaket Ali dengan erat.

Dengan sigap Ali memegang jemari Mika menandakan jika ia ingin segera membawa Mika pergi dari tempat itu.

Sungguh merusak suasana saja si Zaki ini.

“Gue ingatkan ya berkali-kali, gue nggak mau Mika kenapa-napa lagi. Sudah cukup jelas belum peringatan dari gue ini, hah?”

“Bro, kita bisa bicarakan dengan kepala dingin, bro. Jangan kayak begini lah malu dilihatin banyak orang begini.”

“Siapa yang memulai?”

“Iya gue, bro. Gue minta maaf. Gue mau minta maaf ke Mika.”

“Nggak perlu!”

Ali segera menggandeng Mika untuk turun dari Kafe itu, karena mereka sedang berada di lantai dua.

Mika pun tak banyak bicara, karena Mika tahu Zaki pasti akan lebih banyak lagi bicaranya.

“Mika, maafkan aku, Mika.” Mohon Zaki saat Mika dan Ali melewati dihadapannya.

Dengan sigap Ali menepis tangan Zaki yang berusaha ingin menyentuh tangan Mika.

Mika menangkap mata Zaki yang ingin sekali mendapatkan maaf darinya.

Namun bagaimanapun Mika sudah terlanjur sakit hati dibuatnya.

Mata Mika dan Zaki saling pandang saat Mika menuruni anak tangga, Mika masih tetap digandeng oleh Ali.

Sorot mata Zaki masihlah sama, sama seperti ketika keduanya masih menjadi sepasang kekasih.

Seperti lima tahun silam.

***

Flashback.. 

Saat ini kita akan memasuki masa-masa lampau untuk beberapa tahun kebelakang. 

Jadi mohon diperhatikan dengan baik-baik, dan sampai bingung untuk membaca kisah selanjutnya. 

Beberapa tahun silam.. 

“Sayang, kamu berapa lama lagi akan lulus?” tanya Zaki pada Mika seraya mengusap-usap punggung tubuh Mika. Sangatlah nyaman jika ia sudah mengusap punggung tubuh Mika yang cukup lelah dengan rutinitas kuliah serta banyak sekali praktek-praktek.

“Kurang lebih setahun lagi, Ay. Kenapa memangnya?” Jawab Mika seraya mengerjakan tugas kuliah keperawatan giginya.

Saat itu Mika sedang libur kuliah, Mika menyempatkan untuk pulang kerumah.

Karena setiap harinya Mika berada di asrama.

Dan bisa pulang hanya seminggu sekali atau dua minggu sekali.

Namun, lebih sering dua minggu sekali karena Mika malas untuk bolak-balik kerumah.

“Aku mau melamarmu, sayang.” Sahutnya seraya merapatkan tubuhnya disamping tubuh Mika.

Ia pun langsung melingkarkan tangannya di pinggang Mika.

“Kan kamu belum ada lima tahun dinas, Ay. Tunggu kamu lima tahun dulu lah baru kita bisa menikah. Lagi pula aku juga mau bekerja dulu.”

“Iya, tunggu aku lepas lima tahun, baru nanti kita menikah ya, sayang.”

“Iya, insya Allah ya, semoga kita benar-benar berjodoh.”

“Tentu dong.”

“Nggak boleh mendahulukan takdir Allah, kita jalani saja dulu. Yang terpenting kita tetap saling support dan saling percaya. Sama satu lagi yang nggak boleh ketinggalan.”

“Apa, sayang?”

“SETIAAAA.” tegas Mika.

“Oh iya dong harus!”

Mika pun tersenyum mendengar pernyataan dari Zaki, kekasih yang sudah ia pacari selama dua tahun ini.

Berawal Mika dikenalkan oleh Ali sewaktu di Semarang.

Ternyata saat itu juga ia tertarik pada Mika, dan cinta Mika tidak bertepuk sebelah tangan.

Pertemuan kedua, Mika bertemu dengan Zaki saat Ali membawa kerumah Dian.

Sejak saat itu pula mereka pun saling bertukar nomor telepon dan mereka saling mengirim pesan serta bertelepon jika sedang lepas dinas.

Zaki adik tingkat Ali. Dibawah satu tahun dari Ali.

Mika dan Zaki terpaut usia 4 tahun, dan Mika terpaut usia dengan Ali lima tahun.

Ketika pertemuan ketiga mereka pun jadian, saat itu hari ulang tahun Mika yang ke delapan belas tahun.

Ulang tahun Mika di rayakan sebuah Kafe di Kawasan Jakarta ini.

Dihadiri oleh banyak mahasiswa dan mahasiswi keperawatan gigi.

Tak luput para anggota-anggota taruna turut hadir yang dibawa oleh Ali.

Mika mengenalkan Ali, Zaki dan beberapa teman Ali ke beberapa teman sejawatnya.

Alexa, Diva, dan Amira, mereka lah sahabat-sahabat seperjuangan selama di asrama.

“Bang Ali! kenalkan ini bestie-bestie aku.” Mika menunjuk satu persatu sahabatnya ke Ali.

“Ali."

"Ali."

"Ali.” Ali mengulurkan tangannya dan diikuti oleh Zaki serta teman-temannya.

Mereka pengenalan diri dan tersenyum saling sapa. Alexa, Diva dan Amira melihat Ali dan anggota lainnya seperti cacing kepanasan.

Ali dan teman lainnya kembali pada tempat duduk mereka. Dan melanjutkan menyantap hidangan pesta yang telah dihidangkan.

“Mika, Mika comblangin aku dong sama Bang Ali, abang sepupu kamu keren banget Mik, ganteng pula, aku mau deh jadi ibu bhayangkari nantinya.” Celoteh Amira kepada Mika seraya berbisik-bisik menarik gaun pesta ulang tahun Mika. 

“Aawww aawww jangan tarik-tarik gaunku dong, Mir.”

“Ya, Mik. Maaf! Comblangin aku, ya!”

“Bawel deh kamu ih, Bang Ali sudah punya cewek tahu.” Sahut Mika.

“Yah, tapi, nggak apa-apa deh aku jadi istri simpanannya.” Ujar Amira sedikit kecewa karena mengetahui Ali telah memiliki kekasih.

“Ngawur ih, kamu.” Jawab Mika menggeleng-gelengkan kepalanya.

Entah apa yang ada dalam pikiran Amira, sampai-sampai ia ingin menjadi istri simpenan Ali. Dasar aneh-aneh saja teman Mika ini.

“Hahahahhaaa Mira, Mira, mimpi kamu, Mira.” Ujar Diva seraya menyuap puding cokelat yang tanpa ia sadari sudah habis tiga piring.

“Iya nih, Amira. Berharap banget jadi Ibu Bhayangkari segala.” Goda Alexa pada Amira yang sedang memonyongkan bibirnya itu.

“Ih, kalian kenapa sih? Syirik saja deh, kalau memang aku bisa jadi Ibu Bhayangkari, harusnya kalian bangga, secara kalian kan teman-teman aku.” Amira sedikit kesal karena tidak ada satu pun yang membelanya.

Gelak tawa Mika disusul oleh Alexa dan Diva. Sungguh lucu sekali Amira ini.

Tertawa Mika seketika terhenti karena ia merasa ada yang sedang memperhatikannya dari kejauhan.

Ya, benar. Saat Mika menoleh, seseorang tengah memperhatikan Mika. Ternyata ia adalah Zaki.

Mereka cukup lama berkomunikasi melalui ponsel, dan mereka baru bertemu kembali setelah pertemuan kedua saat dirumah Dian.

“Hai, Mika. Apa kabar kamu? Happy Birthday ya.” Ucap Zaki berjalan dan mendekati Mika.

Ia duduk disampingku Mika. Melihat Zaki mendekati Mika. Alexa, Diva dan Amira langsung menyingkir dan membiarkan Mika duduk berdampingan dengan Zaki.

“Eh, kalian mau kemana?” Ucap Mika pada mereka.

“Sudah, Mika. Jangan kaku begitu ah, dilemasin saja say.” Goda Diva pada Mika yang langsung menarik tangan Alexa dan Amira.

“Hahahahaa.”

Kini Mika yang ditertawakan oleh mereka. Wajah Mika sudah seperti udang rebus. Huhhhhh maluuuuu.

“Eh, iya. Alhamdulilah kabar baik. Thanks ya,Kak. Sudah mau menyempatkan hadir di pestaku ini hehehe.” Ucap Mika sembari menggeser sedikit posisi duduknya. 

“iya, sama-sama. Kok menjauh sih duduknya? Aku nggak menggigit kok, santai saja.” Zaki tersenyum manis sekali seperti gulali ditambah lesung pipitnya disisi pipi kanan dan kiri.

Mik menunduk tersipu malu, lagi dan lagi wajah Mika semakin seperti buah tomat yang sudah masak.

Ohhhh tidaaakkkk !!!!!!

*

“Mika! Mama, Papa dan Sarah pulang dulu ya, nak. Papa kamu sudah mengantuk nih. Maklum sudah faktor umur.” Mama Mika datang mendatangi Mika yang sedang mengobrol dengan Zaki.

“Oh iya, Ma. Mama pulang sama Papa dan Sarah saja?”

“Mama pulang bersama Tante Dian dan Om Omar, nak. kami sudah mengantuk. Kamu nanti balik sama Ali ya. Ingat jangan malam-malam lho.”

“Iya, Mama. Oh iya Ma, kenalkan ini Kak Zaki, temannya Bang Ali.” Mika mengenalkan Zaki kepada Mamanya.

Zaki pun dengan segera menyambut Naila dan mencium punggung tangan Naila. 

“Zaki, Tante. Senang berkenalan dengan Tante.”

“Mamanya Mikayla, sudah lama kalian saling kenal?” tanya Naila tampak penasaran.

“Sudah sekitar satu tahunan, Tante.”

“Oh, lumayan lama juga ya? Mika nggak pernah cerita apa-apa sama Tante.” Lirik Mama kearah Mika.

“Ih, sudah Mama sana katanya mau pulang.” Protes Mika membuyarkan obrolan mereka.

“Iya, iya.” Sahut Naila kemudian.

“Tante, pantas Mika cantik, ternyata cantiknya dari Tante.” Goda Zaki pada Naila yang hendak  meninggalkan Mika dan Zaki.

Naila pun tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

“Aduh, kenapa jadi gombal begini deh.” Mika memotong candaan Zaki ke Naila.

“Hahaha bisa saja kamu, Zaki. Ya sudah, Tante pulang dulu ya, kasian Om sudah menunggu, sudah mengantuk juga.” Ucap Naila menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Zaki dan Mika.

“Siap Tante. Hati-hati di jalan Tan, salam buat Om juga ya, Tan.” Sahut Zaki yang tampaknya sudah mulai akrab dengan Naila.

Naila berjalan menjauh dari Mika dan Zaki, tinggal lah mereka berdua.

Sedangkan yang lain tampak sibuk mengobrol satu sama lain.

Alexa, Diva dan Amira pun rupanya telah bergabung dengan segerombolan Ali dan kawan-kawannya.

“Mika, kamu mau berdansa denganku?” Tanya Zaki sambil mengulurkan tangannya kepada Mika.

Mika mengernyitkan dahinya.

“Aku nggak bisa.” Jawab Mika benar-benar polos.

“Sudah tenang saja, aku ajarin yuk.” Zaki dengan sigap langsung mengulurkan tangannya, dan menggenggam jemari Mika. 

Mika berdiri dan ia melihat sekelilingnya ternyata semua telah bersiap untuk berdansa karena musik dansa telah dimulai.

Tak ada satupun yang memperhatikan Mika dan Zaki.

Semua sudah berpasang-pasangan.

Bahkan Ali telah berpasangan dan berhadap-hadapan dengan Amira. Mengapa Amira bisa sampai berpasangan dengan Ali? Cukup nekat juga ternyata Amira mendekati Ali.

Mika melihat Alexa dan Diva telah berpasangan pula dengan teman Ali.

Ah, sudahlah biarkan saja, toh mereka sudah pada dewasa.

Tiba-tiba dengan cepat Zaki menarik tubuh Mika, ia merapatkan tubuhnya dan berhadapan dengan Mika.

Tangan nya sudah melingkar di pinggang langsing Mika.

Degggg !!

Jantung Miia tiba-tiba terasa ingin copot.

Mika segera mengimbanginya, tangan Mika akhirnya melingkar dibalik leher Zaki.

Zaki semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Mika, sangat dekat.

Desir aliran darah seketika menjalar ditubuh Mika, terasa sangat dingin.

Mika belum pernah berhadapan dengan cowok sedekat ini.

Mika pun diam seribu bahasa, ia menunduk malu.

Mika tidak berani untuk melihat dan mendongakkan kepalanya kearah Zaki.

Zaki semakin mendekatkan tubuhnya. 

Tangan kanannya menyentuh dagu Mika yang menunduk sedari tadi, dan akhirnya ia mengarahkan dagu Mika untuk bergerak keatas supaya kepalanya sedikit mendongak dan melihat Zaki.

“Kamu kenapa, Mika?” tanyanya dengan suara halus sedikit mendekatkan kearah telinga Mika.

“Ah, nggak apa-apa, Kak. Aku sedikit nervous saja.” Ucap Mika gugup, benar-benar gugup bukan main.

“Mika, aku sayang kamu.” Bisiknya pada Mika.

Deggg!!!

Mika langsung terkejut dengan mata yang membulat besar.

“Apa, Kak?” tanya Mika pada Zaki, untuk memastikan ucapan Zaki benar atau memang Mika salah mendengar.

“Aku sayang kamu, Mika. Mau kah kamu menjadi pacarku?” Zaki sedikit mengencangkan suaranya, karena suaranya sedikit bersahut-sahutan dengan musik dansa yang semakin malam semakin heboh.

Apa? Dia menembak Mika? Yang benar saja?

Sebenarnya ini adalah moment yang Mika sudah tunggu-tunggu.

Tapi, mengapa disaat moment seperti ini Mika malah bimbang.

“Aku nggak bisa jawab sekarang, Kak.”

“Kenapa? aku minta jawaban detik ini juga, Mik.” Protes Zaki pada Mika. Matanya penuh harap untuk menanti jawaban Mika.

Mika membuang wajahnya kearah samping, dan Mika melihat disekelilingnya masih asyik bersama pasangan masing-masing dengan gerakan dansa mereka semakin heboh dan semakin panas.

Mika berpikir keras, apa saatnya Mika menjawab iya? Karena memang sebenarnya Mika sudah sangat lama menginginkan untuk menjadi pacar Zaki.

“Bagaimana, Mika. Aku mohon jawab sekarang juga ya.” Ucap Zaki kembali memohon kepada Mika. Sorot matanya benar-benar membuat Mika salah tingkah.

Tanpa pikir panjang lagi dan Mika menjawab…

“Iya.” Jawab Mika singkat.

“Iya apa, Mika?” tanyanya kembali untuk meyakinkan atas jawaban Mika.

“Iya, aku bersedia menjadi pacar kamu, Kak.” Jawab Mika sedikit mengeraskan suaranya supaya Zaki tidak memintanya untuk mengulangnya kembali.

Senyum lebar menyeringai dari bibir Zaki hingga sederetan gigi putihnya terlihat semua, bahkan tak ketinggalan lesing pipi nya turut serta.

Mika tersenyum manis melihat Zaki.

Akhirnya Mika resmi berpacaran dengan nya.

Seketika dengan cepat Zaki langsung merapatkan tubuh Mika dengan sangat erat dan dekat.

Rupanya ia telah te*angsang karena mereka bersentuhan menempel sangat erat dan lekat.

Mika pun bisa merasakannya, dan ia pun merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Baru kali ini Mika merasakan r*ngsangan dari seorang lelaki.

Tubuhnya menjadi kepanasan. Sangat gerah dan butuh angin segar.

Wajah tampan dan manis Zaki mendekati wajah Mika.

Sangat dekat hingga Mika merasakan hembusan nafasnya.

Tanpa mereka sadari posisi keduanya sudah berada di paling pojok ruangan.

Tak ada satu pun yang memperhatikan mereka berdua.

Mereka tidak menghiraukan Mika dan Zaki.

Semua sibuk dan asyik dengan teman pasangan dansanya.

Lagi dan lagi Zaki mendekati wajah Mika. Lebih dekat. Hembusan nafas hangatnya menyembur wajah Mika dengan nyata.

Sepuluh centi, tujuh centi, lima centi, tiga centi.

Dan… B*bir Mika yang tidak pernah dijamah oleh siapa pun, akhirnya terjamah oleh Zaki. Lelaki yang kini resmi menjadi pacarnya.

Sosok yang sangat ia sayangi selama satu tahun ini.

“Maaf, Kak.” Ucap Mika salah tingkah.

Mika melepaskan pelukan hangatnya.

Mika gemetaran dan sangat bingung.

Apa yang harus ia lakukan.

Mika malu, ia merutuki nasibnya mengapa sampai berc*uman ditempat umum seperti itu?

“Kenapa, sayang?” tanya Zaki kebingungan melihat tingkah Mika.

“Menjauh dari ku, Kak. Maaf aku telah bertindak sejauh ini.” Ucap Mika gugup. 

Mika merasa telah melakukan dosa besar. Berc*uman dengan yang bukan mahromnya.

“Aku minta maaf, Mika. Aku yang sudah kelewatan.” Tangannya menggenggam tangan Mika.

Namun Mika menepisnya.

Mika segera menjauh dari Zaki. Mika berjalan ke arah Ali yang rupanya masih asyik berdansa dengan Amira.

“Bang Ali, antar aku pulang.” Ajak Mika pada Ali. Mika menarik tangan Ali dengan kasar.

“Kamu kenapa, Mika?” tanya Ali kebingungan.

“Ayo pulang!”

“Hei kamu kenapa?” Tanya Ali sekali lagi padanya. Kedua tangan Ali menyentuh kedua pipi Mika untuk memastikan ekspresi wajah Mika.

“Pokoknya aku mau pulang, SEKARANG!!!” Sentak Mika pada Ali.

Ali segera mengiyakan ajakan Mika.

Tanpa panjang lebar Ali langsung memberikan komando kepada yang lain bahwa acara telah dibubarkan. Tanda acara sudah selesai.

Semua diperbolehkan pulang.

Zaki memejamkan matanya, dan merasakan penyesalan karena telah menjamah Mika tanpa izin.

Saat ingin berjalan keluar Kafe, Ali menghentikan langkahnya didepan Zaki.

“Lo hutang penjelasan ke gue, bro!”

Minta Maaf Penyesalan

Zaki memejamkan matanya, dan merasakan penyesalan karena telah menjamah Mika tanpa izin.

Saat ingin berjalan keluar Kafe, Ali menghentikan langkahnya didepan Zaki.

“Lo hutang penjelasan ke gue, bro.” Ucap Ali seraya melanjutkan langkah kakinya keluar Kafe dengan terus menggandeng Mika.

Tampak raut wajah Zaki kebingungan.

Mika segera keluar Kafe menyusuri jalan arah parkiran. Mika dan Ali memasuki mobil.

Dengan wajah kebingungan dan mata sudah memanas pertanda Mika ingin menangis meledak dengan kencangnya, tiba-tiba saja Ali membuyarkan perasaan Mika saat itu.

“Kamu kenapa sih, Mik? Kenapa tiba-tiba langsung mengajakku pulang? Aku lagi asyik-asyik dansa juga sama Amira. Malah aku shock tiba-tiba saja kamu menarik tanganku.” Sungut Ali yang sedang sibuk menghidupkan mesin mobil dan akan segera memasang sabuk pengaman.

Tanpa panjang lebar ternyata air mata Mika tumpah juga tak bisa terbendung lagi.

“Hwaaaaaaaaa.. Bang Aliiiiiiiiiiiii....” Tangis Mika disertai rengekan manja. Mika menutupi wajahnya yang telah memanas bercampur dengan luberan air mata. Basah dan makin basah.

“Lah, kamu kenapa sih, Mika?” Ali menoleh kearah Mika dan menatap tajam matanya.

Mika tidak menjawab, ia tetap menangis terisak semakin menjadi.

Ali tidak menanyai Mika lagi, ia langsung mendekat dan memeluk Mika untuk menenangkan Mika yang sudah banjir air mata.

Tangis Mika sedikit mereda. Ya, Mika selalu diperlakukan baik oleh Ali. Ali sudah seperti kakak kandungnya sendiri. Mika selalu dijaganya sejak kecil.

Mika selalu benar-benar dibuat nyaman olehnya.

“Sssstttt.. Sudah, sudah. Jangan menangis lagi. Nanti make up nya luntur semua jadi jelek deh. Kan hari ini kamu cantik banget. Masa dandanannya dirusak begini. Jelek ah, tuh kan jelek!” Ledek Ali terkekeh dan sedikit mendongakkan wajah Mika ke atas supaya terlihat olehnya.

“Ih, menyebalkan!”

“Ya, habisnya tiba-tiba menangis nggak jelas. Memangnya kamu kenapa? Diapain sama Zaki?” Ali tampak penasaran ingin sekali ia mendapatkan info kenapa Mika bisa sampai menangis seperti ini.

“Aku ditembak sama Zaki.”

“Nah, terus?” Ali sedikit mengernyitkan dahinya dengan rasa penasaran.

“Memang di tembaknya pakai senapan?” sambungnya kembali.

Mika merengek kembali layaknya anak bocah yang sedang dimanja.

“Lah, ditanyain juga.” Imbuh Ali lagi dan lagi.

“Nggak lah, Bang. Kalau pakai senapan ya aku mati.”

“Terus?”

“Iya, aku ditembak sama dia.”

“Kamu terima?”

Mika mengangguk perlahan tanda mengiyakan pertanyaan Ali.

“Hahaha bagus dong, lalu apa yang kamu tangisi, Mikayla sayang.” Pipi gembul Mika seketika dicubit keras oleh Ali.

“Ih, sakit!”

“Ya sudah ceritakan ke abang, apa yang sudah membuat kamu sampai menangis seperti ini?”

“Zaki menciumku Bang Ali, Hwaaaaaaaaaaaa.” Ungkap Mika dan dilanjutkan kembali menangis histeris memeluk tubuh kekar Ali.

“Yassalam, hanya gara-gara itu kamu menangis, Mika? Hahahhaaa lucu banget ah kamu ini.” Ali menertawakan Mika seraya mengusap-usap punggung Mika yang masih berbalut dengan gaun berwarna hitam elektrik.

“Tapi, dia c*um b*bir aku, Bang.” Sentak Mika kemudian.

“Lah, 'kan enak c*uman b*bir, Mika. Hahahahaha.” Tawa Ali kembali meledak.

“Tapi, aku sebelumnya nggak pernah c*uman, Bang. Dia sudah menjamah b*birku ini. Aku mau b*birku nanti buat suamiku saja. Titik nggak pakai koma.” Sahut Mika dengan kesal.

Karena mendapati Ali masih saja meledek dan mentertawakan Mika, lagi dan lagi.

“Yah, c*uman kan bumbu-bumbu pacaran, Mik. Biar lebih greget dan aaarrrgggg….”

“Ih, apa sih abang otak mesum.” Mika kesal dengan Ali.

“Lho, bukan mesum, Mik. Namanya manusia normal pasti ada lah hawa nafsu. Kamu jangan kaku deh. Itu tandanya Zaki normal. Bagaimana, enak nggak c*umannya?”

“Tahu ah!” Mika memalingkan wajahnya kearah kaca mobil seraya menatap jalanan luar.

“Ih, sewot. Sudah santai saja nggak apa-apa lagi. Nikmati saja.”

“Dosa Tahu, bang. Dosa!”

Seketika Bang Ali menoleh kearah Mika.

“Yang dosa-dosa itu yang nikmat, Mika sayang.” Ujarnya sembari ia mulai melajukan mobilnya untuk segera pulang kerumah Dian.

“Abang nggak jelas!”

“Sudah lah, sekedar c*uman mah hal wajar untuk zaman saat ini. Yang terpenting jangan sampai kelewatan. Jangan sampai merusak masa depan. Itu saja sih pesan dari ku.”

Mika mengangguk perlahan dan segera menyandarkan kepalanya dikursi mobil.

Ia memandangi lampu-lampu jalanan Jakarta yang sangat indah. Ramai nya ketika malam minggu.

Banyak muda-mudi yang sedang berpacaran.

Ia melihat sepanjang jalan banyak sekali berpasang-pasangan.

***

Mika membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Matanya terus menerawang ke langit-langit kamar.

Ia mengingat kembali kejadian ketika Zaki menembaknya hingga Zaki sampai me*umat b*bir mungilnya ini.

B*bir yang sudah Mika jaga untuk suaminya kelak jika ia sudah menikah, namun rupanya gagal.

Harus terjamah oleh Zaki yang baru saja menyandang menjadi kekasihnya.

Ciuman pertamanya dengan Zaki.

Ya, Mika betul-betul merasakan bagaimana rasanya saat b*bir Zaki menyentuh b*birnya.

Moment ini yang sedari dulu cukup membuat Mika penasaran.

Semua itu hanya teori yang Mika dapat ketika disekolah dulu.

Namun kini ia telah merasakannya, dan rasa penasaran itu pun hilang.

(Yah, nikmat. Tapi, aku telah berdosa.

Ya Allah, maafkan aku. Aku khilaf, ya Allah.

Ampuni dosa yang telah aku perbuat ini.) 

Batinnya dalam hati. 

Mika pun terlelap membayangkan kejadian tadi di Kafe.

*

POV ALI

“Kebiasaan! kamar nggak pernah ditutup rapat, kalau ada yang nyelonong masuk bagaimana?” Gumamku pada Mika yang telah tertidur nyenyak dengan masih menggunakan Hills dan gaun pestanya itu.

Ku dekati Mika, ku pandangi dia.

Adik sepupu kesayanganku ini kini tumbuh besar.

Sekarang ia sudah memiliki kekasih, yang tak lain adalah adik tingkatku.

Semoga kelak kamu berjodoh dengan Zaki ya Mika, agar kamu bisa menjadi Ibu Bhayangkari.

Kupandangi wajah mungilnya. Manis cantik dan berkulit putih mulus. Pantas saja Zaki terpesona dengan kecantikan Mika.

Zaki termasuk sosok tampan yang gagah, kekar, maskulin dan diatas rata-rata untuk kamu adam. Sempurna.

Tapi tetap hanya aku yang bisa mengalahkan Zaki, aku jauh lebih unggul dibandingkan dia.

Aku pun tidak mau kalah hahahaa.

Segera kulepaskan Hills yang masih menempel di kaki Mika.

Ku tarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih berbalut gaun tipisnya.

Ingin aku gantikan pakaiannya supaya ia lebih nyaman istirahatnya, namun biar bagaimana pun aku bukan mahromnya.

Tak pantas jika aku melakukan itu.

Aku sepupu dengan Mikayla.

Ia adalah anak tanteku yang bernama Tante Naila.

Tante Naila kakak beradik dengan mamaku.

Iya, Tante Naila adik dari Mamaku. Mereka hanya dua bersaudara saja.

Tante Naila menikah dengan Om Rozak yang asli orang Yogya.

Sedangkan mamaku menikah dengan papa yang berketurunan Arab.

Semenjak Mikayla masuk kuliah, Om Rozak mengajak Tante Naila untuk menetap di Yogya saja bersama dengan Sarah yang kini masih bersekolah dibangku sekolah dasar.

Dan kini Mika tinggal bersama dirumah orang tuaku ini. Di Jakarta.

Setiap libur kuliah pasti ia akan pulang kerumah ini.

Jika aku tidak sedang berdinas, pasti ku ajak ia jalan-jalan supaya ia tidak merasakan bete karena penatnya kuliah dan jauh dari orangtuanya.

Sebelum Tante Naila dan Om Rozak pulang ke Yogya, aku sempat mendengar percakapan serius antara orang tua Mika dan orang tuaku.

Orang tua Mika menitipkan sepenuhnya ke keluargaku.

Dan aku pun sempat menguping pembicaraan mereka bahwa aku dan Mika resmi di jodohkan.

Ya, aku dan Mika di jodohkan.

Astagaaa, Mika ternyata calon isteriku.

Apa bisa sepupuan menikah? Ya, bisa.

Karena nasab Mika dan nasab aku berbeda.

Ali Abraham Bin Omar Zulfahmi, dan Mikayla Nadhira Binti dari Rozak Adikusuma.

Garis keturunan kami pun telah berbeda makanya kami bisa di jodohkan.

Mendapati rahasia ini, aku simpan rapat-rapat.

Aku tidak ingin Mika segera mengetahuinya. Dan aku juga tidak ingin merusak kebahagiaan Mika.

Aku ingin Mika mendapatkan pria yang ia cintai dan ia sayangi.

Aku pun tidak ingin memaksakan kehendak atas perjodohan ini.

Biarkanlah mengalir begitu saja.

Aku ingin menemukan jodohku sendiri, dan biarkan Mika mendapat jodohnya sendiri.

Tinggal bagaimana nanti takdir Allah yang menuntunnya.

Ponselku tiba-tiba saja berdering.

Ku lihat di layar benda pipihku itu terpampang nama Ipda Zaki.

“Ya, bro.” ucapku

“Bro, gue minta maaf atas kejadian tadi, itu gue nggak sengaja, bro. Maklum gue terlalu bernafsu ke Mika. Sekali lagi gue minta maaf ya, bro. Gue nggak sengaja nyium dia.” Jelasnya kepadaku.

Aku pun terkekeh mendapati penjelasan Zaki.

“Hahahahaaa.” Tawaku meledek Zaki.

“Lho, kok malah tertawa, bro?”

“Sudah.. Sudah, gue sudah diceritain sama Mika. Mika itu belum pernah c*uman, makanya dia rada shock pas lo nyium dia tadi. Itu c*uman pertama dia.” Jelasku ke Zaki.

“Yang benar, bro? Mika nggak pernah c*uman?” tanya Zaki penasaran.

“Ya bener lah, bro. Mika itu anak baik-baik. Dia mah lempeng-lempeng saja.”

“Ya ampun.” Sahut Zaki sedikit iba.

“Ya sudah begini saja, besok-besok kalau lo mau nyium dia lagi, lo izin dulu deh ke dia. Dia siap apa nggak, daripada kayak tadi, tiba-tiba saja dia nangis, hahahaha.” Jelas ku kepada Zaki supaya lain waktu tidak terjadi kesalahpahaman kembali antara Mika dengannya.

“Oke deh, bro. Thanks ya.” Sahutnya yang kemudian terputuslah panggilan telepon itu.

***

Ting!!

(Zaki: Mika sayang, maafin aku ya. Aku sudah lancang c*um kamu tanpa minta izin dulu ke kamu. Aku mengaku salah. Aku minta maaf ya, Mika sayang)

Ponsel Mika bunyi tanda ada pesan masuk.

Ia melihat ponselnya, ternyata dari Zaki.

Mika membaca pesannya, dan ia mengakui bahwa Mika juga sudah kelewatan yang tiba-tiba marah kepadanya.

(Mika: Iya, nggak apa-apa. Aku maafkan kamu) balas Mika kepada Zaki.

(Zaki: Terima kasih, sayang. Kamu sudah mau maafkan aku. Kamu masih libur ya kuliahnya?) tanya Zaki kepada Mika kembali.

(Mika: Iya, masih satu hari lagi aku dirumah. Kenapa?)

(Zaki: Mau pergi nonton nggak? Ada film seru) ajak Zaki antusias.

(Mika: Ya sudah, memang kamu nggak dinas?) tanya Mika kembali.

(Zaki: Nanti malam aku dinas, kalau mau jalan sekarang aku siap-siap, bagaimana? Mau kah?)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!