NovelToon NovelToon

Tahta Di Balik Bayangan

AWAL

Di sebuah rumah besar dan mewah, seorang gadis cantik dengan rambut sebahu tertidur lelap. Dari wajahnya yang teduh, terlihat jelas bahwa dia sangat kelelahan. Napasnya teratur, sesekali terdengar dengkuran halus yang menandakan betapa nyamannya ia terlelap. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama.

Kring! Kring! Kring!

Suara telepon berdering nyaring, mengusik mimpi indahnya. Gadis itu hanya menggeliat malas, meraih bantal guling dan menutup kedua telinganya, enggan terjaga dari tidurnya yang begitu nyaman.

Kring! Kring!

Deretan nada yang terus berbunyi membuatnya mulai merasa terganggu. Dengan gerakan malas, dia mengulurkan tangan, meraba-raba meja di samping ranjangnya hingga akhirnya berhasil mengangkat telepon.

"Hei! Apa kau tidak tahu ini jam berapa?!" ucapnya dengan suara setengah mengantuk, agak kesal.

"Halo, Arisya, loe ngigau ya? Ini sudah jam delapan pagi!" balas suara di seberang dengan nada gemas.

Mata Arisya membelalak. Ia langsung menoleh ke jam di samping tempat tidurnya, dan benar saja jarum pendek menunjukkan angka delapan tepat. Dengan panik, ia menepuk jidatnya sendiri.

"Ah, maaf, Leo. Kayaknya gue kecapekan setelah menyelesaikan misi kemarin," ucapnya sambil mengusap wajahnya yang masih mengantuk.

"Sudahlah, lebih baik loe cepat mandi, ganti baju, dan segera ke kantor. Komandan menyuruh tim kita berkumpul. Sepertinya ada misi baru untuk kita," balas suara di seberang, yang tak lain adalah Leo.

"Siap, laksanakan!" jawab Arisya cepat sebelum menutup telepon dan bergegas turun dari ranjangnya. Ia segera masuk ke kamar mandi, membiarkan air dingin menyegarkan tubuhnya sebelum bersiap menghadapi hari yang mungkin akan penuh dengan tantangan baru.

Leo adalah salah satu anggota tim Arisya. Selain Leo, ada satu lagi rekan mereka, Rendy. Mereka bertiga adalah bagian dari organisasi rahasia bernama Mata Elang. Dalam organisasi ini, setiap tim terdiri dari tiga orang, masing-masing memiliki keahlian khusus dalam bidang mereka. Meskipun menjadi anggota termuda di usianya yang baru sembilan belas tahun, Arisya adalah yang paling berbakat. Kemampuannya tak bisa diremehkan, membuatnya menjadi aset berharga bagi organisasi.

Namun, di balik kehebatannya, Arisya menyimpan luka mendalam. Ia adalah seorang yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan tragis saat hendak menjemputnya pulang sekolah ketika ia masih duduk di kelas dua SD. Sejak saat itu, hidupnya berubah. Ia sendirian, tanpa arah dan tempat berlindung, hingga seorang pria datang mengulurkan tangan padanya.

Laki-laki itu mengaku sebagai pamannya—Roy. Arisya yang masih kecil saat itu percaya begitu saja, apalagi ia ketakutan harus menjalani hidup sendirian. Roy membawanya pergi, merawatnya, dan tanpa Arisya sadari, ia mulai ditempa dalam dunia yang penuh bahaya. Kini, Roy bukan hanya sekadar pamannya. Ia adalah atasannya, komandan tim di organisasi Mata Elang.

Di sebuah ruangan cukup besar, seorang pria paruh baya duduk di balik meja kayu kokoh. Jas hitam membalut tubuhnya dengan rapi, sorot matanya tajam, penuh wibawa dan kehati-hatian. Di sekelilingnya, berbagai senjata api tertata rapi—pistol, AK-47, hingga laras panjang sejenis AWM yang tampak sudah dipersiapkan dengan baik. Entah untuk apa, tapi ruangan ini jelas bukan ruangan biasa.

Tiba-tiba, suara ketukan terdengar di pintu.

Tok! Tok! Tok!

Pria itu mengangkat wajahnya, ekspresinya tetap dingin. "Masuklah," ucapnya singkat.

Pintu terbuka perlahan. Dari baliknya, muncul tiga sosok berpakaian serba hitam. Di punggung mereka, terdapat lambang elang yang menjadi identitas mereka. Mereka berdiri tegap, siap menerima perintah. Misi baru telah menanti, dan malam ini, takdir akan kembali menguji mereka.

" siap, hormat komandan, kami kesini atas perintah komandan " ucap salah satu dari mereka yg mungkin adalah ketua, ya ketiga orang itu tidak lain tidak bukan adalah alisya, Leo dan Rendy

" silahkan kalian duduk" balas lelaki itu dan ketiga tiganya mengambil tempat masing masing untuk duduk

" komandan, apa yang menyebabkan kami anda panggil kemari " ucap alisya memulai topik

" baiklah, apa kalian ingat dengan tim 4, yang minggu lalau saya kirim ke hutan perbatasan kolombia? "

" menjawab komandan, tim ya di ketuai angga mahendra dengan misi pengintaian komplotan kartel narkoba , lantas kenapa dengan tim tersebut komandan " balas alisya

" saya mendapat kabar dari telak sandi bahwa tim 4, ketahuan setelah masuk ke dalam markas musuh dan mereka bertiga di sekap oleh mereka, lalu untuk membebaskan mereka saya memiliki rencana penyergapan langsung oleh 20 tim mata elang termasuk tim kalian " balas laki laki itu yang membuat ketiga nya saling pandang

" tapi komandan, apakah itu tidak terlalu beresiko melihat mereka yg lebih menguasai medan, penyerangan langsung sepertinya sedikit beresiko " kali ini rendy ya dari tadi hanya mendengarkan kini berbicara

" kita tidak ada pilihan lain. saya tidak mau mereka bertiga tidak kuat dengan siksaan dari musuh dan membocorkan informasi terlarang organisasi kita, kalian dan lima tim lain nya akan menyergap lewat jalur udara dan sisanya akan menyerbu sari sisi kanan dan kiri bukit " jelas laki laki itu dengan nada sedikit tinggi dan menunjukan selembar peta yg terdapat tanda merah di beberapa titik

" untuk tim penyerang lewat jalur udara akan berangkat dini hari jam empat pagi , ku harap kalian bersiap siap " lanjut laki laki itu

" baik komandan kami akan melaksanakan tugas ini sebaik mungkin" balas alisya tegas dengan ekspresi dingin andalan nya

" ya saya percaya pada kalian, karna di setiap misi hanya tim kalian lah yang dapat menyelesaikan semua misi itu dengan baik, sekarang kalian boleh pergi untuk bersiap "

" baik komandan , izin..." mereka bertiga berdiri dan memberi hormat setelah itu pergi meninggalkan ruangan yang entah mengapa setiap masuk kesana mereka selalu merinding

" hey bagaimana kalau kita makan malam bersama sebelum malakukan misi kita besok " ucap rendy memberi ide

" nah boleh juga, alisya apakah kau mau ikut? " ajak Leo

" tidak kalian saja aku mau istirahat " jawab alisya dingin dan berlalu meninggalkan mereka berdua ya sedang menatapnya dengan tatapan ya sulit di artikan

" hais. mengapa komandan memilih ketua untuk kita seperti kulkas kulkas saja, selalu serius walau bukan jam kerja " ucap rendy sambil menghela nafasnya

" mungkin tertular hantu dari komandan " seru Leo

mereka berdua pun tertawa dan memilih pergi ke rumah masing masing

pangkalan udara mata elang

terdapat seratus orang lebih sedang berbaris rapi dengan sangat tertib di sana juga terdapat alisya rendi dan Leo yang memang sejak tadi sudah standby di sana

" dengar, ini bukan hanya misi penyelamatan atas tertangkap nya rekan kalian yaitu tim 4, tapi juga misi penghancuran kartel narkoba ya sangat meresahkan bagi masyarakat , satu hal lagi yang mau saya ingatkan menyelesaikan misi adalah kewajiban namun keselamatan rekan tim adalah segalanya " ucap komandan memberikan sambutan sepatah dua patah

dan setelah itu mereka pun berangkt dan bergabung dengan divisi masing masing

sedangkan alisya,Leo dan rendy masuk ke divisi tiga yaitu penyerangan jalur udara , dan alisya adalah ketua dari divisi tiga

" berangkat " alisya memberi aba aba kepada devisi tiga menggunakan halte yg memang sudah di persiapkan di sakunya

devisi tiga dibagi menjadi tiga tim yaitu tim jaguar, elang dan gagak

dan mereka pun berangkat menggunakan tiga heli yang siap memporak porandakan markas kartel narkoba dari udara

" ayo kita bantai mereka " teriak rendy memberi semangat dan di balas teriak juga oleh anggota devisi

 setelah memasuki perbatasan hutan dari jauh alisya dapat melihat markas mereka namun anehnya alisya tidak melihat satupun orang ya menjaga di depan

hingga beberapa menit setelah itu ada roket ya meluncur cepat kearah tim gagak hingga menyebabkan heli yg di naiki tim tersebut hancur menjadi serpihan kecil

melihat salah satu tim mereka di serang semua pun panik dan menyiapkan senjata mereka aniaya sendiri langsung mengambil mesin serbu ya ada di samping nya dan menembaki secara brutal ke arah depan

" lapor komandan kami devisi 3 mendapat serangan, lokasi perbatasan. , 30 • timur laut " alisya melapor komandan nya

serangan semakin brutal ke heli mereka

" tidak ada cara lain semua siapkan parasut kalian dan lompat" teriak rendy

semua pun bersiap dan melompat dari heli dan beberapa detik setelah mereka lompat ada roket ya menghantam heli mereka dan hancur

" ketua apa ya harus kita lakukan " ucap Leo mencoba berbicara dengan alisya melalui halte

" tidak ada pilihan lain kita akan bergabung dengan divisi 2 di arah timur " jawab alisya memberi arahan

semua sudah membuka payung mereka namun saat alisya berusaha membuka parasutnya pengait pada parasut nya nyangkut hingga membuat alisya meluncur bebas ke bawah dan sial nya posisi kepala aniaya berada di bawah dan menghantam akar pohon besar

" apakah aku akan berakhir disini " ucap alisya hingga akhirnya pandangan nya gelap

" ketua " teriak mereka saat merlihat alisya terjun bebas ke bawah

" tidak alisya " teriak Leo dan rendy

IDENTITAS BARU

Kini Arisya sedang berdiri di tengah ruang yang begitu asing, di mana gelapnya seolah merayap, menelan segala cahaya yang seharusnya ada. Dindingnya hitam polos, sunyi, tanpa celah, seakan membentuk penjara tanpa pintu. Hanya ada satu benda yang terlihat di dalamnya sebuah batu besar berdiri tegak di tengah ruangan, tampak begitu kokoh, seolah menyimpan rahasia yang tak terungkap.

"Di mana ini? Bukankah aku sudah mati?" gumamnya dengan suara bergetar, matanya menelusuri ruangan tanpa hasil. "Apakah ini nirwana? Tapi... kenapa tak ada apa-apa di sini?" Ia berusaha mencari jawaban, namun hanya kesunyian yang menyambutnya.

Tiba-tiba, tawa bergema, menggelegar begitu keras hingga menembus gendang telinganya. Suara itu memenuhi ruangan, menciptakan getaran yang seakan menusuk jantungnya.

"Aaaa! Siapa itu? Hentikan tawamu yang mengerikan!" bentak Arisya, tidak ada rasa gentar di wajahnya. Dia telah menghadapi berbagai ancaman dalam hidupnya, bahkan bom yang siap meledak sekalipun tak mampu membuatnya gentar.

Bukannya berhenti, suara itu malah semakin menjadi. "Hahahahaha! Hai gadis manis, apa kau ingin menantangku?" suara berat itu terdengar jelas, penuh dengan nada ejekan.

Arisya menyipitkan matanya, sorotnya tajam bak mata elang. "Cih, keluarlah! Aku tidak takut padamu, sekalipun kau adalah penguasa kegelapan!" Suaranya penuh keyakinan, tubuhnya berdiri tegap, siap menghadapi apa pun yang akan muncul dari kegelapan.

"Menarik... Kau adalah gadis yang menarik! Tak salah aku memilihmu sebagai penerusku," ucap suara itu, kali ini lebih tenang namun tetap mengandung aura misterius.

Arisya mengerutkan kening. "Penerus? Apa maksudmu? Aku bahkan tidak mengenalmu."

Dari lorong gelap yang tak terlihat sebelumnya, langkah-langkah mulai terdengar. Seorang pria muncul dari bayangan, perlahan namun pasti, hingga sosoknya terlihat jelas. Ia memiliki rambut cokelat yang berkilauan di bawah cahaya remang, matanya merah menyala, membawa aura yang sulit dijelaskan. Wajahnya tampan, begitu sempurna, namun anehnya Arisya tidak merasakan ketertarikan sedikit pun. Ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar paras, sesuatu yang membuatnya waspada.

"Perkenalkan, aku Raja Zeus, penguasa kerajaan iblis, pemilik takhta kegelapan," ucap pria itu dengan senyum samar yang membawa hawa dingin.

Arisya menatapnya dengan mata penuh selidik, pikirannya berusaha merangkai kepingan misteri yang mendadak menyelimuti hidupnya.

Raja Zeus melanjutkan, "Dan kau, gadis manis, sebentar lagi akan menjadi penerusku. Pemimpin kerajaan iblis, penguasa alam kegelapan."

Arisya mengangkat sebelah alisnya, ekspresi sinis terukir di wajahnya. "Aku? Apakah anda bercanda?"

Tanpa menjawab, Zeus mengangkat tangannya. Dalam genggamannya, sebuah cincin berkilauan muncul. Permata giok hijau berpendar lembut di tengahnya, seakan mengandung kekuatan yang tak kasat mata.

"Pakailah cincin ini. Ini adalah Cincin Penguasa. Jika kau mengenakannya dan melakukan kontrak, kau akan resmi menjadi penerusku."

Arisya menyilangkan tangan di dada. " lalu bagaimana cara melakukan kontraknya, kakek tua?"

Zeus mendengus, lalu menggeleng pelan. "Gadis manis, jaga ucapanmu. Tidakkah kau melihat betapa tampannya aku? Dan kau seenaknya saja memanggilku kakek tua." Nadanya terdengar meremehkan, seolah memuji dirinya sendiri.

Arisya hanya memutar bola matanya, malas menanggapi. "Jadi?"

Zeus tersenyum kecil, menatapnya dengan sorot mata yang sulit ditebak. "Kau hanya perlu meneteskan darahmu pada cincin ini, maka kontrak akan terjadi."

Arisya menatap cincin itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Sebuah keputusan besar harus diambil, keputusan yang mungkin akan mengubah takdirnya selamanya.

arisya pun menggigit sedikit ujung kukunya lalu meneteskan nya pada cincin itu, seketika cincin penguasa itu mengeluarkan cahaya berwarna hitam bercampur merah namun ada samar samar warna emas ya sangat menyilaukan mata

bahkan di luar penglihatan arisya terjadi fenomena aneh di empat alam yg menggegerkan selurus isi alam semesta

yaitu dunia rendah, dunia dewa, alam neraka dan alam kegelapan

di alam kegelapan sendiri adalah alam yg paling luas yang tidak bisa di masuki oleh seorang kultivator biasa walau dia memiliki kemampuan hebat sekalipun

sedangkan di dunia dewa terjadi badai yang sangat dahsyat di sertai petis dan guntur yang bersahutan sahutan dan kemudian muncul gerhana bulan secara tiba tiba ya menyebabkan para dewa dan penduduk dewa sangat penasaran dan was was, takut bila akan ada bencana ya besar

#alam dewa #

" ayah apa ya terjadi " tanya salah satu anak dewa

" ayah juga kurang tau putraku sepertinya akan ada kelahiran dari penguasa yg sangat hebat, semoga saja ini bukan sesuatu hal ya buruk bagi dunia dewa " balas dewa itu

#Alam neraka #

" sepertinya akan ada kelahiran kekuatan kegelapan ya sangat besar, dan semoga saja kekuatan itu tidak menjadi ancaman bagi alam neraka " ucap seorang pemuda ya tampan dengan sorot mata tajam nya ya berwarna kebiruan dan di dahinya terdapat dua tanduk ya membuat siapa saja ya melihat akan ketakutan pemuda itu lalu tiba tiba menghilang entah kemana

dan setelah sinar yg menyilaukan mata itu menghilang arisya membuka matanya dan mendapati cincin itu sudah terpasang di jari manis nya aniaya pun mengecek matanya beberapa kali karna dia tidak merasa telah menambahkan cincin itu kekarnya namun kenapa cincin ini sudah terpasang

" Kau sudah resmi menjadi penerus ku "

" DENGARKAN AKU HAI PARA IBLIS, PENGHUNI ALAM KEGELAPAN, HEWAN ILAHI, DAN SEMUA PENGIKUT KU AKU RAJA ZEUS HARI INI AKAN MENGUMUMKAN BAHWA ARISYA TELAH RESMI MENJADI PENERUSKU SELANJUTNYA, DAN DIA JUGA AKAN MENJADI RATU KALIAN, HORMATILAH DIA DAN JANGAN SAMPAI MEMBANGkANG " teriak raja zeus lantang dan tanpa arisya ketahui seluruh iblis, penghuni alam kegelapan. dan juga hewan ilahi ya ada seluruh dunia seketika bersujud dan bersumpah lalu kembali terjadi fenomena yg sama seperti yg sebelum nya

" jadi raja zeus bolehkah kau sedikit jelaskan mengapa aku bisa di sini bukan kah aku sudah mati dan seharus nya aku ada di nirwana " ucap arisya tidak sabar

" kau memang sudah mati namun kau mati bukan karena kehendak sang pencipta kau mati karena suatu sebab, hingga jiwamu tidak dapat masuk ke nirwana,lalu ku tarik jiwamu untuk ku jadikan dayang di kerajaan ku namun tanpa di duga cincin penguasa itu seperti nya memiliki kesamaan dengan mu , hingga aku berfikir akan menjadikan mi sebagai penerus ku " jawab raja zeus

" baik lah, baiklah lalu apa ya harus ku lakukan untuk menjadi penerusmu " arisya bingung

" saat ini kau masih terlalu lemah arisya, aku akan mengirim jiwamu ke dunia bawah, berlatih lah disana hingga kau benar benar kuat dan mampu memimpin sebuah kerajaan, satu lagi cincin ya kau pakai itu bisa kau gunakan untuk menyimpan barang barang juga mahluk hidup ya ingin kau masukan, dan jangan khawatir dalam cincin mu itu sudah ada banyak bekal yg nantinya akan berguna untuk mu dan kultivasimu, dan untuk memasukan benda ya kau inginkan kau cukup pikirkan benda itu masuk kedalam cincin dan begitu sebalik nya "

" Oh iya satuhal lagi " raja zeus berjalan mendekati sebuah batu satu satunya yang ada di ruangan itu diapun membaca sebuah mantra ya alisya tidak tau lalu keluar cahaya hitam keemasan dari tangan raja zeus, lalu raja zeus meninju batu itu hingga remuk menjadi abu

dan yg membuat arisya kaget ternyata di dalam batu itu terdapat sebuah pedang dengan gagang berukir tengkorak dengan aura hitam ya pekak raja zeus mengambil pedang itu dan menyerahkan nya ke arisya

" ini adalah pedang hitam, bawalah dan bertambahlah kuat di sana hingga kita akan bertemu "

aniaya menerima pedang itu dan memasukan nya ke dalam cincin semesta nya

" baik lah aku akan mengirim jiwamu ke dunia rendah " ucap raja zeus lalu mengibarkan tangan nya hingga pandangan aniaya menjadi gelap

perlahan arisya membuka matanya dan melihat sekitarnya betapa terkejutnya arisya setelah mendapati dirinya telah berada di sebuah ruangan dengan nuansa kuno yang tidak tau dia dimana dan lebih terkejut lagi setelah ia melihat tangan nya yang kini berubah menjadi sedikit kecil juga kurus sepertinya arisya sudah berengkarnasi ke dalam tubuh gadis yg berusia lima belas tahun ..

" dimana ini, aduh " arisya memegangi kepalanya yg sangat sakit

hingga datang lah seorang wanita paruh baya dengan pakaian kuno nya menghampiri arisya dengan panik dia berlari dan langsung memeluk arisya erat

" nona apakah ini benar anda, anda sudah sadar, tabib tadi mengatakan bahwa anda sudah meninggal karena keracunan " ucap wanita itu dengan nada kawatir

" Dimana ini , dan siapa saya " tanya arisya dengan dingin yg membuat wanita tadi melepas pelukan nya dan menatap nya bingung

" apakah nona lupa ingatan" tanya balik wanita itu

" ah iya sepertinya begitu " jawab arisya

" nama nona adalah alana anak dari tuan kenzo tetua pertama dari klan king, dan sekarang kita berada di dunia bawah di slah satu kekaisaran, yaitu kekaisaran binzo, dan di dunia bawah terbagi menjadi empat kekaisaran yaitu, kekaisaran binzo, kekaisaran ling, kekaisaran buma dan kekaisaran Liu" jelas wanita itu panjang lebar

saat mendengarkan tiba tiba kepala arisya sangat sakit lalu timbul bayangan bayangan ingatan dari tubuh yang ia tempati dan di bayangan itu arisya dapat melihat bahwa tubuh yg sedang ia tempati ini sering menjadi bahan bulian, bahan hinaan, dan penyebab ia meninggal adalah karna dia dengan sengaja di racun oleh anak dari tetua kedua yang menganggap dia adalah seorang sampah yg tidak bisa berkultivasi, melihat bayangan bayangan itu membuat arisya sangat marah dan ia berjanji akan membalas apa yg mereka perbuat kepada gadis yg tubuh nya ia tempati itu

melihat arisya memegangi kepala nya dan menggerang sakit membuat si wanita itu panik

" nona apa nona baik baik saja, apa perlu saya panggilan tabib? " ucap wanita itu panik

"tak usah aku baik baik saja " tolak arisya

" dan kau dari tadi hanya mencemaskan ku hingga lupa memperkenalkan namamu " lanjut arisya yg sekarang ini menjadi alana

" maaf kan saya nona perkenalkan saya adalah pelayan nona, nama saya adalah ming nona bisa memanggil saya bibi ming " bibi ming memperkenalkan diri dengan badan gemetar karna di tatap oleh alana, karna dia baru pertama kali ini melihat tatapan tajam dari nona nya itu, karna biasanya nona nya itu hanya menunduk saja saat berbicara dengan orang, bibi ming seperti melihat orang lain saja

" ah baiklah bibi ming, karna aku lapar kau siapkan sarapan, saya mau mandi dulu "

" baik nona "

setelah bibi ming pergi alana menghela nafas kasar

" baik lah aku akan berlatih dengan sangat keras agar menjadi yang terkuat, namun sebelum itu sepertinya aku harus mandi dulu " lalau alana bergegas pergi mandi dan pergi ke ruang makan di sana sudah ada bibi ming ya menunggu

" silahkan nona makanan nya sudah saya siapkan "

" terima kasih bibi, oh iya kemana ayah saya kenapa dari tadi saya tidak melihat nya "

" tuan sedang menjalankan misi dari klan , dan sepertinya tiga hari lagi ayah nona akan kembali "

alana mengantuk anggukan kepala nya dan melanjutkan makan nya setelah sarapan alana pergi kekamar nya namun sebelum itu alana berpesan ke pelayan nya itu agar tidak mengganggunya hingga tiga hari kedepan karna dia ingin melakukan pelatian tertutup

" baiklah saat nya berlatih " alana berduka di atas tempat tidur dan menutup matanya beberapa saat tubuh alana di kelilingi oleh aura hitam yg sangat pekak

MULAI PELATIHAN

Matahari mulai menampakkan dirnya meski masih malu malu , sinarnya yang keemasan menembus celah dedaunan, menerangi sosok seorang gadis cantik yang duduk bersila dengan mata terpejam. DIa terlihat begitu tenang, namun di sekeliling tubuhnya berputar aura hitam pekat yang meliuk-liuk seperti kabut kelam. Jika diperhatikan lebih saksama, ada semburat cahaya emas yang samar-samar berpendar di dalamnya, seolah berusaha menerangi kegelapan yang mengelilingi tubuhnya.

Perlahan, gadis itu membuka matanya dan menghela napas panjang. "Pantas saja tubuh ini tidak bisa berkultivasi. Ada sesuatu yang mengikat akar spiritualnya, menghambat aliran energi Qi," gumamnya dengan nada berat. Alana, gadis itu, mengerutkan kening, mencoba mencari cara untuk melepaskan belenggu yang mengekang dirinya, sesuatu yang tidak dia pahami asal muasalnya.

"Ah, benar! Bukankah Raja Zeus pernah mengatakan bahwa di dalam cincin ini terdapat sesuatu yang kubutuhkan? Baiklah, aku akan mencarinya!" ucapnya mantap.

dia kembali memejamkan mata, membiarkan kesadarannya tenggelam ke dalam dimensi yang asing. Saat dia membuka mata di alam tersebut, yang terlihat hanyalah hamparan luas dengan pohon-pohon rindang serta bangunan megah menjulang tinggi.

"Dimana ini? Apakah ini alam dimensi pribadiku? Ah, daripada pusing memikirkannya, lebih baik aku segera mencari apa yang kubutuhkan di sini," bisiknya seraya melangkah mendekati salah satu bangunan yang tampak paling mencolok.

Saat memasuki ruangan itu, yang pertama menyambutnya adalah deretan rak tinggi berisi tumpukan buku yang tertata rapi. Aroma khas kertas tua bercampur dengan udara sejuk dalam ruangan itu, menciptakan suasana yang mendamaikan.

"Wow... Apakah ini akan menjadi perpustakaan pribadiku?" Mata Alana berbinar penuh antusias. karena di kehidupan sebelumnya, ia memang sangat gemar membaca.

Saat sedang menikmati pemandangan buku-buku tersebut, pandangannya tiba-tiba tertuju pada sebuah buku tua yang terletak di tengah rak. DIa meraih buku itu dan membaca judulnya dengan suara lirih. "Segel Mawar Hitam..."

alana membuka halaman demi halaman, menyelami isi buku tersebut. "Ini dia! Kasus yang dijelaskan di sini persis seperti kondisi akar spiritualku!" Serunya penuh harap. Menurut buku itu, belenggu yang mengikat akar spiritualnya hanya bisa dilepaskan dengan meminum pil khusus bernama Pil Dua Warna.

"Baiklah, aku harus menemukannya."

Setelah menelusuri beberapa gedung, akhirnya Alana tiba di sebuah bangunan yang memiliki aroma khas tanaman herbal. "Sepertinya yang kucari ada di dalam sini," katanya seraya melangkah masuk.

Di dalamnya, yang terlihat adalah rak-rak berisi berbagai jenis pil yang tersusun rapi dalam jumlah yang tak terhitung. Kilauan cahaya dari butiran pil-pil itu menciptakan suasana magis yang memukau.

"Banyak sekali..." Alana berusaha menghitung jumlahnya, namun menyerah karena terlalu banyak.

Setelah mencari dengan cermat, akhirnya ia menemukan sebutir pil dengan warna dan corak yang sama seperti yang dijelaskan dalam buku. Dengan hati-hati, ia mengambilnya. Namun, sebelum melangkah keluar, matanya kembali tertarik pada sebuah tumpukan pil berwarna biru muda.

"Bukankah itu Pil Pembersih Tubuh?" bisiknya. DIa masih ingat karena sebelumnya sempat membaca beberapa buku tentang pil-pil spiritual.

Senyum merekah di wajahnya. "Tidak ada salahnya mengambil satu." Ia mengambil satu butir pil itu, lalu kembali ke kesadarannya.

Saat membuka mata, di tangannya kini tergenggam dua butir pil dengan warna berbeda. Tanpa ragu, ia segera menelannya dan kembali bermeditasi, membiarkan esensi pil meresap ke dalam tubuhnya.

Tiba-tiba, rasa sakit luar biasa menyerang tubuhnya. Alana menggigit bibir, mencoba menahan jeritan yang hampir meluncur dari tenggorokannya. Seakan ada ribuan jarum yang menusuk setiap inci tubuhnya, membuat keringat deras mengalir membasahi wajahnya. Ia hampir kehilangan kesadaran

"Sungguh... ini sangat menyakitkan!"

Namun, dengan tekad yang kuat, dia bertahan. alana tau , ini adalah ujian yang harus dilalui. Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, rasa sakit itu perlahan menghilang. Sebuah energi hangat mulai mengalir di dalam tubuhnya, memenuhi dantiannya dengan kemurnian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Dengan napas teratur, Alana membiarkan energi itu berputar, menyatu dengan jiwanya. Malam itu, di bawah cahaya rembulan yang menembus dedaunan, sebuah transformasi telah dimulai sebuah awal dari kebangkitan yang kelak akan mengguncang dunia.

beralih ke sebuah bangunan megah di Klan King, terlihat seorang gadis cantik tengah mondar-mandir gelisah di dalam kamarnya. Matanya yang tajam menyiratkan kecemasan yang samar, namun bibirnya tetap terkatup rapat seolah menahan gejolak di dalam hatinya. Tak lama, ketukan pelan terdengar dari balik pintu. Dengan sigap, ia membukanya, memperlihatkan seorang pelayan yang berdiri membungkuk hormat di hadapannya.

"Bagaimana? Apa kau sudah memberikan makanan itu pada sampah tak berguna itu?" tanya King Yuna, putri dari penatua kedua, dengan nada penuh kesombongan. Dialah dalang di balik racun yang diberikan pada Alana.

"Sudah, Nona. Saya melihatnya sendiri dengan mata kepala saya. Sampah itu telah memakan makanan yang Anda racuni," balas pelayan itu dengan suara rendah.

King Yuna tersenyum puas, seulas kejahatan yang terselip dalam ekspresinya. "Bagus. Sekarang kau boleh pergi."

Saat pintu tertutup, tawa lirih namun penuh kebencian keluar dari bibirnya. "Hahaha… Alana, sampah sepertimu hanyalah aib bagi Klan King ini. Seharusnya kau sudah mati sejak lama."

Dari kecil, King Yuna selalu mengganggu Alana. Tak terhitung berapa kali ia mencoba menyingkirkan gadis itu, namun entah bagaimana, Alana selalu lolos dari maut. Kini, ia yakin racun yang ia berikan akan mengakhiri hidup gadis itu selamanya.

"Dengan begini, akulah satu-satunya wanita tercantik dan terkuat di Klan King ini," bisiknya penuh kemenangan, tak menyadari bahwa kenyataan akan segera mengejutkannya.

 

Tiga hari telah berlalu sejak Alana mulai bermeditasi. Di tempat yang sunyi dan tersembunyi, gadis itu duduk bersila, dikelilingi aura hitam yang pekat, namun di baliknya, cahaya keemasan samar mulai mendominasi. Dalam waktu singkat, ia telah mengumpulkan lima ribu lingkaran energi alam. Sebuah pencapaian yang luar biasa, mengingat orang biasa membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mencapai hal yang sama.

"Sepertinya aku akan menerobos ke tingkat berikutnya…" gumam Alana saat merasakan kekuatan bergejolak dalam dirinya. Matanya terpejam rapat, fokus sepenuhnya pada aliran energi yang berputar liar di dalam tubuhnya.

Sekejap kemudian, ledakan energi kecil terjadi, mengguncang tanah di sekitarnya. Namun, itu hanya permulaan. Ledakan demi ledakan terus terjadi, semakin kuat, semakin dahsyat. Alam seakan bergemuruh menyaksikan kebangkitan sosok luar biasa.

Hingga akhirnya, Alana membuka matanya. Sorot tajam yang terpancar dari kedua bola matanya bagaikan kilatan petir yang mengoyak langit malam. Ia merasakan tubuhnya jauh lebih ringan, lebih kuat, lebih tak terbendung.

"Hah, hanya sampai di tingkat ini saja?" gumamnya dengan nada kecewa. Padahal, kini ia telah mencapai tingkat Petarung Raja tingkat lima, sebuah pencapaian yang setara dengan para pemimpin klan. Jika orang lain mendengarnya, mereka pasti akan muntah darah mendengar betapa meremehkan nada suaranya.

Namun, bagi Alana, ini barulah permulaan. Badai telah bangkit. Dan dunia belum siap menghadapi kebangkitannya.

Sementara untuk tingkatan kekuatan ada beberapa yaitu

- petarung perunggu

( di bagi menjadi tiga tingkatan)

- petarung perak

( di bagi menjadi tiga tingkatan)

- petarung junior

(di bagi menjadi tiga tingkatan)

- petarung senior

( di bagi menjadi empat tingkatan)

- petarung raja

( di bagi menjadi sembilan tingkatan )

- petarung dewa

( di bagi menjadi sembilan tingkatan)

- dan petarung misteri

( di bagi menjadi lima tingkatan )

untuk tingkatan misteri tidak semua orang dapat mencapainya bahkan para kultivator ya ada di alam dewa dan alam neraka saja hanya bisa mencapai petarung dewa tingkat lima

dan untuk di dunia bawah yg saat ini alana tinggali hanya petarung raja tingkat tujuh itupun hanya ada dua orang yaitu kaisar yan pemimpin kekaisaran ling dan kaisar zo lang kekaisaran liu

" Sepertinya aku harus berlatih lebih keras lagi agar bisa menjadi lebih kuat dari ini. Namun, sebelum itu, aku harus mandi terlebih dahulu "

pikir Alana sambil menatap tubuhnya yang dipenuhi keringat dan cairan hitam yang menjijikkan. Mungkin itu adalah efek dari Pil Pembersih Tubuh yang telah bereaksi, mengeluarkan semua kotoran dan racun dari dalam dirinya.

Setelah selesai membersihkan diri, dia mengenakan pakaian yang menurutnya sangat kuno. Namun, saat melihat bayangannya di cermin, matanya melebar tak percaya.

"Tunggu… apakah ini aku?" bisiknya dengan nada takjub.

alana membolak-balikkan wajahnya di depan cermin. Mata sipit yang tajam, hidung mancung sempurna, bibir tipis nan indah, dan kulit sehalus batu giok yang bercahaya di bawah sinar lentera. Wajahnya yang baru ini bahkan jauh lebih cantik dibanding kehidupannya sebelumnya.

"Apakah ini efek dari Pil Pembersih Tubuh? Atau memang sejak awal aku sudah secantik ini?" gumamnya dengan seringai kecil, memandangi refleksi dirinya dengan penuh kekaguman.

Mengingat sesuatu, Alana tersentak.

"Ah! Bukankah hari ini adalah hari kepulangan Ayah setelah menyelesaikan misi klan? Sebelum menemuinya, aku ingin berjalan-jalan dan melihat bagaimana suasana di Klan king ini," ucapnya dengan senyum manis senyum yang menyimpan sesuatu yang menyeramkan.

Namun, sebelum itu, dia menyembunyikan aura dan tingkat kultivasinya. Salah satu keistimewaan dari Cincin Penguasa adalah kemampuannya untuk menyamarkan hawa pembunuh serta level kultivasi pemiliknya.

"Baiklah, saatnya keluar dan menghirup udara segar!" ujar Alana penuh semangat.

Namun, saat membuka pintu, alana terkejut mendapati pelayannya berdiri di depan kamar dengan wajah cemas.

"Apa yang Bibi lakukan di depan kamar saya?" tanya Alana dengan alis sedikit terangkat.

"M-maaf, Nona… Saya hanya khawatir dengan kondisi Nona, karena selama tiga hari ini, Nona selalu mengurung diri di kamar dan bahkan tidak makan sama sekali," jawab Bibi Ming jujur.

Sebagai seorang kultivator, tidak makan selama tiga hari memang bukan masalah besar. Bahkan, ada yang mampu bertahan hingga sebulan tanpa makan, tergantung tingkat kultivasinya.

"Bukankah Bibi bisa melihat sendiri? Aku baik-baik saja. Oh iya, aku ingin keluar sebentar untuk berjalan-jalan di sekitar klan. Tolong siapkan sarapan," kata Alana santai.

"Baiklah, Nona Alana. Saya akan segera menyiapkan sarapan untuk Nona."

Saat keluar dari paviliun tempat tinggalnya, dia merasakan tatapan merendahkan dari orang-orang di sekelilingnya. Mereka memandangnya seakan-akan dirinya adalah sampah tak berguna. Namun, Alana tidak peduli. DIa terus melangkah dengan tenang, angin membelai rambut panjangnya yang kini tampak lebih berkilau dan sehat.

Langkahnya membawanya ke sebuah bangunan megah dengan pilar kokoh berukiran naga Perpustakaan Klan Kim. Rasa penasaran menyelimutinya, mendorongnya untuk melangkah mendekat.

Namun, sebelum ia bisa memasuki gedung tersebut, dua penjaga di depan pintu segera menghalanginya. Alana menaikkan satu alis.

"Bukankah ini tempat umum? Aku juga bagian dari Klan King. Kenapa aku dilarang masuk?" tanyanya dengan suara dingin dan tatapan tajam.

Salah satu penjaga terkekeh meremehkan. "Nona Muda Yuna dan Tuan Muda Xian sedang ada di dalam. Orang rendah seperti kau tidak pantas duduk satu atap dengan mereka. Sebaiknya kau kembali ke kediamanmu."

Mereka berani berkata seperti itu karena tahu bahwa Alana adalah seseorang yang tidak bisa berkultivasi. Namun, mereka tidak sadar bahwa Alana yang sekarang bukanlah Alana yang dulu.

Amarah membakar dalam dirinya. Tanpa ragu, dia melepaskan sedikit aura kegelapan miliknya. Seketika, kedua penjaga itu berlutut, tubuh mereka bergetar hebat.

"Orang rendahan seperti kalian tak pantas berbicara seperti itu di hadapanku." Suara Alana terdengar dingin, menusuk hingga ke sumsum tulang belakang.

Dengan gerakan cepat, alana mengayunkan tangannya, menghempaskan kedua penjaga itu masuk ke dalam ruangan. Tubuh mereka membentur dinding dengan keras, terdengar suara tulang yang retak.

Di dalam perpustakaan, King Yuna dan King Xian yang sedang membaca segera berlari keluar, mengira ada serangan dari musuh. Namun, yang mereka temui hanyalah Alana yang berdiri dengan tenang, menatap mereka dengan senyum yang mencurigakan.

Mata King Yuna membelalak tak percaya.

"Bukankah… seharusnya dia sudah mati?" gumamnya tak percaya.

"Selamat siang, Yuna Jeje. Lama tidak bertemu," sapa Alana dengan senyum manis yang justru terlihat mengerikan di mata Yuna.

"Kau… sampah sepertimu berani memanggilku Jeje?!" King Yuna menggertakkan giginya, tubuhnya gemetar bukan hanya karena marah, tetapi juga karena tatapan tajam Alana yang menusuk jiwanya.

King Xian yang berdiri di samping Yuna ikut angkat bicara. "Kau berani membuat keributan dengan menyerang penjaga perpustakaan klan?!"

Alana hanya tertawa kecil. "Mereka menghalangiku masuk. Apa aku salah?"

King Yuna yang geram langsung melesat menyerangnya. Namun, Alana dengan mudah menghindar.

"Pukulan seperti itu tidak akan bisa menyentuhku."

Dengan satu pukulan ringan, Alana menghantam King Yuna, membuatnya terpental ke belakang dan menabrak dinding. Darah mengalir dari hidungnya.

King Yuna terengah-engah, tak percaya bahwa seseorang yang ia anggap sampah mampu menjatuhkannya hanya dengan satu serangan.

Keributan ini menarik perhatian para murid klan. Mereka berbondong-bondong datang, penasaran dengan apa yang terjadi.

"Bukankah itu Senior Yuna? Apa yang terjadi padanya?"

"Dan lihatlah… anak sampah dari Ketua Pertama! Kenapa dia ada di sana?!"

King Xian yang marah segera mengeluarkan pedang biru dari Cincin Semestanya dan bersiap menyerang.

"Aku akan membayar apa yang telah kau lakukan pada sepupuku. Sampah sepertimu sama saja dengan ayahmu itu!"

Mendengar ayahnya dihina, ekspresi Alana berubah dingin.

"Jangan berani-berani menghina ayahku." Suaranya berat, auranya menekan hingga beberapa murid yang melihatnya jatuh pingsan.

King Xian menyerang dengan cepat. Namun, Alana dengan mudah menghindar dan membalas dengan satu pukulan ke perutnya. Tubuh King Xian terpental ke belakang, jatuh tak sadarkan diri.

Ketua Keempat yang sejak tadi mengamati, kini turun tangan. "Kau berani sekali melukai muridku!" teriaknya, melepaskan aura Raja Tingkat Satu.

Namun, ketika Alana mengungkapkan kekuatan sejatinya, semua orang terkejut.

"Petarung Raja Tingkat Lima?!"

Ketua Keempat menatapnya dengan mata penuh ketakutan. Namun, pedangnya sudah terhunus, siap menyerang…

Melihat hal itu, Alana tidak mau kalah. DIa menghunus pedang hitamnya, yang seolah-olah menghirup kepekatan malam, lalu menerjang Ketua Keempat dengan kekuatan yang mengguncangkan udara.

Aura kematian merambat dari bilah pedangnya, menciptakan ketakutan yang menusuk sanubari setiap orang di sekitarnya. Kedua murid penjaga perpustakaan, yang kini telah sadar, hanya bisa meneguk ludah, wajah mereka pucat pasi.

"Seharusnya kita tidak menyinggung Nona Alana..."

"Semoga Nona Alana mau memaafkan kita..."

Benturan pedang mereka menghasilkan dentuman dahsyat, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang ruangan. Dalam sekejap, pedang Ketua Keempat patah menjadi dua, terpental dan menabrak tembok, membuat pemiliknya muntah darah.

DIa memandang Alana dengan gemetar, seolah melihat sosok Ratu Kegelapan yang turun ke dunia fana.

"Hari ini, jangan kalian pikir Alana akan diam saja saat direndahkan dan diganggu. Dan lagi, jangan membuat masalah denganku... atau kepala kalian akan lepas dari badan," ucap Alana dengan suara dingin sebelum berbalik meninggalkan tempat itu.

"Apakah dia benar-benar Alana?" gumam King Sin, tak percaya.

"Sebaiknya kita tidak lagi mengganggu Nona Alana," sahut yang lain dengan nada penuh ketakutan.

"Iya... lebih baik begitu..."

Mereka pun membubarkan diri, meninggalkan area yang kini dipenuhi ketegangan. Kini, hanya tersisa King Xian, Ketua Keempat, dan King Yuna yang masih tak sadarkan diri.

"Guru, apakah Guru baik-baik saja?" tanya King Xian dengan cemas.

"Aku tidak apa-apa. Lebih baik kita segera membawa Yuna ke ruang kesehatan," jawab Ketua Keempat dengan suara lemah.

 

Sementara itu, Alana telah tiba di paviliun ayahnya. Begitu ia melangkah masuk, pelayan setianya, Bibi Ming, segera menyambutnya dengan penuh hormat.

"Apakah Ayah sudah kembali?" tanya Alana, suaranya terdengar lembut namun tetap penuh kewibawaan.

"Belum, Nona. Mungkin Tuan akan datang malam nanti," jawab Bibi Ming dengan sopan.

"Oh iya, Nona, sarapan yang Anda pesan sudah siap di ruang makan."

Alana menghela napas. "Ah, Bibi, sepertinya aku ingin beristirahat sebentar. Aku lelah."

Ia kemudian melangkah menuju kamarnya tanpa menunggu jawaban, meninggalkan Bibi Ming yang hanya bisa menggelengkan kepala.

"Sejak insiden itu, rasanya seperti melihat orang lain dalam diri Nona Alana..."

Di dalam kamarnya, Alana duduk bersila dan memejamkan matanya. Sebuah senyum tipis namun mengerikan menghiasi bibirnya. "Ini baru permulaan... dan untuk ke depannya, aku akan memperlihatkan siapa Alana yang sesungguhnya, terutama padamu, Pemimpin Klan..."

Ia mulai bermeditasi, merasakan energi murni mengalir dalam tubuhnya, mengukir jalur kekuatan yang semakin kokoh.

 

Di luar sana, kegemparan telah menyebar seperti api yang menjilat hutan kering. Seluruh klan dikejutkan oleh kenyataan bahwa Alana, gadis yang selama ini mereka anggap sampah, telah berhasil mengalahkan King Yuna, King Sin, bahkan Ketua Keempat. Yang lebih mengejutkan, ia kini telah mencapai tingkat Petarung Raja Tingkat Lima.

"Hei, apa kau serius? Sepertinya kau kurang tidur. Bagaimana mungkin sampah itu bisa menjadi kuat dan mengalahkan mereka bertiga?" ucap seseorang dengan nada tak percaya.

"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Kalau tidak percaya, ya sudah!" jawab yang lain dengan kesal, lalu berlalu pergi, meninggalkan rekan-rekannya yang masih terpaku dalam kebingungan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!