NovelToon NovelToon

Gadis Licik Milik Jenderal

Sebuah keajaiban

"Semua bukti telah jelas. Permaisuri tidak ada lagi tempat untuk mu di istana ini," kaisar Wen Ming berdiri menatap Istrinya yang telah berakhir dalam ke terpurukan. Sutra panjang berwana putih di lemparkan. "Sudah waktunya kamu pergi," membalikan tubuhnya.

Permaisuri Li Yue An bangkit dari lantai yang dingin. "Kamu tahu aku tidak bersalah. Semua yang aku lakukan atas kehendak mu. Dan sekarang semua bukti di arahkan untuk ku. Yang Mulia, aku memang kejam tapi kamu lebih kejam. Enam ratus ribu jiwa rakyat biasa telah menjadi jembatan untuk kejayaan mu. Dan semua kesalahan kamu limpahkan kepada ku."

Kaisar Wen Ming menghentikan langkahnya. Dia melihat istrinya dengan ekor matanya. "Hari ini adalah hari pernikahan kita. Li Yue An, pernah kah kamu mencintai ku?"

Dada wanita itu seperti di hujami ribuan panah. "Pernah. Tapi hanya untuk sekilas."

Pria dengan jubah emas mengambang di tubuhnya tersenyum tipis. "Aku juga pernah mencintai mu. Bahkan hingga sekarang masih ada perasaan itu. Jika aku membiarkan semua kesalahan terarah pada ku. Semua yang aku miliki akan lenyap begitu saja. Kamu seharusnya tahu kesulitan yang aku hadapi."

"Hahahah..." tawa menggema. "Pada akhirnya aku hanya bidak catur yang sudah tidak bisa di mainkan. Wen Ming, jika ada kehidupan sebelanjutnya aku harap kita tidak akan pernah menikah. Aku harap kesalahan tidak akan terulang lagi," Permaisuri mengambil sutra putih di lantai.

Kaisar Wen Ming pergi meninggalkan ruangan kamar istrinya. "Tutup semua pintu dan jendela. Setelah Permaisuri pergi makamkan dia dengan layak. Bagiamana pun juga dia telah menemani ku selama sepuluh tahun terakhir," berjalan pergi.

"Baik," semua pengawal menunduk dan memberikan hormat.

Di dalam ruangan kamar, sutra putih di lemparkan ke atas balok kayu panjang yang telah di siapkan. Balok kayu di tempatkan pada ujung atas penyangga kamar. Dua kursi di satukan agar wanita itu dapat menggapai sutra yang telah di lemparkan kesisi lainya. Saat sutra di kaitkan dan di tali sangat kuat semua kenangan seperti mimpi buruk yang berdatangan. Air matanya menetes dadanya terasa sangat sesak. "Ayuan, ibunda akan datang menemani mu."

Sutra putih telah menggantung di lehernya. "Wanita kejam, licik seperti ku memang seharusnya berakhir seperti ini."

Braakk...

Kursi terjatuh. Kain sutra menjerat leher wanita itu sangat kuat.

Kemuliaan seumur hidup telah hilang meninggalkan nama hina untuk dirinya sendiri. Sejak saat itu dia telah menjadi wanita berdosa yang layak mati dan paling di benci semua orang di dunia. Kabut tebal di kedua matanya perlahan menghilang di ikuti perlawanan yang berhenti seketika.

Dua jam setelah meninggalnya Permaisuri Li Yue An. Jasadnya di semayamkan di hutan belantara pinggiran kota. Tidak ada batu nisan untuk sekedar memberikan nama pemilik makam.

Angin musim semi terasa hangat juga mematikan untuk orang-orang yang tersakiti. Semua rasa sakit telah di bawa pergi menuju ke tempat semula.

"....."

"Huh,"

"Nona kedua," suara itu terdengar sangat akrab.

Gadis di bawah pohon anggur terhentak kaget. Nafasnya tidak beraturan dengan keringat berjatuhan di keningnya. Celah di balik rambatan pohon anggur di atasnya membuat seberkas cahaya kecil menembus masuk. Dia menatap wajah gadis seusia dengannya menatap penuh ketakutan. "Kamu selamat?" Memikirkan perkataannya kembali. "Tapi aku ingat betul kamu telah terbunuh dalam hukuman enam puluh pukulan."

"Nona kedua. Apa yang anda katakan? Kenapa saya tidak mengerti? Tapi syukurlah Nona bangun. Saya sudah membangunkan anda lebih dari lima belas menit. Jika Nona tidak bangun saya pasti akan meminta tolong orang lain," gadis itu terlihat sangat khawatir.

"Cui mengapa kamu memanggil ku nona kedua?" Gadis muda itu bangkit dari kursi panjang miliknya. Dia duduk menatap kesegala arah. "Aku ada di mana?"

Pelayan Cui terlihat semakin khawatir. "Apa nona sakit? Saya akan memanggil tabib."

Gadis muda itu langsung memegang tangan pelayannya. "Tidak perlu aku tidak apa-apa. Cui saat ini tahun berapa?"

"Nona, saat ini tahun ke delapan belas pemerintahan Kaisar Wen Quan."

"Aku siapa?" Gadis itu masih ragu.

"Anda nona kedua Li Yue An. Nona apa anda sakit?"

'Aku kembali saat usai ku tujuh belas tahun?' Li Yue An bergumam di dalam hatinya. "Tidak."

Semua seperti kembali ke titik dimana dirinya masih menjadi gadis bodoh, tidak berpendidikan, sembrono, menyedihkan dan tidak berguna. Gadis muda itu bangkit berlari kesegala arah mencari kepastian. Semua orang di kediaman masih sama seperti sebelas tahun lalu.

"Nona kedua, saat ini di kediaman sedang ada pesta ulang tahun Nona pertama. Apa anda yakin ingin datang?" Pelayan Cui berusaha untuk menghentikan.

Li Yue An benar-benar menghentikan langkahnya. Dia sedikit berjalan beberapa langkah melihat keramaian dari kejauhan. Semua orang ada di sana, Ayahnya, tiga ibu tirinya juga semua saudaranya. Banyak pejabat datang hanya sekedar mengungkapkan perasaan mereka. Memberikan hadiah dan berbincang untuk mempererat hubungan mereka. Li Yue An menghela nafas dalam, "Sepertinya dewa ingin menghukum ku. Sehingga mengirim ku kembali ke masa lalu. Semua pertumpahan darah, pembantaian tiada habisnya seperti sebuah mimpi panjang yang mengerikan."

"Apa yang nona kedua gumamkan? Kenapa saya tidak mengerti," pelayan Cui menatap penuh kebingungan.

"Cui kamu tidak perlu mengambil pusing apa yang aku katakan. Kamu hanya harus ingat satu hal. Jika kamu memiliki seorang kekasih katakan saja. Aku pasti akan menyatukan kalian berdua," Li Yue An menatap lembut. Dia tidak ingin masa depan terulang kembali. Pelayannya Cui telah membantunya melewati semua rintangan selama hidupnya. Orang yang paling setia.

Wajah pelayannya itu terlihat memerah malu. "Tidak ada. Nona muda membuat ku malu."

Li Yue An tersenyum, gadis di depannya benar-benar sangat polos. "Kita kembali. Keramaian seperti itu tidak akan cocok untuk ku."

"Baik."

Gadis muda itu pergi di ikuti pelayannya menuju ke halaman kediamannya lagi. Saat masuk ke dalam kamar dia duduk sembari memandangi wajahnya di pantulan kaca. Tidak ada kerutan ataupun guratan halus di wajahnya. Meksipun ayahnya dan ibu tirinya tidak menyukainya tetap saja keperluan keluarga selalu di lengkapi. Kehidupan pengasingan yang ia jalani selalu membuat orang lain menganggap dirinya seorang gadis sombong. Terkadang kakak tertuanya putri pertama keluarga Li selalu membuat masalah di kediamannya. Ayahnya tidak terlalu menanggapi dan Nyonya pertama selalu membuat alasan untuk menghukum dirinya. Hingga di hari ulang tahunnya yang ketujuh belas tahun dia membuat rencana agar bisa menjadi selir Pangeran keempat. Karena parasnya dan kecerdikannya dalam membantu semua kebusukan dari Pangeran keempat Li Yue An di angkat menjadi Permaisuri.

Sebulan setelah pengangkatannya menjadi Permaisuri dia mendapatkan bukti kejahatan ayahnya yang telah menggelapkan dana pemerintah. Keluarga Li hancur di tangan anak kedua mereka. Seluruh keluarga di bunuh tanpa ada yang tersisa. Hanya Nona kedua yang telah menjadi Permaisuri dan mengungkap kebenaran yang tetap masih hidup.

Pesta malam

Beberapa orang datang menuju ke halaman Utara tempat tinggal Nona kedua Li. Perempuan usia dua puluh tahun memimpin enam pelayan wanita bersamanya. Dia berhenti tepat di depan pintu kamar Nona kedua Li. "Adik kedua," suara ketukan pintu terdengar. Saat pintu di buka Nona pertama Li Huan menatap enggan. "Nanti malam akan ada pesta perayaan kedua. Kamu harus hadir. Semua orang akan datang. Bahkan teman-teman ku dari akademi juga datang," nada bicaranya terdengar kesal. Jika bukan karena mementingkan harga dirinya Nona pertama Li Huan tidak akan berbesar hati memohon.

Li Yue An menetap santai, "Kakak pertama, adik kedua ini tidak berpendidikan. Takut mengotori pandangan semua orang."

"Kamu!" Nona pertama Li Huan terlihat menahan amarahnya. "Asalkan kamu datang aku tidak peduli. Kamu hanya perlu menghindar di tempat tenang. Apa pun yang kamu lakukan aku tidak akan peduli," dia semakin tidak sabar. Tatapan mata adiknya sangat berbeda dari beberapa waktu lalu. Tapi sekarang tatapan itu sangat dingin juga jauh. Bulu kuduknya bahkan berdiri saat kedua matanya saling menatap.

"Baik. Seperti yang kakak pertama inginkan," Li Yue An tidak ingin berdebat terlalu banyak.

Tatapan merendahkan sangat jelas terlihat. "Aku ingin pergi berganti gaun baru. Kembali ke kamar," Nona pertama Li Huan berjalan pergi meninggalkan halaman Utara di ikuti semua pelayan di bawah kendalinya.

"Nona kedua, anda jelas-jelas tidak menyukai keramaian. Kenapa harus menyusahkan diri sendiri!" Cui menatap tidak tega.

"Cui. Aku juga harus berganti baju. Siapkan baju yang lebih sederhana," Li Yue An kembali duduk dan mengambil buku cerita yang ada di kamarnya. "Heheheh..." tawanya sesekali terdengar. "Cerita ini cukup menarik. Peran utama dari cerita cukup mengenaskan."

Pelayan Cui datang membawa baju ganti sederhana. "Nona kedua. Saya juga pernah membaca buku cerita ini. Cerita di dalamnya cukup tragis. Tapi kenapa anda tertawa senang?"

Li Yue An menutup buku cerita meletakkannya di meja. "Aku menertawakan kebodohan wanita di dalam cerita. Dia berulang kali mengetahui keburukan suaminya tapi tetap membela juga membantunya. Pada akhirnya dia meninggal di tangan suaminya sendiri karena wanita baru," menyentuh gaun di tangan pelayannya Cui. Wanita di dalam cerita mengingatkan kebodohan dan kegilaannya akan kekuasaan, kemuliaan, kemewahan. Yang harus membuatnya menjadi kambing hitam dari kekejaman suaminya sendiri. "Gaun ini cukup sederhana. Tapi juga lebih nyaman saat di gunakan. Kain sangat ringan dan halus."

"Saya akan membantu Nona berganti."

"Baik."

Setelah berganti baju Li Yue An duduk di depan cermin. Wajah tanpa riasan masih terlihat segar dan penuh aura gadis muda. Hanya taburan ringan di wajah bahkan sama sekali tidak terlihat. Di tambah pewarna bibir yang cukup kalem. Membuat wajahnya menjadi jauh lebih segar. Dia ingat betul kejadian di malam ini pada kehidupan sebelumnya. Saat itu dia tidak terlalu mengerti banyak hal. Demi ingin tampil cantik dirinya merias wajahnya menjadi bahan tertawaan semua orang. Pakaian yang ia kenakan sangat mewah bahkan lebih mewah dari kakak pertamanya. Tatapan semua orang semakin merendahkan bahkan bisikan pelan mereka sangat menusuk telinganya.

"Nona kedua waktunya sudah tiba," pelayan Cui membuka pintu kamar.

Li Yue An berjalan keluar dengan langkah anggun juga sangat tenang. Gaun sederhana yang ada di tubuhnya justru semakin memperlihatkan aura gadis muda tenang dan sopan. Tusuk konde berbentuk teratai merah menggantung indah di kepalanya. Dia berjalan di ikuti pelayan setianya Cui menuju halaman depan. Saat sampai di halaman depan suasana terlihat sangat meriah. Lampion berwarna-warni dengan lima bentuk hewan berbeda. Kucing, kelinci, marmut, dan kupu-kupu tergantung memenuhi halaman depan. Sutra biru dan putih saling menyatu menggantung di setiap sudut bangunan. Orang-orang mulai berdatangan banyak dari mereka berpakaian mewah.

"Ayah, Ibu. Ibu selir, kakak pertama."

Li Yue An memberikan salam kepada semua orang.

"Aku sudah bilang. Baju yang aku pilihkan lebih baik. Kenapa kamu malah bersikeras memakai baju lusuh ini. Suami ku sekarang banyak orang dari kalangan pejabat datang," wanita dengan gaun kuning keemasan berjalan menarik suaminya yang terlibat tidak perduli. Dia Bibi kedua keluarga Li. Selalu ingin suaminya yaitu anak kedua keluarga Li, Li Mu Guang menjadi pejabat pemerintahan. Namun Li Mu Guang tidak pernah memiliki ambisi untuk maju menjadi pejabat.

Anak pertama keluarga Li, Li Qiang yaitu ayah Li Yue An menetap dingin. "Jika ingin ribut tidak perlu datang."

Bibi kedua Man Yi terdiam. Dia terus menyenggol lengan suaminya juga mencubitnya beberapa kali.

Anak ketiga keluarga Li, Li Qun datang bersama istrinya dan kedua anaknya.

Keadaan di halaman depan semakin ramai membuat Li Yue An sudah tidak bisa menahan rasa malasnya. "Ayah, Li Yue An ingin duduk di tempat yang lebih tenang."

Tuan Li Qiang tahu anak keduanya sangat tidak menyukai keramaian. "Em," bergumam kecil.

Li Yue An tentu mengerti maksud ayahnya. Setelah di berikan persetujuan dia pergi menuju ke salah satu tempat duduk yang cukup jauh dari keramaian. Di ujung halaman tempat terdekat dengan para pelayan. Dengan tenang Li Yue An menikmati waktunya.

Pelayan Cui menuangkan teh panas ke dalam cangkir kosong yang bersih lalu memberikannya kepada Nona keduanya. Dia mundur berdiri tepat di belakang Nona keduanya.

Ada begitu banyak orang yang datang di kediaman Li. Yang merupakan pejabat tingkat ke tiga menteri pembangunan. Para siswa dan siswi akademi juga telah datang untuk memberikan ucapan kepada Nona pertama Li Huan. Acara di mulai tepat pukul delapan malam. Semua orang duduk di tempat yang telah di siapkan. Acara berlangsung meriah di mulai dari pertunjukan jalanan, pembacaan puisi, permainan Qin (alat musik).

Beberapa siswa laki-laki selalu menatap kearah yang sama. Ketempat gadis muda yang tengah duduk tenang tanpa gangguan di ujung halaman.

"Dia siapa?"

"Sangat cantik. Kecantikan alami tanpa noda."

"Gaun sederhana itu membuat kecantikan tidak tenggelam."

"Dia gadis dari keluarga mana? Aku tidak pernah melihatnya."

Suara bisikkan saling bersautan.

Dari kelompok siswi akademi juga mulai menyadari kehebohan yang terjadi.

"Gadis itu memang sangat cantik."

"Benar. Sesama wanita aku juga merasa begitu."

"Nona pertama Li Huan, apa kamu tahu siapa dia?" Salah satu gadis menunjuk kearah ujung halaman yang sepi.

"Wajahnya di bawah sinar rembulan terlihat jernih juga indah."

Mendengar kegaduhan itu Nona pertama Li Huan merasa kesal. Semua perhatian bahkan sudah di rebut adik keduanya. "Dia adik kedua ku. Tidak bisa membaca ataupun menulis. Dia selalu menyendiri tidak suka keramaian."

"Apa keluarga terpandang juga tidak mengajari putri mereka menulis dan membaca?" seorang gadis muda berbicara cukup keras. Membuat semua orang mendengarnya dan memikirkan hal yang sama.

Nona pertama Li Huan ingin menelan kata-katanya kembali. Namun sudah terlambat, "Ibunya hanya seorang budak rendahan. Bahkan pernah melakukan kesalahan sehingga mereka berdua di asingkan. Baru lima tahun ini adik kedua di bawa kembali karena ibunya meninggal."

Nyonya Li langsung memelototi anak pertamanya. Semua rahasia keluarga bisa saja di bongkar habis oleh kebodohan anaknya itu. "Semuanya, sudah waktunya untuk menikmati pertunjukan selanjutnya."

Nona pertama Li Huan terdiam tidak berani mengatakan apa pun. Semua orang juga diam.

Sedangkan Li Yue An menikmati tehnya sembari memandang kearah rembulan tanpa gangguan.

Nona kedua Li Yue An

Li Yue An pergi meski pesta belum berakhir. Dia mengarah ke halaman kediamannya.

"Nona kedua," terdengar suara dari arah sebaliknya.

Li Yue An membalikkan tubuhnya melihat kearah suara. Seorang pemuda mendekat bersama pelayan laki-laki keluarga Li. Gadis muda itu menatap dingin tanpa ekspresi.

"Nona kedua," pelayan itu memberikan hormat. "Saya baru akan mengantarkan Tuan muda pertama Jing ke kamar kecil."

Pelayan Cui maju untuk menghadang. "Jika begitu teruskan. Jangan menganggu nona kedua."

"Baik. Tuan muda Jing silakan," pelayan laki-laki itu mencoba untuk segera pergi. Tapi pemuda di depannya tidak bergerak. Tatapan matanya tertuju pada gadis di depannya yang penuh keindahan.

Keadaan menjadi sangat canggung. "Nona kedua. Aku hanya ingin memberikan hadiah ini kepada mu," Tuan muda Jing mengeluarkan tusuk konde berlapiskan emas murni dengan ukiran merpati. "Sebenarnya aku ingin memberikan ini kepada ibu ku. Tapi sepertinya tusuk konde ini lebih cocok untuk mu," mengulurkan tangannya.

"Pelayan antarkan Tuan muda Jing ketempat yang dia inginkan," Li Yue An pergi begitu saja tanpa menanggapi lebih jauh. Pemuda sembrono itu putra pertama keluarga Jing. Dia ingat betul bagaimana kehancuran keluarga Jing terjadi. Mereka di tuduh melakukan pemberontakan dengan semua orang yang terlibat di penggal di alun-alun kota.

Pelayan laki-laki berbisik pelan. "Nona kedua terkenal sombong dan sulit berkomunikasi dengan orang lain."

Tuan muda Jing tersenyum. "Benarkah? Aku pikir ini justru sangat menarik. Ayo tunjukkan jalannya."

"Baik."

Di halaman kediaman Utara, Li Yue An memilih duduk di kuris halaman depan. Dia menyenderkan tubuhnya lebih nyaman.

"Saya akan mengambilkan jubah tebal," pelayan Cui masuk ke dalam kamar.

Sepoi angin malam terasa dingin juga menyejukkan. Cahaya rembulan terlihat penuh indah saat di nikmati tanpa keramaian. "Ayuan, para dewa membuat rencana lain untuk ibu. Lagi-lagi kita tidak bisa bersama," menatap garis bintang yang saling terhubung. Anak pertamanya meninggal karena ayahanda sendiri saat usianya baru tujuh tahun. Gadis muda itu memejamkan kedua matanya. Merasakan terpaan angin yang semakin kuat. Rasa dingin terasa tidak terlalu kuat saat jubah tebal di selimutkan dirinya. Sekitar jam sepuluh malam gadis muda itu kembali ke kamarnya.

Pelayannya Cui menyiapkan air hangat untuk mencuci wajah, tangan dan kaki. Baskom tidak terlalu besar di letakkan di meja. Pelayan Cui juga menyiapkan makan malam. "Nona muda belum makan malam ini. Saya membawakan beberapa lauk juga kue kacang."

Li Yue An membersihkan wajahnya, kedua tangan dan kakinya lalu menuju meja makan. "Cui, kita makan bersama. Kamu juga belum makan malam."

Pelayannya justru berlutut ketakutan. "Nona kedua apa aku melakukan kesalahanan?"

"Tidak. Jangan berlutut lantai sangat dingin. Berdiri, duduk di sini kita makan bersama. Apa aku semenakutkan itu? Sehingga membuat mu tidak ingin makan bersama ku?" suara Li Yue An terdengar sangat lembut.

Pelayan Cui mulai bangkit. Dia mendapati perubahan mendadak dari Nona keduanya. Tapi bagi dirinya hal ini sangat baik. Pelayan itu duduk di bangku kosong lainnya ikut menikmati makan malam bersama.

Di sisi lain, pesta berakhir semua orang mulai berhamburan pergi dari kediaman Li. Peran utama dalam pesta terlihat sangat murung. Nona pertama Li Huan terus menekuk wajahnya. Sesekali dia tersenyum saat tamu menyapanya. Tapi wajahnya kembali berubah di saat tamu pergi. "Tidak seharusnya aku mengajaknya. Hari bahagia ku justru menjadi lelucon."

Nyonya Li mendekat kearah putrinya. "Ibu selalu bilang untuk menjaga sikap. Kamu bahkan mengatakan hal yang tidak seharusnya. Apa kamu ingin ayah mu menjadi bahan gunjingan semua orang," menarik lengan putrinya.

"Ibu. Aku hanya kesal melihatnya menjadi pusat perhatian. Semua orang bilang jika dia sangat cantik. Sekalipun dia cantik, otaknya juga tidak bisa di jalankan dengan baik. Dia tidak bisa membaca ataupun menulis," Nona pertama Li Huan menggerutu cukup keras.

"Diam. Kamu seorang gadis tidak pantas mengatakan hal buruk seperti itu. Ibu selalu mengajari mu untuk bertindak lebih sopan layaknya gadis keluarga terpandang. Tapi mendengar ucapan mu ini ibu menjadi sangat malu," Nyonya Li hampir saja menampar putrinya sendiri.

Nona pertama Li Huan langsung diam. Dia tidak berani membantah ucapan ibunya.

Mereka masuk ke kamar utama Nyonya kediaman. Nyonya Li duduk di depan cermin melepaskan satu persatu tusuk konde yang penuh gemerlap kemewahan. "Dia hanya seorang gadis tanpa ibu. Ayah mu juga tidak memperhatikan dirinya. Huan er, dia tidak akan bisa menjadi Nona pertama kediaman Li. Tidak akan bisa mendapatkan kemuliaan Nona muda dari keluarga terpandang. Apa yang kamu takutkan?"

Nona pertama Li Huan mendekat memijat pelan pundak ibunya. "Aku juga cantik. Tapi kenapa semua orang justru memujinya."

Nyonya Li menepuk pelan tangan anaknya. "Kamu cantik. Kamu yang paling cantik. Setiap masalah harus di pikirkan lebih matang. Aku mampu membuat dia dan ibunya di asingkan. Bahkan untuk kedua kalinya," seringaian tajam sekilas terlihat di pantulan cermin.

Nona pertama Li Huan tersenyum senang.

Keesokan paginya, kediaman Li mulai beraktivitas seperti biasanya. Para pelayan mulai bangun setiap jam setengah lima pagi. Dan perkerjakan di lakukan saat jam lima pagi. Di halaman Utara Li Yue An telah berdiri tepat di pintu kamarnya. "Aaaa..." Dia merenggangkan tubuhnya. "Bangun pagi memang sangat menyegarkan untuk tubuh."

"Kenapa Nona kedua sudah bangun?" pelayan Cui terkejut. Dia baru saja merebus air panas untuk Nona keduanya dan baru pergi selama setengah jam. Saat dia kembali membawa baskom berisi air panas. Dia sudah melihat Nona mudanya yang selalu bangun jam tujuh pagi saat ini sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Aku ingin melihat matahari terbit," ujar Li Yue An menatap langit yang masih gelap.

"Saya akan menyiapkan kereta," pelayan Cui meletakkan baskom air panas di meja kamar lalu pergi menyiapkan kereta.

Li Yue An mencuci wajahnya juga menata rambutnya sebelum pergi.

"Nona kedua kereta sudah siap."

Mereka berjalan menuju pintu halaman belakang. Kereta kuda juga sudah menunggu di sana. Pelayan Cui meski seorang wanita dia cukup mahir menjalankan kereta kuda juga menaiki kuda. Sebelum di jual keluarganya pada keluarga Li. Dia di paksa keluarganya untuk bekerja di kandang kuda. Semua pekerja kasar sudah ia tekuni. Dan kini tanpa perlu kusir dia juga mampu menjalankan kereta kuda menuju ke semua tempat yang Nona keduanya inginkan.

Kereta melaju melewati pintu keluar ibu kota menuju kearah selatan. Membutuhkan waktu setengah jam untuk bisa sampai di padang rumput yang luas. Kereta berhenti di tempat yang selalu di gunakan Nona kedua untuk menikmati waktu kesendiriannya. "Nona kedua kita sudah sampai."

Padang rumput itu adalah tempat paling di hindari semua orang. Karena biasanya akan di gunakan beberapa peternak kuda untuk memacu kuda mereka. Hanya hamparan rumput yang luas dan hutan yang sudah seperti perisai mengelilinginya. Li Yue An keluar dari kereta dan turun di bantu pelayannya. "Sudah lama sekali aku tidak datang ke tempat ini."

"Nona kedua. Dua hari lalu kita baru saja dari sini. Apa itu sangat lama?" pelayan Cui berkata dengan kebingungan.

Li Yue An tersenyum. "Benar. Sangat lama. Bahkan terasa seperti satu kehidupan."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!