NovelToon NovelToon

Masa Kecil Bulan

prolog dan bab 1

Prolog

"Adek mau kemana?" tanya seorang pria berumur kisaran 35 tahun. Pria itu mengernyit, menatap gadis kecil yang tengah menyerat sebuah koper mainan.

"Bulbul mau pelgi. Migat ke lumah Oma!" ketus gadis itu dengan mata yang sudah terlihat berkaca-kaca.

Pria yang tadi bertanya ... sebut saja Papa Aldan, menghampiri gadis itu.

"Kenapa Bulbul mau pergi minggat? Ini udah malem, loh, Bul," ujar Aldan seraya berjongkok mensejajarkan tinggi badannya. Ingin rasanya menertawakan kelakuan anaknya itu. Lucu sekali.

"Bulbul mau pelgi, Bulbul ndak mau tingal di lumah ini!" sahut gadis itu dengan diiringi isak kecil dan juga air mata yang sudah membasuhi pipi cabinya.

"Kenapa, kok gitu? Inikan rumah Bulbul. Kenapa, Bulbul mau pergi?" tanya Aldan seraya terkekeh geli melihat kelakuan anaknya yang satu ini. Pasti ada saja kelakuan yang selalu membuatnya ingin tertawa terbahak.

"Bulbul tau kok. Bulbul, bukan anak Papa cama Mama ...," isak Bulbul, atau nama bagusnya Bulan. Lalu gadis itu mengusap hidungnya yang sudah mengeluarkan ingus dengan menggunakan lengan bajunya.

Aldan mengernyit. Bisa-bisanya anak itu berbicara demikian. Tidak tahu saja padahal dia itu hasil haynemoon keduanya di pulau Bali.

"Kata siapa Mbul? So tau kamu!"

"Bulbul tau ... tadi ata Bang Jojo ... Bulbul anak ungut. Bulbul, diungut di got ekat lumah Eful ...," tutur gadis itu sembari sesenggukan dengan bibir yang mencebik dan pipi gembilnya yang sudah berderaian airmata. Tak lupa dengan ingus yang masih meler.

"Jangan dengerin omongan Bang Jojo, ya, sayang. Bang Jojo itu bulsit!" ucap Aldan seraya mengusap rambut anak itu.

••

Bab 01

Perkara azab

Bulbul bergegas melangkah menuju kamar Jojo, atau nama bagusnya Kenzo. Dengan sekuat tenaga, gadis kecil itu menarik kebawah gagang pintu kamar tersebut, lalu mendorongnya sedikit kasar.

Bulbul berjalan dengan kaki sengaja dihentak-hentakan ke atas lantai. Tak lupa kedua tangan yang berada di pinggang saat melihat Jojo yang masih tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuh remaja itu.

Bulbul naik dengan susah payah ke atas kasur itu. Tangannya terulur menyibakkan selimut yang Kenzo gunakan. Dan langsung menduduki tubuh Kenzo dengan kasar.

"Bang Jojo bangun!" ujar Bulbul dengan suara yang melengking. Tak lupa tangannya menjambak rambut Kenzo.

"Bang Jojo, ih bangun, bangun, bangun!" tangannya terus menarik rambut Kenzo.

Kenzo mengerang. "Argh! Apaan, si Bul! Jangan ganggu!"

"Abang, Abang, bangun udah ciang jangan tidul telus ih!" ujar Bulbul sembari memukul-mukul pipi Kenzo.

"Diem Embul!" sewot Kenzo dengan suara seraknya.

"Abang, bangun, dak? Kalo ndak bangun Bulbul, kasi tau Mama, ni!" ancam Bulbul melipat kedua tangannya di bawah dada. Gadis itupun masih setia duduk di atas tubuh Kenzo.

"Bodo, Bul. Ini hari minggu, jangan ganggu Abang!" sahut Kenzo kembali menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Tangan gadis itu kembali menarik kasar rambut Kenzo. "Bangun, bangun, bangun! Abang udah janji katanya mau beliin ikan cupang, buat Bulbul!"

Kenzo tidak merespon. Remaja itu memilih tidur kembali.

Bulbul menggaruk pipinya yang terasa gatal. Bibirnya mencebik melihat Kenzo malah kembali tidur. Oleh karena itu, dengan gesit Bulbul mengigit sebelah pipi Kenzo yang tidak terhalangi bantal.

Seketika Kenzo membuka matanya lebar-lebar, lalu terbangun diiringi jeritan histeris seraya memegangi pipinya yang terasa perih. "AWW! BUL, SAKITT!" ujarnya berteriak.

Bulbul terlonjak kaget mendengar teriakan Kenzo, dan bertepatan dengan Kenzo bangun otomatis membuat tubuhnya yang duduk di tubuh Kenzo seketika terjungkal ke bawah. Untung saja di bawah terhalangi oleh karpet berbulu serta selimut tebal milik Kenzo membuat tubuh gadis itu tidak terlalu sakit. Namun, tetap aja ....

"HUAAA!! ABANG JOJO AHAT! ATITT ... MAMA ...!" teriak Bulbul seraya menangis histeris menggema ke seluruh penjuru rumah. Terlihat posisi gadis itu telentang tak berdaya di bawah sana.

Kenzo masih duduk di atas kasurnya, mengusap perihatin pipinya yang terkena gigitan maut dari Bulbul.

Tak berselang lama, setelah teriakan Bulbul, Mamanya menghampiri kamar Kenzo dengan masih mengenakan celemeknya.

"Ada apa si Zo! Adek kamu kenapa?!" tanya Winda menatap Kenzo yang masih memegangi pipinya, dengan rambut yang terlihat acak-acakan.

"Bulbulnya mana?!" ujar Winda lagi, melihat sekeliling mencari keberadaan Bulbul. Namun, tidak terlihat, hanya terdengar isakan kecil gadis itu saja.

"MAMA! ATITT ... BANG JOJO AHAT ... HUAA!" Bulbul kembali menangis histeris.

Mendengar itu, Winda segera berjalan menghampiri Bulbul yang tergeletak tak berdaya di samping kasur Kenzo.

"Astagfirullah, Bul, kamu kenapa? Ngapain tiduran di situ!" ujar Winda, lalu membantu Bulbul untuk bangun.

"MAMA ... ATIT, BANG JOJO BUAT BULBUL JATO!" adu anak itu, masih diiringi isakkan dan tak lupa ingusnya yang meler keluar.

"Zo!" tegur Winda menatap Kenzo yang masih meringis memegangi pipinya yang memerah.

"Enggak Mah! Salah sendiri ganggu orang tidur. Nih, liat aku digigit sama si Embul!" Kenzo membela diri sambil menunjukan pipinya yang menjadi korban atas gigitan Bulbul.

Winda mengehela napasnya. "Kamu ngapain juga jam segini masih tidur, ini udah jam berapa Kenzo!" omel Winda.

"Ini kan hari libur mah!" bela Kenzo dengan diiringi ringisan pelan.

Winda berdecak. "Ya, gak sampe siang juga, kan!"

Winda beralih menatap Bulbul yang masih sesenggukan. "Udah jangn nangis. Bulbul kalo mau bangunin orang jangan gitu lagi, yah?!"

Winda kembali menatap Kenzo yang masih duduk manis di atas kasurnya tak lupa memegangi pipinya. "Tunggu apa lagi! Mandi cepet sana, udah siang!"

Kenzi berdecak. "Iya-iya!" dan beranjak segera menuju kamar mandinya.

•••

Bulbul berjalan dari arah dapur menuju ruang tengah, dengan tangan yang tengah memegangi sebuah cangkir yang biasa ia gunakan untuk meminum susu. Menghampiri Kenzo yang tengah asik menonton sinetron.

Gadis itu naik ke atas kursi dan duduk manis di sebelah Kenzo, dengan mulut yang masih setia menghisap susu di cangkirnya.

Tanganya terulur mengambil remot tv yang berada di sebelahnya. Menekan, untuk memindahkan chanel program televisi tersebut. Menjadi sebuah kartun kesukaannya, yakni, si kembar botak.

"Apaan, si Bul, main pindah-pindahin aja!" sewot Kenzo tangan terulur kembali mengambil remot itu dan memindahkannya lagi. "Orang lagi asik juga!" gerutunya lagi.

"Abang ih! Sineton Upin, Ipin, selu tau!" protes Bubul dan menyimpan cangkir yang sudah kosong ke sembarangan arah.

"Pindain dak?!" ancamnya dengan mata melotot dan pipi dikembungkan menatap Kenzo.

Kenzo tergelak melihat ekspresi wajah Bulbul. "Enggak! Ngapain nonton si botak yang dari Abang TK kagak gede-gede!"

Bulbul menggaruk pipinya, gadis itu berpikir 'apa iya?' Tapi gak munggin pasti ia dikibuli'. "Abang aja yang kecepetan besalnya!"

"Upin, Ipin gak seru Bul! Mending nonton pilem azab!" sahut Kenzo.

"Tau gak, azab Bul?" Kenzo bertanya.

Bulbul menyernyit menerawang jauh ke sana perasaan ia perna mendengar kata itu. "Tau, Bulbul pelnah di ajalin ajab cama Mama!" sahut Bulbul akhirnya. Gadis cilik itupun terlihat bangga.

Kenzo tersentak mendengarnya, 'gak mungkin Mama ngajarin gak bener sama anak sendiri!' Kenzo membatin, pasti Bulbul salah tanggap.

Kenzo terus berpikir keras.

Azab?

Azab?

Pasti adek gue salah tanggap.

Azab?

Pernah di ajarin azab?

Azab?!

Azab?!

Kenzo mengerutkan keningnya terus berpikir.

Azab!

Zab

Zab

Zab

"Mama gimana coba ngajarin Bulbul nya?" tanya Kenzo akhirnya, pasalnya otaknya tidak sampai dengan apa yang Bulbul katakan.

Bulbul mengetukkan jari pada dagunya, tak lupa bibir yang mengerucut. "Bental Bulbul lupa!"

Lima menit kemudian, anak itu masih dengan posisi yang sama.

Kenzo berdecak. "Udah inget belom, Bul! Lama banget nginget-ngingetnya!"

"Bental sikit lagi!" ujar Bulbul memejamkan matanya dengan telunjuk tangan berada di pelipisnya.

Kenzo ngendengkus, "Udah belom!"

"Ohhh! Bulbul inget sekalang!" ujarnya heboh.

"Yang gini lo Bang. A, b, c, d, e, ef, ge, ha---telus apa lagi ya, Bulbul lupa!" ucap Bulbul seraya menghitung menggunakan jarinya dan menggaruk kepalanya karena lupa.

Ingin rasanya Kenzo menengis mendengar apa yang Bulbul katakan. 'Itu Abjad anjim a b j a d! Bukan azab ... Ya Allah sabarkan hambamu ini ya Allah!' batin kenzo menangis histeris. Dan bertepatan dengan perbatinan Kenzo lagu 'kumenangiss' bermelodi di film yang tengah di tontonnya.

"Embul! Sayang, Embul imut macam dugong! Embul pinter melebihi Abang mu ini yang guanteng, anaknya Papa Aldan sama Mama Winda. Itu abjad cantiku, solehaku, bukan azab!" ujar Kenzo ingin rasanya ia membuang adiknya satu ini ke sungai amazon.

Bulbul kembali menggaruk pipinya. "Ohh, Bulbul, calah, yak? Telus ajab apa Bang?" tanya Bulbul mengerjapkan matanya pelan.

Kenzo menatap Bulbul intens, lalu tanganya di letakan di dagu seperti orang yang tengah berpikir. "Azab itu ... emm ... apa ya, Bul? Emm ... azab, nanti-nanti Abang mikir dulu!"

Bulbul menggaruk lehernya menatap Kenzo yang tengah menatap ke arah langit-langit.

"Gini Bul. Azab itu seseorang yang berbuat jahat kepada orang lain dan Tuhan membalas orang jahat itu dengan azab! Gitu Bul!" jelas Kenzo panjang lebar.

Bulbul mengerjapkan matanya, mulutnya terbuka sedikit mencerna ucapan Kenzo.

"Ngerti gak Bul?" tanya Kenzo.

Bulbul mengangguk mantap, meskipun gak ngerti sih, malu dong nanti di hujat lagi. "Ngelti dong Bulbul, kan pintel." ujarnya bangga.

"Coba, apa?" tanya Kenzo lagi.

Bulbul mengerutkan Alisnya dalam-dalam tak lupa bibirnya mengerucut. "Em ... bental-bental, Bulbul lupa, tadi Abang omong apa!" ujarnya menundukan sedikit kepalanya dengan tangan merekah di atas kepala.

••

bab 2 Perkara azab

Bulbul bergegas melangkah menuju kamar Jojo, atau nama bagusnya Kenzo. Dengan sekuat tenaga, gadis kecil itu menarik kebawah gagang pintu kamar tersebut, lalu mendorongnya sedikit kasar.

Bulbul berjalan dengan kaki sengaja dihentak-hentakan ke atas lantai. Tak lupa kedua tangan yang berada di pinggang saat melihat Jojo yang masih tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuh remaja itu.

Bulbul naik dengan susah payah ke atas kasur itu. Tangannya terulur menyibakkan selimut yang Kenzo gunakan. Dan langsung menduduki tubuh Kenzo dengan kasar.

"Bang Jojo bangun!" ujar Bulbul dengan suara yang melengking. Tak lupa tangannya menjambak rambut Kenzo.

"Bang Jojo, ih bangun, bangun, bangun!" tangannya terus menarik rambut Kenzo.

Kenzo mengerang. "Argh! Apaan, si Bul! Jangan ganggu!"

"Abang, Abang, bangun udah ciang jangan tidul telus ih!" ujar Bulbul sembari memukul-mukul pipi Kenzo.

"Diem Embul!" sewot Kenzo dengan suara seraknya.

"Abang, bangun, dak? Kalo ndak bangun Bulbul, kasi tau Mama, ni!" ancam Bulbul melipat kedua tangannya di bawah dada. Gadis itupun masih setia duduk di atas tubuh Kenzo.

"Bodo, Bul. Ini hari minggu, jangan ganggu Abang!" sahut Kenzo kembali menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Tangan gadis itu kembali menarik kasar rambut Kenzo. "Bangun, bangun, bangun! Abang udah janji katanya mau beliin ikan cupang, buat Bulbul!"

Kenzo tidak merespon. Remaja itu memilih tidur kembali.

Bulbul menggaruk pipinya yang terasa gatal. Bibirnya mencebik melihat Kenzo malah kembali tidur. Oleh karena itu, dengan gesit Bulbul mengigit sebelah pipi Kenzo yang tidak terhalangi bantal.

Seketika Kenzo membuka matanya lebar-lebar, lalu terbangun diiringi jeritan histeris seraya memegangi pipinya yang terasa perih. "AWW! BUL, SAKITT!" ujarnya berteriak.

Bulbul terlonjak kaget mendengar teriakan Kenzo, dan bertepatan dengan Kenzo bangun otomatis membuat tubuhnya yang duduk di tubuh Kenzo seketika terjungkal ke bawah. Untung saja di bawah terhalangi oleh karpet berbulu serta selimut tebal milik Kenzo membuat tubuh gadis itu tidak terlalu sakit. Namun, tetap aja ....

"HUAAA!! ABANG JOJO AHAT! ATITT ... MAMA ...!" teriak Bulbul seraya menangis histeris menggema ke seluruh penjuru rumah. Terlihat posisi gadis itu telentang tak berdaya di bawah sana.

Kenzo masih duduk di atas kasurnya, mengusap perihatin pipinya yang terkena gigitan maut dari Bulbul.

Tak berselang lama, setelah teriakan Bulbul, Mamanya menghampiri kamar Kenzo dengan masih mengenakan celemeknya.

"Ada apa si Zo! Adek kamu kenapa?!" tanya Winda menatap Kenzo yang masih memegangi pipinya, dengan rambut yang terlihat acak-acakan.

"Bulbulnya mana?!" ujar Winda lagi, melihat sekeliling mencari keberadaan Bulbul. Namun, tidak terlihat, hanya terdengar isakan kecil gadis itu saja.

"MAMA! ATITT ... BANG JOJO AHAT ... HUAA!" Bulbul kembali menangis histeris.

Mendengar itu, Winda segera berjalan menghampiri Bulbul yang tergeletak tak berdaya di samping kasur Kenzo.

"Astagfirullah, Bul, kamu kenapa? Ngapain tiduran di situ!" ujar Winda, lalu membantu Bulbul untuk bangun.

"MAMA ... ATIT, BANG JOJO BUAT BULBUL JATO!" adu anak itu, masih diiringi isakkan dan tak lupa ingusnya yang meler keluar.

"Zo!" tegur Winda menatap Kenzo yang masih meringis memegangi pipinya yang memerah.

"Enggak Mah! Salah sendiri ganggu orang tidur. Nih, liat aku digigit sama si Embul!" Kenzo membela diri sambil menunjukan pipinya yang menjadi korban atas gigitan Bulbul.

Winda mengehela napasnya. "Kamu ngapain juga jam segini masih tidur, ini udah jam berapa Kenzo!" omel Winda.

"Ini kan hari libur mah!" bela Kenzo dengan diiringi ringisan pelan.

Winda berdecak. "Ya, gak sampe siang juga, kan!"

Winda beralih menatap Bulbul yang masih sesenggukan. "Udah jangn nangis. Bulbul kalo mau bangunin orang jangan gitu lagi, yah?!"

Winda kembali menatap Kenzo yang masih duduk manis di atas kasurnya tak lupa memegangi pipinya. "Tunggu apa lagi! Mandi cepet sana, udah siang!"

Kenzi berdecak. "Iya-iya!" dan beranjak segera menuju kamar mandinya.

•••

Bulbul berjalan dari arah dapur menuju ruang tengah, dengan tangan yang tengah memegangi sebuah cangkir yang biasa ia gunakan untuk meminum susu. Menghampiri Kenzo yang tengah asik menonton sinetron.

Gadis itu naik ke atas kursi dan duduk manis di sebelah Kenzo, dengan mulut yang masih setia menghisap susu di cangkirnya.

Tanganya terulur mengambil remot tv yang berada di sebelahnya. Menekan, untuk memindahkan chanel program televisi tersebut. Menjadi sebuah kartun kesukaannya, yakni, si kembar botak.

"Apaan, si Bul, main pindah-pindahin aja!" sewot Kenzo tangan terulur kembali mengambil remot itu dan memindahkannya lagi. "Orang lagi asik juga!" gerutunya lagi.

"Abang ih! Sineton Upin, Ipin, selu tau!" protes Bubul dan menyimpan cangkir yang sudah kosong ke sembarangan arah.

"Pindain dak?!" ancamnya dengan mata melotot dan pipi dikembungkan menatap Kenzo.

Kenzo tergelak melihat ekspresi wajah Bulbul. "Enggak! Ngapain nonton si botak yang dari Abang TK kagak gede-gede!"

Bulbul menggaruk pipinya, gadis itu berpikir 'apa iya?' Tapi gak munggin pasti ia dikibuli'. "Abang aja yang kecepetan besalnya!"

"Upin, Ipin gak seru Bul! Mending nonton pilem azab!" sahut Kenzo.

"Tau gak, azab Bul?" Kenzo bertanya.

Bulbul menyernyit menerawang jauh ke sana perasaan ia perna mendengar kata itu. "Tau, Bulbul pelnah di ajalin ajab cama Mama!" sahut Bulbul akhirnya. Gadis cilik itupun terlihat bangga.

Kenzo tersentak mendengarnya, 'gak mungkin Mama ngajarin gak bener sama anak sendiri!' Kenzo membatin, pasti Bulbul salah tanggap.

Kenzo terus berpikir keras.

Azab?

Azab?

Pasti adek gue salah tanggap.

Azab?

Pernah di ajarin azab?

Azab?!

Azab?!

Kenzo mengerutkan keningnya terus berpikir.

Azab!

Zab

Zab

Zab

"Mama gimana coba ngajarin Bulbul nya?" tanya Kenzo akhirnya, pasalnya otaknya tidak sampai dengan apa yang Bulbul katakan.

Bulbul mengetukkan jari pada dagunya, tak lupa bibir yang mengerucut. "Bental Bulbul lupa!"

Lima menit kemudian, anak itu masih dengan posisi yang sama.

Kenzo berdecak. "Udah inget belom, Bul! Lama banget nginget-ngingetnya!"

"Bental sikit lagi!" ujar Bulbul memejamkan matanya dengan telunjuk tangan berada di pelipisnya.

Kenzo ngendengkus, "Udah belom!"

"Ohhh! Bulbul inget sekalang!" ujarnya heboh.

"Yang gini lo Bang. A, b, c, d, e, ef, ge, ha---telus apa lagi ya, Bulbul lupa!" ucap Bulbul seraya menghitung menggunakan jarinya dan menggaruk kepalanya karena lupa.

Ingin rasanya Kenzo menengis mendengar apa yang Bulbul katakan. 'Itu Abjad anjim a b j a d! Bukan azab ... Ya Allah sabarkan hambamu ini ya Allah!' batin kenzo menangis histeris. Dan bertepatan dengan perbatinan Kenzo lagu 'kumenangiss' bermelodi di film yang tengah di tontonnya.

"Embul! Sayang, Embul imut macam dugong! Embul pinter melebihi Abang mu ini yang guanteng, anaknya Papa Aldan sama Mama Winda. Itu abjad cantiku, solehaku, bukan azab!" ujar Kenzo ingin rasanya ia membuang adiknya satu ini ke sungai amazon.

Bulbul kembali menggaruk pipinya. "Ohh, Bulbul, calah, yak? Telus ajab apa Bang?" tanya Bulbul mengerjapkan matanya pelan.

Kenzo menatap Bulbul intens, lalu tanganya di letakan di dagu seperti orang yang tengah berpikir. "Azab itu ... emm ... apa ya, Bul? Emm ... azab, nanti-nanti Abang mikir dulu!"

Bulbul menggaruk lehernya menatap Kenzo yang tengah menatap ke arah langit-langit.

"Gini Bul. Azab itu seseorang yang berbuat jahat kepada orang lain dan Tuhan membalas orang jahat itu dengan azab! Gitu Bul!" jelas Kenzo panjang lebar.

Bulbul mengerjapkan matanya, mulutnya terbuka sedikit mencerna ucapan Kenzo.

"Ngerti gak Bul?" tanya Kenzo.

Bulbul mengangguk mantap, meskipun gak ngerti sih, malu dong nanti di hujat lagi. "Ngelti dong Bulbul, kan pintel." ujarnya bangga.

"Coba, apa?" tanya Kenzo lagi.

Bulbul mengerutkan Alisnya dalam-dalam tak lupa bibirnya mengerucut. "Em ... bental-bental, Bulbul lupa, tadi Abang omong apa!" ujarnya menundukan sedikit kepalanya dengan tangan merekah di atas kepala.

••

bab 3 Dikejar si Boy

Bulbul tengah mondar-mandir di teras rumahnya dengan kepala yang di tundukan sedikit dan tangan disilangkan di bawah dada. Gadis itu tengah menunggu Kenzo pulang dari sekolahnya. Sesekali pandanganya mengarah pada gerbang rumahnya.

Pasalnya, kemari Kenzo mengatakan, bahwasanya dia akan membelikan ikan cupang yang minggu kemarin remaja itu gagal untuk mengajaknya membeli ikan itu.

"Dek, bisa diem gak?! Mama pusing dari tadi liatin kamu mondar-mandir gak jelas gitu!" tegur Winda yang tengah duduk di kursi teras. "Lagi ngapain, sih, kamu!"

Bulbul berhenti sejenak dan menoleh menatap ke arah Winda. "Bulbul, lagi nunggu, Bang Jojo, Mama!" sahutnya dan kembali melakukan kegiatan berjalan mondar-mandir.

Winda berdecak melihat kelakuan anaknya itu. Pasalnya, sudah dari tadi Bulbul mondar-mandir begitu. "Kan, bisa sambil duduk Embul. Emang kamu gak capek mondar-mandir terus dari tadi!"

Bulbul menyeka keringat yang bercucur dari pelipisnya dan memilih untuk duduk selesehan di atas lantai itu, menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokan yang teras kering. Lalu mendongkak menatap Winda. "Mama Bulbul aus, mau cucu!"

"Tuh, kamu capekkan?" tanya Winda.

Bulbul mengagguk menyenderkan punggungnya pada tiang di sebelahnya. "Bang Jojo lama, ndak pulang-pulang dali tadi, Mama!"

"Sabar dong Bul, kan Bang Jojo nanti pulang sekolahnya jam 2 siang!" sahut Winda, dan meminum tehnya.

Bulbul mengerucutkan bibirnya. "Masi lama dak, Ma?"

"Baru juga jam satu Bul. Satu jam lagi!" jawab Winda.

Bulbul mendesah, "Satu jam tu lama dak, Mah?"

"Lama, kalo kamu tungguin mah, apalagi sambil mondar-mandir kaya tadi!" sahut Winda lagi.

"Iih, Mama, Bulbul bilang, Bulbul mau cucu!" rengek Bulbul mengerucutkan bibirnya kesal. "Bulbul aus Mama!" rajuk Bulbul.

Winda menghela napasnya, "Makannya, Mama bilang juga apa diem, bandel si kalo di bilangin!"

Bulbul mengerucutkan bibirnya dan menggerak-gerakan kaki kanannya.

Winda beranjak dari duduknya sambil membawa bekas teh yang sudah kosong.

"Mama, cucuna jangan pake dot, Bulbul ndak suka, Bulbul, kan udah gede, pake cangkil aja!" pintanya sebelum Winda benar-benar masuk ke dalam rumah.

Winda mendengkus pelan mendengar permintaan anaknya itu. "Kalo udah gede harusnya Embul udah gak minum susu lagi!"

"Iihh, Ndak bisa dong, Mama!" sewotnya mencebikkan bibirnya kesal.

Wida terkekeh, "Yaudah, Mama buatin dulu, kamu jangan pergi kemana-mana!" pesan Winda, pasalnya dulu Bulbul pernah pergi, katanya si mau jajan. Namun, anak itu malah main sampai magrib bersama anak-anak lain di ujung komplek perumahan sana.

•••••

Kali ini Bulbul menunggu Kenzo datanga dari sekolahnya di sofa ruang tamu, gadis itu tengah berbaring di atas sofa tersebut. Namun, dengan posisi kaki di atas sandaran sofa dan kepala menggantung sedikit kebawah tetapi sedikit jauh mengenai lantai.

Bulbul bahkan sudah meminum susu hampir empat kali saking lamanya menunggu Kenzo pulang.

Kini matanya sudah tidak bisa di ajak kompromi, tidak bisa lagi ditahan, ia mengantuk, munggkin efek minum susu kebanyakan.

"Assalamualaikum!" salam seseorang setengah berteriak, yang membuat Bulbul yang baru saja memejamkan matanya seketika terlonjak kaget, bahkan hampir saja ia salto.

Bulbul membenarkan posisinya menjadi duduk, tangannya mengucek matanya. "Bang Jojo, kok pulang lama?!" Bulbul menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal dan hal itu membuat rambutnya terlihat acak-acakan.

Kenzo menyernyit menatap Bulbul. "Kenapa emang? Abang biasanya, kan pulang jam segini."

"Bulbul nunggu Abang, dali pagi au!" sahutnya dan gadis itu langsung menguap.

Kenzo tergelak mendengarnya, "Ngapain, Bul?"

"Ikan cupang ana!" pinta Bulbul seraya mengadahkan tangannya.

"Oh, ikan cupang? Abang lupa belom beli, Bul!" sahut Kenzo dengan santai dan melangkah menaiki undakan tangga untuk ke kamarnya.

Bulbul menggaruk pipinya, terus apa gunanya ia nunggu Jojo dari pagi! "ABANG! TELUS KAPAN AU BELI IKAN CUPANG BUAT, BULBUL! HUAA!" teriaknya menggema di raung tamu.

"MAMA! BULBUL, AU IKAN CUPANG SEKAlANG! HUAA!" teriak Bulbul diiringi tangisan, dan berjalan ke arah kamar Winda.

•••••

Berhubung Winda terus saja mengonel untuk segera membeli apa yang di minat Bulbul yaitu ikan cupang. Kenzo akhirnya bergegas ke depan komplek dimana penjual ikan cupang itu berdagang.

"Mang, berapaan?" tanya Kenzo pada si penjual ikan cupang itu.

"Yang mana? Nih, kalo yang kagak ada warnanya dua ribu, kalo yang ada warnanya sepuluh ribu!" tutur si penjual itu.

"Yang murah aje, Mang!" ujar Kenzo dan merogoh saku celananya mengambil uang recehan.

"Beli tiga, Mang!" sambunggnya, jarinya tengah menghitung uang di telapak tangannya.

Si penjual ikan cupang itu berdecak saat Kenzo membayarnya dengan uang recehan, bukannya apa-apa kalo lima ratus, atau seribuan mah gak papa ia terima. Lah ini dua ratus perakan.

"Dek, jangan bayar pake uang receh gini juga, kek!" protes si penjual itu.

"Yang pentingkan uang, Bang!" sahut Kenzo mengambil ikan cupang itu.

"Uang yang ginian mah udah gak laku kali!" desis si penjual ikan supang tersebut. "Orang-orang gak akan mau nerima uang recehan kek gini, ribet!"

Kenzo berdecak. "Lah Mang, kreatif dikit kek, biar gak ribet, solatip dong, satuin!" sahut Kenzo. Mengacungkan kedua jempolnya.

"Lagian, darimana dapet uang kek gini, masih jaman apa melihara uang yang ginian," ujar si tukang cupang itu.

"Banyak Mang, apalagi di pinggir jalan, saya juga kalo nemu ya, dipungutlah lumaya, kan kalo ke kumpul banyak, buat jajan cilok!" sahut Kenzo.

"Udah, yah, Mang, makasih, saya pulang dulu assalamualaikum. Jangan lupa coba saran saya!" ujar Kenzo dan melengos pergi dari sana.

Konzo berjalan santai di tepi jalan, sambil bersiul sesekali melihat-lihat ikan cupang yang dibawanya.

"Kalo di goreng enak gak, yah?" ujar Kenzo bertanya pada diri sendiri. Sambil mengangkat ikan cupang tersebut.

"Jangan deh, kalo tiba-tiba gue di cupangin terus meninggoy, kan kagak lucu!" ujarnya lagi berbicara sendiri.

"Sepi amat ni komplek, kek kuburan aja. Kagak ada penghuninya apa!" Kenzo kembali bermonolog, sambil melihat kesekitarnya.

Kakinya refleks mendang kaleng bekas yang terdapat di hadapanya. Namun, tanpa sengaja Kenzo menendangnya terlalu kencang membuat sendal yang di gunakannya ikut terlempar. Dan sialnya ia tidak menyadari bahwa ia menendang kaleng tersebut tepat mengenai anjing milik Pak Jaenudin yang sedang berjalan santai di depan sana.

Anjing, tersebut sudah menggonggong-gonggong mentap ke arah Kenzo, bersiap hendak mengejar Kenzo.

"Alah siah, kumaha ieu!" ujar Kenzo was-was. "Aduh, sendal aing deuih, mana itu bari kemarin gue beli!" sambung Kenzo dan bergidik melihat anjing itu, sebut saja namanya, si Boy. Yang sebentar lagi bersiap ingin menerkam dirinya.

(alah siah gimana ini,) (aduh sendal gue lagi,)

"Boy, anak baik, rajin menabung, pinter, diem yah jangan ngejar dulu. Gue mau ambil sendal gue dulu itu baru kemarin di beli soalnya!" ujar Kenzo, dan melangkah sedikit demi sedikit sambil membungkukkan badannya, mengarah sendal yang tergeletak satu meter dari si Boy.

Gog!

Gog!

Gogog!

Boy kembali menggonggong saat Kenzo semakin mendekat.

"Astagfirullah, kalem Boy, kalem gue terkejod dengernya!" ujar Kenzo lagi.

Kenzo semakin mendekat melihat si Boy sedikit lengah tanpa mau berlama-lama ia segera mengambil sendal swalownya itu, dan setelahnya langsung lari terbirit-birit memeluk sendalnya tanpa di pakai terlebih dahulu, menghindari Boy yang semakain cepat mengejarnya.

"TOLONGGG! MAMA. ANJING STOPP CUKUP JANGAN KEJAR GUE LAGI ANJING!" teriak Kenzo histeris dan semakin mempercepat larinya, mengabaikan kaki kanannya yang tidak memakai alas.

••••

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!