Bunga Lily dianggap sebagai bunga tradisional untuk pernikahan karena melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan dalam pernikahan. Itulah harapan seorang yang melahirkan Lili didunia ini, berharap kelak anaknya menjadi wanita sukses, mendapatkan pasangan hidup pria yang baik dan bertanggung jawab. Tidak seperti Ibunya ditinggal Suaminya begitu saja demi perempuan lain. Ibu Lili menjadi seorang single parent dan harus menafkahi Lili seorang diri.
Lili Gadis berambut lurus, perawakan wanita berwajah manis dan kulit sawo matang. Sore ini Ia berada dikamar Ibunya, Lili duduk dimeja make up Ibunya, memandang wajahnya sendiri dikaca, nampak wajah Lili mirip dengan Ibunya. Sudah sebesar ini Ibunya tidak pernah memberi tahu seperti apa wajah Ayahnya, Lili juga sudah tidak peduli dan tidak penasaran dengan Pria tak punya hati itu. Kalaupun bertemu dengan Ayahnya, dipikirannya Lili tidak akan mau bertemu batang hidungnya. Lili nampak begitu dendam kesumat dengan Ayahnya.
Ia kala itu mulai mengoles make up, memperias wajahnya agar cantik. Saat itulah Ibu masuk ke kamarnya dan melangkah menuju ke Lili, Ibunya memeluk anak gadisnya dari belakang.
"Mau dipoles apapun anak gadis Ibu tetap cantik. Cepatlah berdandan, sudah ditunggu Tante Dewi didepan." Ucap Ibu dengan nada yang halus dan menenangkan.
"Ia Buk, ini udah selesai kok." Jawab Lili yang sudah menghentikan bersoleknya. Ia lalu berdiri dari duduknya, memamerkan gaun warna biru laut karya Ibunya yang dibuat Khusus untuk Lili.
"Bagus Ma, aku suka gaun ini." Ungkap Lili yang bangga dengan Gaun buatan Ibunya.
"Ia dong. Ibu." Senyum kecil Ibu. "Ayo Berangkat." Ucap Ibu, lalu tangan Ibu meraih tangan kanan Lili dan mengajaknya keluar rumah menuju ke mobil yang sejak tadi parkir menunggu.
Sesampainya didekat Mobil, Tante Dewi dan Anak Gadisnya bernama Susan sebaya dengan Lili menyapa dari dalam mobil dekat jendela. Mereka menyanjung Gaun indah Lili.
Lili dan Ibu masuk ke dalam mobil. Sang Sopir melakukan mobilnya menuju ke acara pernikahan Anak dari sahabat Ibu.
Didalam Mobil Tante Dewi dan Ibu saling mengobrol. Sementara Lili dan Susan juga mengobrol tentang kegiatan masing-masing.
Sebuah rumah mewah diperumahan elit, terlihat rumah besar khusus orang kaya berduit, Rumah bertingkat Tiga, halaman luas dan harganya ratusan milliar. Kata Ibu ini rumahnya temannya bernama Tante Ruth. Tante Ruth menikah dengan pengusaha batu bara terkenal dinegeri ini, seorang yang masuk menjadi salah satu pengusaha terkaya dinegeri ini. Jadi Ibu Lili bisa dapat banyak koneksi bisnis, usaha butiknya bisa sebesar sekarang ini berkat Tante Ruth yang mempromosikan Gaun hingga banyak dibeli orang-orang kaya disetiap acara.
Mobil yang ditumpangi Lili dan lainnya sudah sampai didepan jalanan parkir sementara depan pintu masuk rumah. Lili dan lainnya keluar dari mobil, mereka melangkah masuk bersama masuk kedalam rumah itu.
Didalam pesta itu begitu meriah dan mewah, semua berbondong-bondong membawa gaun terbaiknya, membawa barang-barang branded dan saling pamer kesuksesan satu sama lain. Ibu dan Tante Dewi dipanggil dari kejauhan oleh grup sosialitanya, sementara Susan mengajak Lili ke kelompok anak muda sebayanya. Disitulah awal pertama Lili gabung dan ikut pesta mewah.
Lili sudah gabung dikelompok elit ini, Susan memperkenalkan dirinya pada semua temannya disitu, menjelaskan bisnis apa yang dilakukan Ibunya. Tapi ada salah satu Gadis teman Susan yang menanyakan Ayahnya bisnis apa? disitulah Lili merasa kurang nyaman. Susan melihat Ekspresi wajah Lili merasa tidak enak dan mencoba untuk membuat teman Susan diam.
Namun Lili akhirnya tak merasa keberatan dan menjawabnya dengan sejujur-jujurya. "Ayahku kabur dan memilih Wanita lain saat aku dilahirkan." Senyum kecil Lili.
Lalu semua kelompok Pemuda elit terkaget semua wajahnya, mereka merasa tak enak mendengarnya. Begitupun dengan Susan dan Temannya yang dikenal namanya Erin. Susan lalumencubit Erin dan memberikan ekspresi wajah kesal, memberikan Kode untuk Erin segera minta maaf.
"Lili, aku minta maaf ya, seharusnya aku nggak tanya soal itu." Ucap Erin penuh penyesalan.
"Nggak apa-apa Rin. Santai Aja." Jawab Lili dengan senyum kecilnya.
Susan tersenyum dan akhirnya mereka melanjutkan obrolan lainnya dan minum bersama.
Alunan musik Pesta Kini berubah jadi slow mellow namun nikmat untuk didengar. Saat itulah Susan dibisiki dikupingnya oleh Susan.
"Li, Kau tahu nama Rama Sebastian Handoko, dia dambaan banyak gadis kalo ada pesta seperti ini. Lihat Gadis-gadis disini datang hanya untuk melihat Rama. Termasuk aku juga." Ucap Susan sambil tertawa kekeh. Lalu kembali minum wine digelasnya.
"Aku nggak tahu dia siapa? nggak penting sih." Jawab Lili, lalu mengkerutkan dahinya karena mendengar nama Pria sok tampan itu.
"Masak nggak tahu si. Lili-Lili Cupu kali kau." Ucap Susan meremehkan Lili. Susan tertawa terkekeh-kekeh mendengar jawaban Lili.
Lili mendengar mulut Susan bicara, merasa gedek dan bete. Lili lalu menolehkan pandangannya kearah lainnya untuk melihat pesta malam ini.
Beberapa puluh menit berlalu, pesta semakin tenang. Hingga akhirnya gemuruh suara para Gadis mulai riuh. Semua mata tertuju pada sesosok Pria yang berjalan keluar dari dalam rumah menuju ke area dekat kolam renang. Para Gadis itu histeris dan teriak memanggil nama Rama. sampai puluhan kali. Susan yang disebelah Lili juga histeris dan teriak tak terkendali. Susan dengan memaksa membawa Lili untuk melihat lebih dekat Rama.
Ketika sudah lumayan dekat dengan Rama, para gadis itu memanggil-manggil nama Rama kecuali Lili. Lili hanya diam dan memandang erat wajah Rama. Rama yang berjalan santai dengan gaya jas biru laut dan setelah Berwibawa, tak sengaja melihat Lili dengan terheran. Rama melihat gadis lainnya sangat histeris memanggilnya, sementara Lili tidak memanggil namanya. Rama dan Lili ketika itu saling tatap menatap satu sama lain, keduanya saling merasa heran dengan kejadian ini.
Rama lalu tersadar karena teman tongkrongannya memanggil beberapa kali untuk segera gabung kelompoknya. Saat itulah para gadis yang histeris dibubarkan dan suasana acara kembali tenang.
Saat itulah Lili merasa ada yang aneh saat menatap kearah Rama, seperti ada gejolak dihatinya, nggak mungkin masak ini yang dinamakan cinta. Sementara Rama juga merasakan getaran dihatinya. Keduanya mencoba mengabaikan perasaan itu dan menepisnya sejauh mungkin.
Susan dan Erin yang masih histeris dan kesal karena dibubarkan oleh satpam, mereka saling mengumpat dan tak terima. Beberapa kali ada kata-kata "Andai aku bisa menjadi pacar Rama, pasti hidupku sempurna." Ucap Susan. "Aku Juga pengen punya anak keturunan dari Rama." Ungkap Erin. Susan yang mendengar perkataan halu Erin, segera Susan menepuk bibir Erin sambil berkata "Halu kau ya. Aku yang pantas dengannya bukan kau." Ucap Susan dengan brutalnya.
Erin tak terima lalu membalas menepuk bibir Susan. Akhirnya mereka membuat drama pertengkaran perkara rebutan Rama. Sontak Lili memisahkan keduanya sebelum jambak-jambakan, Lili membawa Susan ke tempat lain agar pisah dengan Erin.
*
Lili membawa Susan ke ruang privat Room, Susan mulai mabuk karena kebanyakan minum wine. Lili membawa Susan duduk dibangku empuk itu.
"Susan, aku nggak nyangka kamu kayak gini. Wajah kamu polos tapi kelakuan bar-bar. Udah kamu istirahat disini aja. Kepala kamu pusing kan." Ucap Lili yang mulai gondok dengan kelaikan Susan.
"Apa sih Li, dia duluan yang mau merebut Rama dariku. Dasar brengsek tu Erin." Susan mulai berkata tak terkendali.
Lili lekas menutup mulutnya dan berkata "Udah diem. Disini aja." Saat Lili selesai berkata ia merasa kebelet buang air kecil, rasanya sudah tidak tertahankan. "Aku ke toilet dulu ya. Tunggu bentar." Lili lekas beranjak berlari cepat keluar ruang privat itu dan menuju ke toilet wanita.
Saat sudah masuk ke toilet wanita, tidak ada seorangpun cewek, Lili lekas masuk ke dalam bilik untuk buang air kecil. Saat sudah lega ia mau keluar bilik, seketika suara cowok terdengar dari luar, ada suara cewek juga mendesah penuh gairah. Sontak Lili kaget, ia memutuskan untuk tetap disitu karena takut dan nggak enak. Namun ketika kedua insan itu masuk ke bilik kolset, disitulah desahan mereka makin terdengar jelas membuat Lili merasa aneh juga didalam tubuhnya. Lili juga merasakan ada getaran gairah dalam tubuhnya.
Lili rasanya ingin keluar, namun otaknya menolak dan ingin terus mendengarkan desahan maksiat itu sampai selesai. Disitulah erangan demi erangan suara gadis tak terkendali dan akhirnya kedua insan itu terlepas indah. Lalu terdengar suara hentakan kaki mereka keluar. Saat itulah Lili menunggu beberapa menit dan memutuskan untuk keluar juga. Ketika Lili sudah membuka pintu ia terkaget melihat Gadis itu masih berdiri depan kaca dan terlihat juga Rama, Lili menatap Rama dengan tak percaya, pikirannya menebak bahwa tadi yang melakukan hubungan sex bebas adalah dirinya dan gadis itu.
Lili saat itu ditatap tajam oleh gadis itu. Rama lekas keluar dari Toilet Wanita. Saat itulah Gadis yang terlihat lebih dewasa dari Lili itu mendekatinya dan berkata dikuping Kanannya.
"Kau tadi mendengar desahanku. Jangan macam-macam merekam dan menyebarkan. Aku punya kekuasaan yang bisa saja menghancurkanmu Sama keluargamu." Ucap Gadis itu.
"Aku nggak merekamnya. Aku hanya mendengarnya saja." Jawab Gugup Lili pada Gadis itu.
Senyum nyengir Gadis itu, lalu pergi begitu saja meninggalkan Lili.
Sementara Lili masih berdiri terdiam kaku, tidak menyangka Rama berhubungan sex bebas ditoilet, seorang Rama yang katanya anak kolongmerat fantasinya ditoilet. Lili mencoba menghilang ingatan itu dan menghiraukannya, ia lekas berjalan keluar dari toilet untuk kembali ke privat room.
Saat sudah sampai diprivat Room dan membuka pintu, seketika Lili kaget melihat Cowok sedang mengerayangi tubuh dan menciumi bibir Susan. Susan juga yang mabuk menikmatinya. Seketika Lili teriak dan mengambil heels dari kaki kanannya, melemparkan Heels ke punggung cowok itu dengan kuatnya. Cowok itu kaget dan merasa kesakitan, begitupun dengan Susan kaget.
"Lo apain temen gue bangsat." Ucap Lili yang melangkah ke arah cowok itu dan menyeretnya keluar dari Privat Room itu.
"Susan Lo nggak apa-apa kan. Nggak sampe masuk burungnya." Ucap Panik Lili yang takut Susan kenapa-napa.
"Ya Tuhan aku mau diperkosa. Untung tadi kamu masuk Li." Ucap Susan yang Ling lung.
"Untung aja nggak sampe diperkosa." Lili mendengar hal itu lekas duduk disamping Susan dan menghela nafas panjang.
"Kita tunggu disini sampai ada pesan dari Ibuku atau Mama mu." Ungkap Lili.
"Ya. Ok. Aku tidur dulu, pusing kepalaku." Ucap Susan, lalu tertidur pulas.
Lili yang melihat Susan hanya menghela nafas kembali. Punya teman bodoh seperti ini memang harus ekstra dijaga.
-
Didekat kolam renang, saat perkumpulan anak muda, disitulah Rama menghampiri Gadis yang tadi berbincang ditoilet cewek, nama gadis itu Talita, sahabat Rama sewaktu masih kuliah di universitas. Rama yang melihat Lili tadi merasa sangat khawatir karena takut pikirannya Lili mengira Rama berbuat yang tidak-tidak.
"Kau tadi making love ditoilet sama cowok. Siapa lagi, mau sampai kapan gonta-ganti pasangan, nggak takut kena penyakit menular." Ucap Rama pada Talita, mata Rama menatap lekat sahabatnya dari samping.
Talita tak lekas menjawabnya, ia memandang hamparan kolam yang lampunya mulai hidup karena sore menjelang malam akan tiba.
"Bukan urusanmu. Aku tahu kau berkata seperti itu karena dari awal datang kesini kau saling tatap sama Cewek itu, kau biasa tidak perduli dengan gadis manapun. Tapi kalo ada alasan seperti ini tandanya kamu suka sama doi. Ia kan." Ungkap penuh tebakan Talita pada Rama.
Rama hanya tersenyum malu. "Berarti aku ada kemajuan dong buat nggak jadi playboy terus-terusan." Ucap Rama sambil tangannya memegang segelas wine.
"Tenang aja. Selagi Cewek itu nggak macem-macem karena dengerin aku lagi Making Love dan berada disamping bilik, semua aman. Nanti aku akan bantu klarifikasi soal kamu ke dia." Ungkap Talita, lalu senyum kecil pada Rama.
"Beneran nih." Tanya Rama untuk menyakinkan Talita.
"Bener Rama." Jawab dengan nada penuh penekan.
"Makasi ya." Ucap Rama penuh terimakasih.
Talita hanya senyum kecil, lalu melanjutkan menatap kolam dan minum Wine.
Rama saat itu meninggalkan Talita untuk masuk ke privat Room. Saat dilorong Privat Room ia melihat seorang Lili keluar dari salah satu ruangan itu. Sontak Rama berlari cepat dan menghentikan langkahnya Lili.
"Hei. Maaf kalo mengehentikan langkahmu." Ucap Rama telat didepan Gadis yang ia sukai.
"Ngapain kamu kesini." Ucap Lili sembari kaget tiba-tiba Rama muncul dihadapannya.
"Aku cuma mau klarifikasi. Soal ditoilet itu kamu denger orang making love. Itu Cowok bukan aku. Gadis yang didalam toilet itu sahabatku namanya Talita, dia yang melakukan hubungan bebas itu." Ungkap jujur Rama pada Lili.
"Aku nggak percaya. Pasti itu kamu kan." Jawab tegas Lili pada Rama.
"Cowok itu bukan Rama" Ucap Talita yang tiba-tiba muncul dibelakang Rama, Talita nampak membawa Cowok yang tadi main gila ditoilet. "Ini Cowok namanya Doni, dia asisten kerjaku. Ia kan Don." Talita yang selesai berkata lalu melirik ke arah Don disampingnya.
"Ia itu Gue. Ini Bukti Fotonya." Ungkap Don dan memberikan Foto saat selfie bareng didalam bilik toilet.
Lili yang melihatnya mengkerutkan keningnya.
"Gila lu ya Don. Hapus Don. Awas aja macem-macem sama foto itu, gue ancurin lu." Ungkap emosi Talita pada Don.
"Ia maaf. Udah gue hapus nih." Jawab Don yang mengotak-atik ponselnya untuk hapus foto mesum itu.
"Sekarang percaya kan, bukan aku pelakunya." Ungkap Rama pada Lili.
"Ya. Percaya." Jawab Lili.
"Ya udah gue pergi ya Rama. Sudah selesai kan klarifikasinya." Ucap Talita. Lalu Talita dan Don pergi meninggalkan Rama dan Lili.
"Gue Rama." Ucap perkenalan nama. Mata Rama menatap berbinar wajah Lili yang manis cantik. Tangan kanannya dijulurkan untuk mendapatkan jabatan tangan Lili.
"Lili." Jawab Lili sambil meraih tangan kanan Rama.
Rama dan Lili saling tatap mata. Saat itulah juga suara telepon berdering diponsel Lili. Lili melihat panggilan itu dari Ibunya. Lili mengangkatnya.
"Lili dimana?" Tanya Ibu diujung telepon.
"Aku diprivat Room Buk sama Susan. Susan agak sedikit teler." Jawab Lili.
"Ya ampun. Ya udah Bawa Susan kedepan kita mau pulang kerumah. Tante Dewi juga udah nunggu didepan ini. Cepet Ya." Ungkap Ibu yang mulai panik.
"Baik Ma. Kita kesitu.". Jawab Lili.
Mendengar hal itu Rama berinisiatif membantu Lili untuk membawa Susan. Lili pasti tidak kuat membawa Susan sendirian.
"Aku bantu ya." Ucap Rama meminta izin pada Lili.
"Makasi ya." Jawab Lili.
Lalu Lili dan Rama membawa Susan untuk menuju ke mobil yang sudah parkir didepan pintu masuk rumah. Saat sudah sampai mobil dan sudah masuk. Lili menghampiri Rama sebentar dan mengucapkan banyak terima kasih.
"Sama-sama Lili." Jawab Rama sambil tersenyum.
"Aku pamit ya." Ucap Lili sambil tersenyum kecil ke Rama. Lalu Lili masuk mobil dan meninggalkan Rama.
Saat itulah perkenalkan pertama Rama pada Lili. Rama saat itu menyesal karena tidak minta nomor agar bisa menghubunginya.-
*
Awalnya Lili menghiraukan Rama namun kini merasakan gejolak hati antara suka dan nafsu. Lili mulai merebahkan tubuhnya diranjang, matanya menatap ke atas dan pikirannya tiba-tiba tertuju pada kejadian ditoilet itu, suara desahannya sampai saat ini masih terngiang-ngiang. Lili lalu mengucapkan ampun karena menggigat suara maksiat itu. Namun Lili merasakan keanehan, rasanya tidak bisa ditahan. Seperti Putik bunga yang menahan untuk mekar diwaktu musimnya, teramat sangat sakit ditahan.
Lili kala itu mendengar suara chat grup yang berkali-kali berbunyi. Biasa grup kelompok tidak seramai ini, ini ramai banget apakah ada gosip panas setelah pesta itu selesai. Lili melihat ponselnya dan melihat grup itu penuh dengan cacian dan umpatan gadis-gadis pecinta Rama. Seketika Susan mengirimi sebuah pesan pribadi berisi rekaman ponsel Lili bertemu dengan Rama. Saat itulah Susan juga murka dan memaki Lili.
Berita Lili dan Rama sudah tersebar luas dikalangan kelompok elit. Sepertinya banyak gadis yang akan membenci dan jadi hatters Lili, termasuk Susan. Lili beberapa kali menepuk jidat dan merasa kalut dengan gosip ini. Apakah Lili harus klarifikasi bahwa dirinya tidak ada hubungan apapun dengan Rama.
Saat itulah seseorang mengirimi sebuah pesan Wa tanda "P" itu pesan nomor atas nama Rama.
"Lili semua kelompok sudah tahu pertemuan kita. Aku ingin kita ketemu di cafe xxx sekarang ya. Kita harus klarifikasi soal ini. Kamu nggak mau kan dimusuhi gadis-gadis gila itu." Ucap pada pesan ini.
Lili membacanya dengan seksama, lalu membalas "Ok aku kesana sekarang." Pesan dikirim ke Rama. Namun saat itu juga Lili save nomor Rama dengan nama Hantu.
Lili bersiap memakai fashion santai, pakai jeans dan baju kaos oblong, ia pakai topi. Lili membawa motor cewek kesayangannya menuju ke cafe xxx. Sesampainya di Cafe xxx dia lekas parkir dan berjalan masuk ke dalam cafe, matanya melihat seluruh area cafe ternyata Rama duduk dikursi paling pojok yang menghadap ke tembok kaca transparan. Lili melangkah ke arah Rama dan menyapanya.
"Hei. Aku duduk ya." Sapa Lili pada Rama yang terlihat asyik duduk melihat pesan grup yang masih panas.
"Duduklah." Jawab Rama pada Lili, matanya menatap lekat Lili yang tampilannya beda dari semalam.
"Kacau tau nggak. Aku dimusuhi temanku sendiri gara-gara kamu. Aku dimusuhi juga semua gadis-gadis dikelompok. Ah..." Ucap keluh kesah Lili pada Rama.
Rama hanya tertawa terkekeh-kekeh melihat tingkah lucu Lili.
"Kok ketawa si. Udah ayo cepet kita bikin video klarifikasi sekarang. Aku nggak mau sampai dijambak dibully." Ucap Lili yang mulai kesel sama Rama.
"Sekarang banget bikin Videonya." Tanya Rama pada Lili.
"Ia harus sekarang lah. Aku pengen hidup tenang." Jawab Lili yang masih geram.
"Kalo aku nggak mau gimana?" Ungkap Rama.
"Apa? Apa aku salah dengar." Tanya kembali Lili pada ucapan Rama. Raut wajah Lili agak bingung dengan ucapannya.
"Ya kamu bantu aku dulu biar nggak dikejar-kejar gadis itu. Kalo aku statusnya punya pacar kan nggak akan diteror mereka. Please bantuin gue ya Lili." Ucap Rama yang ujung-ujungnya memohon bantuan.
"Aku nggak ekspek kamu ngomong kayak gitu, aku nggak nyangka aja kamu punya tujuan dalam kesempitan ini. Tapi apa yang aku dapat kalo menolongmu." Ungkap Lili, sambil meminta sebuah keuntungan juga.
"Aku bisa bantu Butik Ibumu bisa kerjasama dengan perusahaan Papaku dibidang Fashion. Aku tahu Ibumu belum memenuhi impiannya bisa menyelenggarakan fashion show sendiri. Bagaimana?" Ucap keuntungan yang didapat Lili dan Ibunya. Senyum menang Rama pada Lili.
Lili mendengar ucapan itu berfikir sebentar dan kesempatan ini nggak akan disia-siakan olehnya. Lalu Lili menjawab "Ok Deal. Aku setuju. Tapi selama menjadi pacar boongan kamu nggak bisa macam-macam." Lili lekas mengulurkan tangan kanannya tanda persetujuan.
Rama langsung meraih tangan Lili dan Deal.
Lalu keduanya membuat sebuah video klarifikasi bersamaan bahwa mereka berdua memang menjalin hubungan spesial. Saat video sudah jadi dan disebar digrup kelompok. Saat itu juga grup kelompok pada syok dan ramai membahas mereka berdua. Akun Gosip pun juga menyebar disemua sosial media, jadi trending topik seantero negeri.
Semua orang melihat pasangan Lili dan Rama sebagai pasangan yang serasi, bahagia dan membuat iri para gadis. Disitulah haters mulai terbentuk lebih besar dan mencoba mengorek-ngorek aib Masa lalu Lili. Lili dan Rama tak menghiraukannya dan tetap menjalankan hubungan bohongan ini.
-
Siang Hari yang cerah. Lili yang dikamar melangkah keluar dan menuju ke dapur, didapur ternyata ada Ibu. Ibu langsung menanyakan mengenai gosip yang beredar.
"Itu gosip benar nggak Li, kamu ada hubungan sama Rama anak Pak Handoko pemilik SURYA GRUP." Tanya Mama yang sibuk memanasi makanan untuk makan siang.
Lili sibuk mengoles roti dengan selai nanas, lalu menjawabnya "Ia ma. Habis ketemu dipesta itu dia ngajak kenalan dan merasa cocok buat Deket ya kita tukeran nomor telepon. Lagian nggak ngapa-ngapain Ma, sebatas kayak temen doang. Itu berita diluar cuma dibesar-besarkan saja. Aku bisa pasti jaga diri Buk." Ungkap Lili, lalu selesai mengoreksi selai, ia memakan rotinya sembari duduk.
"Benar ya Li. Mama nggak mau ada gosip aneh-aneh." Ucap Mama. Lalu menarok lauk ke piring dan membawa ke meja makan.
"Ia Ma." Jawab Lili sembari Menelan roti.
"Ayok makan siang. Ini makanan kesukaan kamu." Ucap Mama sambil membuka piring dan makan.
Lili juga ikut Makan bersama Ibuk.
Selesai makan bersama, Ibu memutuskan untuk kembali ke butik karena ada urusan. Lili mengantar Ibu keluar dari rumah, Ibu berkata untuk jaga rumah. Saat Ibu sudah pergi dengan mobilnya, Lili masuk ke rumah dan menutup pintu. Namun ketika akan kemarin suara bel pintu rumah berdenting beberapa kali. Lili lekas kembali dan membuka pintu, saat melihat dihadapannya kaget. Lili melihat Susan berdiri berwajah sayu didepan pintu.
"Boleh masuk nggak?" Tanya Susan pada Lili.
"Boleh. Masuk aja." Jawab Lili dengan wajah heran.
Lili sembari menutup pintu dan menguncinya, sambil matanya menatap Susan agar tidak macam-macam membawa pisau atau sejenisnya. Lili berjalan menuju ke kamar dan diikuti oleh Susan.
Saat didalam kamar disitulah drama dimulai, Susan menangis tersedu-sedu merasakan patah hati karena dengar kabar bahwa berita Lili dan Rama benar pacaran. Sungguh memang menjadi hari patah hati sepanjang masa buat diri Susan.
"Sakit tau nggak Li. Tapi ya udah aku iklas kamu sama dia. Daripada Rama sama Erin si muka dukun itu, lebih baik sama kamu." Ungkap Susan yang nyeleneh.
"Makasi ya Susan, kamu udah Ngertiin aku sama Rama." Ucap basa-basi Lili pada susan.
Lalu Susan memeluk sahabatnya itu dengan eratnya. Begitupun dengan Susan sudah memaafkan Lili. Kedua sahabat itu sudah baikan.
*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!