Tap...tap...tap...
"Selamat pagi bos."
"Hm."
Sret.
"Silahkan bos."
Ucap seseorang yang berpakaian serba hitam tak lupa menyiapkan segala keperluan sang bos besarnya yang akan menikmati sarapan pagi ini dan berdiri tak jauh dari sang pemilik rumah.
Tap..tap..tap
"Bagaimana?" Tanyanya pada pria yang bahkan baru sampai didekatnya itu.
"Sudah selesai bos."
Jawabnya sambil menundukkan sedikit kepalanya dan tetap setia berada dibelakang pria yang saat ini sedang menikmati sarapannya itu.
tak.
Sepasang alat makan diletakkan diatas piring yang sudah kosong lantas pria yang masih berdiri tak jauh darinya itu bergegas mendekat dan menyodorkan kain yang berbahan sutra untuk menghilangkan noda-noda yang menempel diarea mulut pria yang dipenuhi bulu-bulu.
sret.
Pria tersebut lantas berdiri dan meninggalka area meja makan tentu diikuti oleh pria yang memang selalu ada didekatnya itu.
Begitu dirinya telah sampai diluar rumah yang mungkin bagi orang lain itu adalah sebuah kastil karena memang rumah seperti layaknya kastil yang berada di tengah hutan bahkan pilar-pilarnya sangat besar dan banyak menambah kesan kemewahan yang begitu mencolok bila orang awan yang melihatnya.
Para anak buah yang berada diluar istana nampak berbaris rapi begitu bos besarnya keluar dari istana tersebut tak lupa setiap anak buahnya memegang senjata panjang, tak lupa pria yang usianya sudah tak lagi muda diantara mereka segera membuka kan pintu begitu melihat sosok pria yang saat ini sedang mengenakan mantel hitam berbulu karena memang cuaca hari ini sedang dingin, mungkin tidak lama akan masuk musim salju.
"Atur pertemuanku dengan Tuan Martin nanti malam." perintahnya pada sang asisten ketika dirinya sudah berada didalam mobil mewahnya.
"Baik Bos." Jawabnya dengan tegas dan tak lama mobil melaju perlahan meninggalkan istana besar dengan puluhan pengawal yang ada didalam istana tersebut.
Seorang pria tampan namun usianya yang sudah tidak lagi muda sebab tahun ini usianya menginjak 40 tahun dan dirinya masih menyendiri hingga saat ini.
Pria yang saat ini sedang duduk dikursi belakang tak lupa dengan pandangan tajam menatap pepohonan yang dilewati oleh mobil mewahnya, dia adalah alexander smith pria keturunan amerika yang saat ini menjadi sosok pria yang paling ditakuti oleh para pebisnis dunia sebab tidak ada yang berani mencari masalah oleh pria yang sering dipanggil bos tersebut bila tidak ingin bisnisnya dihancurkan menjadi debu seperti yang sudah-sudah.
Pria bermata biru itu hingga kini masih sendiri dengan kata lain tak ada yang bisa membuatnya merasakan apa artinya cinta semenjak adik perempuannya memilih mengakhiri hidupnya saat tau tunangannya memiliki wanita lain.
Dan semenjak kejadian 10 tahun silam itulah dirinya memilih menyibukkan diri dengan bekerja lebih keras hingga akhirnya dia memiliki segalanya, bahkan kedua orang tuanya pun tak mampu menasehatinya agar segera berumah tangga sebab alex pria yang sangat keras kepala.
Bahkan kini mereka tinggal di negara yang berbeda, kedua orang tua alex tinggal di Amerika sedangkan dirinya memilih tinggal di Eropa.
Mobil masih melaju dengan kecepatan sedang mengingat sekarang sudah berada dijalanan yang sedikit bergelombang.
Didepan sana dirinya dapat melihat lalu lalang manusia yang sibuk mengangkat peti-peti untuk dipindahkan.
Begitu mendengar suara mobil mendekat para pekerja menghentikan aktifitasnya setelah tahu siapa pemilik mobil tersebut.
Alex keluar dari mobil setelah sang asisten membukakan pintu untuknya saat mobil sudah berhenti.
Dengan tatapan tajamnya alex berjalan dengan berwibawa tak ada senyum diwajah pria tampan tersebut, mulutnya terkunci namun tatapan matanya mampu membuat para pekerja seakan kesulitan untuk menelan salivanya.
"Semua barang siap dikirim bos, 1 jam lagi kapal akan berangkat."
"Ya kau atur Bil, jangan sampai ada penghianat sebab cello sudah beberapa hari tidak makan." Ucapnya dengan nada dingin sambil membalikkan badan dan mulai meninggalkan area pelabuhan.
Glek.
Mereka semua yang mendengar ucapan bos besar itu seakan kesulitan untuk bernapas, siapa yang tidak tahu nama Cello yang kelihatannya indah dan cantik ternyata adalah seekor singa putih yang besar bahkan hanya mendengar aumannya saja mereka sudah gemetaran.
Billy frederick lantas mengikuti pria yang sudah menjadi tuannya selama puluhan tahun itu, pria yang saat ini berusia 37tahun mengabdikan hidupnya pada sang tuan besar sebab dirinya merasa nyawanya saat ini milik pria bertubuh kekar yang saat ini sudah masuk kedalam mobil.
Alex menyandarkan tubuh kekarnya dengan pandangan menatap kejendela yang sudah berjalan hingga membuat pemandangan diluar bergerak.
"Ed, cari jalan pintas." pintanya pada sang sopir yang sudah menemaninya selama 30 tahun itu.
"Baik Bos." jawab pria paru baya yang sudah menginjak usia 50 tahun, pria yang sejak dulu menjadi sopir alex sejak usia alex masih kecil dan dirinya lah yang sudah hapal bagaimana sifat tuannya sejak dulu hingga kini.
"Bos, asisten tuan martin mengirim pesan beliau akan menunggu di casino san nanti malam." ucap billy setelah melihat ponsel miliknya bergetar dan melihat isinya.
"ck.."
Alex berdecak saat mendengar ucapan billy, kliennya itu termasuk orang yang licik jadi dirinya harus bisa menebak apa yang akan terjadi nanti malam atau apa yang akan disuguhkannya lagi seperti yang sudah-sudah.
Didalam mobil kembali hening sampai berada ditujuan beberapa jam kemudian.
Bangunan tinggi dihadapannya adalah bukti nyata smith grup berdiri semakin jaya semenjak kepemimpinan berpindah kepadanya 15 tahun yang lalu saat sang ayah yang tiba-tiba menurun kondisi kesehatannya bahkan diusia yang masih muda alex diharuskan memikul beban berat dengan puluhan ribu karyawan yang bergantung kepadanya saat itu.
Dan kini terbukti alex bisa memimpin smith menjadi yang paling kuat bahkan para koleganya selalu mengapresiasi kinerjanya selama ini.
Para karyawan segera berbaris rapi dan siap memberi hormat saat melihat mobil pemilik perusahaannya ini datang secara tiba-tiba sebab sebelumnya mereka sudah sedikit lega saat tahu sang big bos belum muncul sejak pagi hari dan ternyata muncul setelah makan siang hampir berakhir.
Ting.
"Bil, pesankan makan siang."
Pintanya saat sudah duduk dikursi kebesarannya.
"Baik Bos."
Ucapnya patuh dan segera keluar untuk menelfon restoran langganan sang tuan.
Alex berdiri dari singgah sananya dan berjalan menuju kaca besar yang menampilkan keindahan kota Berlin, kedua tangannya terselip kedalam saku celana, tatapannya tajam namun pikirannya sedikit kalut saat sepenggal memori seminggu yang lalu melintas dibenaknya.
"Lex, mommy dan daddy semakin tua sayang, kapan kamu akan berumah tangga, tidakkah kamu kasihan sama kami sayang."
"Cobalah kenalan sama putri teman daddy, bulan depan pekerjaannya sebagai model sudah selesai sayang, siapa tahu kalian cocok dan bisa menikah."
Huh.
Hay...hay...MasyaAllah setelah sekian purnama mom hiatus, Insyaallah akan aktif kembali dan tentunya dengan cerita baru, yang lama nanti mom lanjut ya masih belum nemu alurnya🤭🤭
Para readers mom punya gebrakan baru pokoknya pantengin terus ya karya emak2 berdaster ini, jang julit, komen yang bijak oke kalo nggak suka skip aja soalnya mom orangnya baperan readers.
Oke selamat membaca guys...😘😘😘
Alur cerita luar negeri ya🤭🤭
Plug.
"Luna, dipanggil tuan willy."
Seorang gadis tersentak saat bahunya dipukul pelan membuat sang empu menoleh sambil mengerutkan dahinya terhadap seorang gadis yang ada dibelakangnya membuat dirinya memutar tubuhnya.
"Ada apa nes?"
Gadis yang dipanggil anes tersebut nampak mengendikkan kedua bahunya sambil memegangi kedua pinggangnya yang terasa mau patah.
"Sudah sana, daripada tuan willy keluar tanduknya." anes mendorong pelan rekan kerjanya itu yang masih terpaku.
"hm..."
Gadis yang dipanggil luna nampak menghela nafasnya kemudian berlalu meninggalkan toilet khusus karyawan, gadis cantik nan manis tersebut bernama lengkap Aluna atmaja gadis yang saat ini berusia 22 tahun dengan tinggi 150cm termasuk mungil diantara pekerja, namun luna tidak pernah ambil pusing dengan pandangan orang justru dirinya bangga sebab dirinya duplikat mendiang sang bunda yang sudah berpulang kealam lain setelah melahirkan sang adik 17tahun yang lalu.
Luna anak dari pasangan Gio atmaja dan marisa putri, mereka dikarunia 2 orang anak yang pertama tentunya luna si gadis cantik dan manis sedangkan kedua bernama anna atmaja yang kini masih bersekolah disalah satu sekolahan biasa sebab keterbatasan biaya lah yang membuat anna tak bisa bersekolah disekolahan yang bagus.
Luna bergegas menemui tuan willy pemilik restoran dimana dirinya bekerja sejak 2 tahun lalu itu.
"Nah, luna antar pesanan Bos smith, segera berangkat jangan lama-lama nanti bos smith akan murka dan tidak mau lagi menjadi langganan kita."
Willy segera menyodorkan paperbag khusus untuk pelanggan istimewanya itu, biasanya bukan luna yang bertugas mengantar pesanan namun tidak ada lagi yang bisa diandalkan saat ini kecuali luna sebab hanya dialah yang mahir membawa kendaraan beroda dua tersebut.
Glek.
"Tap...tapi tuan willy."
"sudah-sudah sana buruan nanti keburu Bos smith kelamaan nunggu bisa-bisa restoran saya dibuat bangkrut."
Willy segera mendorong pelan bahu luna setelah menyerahkan paper bag tersebut lantas segera menjauh meninggalkan luna yang masih terpaku.
Astaga mendengar nama smith membuat bulu kuduknya berdiri, sebab dirinya sering kali mendengar gerutuan rekan kerjanya setelah mengantarkan pesanan tersebut ke gedung raksasa tersebut.
Dan akhirnya mau tidak mau luna harus segera pergi dan jangan sampai dirinya terkena semprotan sebab denger-denger pemilik perusahaan tersebut terkenal kejam dan tak segan-segan melakukan sesuatu yang membuat menyesal seumur hidup.
Dengan mengendarai sepeda khusus restoran tempatnya bekerja dan setelah bejibaku melawan asap serta melewati puluhan bahkan ratusan kendaraan akhirnya luna sampai juga di sebuah gedung yang menjulang tinggi hingga dirinya merasakan sakit dilehernya saat melihat puncak gedung yang terlihat kecil itu.
Matanya seketika membelalak saat melihat jam ditangannya sudah melewati jam makan siang.
"omo...mati aku, astaga bisa-bisanya hampir 1 jam dijalanan tadi." gerutunya sambil berlari namun seketika langkahnya terhenti saat ada petugas yang menghentikan langkahnya.
Sambil mengatur nafas tak lupa luna menampilkan senyum terbaiknya.
"Maaf pak satpam saya dari Restoran WS ingin mengantarkan pesanan tuan bos." cengirnya sambil mengelap peluh yang membasahi dahinya.
"sebentar."
Petugas tersebut lantas meninggalkan luna yang masih berdiri diluar untuk menuju kearah resepsionis.
Luna memandang dengan kagum akan keindahan interior kantor nomor 1 dinegara ini bahkan dirinya tidak pernah bisa bermimpi untuk bisa menginjakkan kaki disini apalagi sampai bekerja di gedung raksasa ini.
"silahkan masuk, Bos berada dilantai paling atas." suara pria membuyarkan decakan kagum luna lantas dirinya segera mengikuti arahan petugas keamanan tersebut dan tentu langsung didampingi salah satu petugas yang berada dibalik meja receptionist tadi.
ting
"Silahkan nona, ruangan beliau disana dan ada asisten bos sedang menunggu." ucap wanita tersebut dengan sopan sambil mengarahkan tangan dimana ruangan bos besarnya berada.
"ehh iya terima kasih."
Luna melangkah dengan ragu sambil mendekap paperbag tersebut, hingga tak lama dirinya bisa melihat seorang pria berjas hitam sedang berjalan mondar mandir dengan gelisah.
Menyadari ada yang mendekat, Billy seketika mengangkat wajahnya dan dirinya bernafas lega saat melihat gadis berseragam merah tersebut.
"ayo buruan, kenapa lama sekali, bos sudah menunggu sejak tadi." billy segera mendorong tubuh mungil luna agar segera masuk kedalam ruangan bosnya itu, pasalnya sudah sejak tadi bos nya ingin makan siang namun makanan yang dipesan tak kunjung datang bahkan dirinya tadi sudah kena semprot berkali-kali sebab menunggu terlalu lama.
Glek.
"aduh mati aku, kayaknya bulan ini aku nggk bisa beliin anna hadiah." gumamnya dalam hati sambil merapatkan doa berharap dirinya tidak terkena amukan seperti yang rekan kerjanya ceritakan.
Tok...tok...tok...
"masuk."
Seruan dari dalam membuat tubuh luna seakan kehilangan seluruh tulang belulang saat mendengar suara berat dari dalam, badannya terasa bergetar dengan wajah yang mulai memucat.
klek
Billy segera mendorong tubuh luna dan dirinya segera menutup pintu kembali dan berjaga diluar sambil berharap semuanya baik-baik saja.
Disisi lain alex yang mendengar pintu terbuka seketika menyudahi aktifitasnya dan tubuhnya disandarkan dikursi miliknya, kedua tangannya tertumpu menyaksikan seorang gadis yang berjalan kearahnya namun seperti baru berjalan sebab lambat sekali seperti siput.
"Jadi harus sampai kapan saya menunggu." suara berat nan tegas keluar dari mulut tajam alex, alisnya terangkat sebelah melihat gadis kecil yang takut-takut berjalan kearahnya.
Ck.
Alex menjadi kesal sekarang, dan dengan jengkel dirinya beranjak dari duduknya lalu segera menghampiri gadis berseragam merah tersebut yang masih menundukkan kepalanya hingga dia tak dapat melihat wajah gadis yang sudah membuatnya menunggu sekaligus kesal tersebut.
Tap...tap.. Tap...
Sepasang sepatu pantofel mahal terlihat dipandangan luna saat dia masih menundukkan kepalanya sungguh saat ini dirinya merasakan takut sekali apalagi mendengar suara tegas pria tersebut seolah mengulitinya hidup-hidup.
"angkat wajahmu."
glek.
Luna seakan susah menelan salivanya saat mendengar perintah dari bos yang terkenal kejam itu namun mau tak mau dirinya perlahan mengangkat wajahnya.
deg.
Tak lupa dirinya menampilkan senyum terbaiknya saat pandangannya terpaku pada pria dewasa yang mungkin usianya kurang lebih seperti ayahnya.
"ma...maaf tuan bos, tadi diperjalanan macet sekali." dengan gugup luna memberanikan diri bersuara walaupun dengan terbata-bata.
Alex masih tak bereaksi, kedua tangannya masih setia masuk kedalam saku celananya dengan pandangan yang tak lepas dari gadis eh bukan lebih tepatnya bocah kecil yang melihatnya saja seperti kesusahan.
Namun satu yang tidak terlewat matanya berwarna cokelat tidak sama seperti kebanyakan gadis diluar sana bahkan sepertinya dan wajahnya cantik.
Alex segera menggelengkan kepalanya pelan dan setelah itu dirinya berlalu meninggalkan gadis yang masih terpaku dihadapannya dirinya memilih duduk di sofa yang tak jauh dari posisi mereka tadi.
"Jadi mau sampai kapan kamu disana."
Luna tersentak dan segera berlari kecil untuk meletakkan semua pesanan bos besar tersebut, dengan cekatan dirinya menata makan siang yang tentunya sudah tidak panas lagi mengingat lamanya luna terkena macet tadi.
"Duduk dan suapi saya."
Deg.
Alhamdulillah bisa up, mudah-mudahan mom diberi kesehatan dan dihilangkan rasa malasnya ya biar sering update🤭🤭
Luna menghela nafas dengan pelan sambil perlahan melangkah menuju tempat duduk bersebrangan dengan pria dewasa yag menyeramkan itu, lihat tatapan matanya yang tajam seolah akan menelannya hidup-hidup.
Tatapan mata tajam alex tak sedikitpun berpaling memperhatikan gadis kecil yang kini sudah duduk di sofa singel yang berjarak agak jauh darinya itu, dirinya mencibir memperhatikan saja tanpa mengucap satu katapun.
"Jadi mau tunggu malam hari baru makanan itu masuk kedalam mulutku." ucapnya pelan namun mampu membuat luna menahan nafas mendengar suara yang sejak tadi mengintimidasi dirinya.
"em...maaf Tuan bos." cicitnya dan segera mengambil sendok yang sudah tersedia dan mulai mengambil nasi beserta lainnya.
Tangannya gemetaran dan mulai perlahan mengarahkan kearah pria yang saat ini sedang duduk bersandar sambil kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri itu.
"Em...tuan bos, bisa kh tuan bos tegakkan badannya." Cicit luna saat tangannya seakan jauh dari mulut pria tersebut.
Alex menaikkan sebelah alisnya seolah dirinya enggan untuk melakukan apa yang sudah gadis tersebut ucapkan.
Luna menatap takut kearah alex namun sepertinya dirinya melakukan kesalahan lagi karena berani memerintah pria tersebut dan akhirnya luna menurunkan kembali tangannya lalu membawa wadah makan dan berpindah duduk satu sofa yang bisa muat untuk tiga orang namun jika tubuhnya seperti luna mungkin bisa dipake untuk berlima atau bisa jadi berenam🤣🤣
Dengan pelan luna mulai menyuapi alex sangat hati-hati takut dirinya membuat kesalahan lagi, dan alex mulai mengunyah makanan yang masuk kedalam mulutnya dengan pandangannya yang tetap kearah gadis cantik dengan rambut yang diikat satu seperti ekor kuda.
Luna terus menyuapi alex hingga makanan itu tinggal setengah namun secara tak sengaja sesuatu mengganggu telinganya.
kruk
Luna memejamkan matanya erat saat perutnya dengan tak sopannya berbunyi seolah meminta hak asasi per perutan yang minta diisi.
Alex menarik sedikit ujung bibirnya bahkan bila cicak yang melihat tak akan terlihat bahwa alex menerbitkan senyum walau sedikit.
"Makanlah kalau kamu lapar." perintahnya dengan nada rendah sambil menatap makanan yang masih belum terbuka diatas meja.
"Nanti saja tuan bos kalau sud..." ucapannya terhenti saat melihat alex menatapnya dengan intens seolah berkata, cepat makan atau kamu ku habisi, ya seperti itulah kira-kira dia dapat mengartikan tatapan mata pria berbulu diarea sekitar wajah itu.
"Tap...tapi tuan bos belum selesai makannya." Cicitnya pelan sambil mencuri-curi pandang kearah alex.
Alex menegakkan posisi tubuhnya dan langsung mengambil sendok yang luna pegang, setelah terisi makanan dirinya memasukkan langsung kedalam mulut besarnya tanpa menatap kearah luna, namun tak lama tangannya meraih satu kotak makan dan langsung diletakkan dihadapan luna tanpa berucap sedikitpun dan kembali melanjutkan makanan miliknya.
Luna dengan ragu mengambil makan tersebut, namun daripada singa jantan itu mengaung bukankah lebih baik dirinya segera makan ya anggap aja dapat rejeki nomplok tanpa harus merogoh kocek untuk membeli makan siang walaupun ditempat kerjanya mereka dapat makan gratis namun kalau sekarang ada didepan mata ya sikat saja apalagi makanannya harganya fantastis.
***
"Lun...lun...gimana tadi?" anes segera membawa temannya yang baru saja tiba dari mengantar pesanan langganan VVIP restoran tersebut.
Luna menghela nafas lelah saat sudah berada dilorong yang sepi namun masih terdengar para pegawai yang sedang sibuk diluar.
"gimana apanya sih nes, temanmu ini lelah lahir batin tau nggak." ucapnya berdrama memandang anes dengan tampang penasaran.
"Isss anak ini, gimana kamu ketemu big bos nya enggak, kata miko orangnya nyeremin kalau lihat seperti mau makan orang hidup-hidup." ucapnya sambil sedikit berbisik.
Pffthh
Luna menahan tawa saat anes berucap demikian namun, sosok big bos atau dirinya tadi memanggil tuan bos tidak seburuk itu walaupun selama berada satu ruangan dengan alex dirinya dibuat panas dingin oleh pria dewasa tersebut.
"Udah-udah ayo mending kita kerja dari pada tuan willy teriak nantinya." Luna segera mendorong tubuh anes yang sejak tadi masih mengharap dapat mendengar sedikit cerita dari luna.
Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, jam kerja Luna hanya sampai jam 5 sore membuat gadis itu segera bersiap-siap tak lupa dirinya memakai mantel tebal sebab cuaca diluar sangat dingin sekali.
Luna berpisah dengan anes sebab mereka berbeda jalan, dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku mantel bulu tersebut, dirinya menyusuri jalan, hidungnya memerah sebab cuaca memang sangat dingin sekali.
Tak butuh waktu lama, Luna sudah sampai di gang kecil dimana rumahnya berada.
Tok...tok...tok...
"Luna pulang." teriaknya setelah mengetuk pintu berwarna cokelat tersebut.
klik
"Masuk kak." Ucap seorang gadis yang membukakan pintu untuk sang kakak yang baru pulang bekerja.
Luna menganggukkan kepalanya dan langsung masuk kedalam rumah kecil namun terasa sangat hangat bila sudah berada didalam rumah tersebut.
"Ayah sudah pulang an?" Tanya Luna setelah melepaskan mantel miliknya dan digantung di tempat yang sudah disediakan.
"Belum kak, mungkin sebentar lagi." Ucapnya sambil menyodorkan segelas cokelat hangat kepada sang kakak dan luna segera menerima lalu mendudukkan tubuh dinginnya di area perapian.
Tok...tok...tok...
"Ayah pulang."
"Nah itu ayah pulang." Anna bergegas menuju pintu saat mendengar suara satu-satunya orang tua mereka.
Luna menoleh kearah pintu luar dan bibirnya melengkung keatas melihat sang ayah pulang dengan menenteng sesuatu ditangannya.
Cup.
"Baru pulang sayang?" Tanya gio sambil mendudukkan tubuhnya disebelah luna setelah mengecup pucuk kepala putri tertuanya.
"Baru saja yah." sambil memperlihatkan gelas berisi cokelat hangat yang masih setengah.
"Terima kasih sayang." Ucap gio setelah menerima gelas yang berisi cokelat hangat sama seperti luna yang diberikan oleh putri kecilnya itu.
"Sama-sama ayah." jawab anna sambil memeluk manja lengan ayahnya membuat gio serta luna menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah manja anna.
"Oh ya ayah hampir lupa, ini ayah bawakan sesuatu, tadi saat ayah hendak pulang, kepala chef memberikan makanan katanya big bos tiba-tiba berangkat keluar negeri." ucap gio mengambil paperbag berwarna cokelat yang didalamnya berisi makanan yang dimasukkan kedalam wadah tertutup.
"Waaahhh...enak sekali ayah." pekik anna saat gio membuka salah satu wadah tersebut dan dalamnya sungguh makanan yang belum pernah dinikmati mereka semua, Luna tersenyum sendu melihat kegembiraan diwajah sang adik saat mulai mencoba makanan lezat tersebut, karena memang selama ini mereka hidup dalam kesederhanaan walaupun sang ayah bekerja dengan gaji yang lumayan besar disalah satu rumah termewah yang ada dipinggiran kota dan tugasnya merawat binatang kesayangan si pemilik rumah.
Dan luna menegaskan bahwa sang ayah harus menabung demi bisa membuat anna melanjutkan pendidikannya nanti.
Gio menyetujuinya walau berat hati namun luna yang memiliki sifat keras kepala pun tak bisa dibantah apalagi ini demi masa depan anna nantinya sebab luna sendiri sudah tidak berminat untuk melanjutkan pendidikannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!