NovelToon NovelToon

Menikahi Presdir Sombong

Prolog

Yenita Rahayu

Seorang gadis dari keluarga miskin, bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah rumah makan sederhana di sudut kota T.

Dia tinggal bersama Ayah dan Kakak Perempuan nya yang hanya berbeda 2 tahun saja usianya dengan dirinya. Ibunya sudah meninggal ketika melahirkan Yeni. Dan karena hal itulah Ayah dan Kakak Perempuan nya selalu punya alasan untuk menganggap Yeni pembawa sial.

Bahkan Ayah nya beberapa kali mencoba menjadikan nya seorang pekerja malam atau PSK. Namun yeni berhasil melarikan diri. Hingga suatu hari Ayahnya menjual nya dengan harga yang relatif murah untuk harga seorang Manusia kepada seorang Presdir perusahaan ternama yang sombong dan selalu merendahkan nya.

Parahnya lagi Yenita ternyata mulai mencintai sang Presdir tampan!

Brian jeremy Smith

Seorang Presiden Direktur dari Pratama Group. Perusahaan Nomer satu di negara C. Brian sangat dingin dan sombong kepada semua orang. Kecuali keluarga nya dan juga kekasihnya.

Suatu Hari Brian mendapati kekasihnya berselingkuh di belakangnya. Padahal hari itu dia sedang menyiapkan proposal lamaran untuk kekasih yang sangat di cintai nya itu.

Di tengah kekalutan hatinya, Brian menghadapi tekanan dari Kakeknya untuk segera menikah. Hingga akhirnya Brian memutuskan menikahi seorang gadis miskin yang bisa di jadikan nya budak dan pelampiasan.

Seonggok Sampah

"YENI!" Teriakan seorang gadis menggema.

"Iya! Ada apa? Kenapa kakak teriak-teriak sih?" Seorang gadis lain terlihat muncul dengan tergopoh-gopoh.

"Lihat ini!! Kau apakan bajuku? Kenapa jadi rusak begini?" Pekik Sofia kearah Yenita. Sofia adalah anak tertua di keluarga itu yang juga merupakan kakak kandung Yenita.

"Oohh maaf kak, aku tidak sengaja!! Kemarin aku terburu-buru karena harus pergi bekerja. Jadi aku mencuci semua baju dalam satu wadah. Ternyata kaos baru ayah luntur." Yenita menjawab omelan kakak nya dengan santai.

"Kau ini!!! Berapa kali aku bilang padamu hati-hati dengan barang-barangku? Kau tau baju ini baru saja kudapatkan dengan kerja keras. Lalu bagaimana sekarang?"

"Cih! Kerja keras? Kerja keras apa? Paling-paling kau merayu laki-laki untuk membelikan mu baju itu!" Yenita mencibir di dalam hati mendengar perkataan Kakaknya itu.

"Jawab aku? Apa bakatmu bertambah dengan tuli sekarang?" Sofia kembali berteriak, melihat Yenita yang mengacuhkan nya.

"Ada apa ini? Kenapa pagi-pagi sudah ribut sekali!!" Seorang pria setengah baya muncul dengan mata sembab dan penampilan acak-acakan khas orang bangun tidur. Pria itu adalah Herman, Ayah dari Yenita dan Sofia.

"Ini ayah lihatlah. Bagaimana bisa si bodoh ini membuat baju ku rusak!" Sofia menghampiri Ayahnya dan menunjukkan baju yang di pegangnya pada laki-laki itu.

"Astaga! Apa yang kau lakukan? lagi-lagi kau hanya tau merusak saja. Dasar bodoh!!!" Herman berteriak dengan lantang kearah Yenita. Jari telunjuknya bergerak menunjuk-nunjuk tepat di depan muka Yenita.

"Aku tidak sengaja Ayah! Aku terburu-buru pergi bekerja kemarin, jadi aku kurang memperhatikan." Yenita menundukkan kepalanya dalam. Menghindari tatapan tajam ayahnya.

"Bohong Ayah!! Dia pasti sengaja melakukannya. Pasti dia iri karena bajuku ini bagus, sedangkan dia tidak punya baju mahal seperti ini. Jadi dia merusaknya!" Tuding Sofia kepada Yenita.

"Tidak!!! Apa yang Kakak bicarakan? Aku benar-benar tidak sengaja kak. Kalau kau tidak ingin bajumu aku rusak, kenapa kau tidak mencuci nya sendiri! Kenapa malah menyuruhku? Sudah tau aku sibuk!!"

"Apa kau bilang? Apa kau menyuruhku mengerjakan tugasmu? Kau tau aku harus kuliah." Sofia tidak mau kalah, dan membalas perkataan Yenita tak kalah sengit.

"Tapi kan Kakak bisa mencucinya sepulang kuliah atau sebelumnya kan?"

"Cukup!!! Hentikan perkelahian kalian. Kau Yeni, setiap hari kau terus saja membuat masalah. Kakakmu adalah seorang mahasiswi dia harus menjaga penampilan nya agar tidak memalukan di depan teman-teman nya. Bagaimana mungkin dia mencuci? Kau yang harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Kau kan hanya seorang pelayan, tidak akan ada yang mengomentari penampilan mu. Dan untuk baju Kakak mu yang rusak, kau harus menggantinya." Ujar Herman panjang lebar, membuat Yenita menganga lebar. Tak habis pikir dengan apa yang di katakan oleh Ayahnya.

"Ayah yang benar saja, aku bahkan belum mendapatkan uang untuk membayar listrik dan air ayah!! Bagaimana mungkin sekarang aku harus mengganti baju kakak yang mahal." Pekik Yenita.

"Makanya, sudah Ayah bilang kan? Kau jual diri saja. Pasti gampang mendapatkan uang dengan muka dan bentuk tubuhmu itu!!!" Ucap Herman.

"Iya!!! Atau kau menikah saja dengan Juragan Yanto, si tua bangka itu. Kau tinggal pancing dia setiap hari agar dia terkena serangan jantung dan mati. Lalu segera rebut hartanya." Sambung Sofia.

"AYAH!!! KAKAK!!!" Mata Yenita melebar seperti akan mencelos mendengar ucapan mereka berdua. "Kenapa kalian selalu memojokkan ku? Dan memberi ide yang aneh-aneh."

"Heh?? Kau itu sudah untung Ayah merawatmu dan membesarkan mu selama ini. Jadi memang kau harus membalas budi! Dapatkan banyak uang untuk menghidupi Ayah dan kakak mu."

"Ayah aku kan memang selama ini menghidupi kalian. Aku sampai mengambil beberapa pekerjaan sekaligus agar bisa mendapat banyak uang."

"Aaahh kau ini banyak sekali bicara!! Pokoknya kau harus mengganti bajuku yang kau rusak. Kalau tidak lihat saja!!!" Sofia mendorong bahu Yeni pelan. "Ayah aku akan pergi dulu! Berikan aku uang untuk naik taksi ke kampus!!" Gadis itu mengadahkan tangan nya kearah Herman.

"Mintalah pada Yeni!!!" Ucap Herman lalu berlalu menuju dapur.

"Kau dengar! Mana uang untuk aku naik taksi dan jajan!" Sofia beralih menghadap Yenita lagi.

"Kakak!! Aku benar-benar tidak punya uang. Dua hari yang lalu kan Ayah dan Kakak sudah mengambil semua gajiku!" Ucap Yenita dengan suara bergetar.

"Uang itu sudah habis! Aku membeli kado untuk teman ku yang ulang tahun."

"Lalu apa?? Aku sudah tidak punya uang lagi kak!"

"Bohong!!!" Sofia menerobos berjalan kedalam kamar Yenita mengacak-acak setiap sudut kamar kecil itu.

"Kakak!! Apa yang kau lakukan?" Yenita berusaha menghalagi Sofia.

"Diam lah!!" Sofia mendorong keras tubuh Yenita hingga terpental.

Gadis itu kembali meneruskan kegiatan nya mengacak-acak kamar Yenita mencari sesuatu.

"Ahhhh ini dia!! Apa ku bilang, kau pasti berbohong!!" Ucap Sofia ketika menemukan Beberapa lembar uang seratus ribuan di bawah kasur Yenita.

"Kakak!!! Jangan kak!! Uang itu untuk membayar listrik dan air. Itu saja belum cukup." Yenite berusaha merebut uang yang ada di tangan Sofia.

"Ayaaah!!! Ayah kemarilah!!" Sofia menghindari Yenita sambil berteriak keras memanggil Herman.

"Ada apa lagi?? Kenapa dari tadi kalian ribut terus?" Ucap Herman ketika sudah tiba di kamar Yenita.

"Ayah!! Ayah lihat lah!!! Dia menyimpan banyak uang, tapi masih berani mengatakan tidak punya uang." Ucap Sofia kepada Herman sambil menunjukkan uang yang di temukan nya tadi.

"Dasar kau ini!!! Kau berbohong padaku??" Herman kemudian berteriak keras kearah Yenita.

"Ayah uang itu aku kumpulkan untuk listrik dan air, itu pun belum cukup. Tolong jangan biarkan Kakak mengambilnya Ayah!!" Yenita memelas kearah Ayahnya. Berharap mendapatkan bantuan.

Namun yang di terima nya malah kebalikan nya.

"Diam!!! Kakakmu akan pergi ke kampus. Tidak mungkin dia berjalan kaki kan? Biarkan dia memakai uang ini, kau carilah lagi uang untuk listrik." Ucap Herman.

"Tapi Ayah....."

"Tidak ada tapi, kakak mu kuliah agar keluarga kita menjadi lebih baik ke depan nya. Memang nya kau yang tidak berguna sama sekali. Bisa mu hanya menyusahkan saja!!"

Setelah mengatakan hal yang menyakitkan itu, Herman langsung pergi meninggalkan Yenita yang mematung di tempatnya dengan perasaan sedih. Sedangkan Sofia tersenyum-senyum puas.

"Jangan bengong disitu!! Cepat ke dapur siapkan sarapan untuk Ayah!! Aku akan pergi ke kampus." Ucap Sofia kepada Yenita. "Oh iya, jangan lupa mencari uang untuk mengganti bajuku!! Pergilah mengambil cucian kotor orang lebih banyak." Sambung Sofia lagi.

Yenita hanya terdiam mendengar semua yang di ucapkan oleh Kakak semata wayang nya itu. Melihat Sofia yang keluar dari kamarnya, air matanya jatuh tanpa bisa di bendung.

"Ya tuhan!! Kemana lagi aku harus mencari uang?" Gumam Yenita kecil.

"Hey bodoh!! Apa kau akan terus bersantai disana? Cepat lah buatkan aku sarapan." Herman tiba-tiba muncul kembali mengagetkan Yenita.

"I-iya Ayah!" Yenita beranjak bangun menuju ke dapur.

Beberapa saat Yenita memasak dan menyiapkan sarapan untuk Ayahnya. Setelah selesai dia memanggil Herman yang sedang duduk di depan Televisi.

"Ayah sarapan nya sudah siap! Ayah makan lah!! Aku akan pergi ke warung Bu Jumi untuk bekerja." Ujar Yenita.

Herman berjalan menuju meja makan kecil yang teronggok di sudut dapur rumah kecil itu.

"Apa ini? Apa hanya tempe saja? Setiap hari hanya makan tempe! Apa kau tidak bisa membeli ayam?" Herman memekik melihat menu yang tersaji di meja itu hanya tempe saja.

"Maaf Ayah! Tapi Ayah mengambil semua gajiku dua hari yang lalu. Dan tadi bahkan uang untuk listrik dan air sudah di ambil Kak Sofia. Jadi aku sudah tidak punya uang lagi sekarang."

"Apa kau menyalahkan aku dan Kakak mu? Dasar tidak tau diuntung!!! Sudah syukur aku mengijinkan mu tinggal di rumah ini! Sudah selayaknya kau menyediakan semuanya untuk kami. Kau itu hanya seonggok sampah yang tidak diinginkan dimana pun. Kau tau itu? Aku tidak mau mendengar bantahan mu lagi, sediakan makanan yang lebih baik ke depan nya. Atau kau akan tau akibatnya!!!"

.

.

.

.

Cinta Brian

Sebuah mobil Bantley keluaran terbaru melaju dengan kecepatan sedang. Seorang laki-laki tampan dengan mata indah duduk menyilangkan kaki nya yang panjang di kursi belakang mobil itu, dialah Brian Jeremy Smith Presiden Direktur Pratama Group yang merupakan Perusahaan dengan peringkat Nomer satu di Negara C. Di depan nya seorang laki-laki lain terlihat sedang fokus memegang kendali stir. Laki-laki yang tak kalah tampan, berhidung mancung yang merupakan tangan kanan Brian dan orang nomer dua di Pratama Group, namanya adalah Eiden.

"Apa kau sudah menyerahkan design cincin yang kumau kepada perancang?" Tanya Brian kepada Eiden, memecah keheningan diantara mereka.

"Sudah Prerdir!" Jawab Eiden singkat.

"Bagus! Itu harus selesai tepat waktu! Bagaiamana dengan persiapan yang lain?" Tanya Brian lagi.

"Semua sudah dikerjakan sesuai dengan keinginan anda Presdir!"

"Baiklah! Ini harus menjadi proposal terbaik di dunia ini." Brian menyunggingkan sebuah senyum tipis di bibirnya.

Eiden melirik majikan nya itu dari kaca spion depan. Brian jarang sekali tersenyum, tapi dia akan menjadi seperti orang gila jika itu berhubungan dengan kekasih nya.

"Saya mohon jangan terlalu bermimpi indah Presdir! Atau anda akan sangat terluka nanti." Eiden bergumam dalam hati.

Suara dering telpon terdengar dari kursi belakang. Brian tersenyum lebar saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Tanpa berpikir panjang dia langsung menekan tombol hijau.

"Hallo Sayang!!"

"Hai Beib, kamu dimana?" Sahut seorang perempuan di seberang telpon.

"Aku sedang di jalan menuju ke kantor Sayang! Ada apa?"

"Aku sudah berada di kantormu sekarang! Aku merindukan mu jadi kesini! Ternyata kau belum tiba, padahal sudah sesiang ini!" Zevanya merengek manja.

"Ya tuhan! Maafkan aku Sayang! Aku tidak tau kau akan ke kantorku pagi-pagi. Tadi aku masih menemani kakek minum kopi, jadi sedikit siang! Kau tunggu dulu ya aku akan segera sampai!."

"Baiklah! Aku akan menunggumu! Sampai jumpa." Klik.

"Eiden cepatlah sedikit! Zevanya menungguku dari tadi di kantor." Ucap Brian setelah sambungan telpon terputus.

"Baik Presdir!"

Eiden menambah kecepatan nya, menghidupkan Handphone nya untuk mencari tau titik-titik kemacetan jalan berada di sebelah mana.

"Presdir, saya akan melewati jalan pintas untuk menghindari kemacetan!" Ucap Eiden sembari melirik Brian dari kaca spion.

"Baiklah! Lakukan saja apapun yang membuat kita sampai di kantor secepat mungkin Eiden!" Sahut Brian.

"Saya mengerti Presdir!"

Eiden kemudian berbelok menuju jalanan alternatif dan melewati jalanan pinggiran Kota yang relatif sepi. Melihat jalanan yang sepi Eiden mempercepat laju mobil itu. Namun tiba-tiba muncul seorang gadis, menyeberang jalan tanpa menengok kanan kiri.

Eiden yang terkejut pun reflek menginjak rem. Hingga membuat Brian yang berada di kursi penumpang belakang terjungkal kedepan dan kepalanya terbentur kursi.

"Awww!!! Ada apa?" Pekik Brian, sembari mengusap-usap dahinya.

"Maaf Presdir! Ada seorang gadis yang tiba-tiba menyeberang di depan mobil kita. sepertinya dia tertabrak!" Ucap Eiden dengan sedikit kesal. "Anda tetaplah di dalam, saya akan keluar melihatnya dulu." Ucapnya kemudian.

"WHAT??? Ada-ada saja! Baik, cepatlah!"

Eiden kemudian turun dari mobil, terlihat seorang gadis yang meringkuk di jalan sembari menutup muka dengan kedua tangan.

"Nona!!" Eiden memberanikan diri menyentuh bahu gadis itu, saat tak mendapatkan jawaban. "Nona!!!" Panggilnya lagi.

"Aaaaahhhh!!!" Gadis itu berteriak kencang dan terjerembab kebelakang. Matanya terbelalak melihat laki-laki di depan nya.

"Ada apa? Apa anda baik-baik saja?" Tanya Eiden.

"Aku??" Gadis itu meraba-raba seluruh tubuhnya, untuk memastikan sesuatu.

"Apa anda terluka?" Tanya Eiden lagi.

"A-aku tidak tau! Aku tertabrak tapi kenapa aku tidak merasa sakit? Dan kenapa tidak terluka? Apa begini rasanya mati?" Ucap Yenita sembari mengecek-ngecek keadaan tubuhnya sendiri. "Dan kau? Apa kau malaikat?" Tanya nya sembari mengalihkan pandangan nya pada Eiden.

"Nona bangunlah! Anda baik-baik saja! Anda tidak mati! Dan aku bukan malaikat!" Ucap Eiden.

"Hey kenapa lama sekali?" Brian yang sudah tidak sabar, keluar dari mobil dan mengahampiri Eiden dan Yenita.

"Maaf Presdir! Nona ini kelihatan nya masih shock." Ucap Eiden kepada Brian.

Brian memperhatikan Yenita dengan seksama. Melihatnya dari atas sampai bawah.

"Sepertinya dia tidak terluka!" Ujar Brian. "Apa kau mau modus?" Tanyanya ke arah Yenita.

"Mo-modus? Modus apa?" Yenita mengerutkan keningnya heran.

"Kau menyeberang dengan sembarangan, dan sengaja menabrakan diri ke mobilku. Agar kau bisa memeras ku dan meminta ganti rugi kan?" Brian menaikkan satu alisnya.

"A-apa? kau- kau jangan sembarangan berbicara! Bukankah kalian juga mengebut? Aku hampir saja mati tadi!" Yenita mendelik kearah Brian dan Eiden.

"Kalau begitu cepatlah minggir!! Kau menghalangi jalan ku, dan menyita waktu berharga ku." Balas Brian tak kalah sengit.

"Siapa juga yang berniat menghalangi jalan mu? Bukan kah jalan ini masih luas? Dan asal kau tau aku juga membayar pajak. Jadi memang nya kenapa kalau aku mau berdiri di jalan ini?"

"Dasar gila!!! Sudah lah Eiden! Jangan menghiraukan perempuan ini. Ini akan membuat Zevanya marah." Brian membalikkan badan kembali memasuki mobil nya.

"Baik Presdir!! Nona Saya rasa anda tidak terluka kan? Maafkan saya yang tidak berhati-hati kami sedang terburu-buru. Tapi lain kali juga anda harus lebih hati-hati saat ingin menyeberang jalan. Seandainya tadi saya tidak mengerem tepat waktu, saya tidak tau apa yang akan terjadi!! Kalau begitu saya permisi dulu." Eiden menganggukkan kepalanya sopan.

Laki-laki itu Menyusul Brian memasuki mobil dan mulai menjalan kan mobil nya mengambil jalan sedikit menyamping, melewati Yenita yang masih enggan bergerak dari tempatnya. Setelah beberapa saat Yenita mulai tersadar.

" Aaaahhh dia tampan sekali!! sampai-sampai ku mengira dia itu malaikat tadi." Yenita tersenyum-senyum membayangkan muka Eiden yang sangat tampan. "Huh!!! Apa yang ku pikirkan? Sudahlah aku pasti terlambat." Gadis itu kemudia bergegas meneruskan perjalanan nya yang tadi sempat tertunda.

...****************...

Sementara itu, setelah berkendara kurang lebih 30 menit Brian akhirnya tiba di kantornya.

Dengan terburu-buru dan setengah berlari laki-laki itu memasuki gedung perkantoran megah milik keluarganya itu. Brian bahkan tak menghiraukan tatapan heran dari para karyawan nya, yang melihat dirinya tergopoh-gopoh seperti itu. Laki-laki itu segera memasuki lift khusus Presdir dan menuju lantai tujuh.

Sesampainya di lantai tujuh Brian segera mengambil langkah seribu menuju Ruangan nya.

"Selamat pagi Presdir!! Nona Zevanya sudah menunggu anda di dalam!" Seorang staff sekretaris menyapa Brian dengan sopan.

Brian tak menggubris sapaan dari wanita itu, memilih untuk langsung memasuki Ruangan nya.

"Sayang!!!" Panggilnya pada seorang wanita cantik yang sedang duduk dengan anggun di sofa, sambil memainkan ponselnya.

"Huuhh!! Kamu kenapa lama sekali?" Zevanya memasang muka cemberut dan tatapan mematikan.

"Maafkan aku!! Aku sudah menyuruh Eiden menyetir secepat mungkin. Tapi tiba-tiba ada insiden tidak terduga di jalan." Ucap Brian memelas.

"Insiden? Insiden apa?"

"Biasalah ada seorang gadis miskin yang sengaja menyebrang tiba-tiba di depan mobil kami untuk mendapat keuntungan!!" Terang Brian.

"Astaga!!! Ada-ada saja para manusia miskin itu. Lalu apa kau memberinya uang?" Tanya Zevanya dengan penasaran.

"Tentu saja tidak sayang!! Sudah lah kenapa jadi membahas masalah tidak penting begini." Brian mendekati Zevanya, merengkuh pinggang ramping gadis itu dengan tangan kekarnya. Kemudian mengecup bibir ranum Zevanya sekilas.

"Aku merindukan mu Sayang!!" Ucap Brian.

"Aku juga sangat merindukan mu Beib! Makanya pagi-pagi aku sudah kesini mencarimu." Zevanya mengelus-elus dada bidang Brian. "Apa kau mau menemaniku jalan-jalan hari ini?" Tanya nya kemudian.

"Baiklah Sayang! Kau ingin pergi kemana?"

"Aku ingin Shopping Beib! Aku ingin beberapa gaun dan tas, bolehkah???" Rengek Zevanya.

"Tentu Sayang! Apapun yang kau mau!" Brian mendekatkan wajahnya pada wajah Zevanya, sedikit lagi bibir mereka akan bertemu. Namun tiba-tiba

Tok tok tok suara pintu di ketuk dari luar Ruangan.

"Permisi Presdir!!" Terdengar suara Eiden dari balik pintu itu.

"Masuklah Eiden!!!" Sahut Brian.

Eiden muncul dari balik pintu dengan wajah datarnya. Pria itu menundukkan badan sekilas lalu mulai berbicara.

"Presdir, sebentar lagi pertemuan dengan perwakilan Bank Huanan akan dimulai. Baru saja mereka mengkonfirmasi, kalau mereka sedang berada di perjalanan dan akan tiba sebentar lagi." Ucap Eiden menerangkan.

"Oh Astaga! Hampir saja aku lupa! Baiklah siapkan saja! Kabari aku jika sudah siap."

"Baik Presdir!" Eiden kemudian menunduk Hormat dan keluar dari Ruangan itu.

"Sayang maaf aku harus menghadiri sebuah pertemuan penting lebih dulu. Apa kau mau menungguku?" Ucap Brian pada kekasihnya, segera setelah kepergian Eiden.

"Sudahlah! Aku akan pergi dengan temanku!" Zevanya menunjukkan raut wajah kecewanya.

"Baiklah!" Brian mengeluarkan sebuah kartu hitam dari dalam dompetnya. Memberikan nya kepada Zevanya. "Maafkan aku, lain kali aku akan menemanimu!!"

"Tidak masalah!" Zevanya meraih kartu itu dengan penuh semangat, senyum megembang di wajahnya. "Terimakasih Sayang!" Cup Zevanya memberikan kecupan di pipi Brian sekilas.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!