NovelToon NovelToon

Bad Girl Meet Karma

1 | Ketika karma menimpa.

Dirinya seakan tak tahu lagi ingin pergi kemana. Rumahnya disita, ayahnya entah hilang kemana.

Yang ia miliki hanyalah pakaiannya yang terlipat rapi didalam koper yang ditenteng nya.

Dan juga ponsel yang selama ini selalu membantunya untuk melewati hari demi hari.

Kalian pasti bingung kan dengan semua ini?

Ayo kita kembali ke beberapa jam yang lalu....

Seorang cewek yang tengah merapikan poninya kini melihat ponselnya yang bergetar diatas nakas.

Sahabatnya Giselle, ternyata mengirimkan pesan terhadapnya.

^^^Giselle^^^

^^^Eh kambing bunting, lo dimana? Kita ada kelas pagi woy!^^^

Catherine

Ya sabar , nih juga gue mau keluar rumah.

^^^Giselle^^^

^^^Lo belom berangkat?! Gila nih anak.^^^

Catherine

Santai, tenang aja kalo sama gue mah. Gue gak takut dimarahin dosen gak kayak lo.

^^^Giselle^^^

^^^Terserah lo dah bi, pokoknya lo cepetan dateng gih.^^^

Catherine

Iye-iye, bawel amat.

Catherine kemudian meraih tas dan kunci mobilnya, kemudian menuruni tangga dan pamit kepada papanya. "Pah, Cathie pergi dulu yah!"

"Gak sarapan dulu?" tanya Papanya sambil menyesal kopi di pagi hari.

"Gak usah pah, udah mau telat," jawab Catherine sambil memakai sepatunya. 'Bukannya mau telat, ini mah udah telat banget.' sambungnya dalam hati terkekeh.

"Yaudah, kalo gitu hati-hati nak."

"Iya pah, yaudah Cathie pergi sekarang!" Catherine kemudian berlari menuju mobilnya setelah itu melajukannya untuk sampai ke kampus.

...°°°...

Sesampainya Catherine di kampus, ia memarkirkan mobilnya.

Tapi ini adalah hal sepele baginya, sudah hampir setiap hari ia masuk ke kampus dengan cara seperti ini.

Saat berbuat menuju ke kelasnya, Catherine merasa perutnya keroncongan, ia berniat mengunjungi kantin sejenak untuk mengisi perutnya. Setelah itu baru masuk ke kelas.

Ia menuju ke warung bi Idah, warung yang menjual mie ayam.

"Bi, mie ayam nya satu. Sama teh hangat," Catherine kemudian duduk di meja makan dikantin itu.

"Oke non!"

Sembari menunggu, Catherine membuka aplikasi Untagram. Ia kemudian berfoto dengan mengembungkan pipinya dan tangan yang membentuk hati.

Setelah dikiranya bagus, ia kemudian memposting fotonya. Banyak komentar yang memuji dirinya yang sangat cantik dan imut. Membuat dirinya tersenyum senang.

"Ini mie ayamnya sama teh angetnya," ujar bi Idah sambil menaruh mie ayam dan teh yang tadi dipesan Catherine.

"Makasih ya bik." Catherine kemudian menyuapkan mie ayam itu kedalam mulut nya.

Saat ia tengah makan, ada seseorang yang duduk dihadapannya sambil menaruh semangkuk mie ayam yang sama seperti yang dibelinya.

"Eh, ngapain lo? Gak usah duduk dihadapan gue, pernah ngaca gak sih?" ketus Catherine.

"Ya makanlah, lo gak bisa liat?"

Catherine berusaha tak terbawa emosi, ia tak ingin emosi di pagi hari seperti ini. Cowok miskin yang dihadapannya ini, selalu membuat dirinya emosi.

Sebastian Alexander namanya.

"Ini tempat duduk gue, lo pergi sana! Gak sudi gue duduk deket cowok kismin kayak lo!"

"Sejak kapan ini jadi tempat duduk lo? Emang lo yang beli kursi ini?"

"Heh! Lo jangan macem-macem yah sama gue. Mau gue cabut beasiswa lo?!"

"Emang lo bisa?" jawab laki-laki itu tenang.

"Gak ada yang mustahil di dunia ini kalo pake uang," ujar Catherine meremehkan.

"Perlu lo inget itu semua harta bokap lo, bukan harta lo. Karma itu berlaku, cewek sombong."

"Belajar dari pengalaman sendiri yah?" Catherine tersenyum merendahkan.

"Lo gak selamanya bisa seneng terus. Hidup itu berputar, gobl*k," ucap Sebastian setelah itu langsung meninggalkan Catherine.

"Ngeselin banget sih tuh cowok! Liat aja, lo gak bakalan tenang kalo berurusan sama Catherine Angelina."

...°°°...

Catherine merasa lega setelah mengisi perutnya, ia berniat ke kamar mandi sebentar untuk memakai lipbalm nya.

Saat ia ingin masuk, ada suara perempuan yang terdengar suara sekelompok cewek yang sedang menggosipi dirinya.

Ia menghentikan langkahnya dan mendengar dari balik pintu, apa yang tengah dibicarakan para cewek itu.

"Si Catherine itu, nge sok banget gak, sih!"

"Mentang-mentang kaya, anak cowok banyak yang suka, jadi dia sok berkuasa gitu,"

"Alah cewek kayak gitu hobinya nyodorin badan, makanya banyak anak cowok suka,"

"Mungkin udah dicicip semua kali yah semua anak cowok di kampus kita ahhaha!"

Brak!!

"Aduh, kayaknya ada cewek yang iri nih sama idola kampus," ujar Catherine sambil bersender dan memainkan rambutnya.

"Ca-catherine," seketika mereka semua jadi gugup.

"Kalian denger ya, cowok suka sama gue karena gue cewek kelas atas. Perawatan gue mahal. Gak kayak kalian, hasil skincare murahan. Kalian itu gak sebanding sama gue!" Catherine meninggikan suaranya sambil berjalan mendekati cewek-cewek itu yang tertunduk.

"Karena gue baik hati, gue bakal seolah-olah gak denger perkataan kalian. Kalo sampe gue denger kalian ngomongin gue dibelakang gue," Catherine menggantungkan perkataannya dan menunjuk-nunjuk mereka. "Jangan harap hidup kalian bakal tenang dari rasa malu."

Catherine kemudian berbalik meninggalkan mereka. Dan berhenti sejenak. "Oh iya, kalo kalian mau ngomongin gue tuh didepan jangan dibelakang. Gue bakal terima dengan senang hati."

Catherine menyudahi perkataannya dengan senyum manis.

Senyum manis yang memiliki jutaan arti licik didalamnya.

...°°°...

"Rin, tungguin!"

"Cepetan dong Sel!"

Setelah kelas mereka selesai, Catherine dan Giselle akan pergi ke mall untuk menonton film horror yang ditunggu-tunggu mereka telah tayang.

Mereka pergi kesana menggunakan mobil Catherine, setelah sampai mereka pun langsung masuk ke mall itu.

"Bioskop nya di lantai empat kan?" tanya Giselle.

"Iya," jawab Catherine malas. "Udah berapa kali kita kesini tapi lo gak pernah inget dimana bioskopnya."

"Hehe," Giselle hanya nyengir lebar. "Ya kan gue pelupa, jadi harap maklum."

"Yaudah, kuylah kita pesen dulu tiketnya abis tuh makan. Filmnya mulai sejam lagi kan?"

"Iya. Yodah yuk!" Mereka pun menaiki lift yang ada di mall itu menuju ke lantai empat, setelah itu pergi ke bioskop untuk memesan tiket, lalu pergi ke sebuah restoran untuk mengisi perut.

Mereka memasuki restoran sushi, dan duduk di kursi yang kosong, dan melihat menu yang ada disana.

"Rin, lo kenapa sih kayak benci banget sama Sebastian?" tanya Giselle sambil melihat-lihat menu.

"Maksudnya?" Catherine berbalik tanya.

"Ya lo kan sering ngomongin dia yang nggak bener tentang dia Rin sama orang."

"Sel, dia tuh gak sebaik yang lo kira."

"Darimana lo tau?" pertanyaan Giselle seakan-akan membuat skakmat untuknya.

"Yah.. gue tau aja, cowok kayak dia tuh gimana."

"Lagian, tuh cowok miskin juga. Apa bagusnya?" lanjutnya.

"Rin denger deh, gue mau ngomong sesuatu sama lo,"

"Ap--"

"Pesanannya mbak?"

Catherine dan Giselle menoleh kearah pelayan restoran tersebut. Giselle sedikit terkejut ada Sebastian disini.

Sementara Catherine biasa saja. "Eh, lo kerja disini rupanya? Perasaan gue lo kerja di arah sana deh jadi tukang cuci mobil," sindir Catherine.

Sebastian tidak menghiraukan. "Pesanannya mbak?"

"Hm, apa yah? Yaudah aku pesen kentang goreng deh."

"Kami tidak menjual kentang goreng, mbak."

"Tapi gue pengennya kentang goreng gimana dong? Pembeli adalah raja kan?"

"Jaga sikap lo, kalo lo mau cari masalah disini," ucap Sebastian dingin dan penuh penekanan.

"Jadi gini pelayanan di restoran ini? Gak bagus banget, mana manajer kalian? Gue mau ngomong," Catherine mengeraskan suaranya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Rin udah rin. Lo udah keterlaluan," bisik Giselle.

Catherine menghembuskan nafasnya pelan meremehkan. "Yaudahlah ya, mumpung gue baik hati, gue pesen sushi aja deh."

"G-gue pesen sushi juga," ucap Giselle tak enak hati.

"Mohon ditunggu." Sebastian menunduk sejenak lalu pergi.

"Rin sumpah, lo keterlaluan banget Rin,"

ujar Giselle.

"Apa sih Sel, orang gue cuma bercanda doang," jawab Catherine agak kesal.

"Itu bukan bercanda Rin, kalo misalkan tadi manajer nya beneran dateng terus Sebastian dipecat gimana?"

"Buktinya sekarang dia gak dipecat. Udah deh Sel, gak usah diperpanjangin."

Giselle menghela nafas melihat kelakuan Catherine. Padahal Catherine dulu tak seperti ini, tapi sejak saat itu. Catherine berbeda.

"Oh iya, lu tadi mau ngomong apa?" tanya Catherine.

"Hah?"

"Ck," Catherine berdecak. "Yang tadi, lu mau bilang apa?"

"Oh yang itu...."

"Iya... Giselle sayang...," ujar Catherine berusaha untuk tidak menjitak Giselle yang kadang lemot nya kumat.

"Itu.. sebenernya...," Giselle menggantungkan perkataannya.

"Apaaaa?!" Catherine berusaha menahan.

"Gue lesbi Rin."

Pletak!

"Aduh sakit Rin!" gaduh Giselle sambil mengusap dahinya yang dijitak Catherine.

"Makanya yang serius."

"Iya, iya. Sebenarnya gue suka sama Sebastian."

Hening.

Catherine hanya menatap wajah Giselle tanpa reaksi apa-apa.

"Rin?" Giselle melambai-lambai kan tangannya didepan muka Catherine.

Plak!

"ADUH SAKIT B*GO!!" teriak Catherine membuat seluruh perhatian menuju kearahnya.

"Biasa aja kali Rin, malu tau diliat orang!"

"Ya lo sih, ngapain pake nampar-nampar gue!"

"Habis nya lo gak ada reaksi sih."

"Gue tuh butuh mencerna kata-kata lo itu Sel, tapi beneran? Lo suka sama cowok miskin itu?"

"Emang kenapa sih kalo dia miskin?"

"Giselle, punya cowok miskin itu susah. Lo gak bisa jalan-jalan, dia gak bisa ngasih lo hadiah, dia gak bisa ngajak lo ke mall karena dia gak ada duit!"

"Gue saranin lo ilangin semua rasa suka lo, masih banyak cowok yang mau sama lo Sel!"

"Ih lo kok gitu sih Rin, bukannya ngedukung juga," Giselle cemberut.

"Tapi kalo lo tetep nekat gue juga gak bisa apa-apa. Mau lo perjuangin atau gak terserah. Asalkan lo bahagia, gue juga bahagia Sel, sebagai sahabat lo."

"Makasih ya Rin, lo memang sahabat terbaik deh!" Giselle berdiri lalu memeluk Catherine.

"Apa sih." Catherine terkekeh kemudian membalas pelukan sahabatnya itu.

...°°°...

Catherine memakirkan mobilnya di garasi rumahnya, ia mematikan mobilnya dan memikirkan perkataan Giselle tadi.

Mengetahui bahwa Giselle menyukai cowok itu membuat ia kepikiran.

"Udah, dia itu cuman masa lalu. Gak perlu dipikirin lagi!" ujarnya dalam hati.

Ia kemudian membuka pintu mobil nya lalu menutupnya kembali, setelah itu melangkahkan kakinya ke dalam rumah.

Tapi sebelum itu, ia melihat banyak barang dan ada koper di teras rumah nya.

Ada beberapa orang berpakaian rapi didepan pintu, ia kemudian menghampiri.

"Permisi, ini kenapa rumah saya ada koper disini?"

"Maaf nona, ayah anda, pemilik rumah ini. Tidak dapat membayar hutang, jadi kami pihak bank menyita rumah ini."

Mata Catherine membelalak, apa-apaan ini?!

"Di-disita pak?!"

"Iya nona."

"K-kalau begitu, dimana papa saya sekarang?"

"Karena perusahaannya telah bangkrut, Tuan Harry sudah pindah ke kota lain tadi siang."

A-apa yang baru saja terjadi? Hal ini berlalu dengan cepat.

Catherine terduduk, bagaimana ini? Dirinya hanya memiliki sedikit uang saku, bagaimana akan membiayai biaya makan nya, bahkan rumahnya telah disita, akan tinggal dimana dia?

Uang sakunya tidak cukup membayar membayar satu kamar hotel untuk satu malam, karena telah ia pakai untuk membeli barang-barang saat ia dan Giselle pergi ke mall tadi.

Ia hanya memiliki papanya, dan sekarang papanya meninggalkannya begitu saja.

Jika ingin menginap di rumah Giselle, harus berapa lama dia disana? Dia tidak mungkin terus menerus merepotkan Giselle.

Bagaimana biaya hidup hari-harinya jika dirinya saja tidak bekerja?

"Maaf nona, cepatlah nona membawa barang-barang nona, karena rumah ini telah disita."

Catherine pun berdiri. "Ya pak."

"Oh dan satu lagi nona. Mobil anda juga kami sita."

Catherine mengangguk lemah, kemudian mengambil koper yang berisi pakaiannya.

Setelah itu pergi dari rumah yang telah menjadi tempatnya tumbuh selama 16 tahun ini.

Tes.. Tes..Tes..

Suara air dari langit membasahi telapak tangan Catherine, ia menatap keatas.

"Apa ini yang namanya karma, Tuhan?" ujarnya. "Hiks... hikss.."

Catherine Pov

Gue harus gimana sekarang?

Apa gue bakal hidup luntang-lantung kayak gini?

Kenapa papa tega ninggalin gue kayak gitu? Apa papa udah gak sayang sama gue?

Apa ini karma? Karma karena gue sering ngomongin harta gue? Atau karna gue suka ngatain orang miskin?

"Perlu lo inget, itu semua harta bokap lo, bukan harta lo. Karma itu berlaku, cewek sombong."

"Lo gak selamanya bisa hidup seneng. Hidup itu berputar, gobl*k."

Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala gue, sekarang gue gak punya apa-apa lagi.

Gue gak tau kemana arah tujuan gue, jadi yang bisa gue lakuin cuma meratapi nasib dibawah guyuran hujan yang mendukung suasana hati.

Catherine Pov End

Air hujan terus menetes dari kepala hingga ujung kakinya, hingga beberapa saat ia merasakan hujan tidak menetes ke kepalanya lagi.

Catherine membuka matanya dan mendongak keatas. Ia melihat ada seseorang yang menaruh payung di atas kepalanya.

Ia kemudian melihat siapa orang itu.

Catherine langsung memalingkan wajahnya begitu ia melihat siapa seseorang itu.

"N-ngapain lo disini?" ketus Catherine berusaha untuk menutupi kesedihannya.

"Jengukin cewek yang lagi kena karma," ujar cowok itu dengan tenang.

Bugh!

"Dasar cowok brengsek! Puas lo liat gue kayak gini sekarang?! Puas lo?!" Catherine memukul dada cowok itu. Menumpahkan segala kesedihannya dan kekesalannya.

"Puas kan lo, liat cewek yang lo benci kena karma?! Puas kan lo liat gue kayak gini?! Puas kan lo... hiks...." Catherine terisak di dada Sebastian sembari setia memukuli dada cowok itu.

Sebastian setia menjadi lampiasan kesedihan dan kekesalan gadis itu. Ia menangkup pipi kiri Catherine dengan tangan kanannya dan mendongakkan wajah gadis itu.

Catherine membuka matanya yang sembab karena merasakan tangan cowok itu menangkup pipinya lembut.

Sebastian menatap dalam cewek itu, Catherine pun membalas tatapan cowok itu.

"Gue gak mungkin puas liat lo menderita. Gue bakal berusaha ngebantu lo ngelewatin karma lo. Karena lo, pernah jadi orang yang berarti bagi gue."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih telah meluangkan waktu kalian untuk membaca cerita ini. Kalo suka jangan lupa like yah biar aku semangat updatenya.

Semoga hari kalian menyenangkan!

Sekian, terimakasih <3

2 | Someone help me!

"Ini rumah lo?" tanya Catherine sambil memandang rumah sederhana berlantai dia dihadapannya.

"Ya, memang gak sebanding dengan rumah lo. Tapi setidaknya cukup untuk nampung kita berdua.l,"

"Ini udah lebih dari cukup. Thanks, udah nampung gue," Catherine berterimakasih.

"Lo cepetan masuk dan beresin barang-barang lo, kamar lo ada dilantai dua,"

Catherine mengangguk. Sebastian kemudian meraih motornya dan menghidupkan nya. "Lo mau kemana?"

"Mau beli makanan, untuk makan," ujar Sebastian sambil menstarter motornya.

Catherine mengambil beberapa lembar uang dari sakunya dan memberikannya pada Sebastian.

Sebastian menaikkan satu alisnya bingung. "Buat apa?"

"Buat bayar bagian gue,"

Sebastian menghela nafas. "Nih, gak usah bayar, biar gue aja. Lagian gue juga yang bawa lo kesini, jadi lo itu sekarang tanggung jawab gue," Sebastian mengembalikan uang itu.

Catherine jadi salah tingkah, ia kemudian mengambil kembali uang itu.

"Yaudah, lo masuk aja duluan. Ntar gue balik, gak lama."

"Ya."

Sebastian kemudian melakukan motornya untuk membeli makanan, Catherine pun memasuki rumah.

Ia membuka pintu rumah itu dan masuk kedalamnya. Setelah itu menutupi pintu itu kembali.

Ia melihat sekeliling, rumah Sebastian sangat sederhana dan rapi. Berbeda dengan rumahnya yang besar dan kosong.

Lalu Catherine menaiki tangga dan mencari kamarnya. Ia melihat hanya ada dua kamar di lantai dua. Ia membuka salah satu pintu.

Ternyata yang ia buka adalah kamarnya Sebastian. Kamar laki-laki itu terlihat sangat nyaman. Catherine tanpa sadar memasuki kamar itu lalu mendudukkan dirinya di kasur Sebastian.

Aroma khas laki-laki itu langsung menyeruak di indra penciuman nya. Dari dulu sampai sekarang, ia sangat menyukai aroma ini.

Ia kemudian beranjak dari kasur dan mendekati meja belajar laki-laki itu. Catherine melihat ada sebuah foto di atasnya.

Bola matanya membulat sempurna, itu adalah foto dirinya dan laki-laki itu saat mereka masih berpacaran dulu.

'Kenapa masih ada foto ini? Apa dia lupa buang? Atau... masih belum move on?'

Catherine menepuk pipinya dan menepis pikirannya dengan cepat. 'Inget Catherine, dia dulu udah nyakitin lo!'

Lebih baik dirinya membereskan barang-barangnya, ia kemudian beranjak dari kamar Sebastian.

Ia membuka pintu kamar disebelah. Ia melihat ada kasur dan juga lemari dikamar itu, tapi tetap terkesan kosong karena tak ada yang menempati.

Catherine kemudian membuka kopernya dan memindahkan pakaiannya ke lemari.

Setelah beberapa menit ia kemudian selesai, dan lanjut membersihkan dan merapikan kasur untuk ia tidur nanti.

Catherine berniat keluar kamar untuk ke kamar mandi, tapi tiba-tiba ada Sebastian muncul di depan pintu membuatnya kaget.

"Eh kakek cangkul!"

"Siapa yang kakek cangkul? Tuh gue udah beliin nasi goreng, makan sana." ujar Sebastian dengan sikap dinginnya seperti biasa lalu menuruni tangga.

"Biasa aja kali, jan dingin-dingin amat napa?!" kesal Catherine. "Sabar Catherine, mending lo makan aja." ucapnya pada diri sendiri.

Catherine kemudian menuruni tangga dan menuju dapur, disana sudah ada Sebastian yang duduk di meja makan sambil makan malam.

Ia kemudian mengambil piring dan sendok di rak piring kemudian menaruh nasi goreng yang dibeli Sebastian tadi.

Dirinya sekarang harus mandiri. Tidak ada pembantu yang menyiapkan makanan, tidak ada pembantu yang membereskan kamar, tidak ada pembantu yang mencuci piring bekas makannya.

Semua itu harus ia lakukan sendiri mulai sekarang.

Catherine kemudian menarik kursi meja makan tersebut dan duduk. Meja makan ini cukup sederhana, hanya satu meja kecil dan dua kursi.

Setelah itu ia memakan nasi gorengnya dengan perlahan. Awalnya ia ragu memasukkan sesuap nasi goreng itu, karena dirinya tak pernah memakan makanan yang dijual di pinggir jalan.

Tapi kemudian ia memberanikan dirinya dan menyuapkan sesendok nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

Ia memejamkan matanya saat menyuapkan sesendok nasi itu, tapi saat rasa nasi goreng itu menyebar didalam mulutnya, Catherine membuka matanya.

Ternyata rasanya lumayan enak juga. Catherine kemudian memakan nasi goreng itu dengan lahap.

Tak ia sangka makanan seperti ini enak juga rasanya.

Sebastian hanya tersenyum tipis melihat tingkah Catherine, yang biasanya selalu bermulut pedas. Kini bertingkah seperti anak kecil yang baru mengenal sesuatu.

Sebastian telah habis memakan makanannya, ia kemudian berdiri dan mengambil piring bekasnya dan berniat mencucinya.

"E-eh tunggwu." ucap Catherine dengan mulutnya yang penuh. Sebastian berhenti sejenak. "Biyar gwue ajwa yang nyuci pirwing nya."

"Lo yakin?" Sebastian memastikan.

Catherine meminum segelas air di sebelah piring nya. "Iya sini, biar gue aja, gak enak gue udah numpang tapi gak bantu,"

"Terserah lo." Sebastian kemudian menyerahkan piring bekasnya kepada Catherine.

Catherine berjalan menuju wastafel. Sebastian berjalan menuju sofa dan duduk kemudian menyalakan TV di ruang tamu.

Prangg!!

Sebastian langsung menoleh kearah suara tersebut. Suara itu berasal dari dapur.

Ia kemudian berjalan kearah dapur, dan melihat Catherine yang tengah memegang piring yang telah pecah menjadi dua bagian.

"S-sori, gue gak pernah cuci piring. Haha," Catherine tertawa hambar.

Sebastian langsung menepuk jidatnya. Harusnya ia tidak membiarkan gadis itu mengerjakan pekerjaan rumah.

Wajah Catherine terlihat pucat, keringat dingin mengalir di dahi gadis itu. Sebastian bingung melihat wajah Catherine.

"Lo kenapa?" tanya Sebastian.

"Hah? Em, gak papa," Catherine terlihat menyembunyikan tangan kanannya dibalik tubuhnya.

Sebastian kemudian berjalan menghampiri gadis itu dan menarik tangan Catherine yang ia sembunyikan.

"Sshh." ringis Catherine.

Sebastian terkejut melihat telapak tangan Catherine yang tergores dan mengeluarkan banyak darah.

"Lo kalo gak bisa nyuci piring kenapa nekat sih?!" bentak Sebastian.

Catherine kaget karena laki-laki itu membentaknya. "Ya gue gak enak kalo ngerepotin lo terus!"

"Lo kayak gini justru yang bikin gue tambah repot tau gak?!"

Mata Catherine memanas. Ia hanya berusaha membantu, kenapa laki-laki itu jadi memarahinya seperti ini?

"Yaudah kalo gue bikin lo tambah repot, mending gue pergi aja! Maaf ganggu lo!" Catherine melepaskan genggaman tangan Sebastian pada tangannya. Lalu berjalan cepat berniat meninggalkan laki-laki itu, tapi Sebastian dengan cepat mencekal tangan Catherine lagi.

"Sori. Maafin gue, gue cuma khawatir tadi. Sori ngebentak lo,"

Catherine yang membelakangi Sebastian mengusap airmatanya yang hendak jatuh. Kemudian berbalik menghadap laki-laki itu.

Catherine menunduk. "S-sori juga kalo gue bikin lo tambah repot,"

"Tunggu bentar, gue ambil P3K dulu dikamar gue,"

Catherine mengangguk, ia kemudian duduk dikursi meja makan menunggu Sebastian yang tengah mengambil P3K di kamarnya sambil melamun.

'Papa, apa papa gak kasihan sama Catherine? Kenapa papa tiba-tiba ninggalin Catherine? Apa Catherine ada salah sama papa?'

Tak terasa airmatanya menetes di pipinya, Catherine kemudian mengelap airmatanya.

Ia tak boleh menangis, orang yang menangis adalah orang yang lemah. Itulah yang dipikirnya.

"Mana tangan lo? Sini gue obatin."

Catherine langsung merubah raut wajahnya menjadi seperti biasa, lalu berbalik menghadap laki-laki itu.

Catherine langsung menyodorkan telapak tangannya pada Sebastian. Sebastian pun berlutut agar mudah mengobati tangan gadis itu karena posisi Catherine tengah duduk dikursi.

Catherine memandangi wajah Sebastian yang tengah serius mengobati lukanya.

Wajah laki-laki itu tak berubah dari dulu, hidungnya yang mancung, matanya yang agak sipit, Catherine sangat menyukai itu.

Tapi Catherine dengan cepat menepis pikirannya, rasanya kepada laki-laki itu hanyalah rasa berterimakasih, bukan cinta.

Benar kan?

...°°°...

Catherine terbangun dari tidurnya. Jujur ia masih sangat mengantuk, tapi ia usahakan untuk membuka matanya dan mengecek ponselnya untuk melihat jam.

Matanya yang setengah terbuka, kemudian langsung membuat sempurna melihat waktu yang tertera di ponsel tersebut.

07.27 AM

Dia ada kelas jam delapan pagi! Ia langsung berdiri dan merapikan kasurnya.

Lebih spesifiknya hanya melipat-lipat saja dengan asal-asalan. Kemudian mengambil handuk dan pakaian untuk ia berganti dan berlari menuju kamar mandi.

Sebastian yang tengah menonton TV sambil memakan roti dicampur susu kental melihat Catherine yang tengah terburu-buru menuruni tangga.

"Sarapan dul--"

Gedubrak!!

Alhasil Catherine terjatuh karena terlalu cepat menuruni tangga. Untung saja ia jatuh agak bawah, jika tidak mungkin dirinya akan bergelinding di tangga.

"Nanti aja sarapannya, gue buru-buru!" Catherine langsung berlari ke kamar mandi dan menutup pintu dengan keras.

Sebastian hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan mantan pacarnya itu.

.

.

.

.

.

Setelah lima belas menit-an, Catherine akhirnya selesai dengan ritual mandinya.

Ia melihat ada Sebastian yang sudah rapi memakai pakaian kasual, berbeda dengan baju tidur yang ia lihat tadi.

"Lo gak mandi apa?" tanya Catherine heran.

"Gue udah mandi tadi subuh, gak kayak lo. Jam segini baru mandi," ujar Sebastian.

Catherine hanya memutar bola matanya malas. "Lo ada kelas pagi?"

"Gak ad,."

"Terus lo ngapain udah rapi kek gitu?"

"Ya nganter lo lah. Emang lo mau jalan kaki? Kalo mau silahkan."

Entah kenapa Catherine jadi sedikit kesal dengan nada bicara laki-laki itu. Tapi ia tak ingin meladeni nya, bisa-bisa ia akan terlambat.

"Lo tunggu bentar, gue mau ambil tas gue dulu,"

"Gak pake lama,"

"Ya ya." jawab Catherine malas. Kemudian ia berjalan keatas dan memasuki kamarnya untuk mengambil tasnya.

Setelah selesai, Catherine pun berjalan menghampiri Sebastian yang telah duduk di motornya.

"Cepet naik,"

Catherine kemudian menaiki motor Sebagian dan duduk dengan posisi miring.

"Pake helm." ucap Sebastian sambil memberikan helm kepada Catherine.

Setelah itu, Sebastian pun menyalakan motornya dan melaju menuju ke kampus mereka.

...°°°...

"Baju kotor lo, lo taroh mana?" ujar Sebastian saat mereka telah sampai di gerbang kampus.

Catherine mendelik. "Ngapain lo nanyain baju kotor gue? Mau lo pake untuk ngelakuin hal mesum, iya?!"

"Bukan kayak gitu b*go. Makanya jangan nething dulu napa?"

"Terus mau lo apain?"

"Mau gue bawa laundry lah, gak mungkin gue cuci sendiri kan? Lagian lo juga gak bisa cuci baju sendiri,"

Catherine jadi malu dan salah tingkah. "O-oh gitu. Baju kotor gue, gue bisa bawa sendiri ke laundry. Lo gak usah repot-repot,"

"Yaudah terserah lo, lo cepetan masuk sana. Kelas lo mulai jam 8 kan?"

"Iya,"

"Kalo gitu gue balik dulu." Sebastian menstarter motornya dan pergi meninggalkan Catherine.

Catherine kemudian memasuki area kampusnya dan menuju kelasnya

...°°°...

Setelah memasuki gedung kampusnya, Catherine pun berniat menuju kelasnya.

Tapi saat di lorong, ia mendengar bisikan-bisikan orang-orang disekitarnya.

"Lo tau gak, bokap nya tuh cewek udah bangkrut! Rumahnya juga disita!"

"Serius? Terus dia tinggal dimana sekarang?"

"Gak tau, mungkin udah luntang-lantung dijalanan."

"Ah gak mungkin itumah, pasti dia udah jadi simpenan om-om kaya lah!"

"Bisa jadi, cewek sombong kek dia tuh emang pantes dapet karma kek gini!

"Haha ******!!"

Catherine berusaha untuk tidak terbawa emosi, ia kemudian berjalan menuju kelas dengan mengangkat wajahnya sedikit keatas.

"Cih, udah miskin gaya masih aja belagu!"

Setelah sampai ke kelasnya, ia kemudian melihat ada Giselle yang tengah melambai-lambai kan tangannya.

"Rin, sini!" panggil Giselle. Catherine pun berjalan menghampiri Giselle dan duduk disebelah gadis itu.

"Rin lo gak papa kan?" tanya Giselle khawatir.

Catherine menaikkan satu alisnya. "Maksudnya?"

"Katanya kan om Harry bangkrut, terus rumah lo disita. Jadi lo tinggal dimana sekarang Rin?!"

Catherine tampak berpikir sejenak. Ia tak mungkin bilang bahwa dirinya tinggal dengan Sebastian sekarang.

Catherine tak ingin menyakiti perasaan Giselle saat gadis itu tahu bahwa dirinya tinggal bersama laki-laki yang gadis itu sukai.

"G-gue tinggal sama tante gue sekarang." bohongnya, padahal tante nya sekarang tinggal di luar negeri.

"Oh, baguslah kalo kek gitu. Gue kira lo luntang-lantung di jalan."

"Ya nggak lah ****."

Setelah beberapa menit kemudian dosen mereka pun datang lalu mereka semua memperhatikan apa yang dijelaskan oleh dosen mereka.

.

.

.

.

.

.

Catherine gelisah. Daritadi ia menggoyangkan kakinya. Ia berusaha menahan tapi tak bisa. Ia kemudian berdiri.

"Lo mau kemana Rin?" tanya Giselle.

"Mau kekamar mandi, gak tahan gue,"

"Oh oke."

Catherine kemudian permisi dengan dosen yang ada diruangan tersebut, setelah itu meninggalkan kelas dan menuju ke toilet.

Sudah hampir setengah jam berlalu, tapi Catherine belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Duh Catherine kemana sih?! Apa nyasar yah tuh anak? Tapi gak mungkinlah!" Giselle berbicara kepada diri sendiri karena khawatir.

"Apa gue susul aja yah? Tapi tanggung, bentar lagi juga mau habis nih kelas! Yaudahlah, gue tunggu sampe habis aja baru nyari tuh anak."

...°°°...

Setengah jam yang lalu..

Catherine merasa lega setelah memenuhi panggilan alamnya. Ia kemudian berjalan kembali menuju kelasnya.

Toilet di kampusnya memang agak jauh, jadi ia harus berjalan ekstra.

Saat ia berjalan melewati gudang olahraga yang terletak tidak jauh dari toilet, ia mendengar ada suara laki-laki yang membentak dan suara perempuan yang menangis.

Catherine mendekati asal suara tersebut. Pintu gudang itu tertutup, tapi tidak terkunci. Ia kemudian mengintip kedalamnya.

Mata Catherine membulat sempurna melihat seorang gadis yang pakaiannya setengah terbuka hingga menangis.

Laki-laki yang berada di depannya itu semakin gencar menciumi leher gadis itu.

Catherine langsung menendang pintu itu membuat keduanya terkejut.

"Eh, sampahnya sampah masyarakat! Ngapain lo hah?! Lepasin dia gak?!" teriak Catherine.

"Heh, kalo gue gak mau lo bakal apa?" laki-laki itu tersenyum remeh.

Catherine mengepalkan tangannya. Ia sangat membenci laki-laki yang melecehkan dan merendahkan perempuan.

Bughh!!

Satu tinjuan mendarat di rahang laki-laki itu. Catherine langsung menarik perempuan yang berada di belakang laki-laki itu. "Lo cepetan pergi dari sini!" ujar Catherine.

"Tapi lo gimana?" tanya gadis itu.

"Udah gue gak papa, gue bisa jaga diri sendiri. Sekarang lo cepet pergi!"

Gadis itu mengangguk cepat kemudian berlari meninggalkan ruangan itu.

"BANGS*T!!!" laki-laki itu berniat melayangkan tinjuan di wajah Catherine tapi Catherine langsung menghindar.

Catherine baru tersadar kalau itu hanya jebakan, kini laki-laki itu langsung menendang perutnya dan dirinya langsung tersungkur dilantai sambil memegangi perutnya kesakitan.

"Heh, jadi cewek jangan sok kuat. Karna cewek gue udah lari, sekarang lo aja yang jadi mangsa gue."

Laki-laki itu berjalan menghampiri Catherine. Kemudian mengunci pergerakan Catherine.

Seluruh tubuh Catherine rasanya lemas. Perutnya sangat sakit. Laki-laki itu mulai membuka kancing baju atas Catherine.

Catherine berusaha meronta, tapi kekuatan laki-laki itu jauh lebih besar dibanding dirinya.

Bagaimana ini? Jarang ada orang lewat disekitar sini kecuali jam makan siang.

Wajah laki-laki itu semakin dekat dengan wajahnya berniat untuk menciumnya.

Catherine merasa takut. 'Seseorang tolong gue!'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih telah meluangkan waktu kalian untuk membaca cerita ini.

Kalo suka jangan lupa like yah, biar aku semangat updatenya.

Semoga hari kalian menyenangkan!

Sekian, terimakasih <3

3 | Pahlawan kepagian.

Sebastian kembali ke kampus lagi karena lupa memberitahu Catherine bahwa ia akan pulang agak malam. Juga ia ingin menitipkan kunci rumah.

Saat ia telah sampai di parkiran kampus, ia memarkirkan motornya disana. Setelah itu pergi menuju kelas jurusan busana dan fashion untuk mencari Catherine.

Sesampainya ia di kelas Catherine, ia izin dengan dosen yang berada dikelas tersebut untuk menanyakan Catherine.

"Catherine, ada yang mencari kamu," panggil dosen itu tapi tak ada yang menyahut.

"Mana yang namanya Catherine?" kelas itu hening. Tak ada yang menyahut.

"Permisi buk," akhirnya setelah beberapa menit ada yang membuka suara.

"Ya, kenapa?"

"Catherine sudah daritadi gak kembali ke kelas buk," yang bicara ternyata adalah Giselle.

"Coba kamu hubungi,"

"Saya berniat begitu, tapi ponselnya dia titip ke saya buk,"

Sebastian khawatir. Kemana perginya gadis itu?

"Buk, kalau begitu saya permisi. Kalau boleh tahu, tadi Catherine pergi kemana buk?"

"Dia izin ke toilet tadi."

Sebastian langsung keluar dari kelas itu. Tanpa menghiraukan cewek-cewek dikelas itu yang daritadi berbisik-bisik.

"Eh, itu anak jurusan komputer kan? Siapa namanya? Sumpah ganteng banget!"

"Sebastian kalo gak salah namanya. Udah taken belum yah?"

"Kayaknya udah sih, cogan kek gitu mah pasti cepet diambil orang,"

"Tapi kenapa dia nyariin Catherine yah?"

"Gak mungkin kan Catherine itu pacarnya?"

"Bisa jadi weh, tuh cewek kan centil,"

"Iya juga sih."

Giselle menjadi kesal mendengar bisikan-bisikan cewek disekitarnya. Ia kesal karena sahabatnya, Catherine di fitnah seperti itu.

Tapi disisi lain ia gelisah, tidak mungkin sahabatnya merebut orang yang ia sukai kan? Giselle tahu, Catherine bukan orang seperti itu.

Ia tidak boleh berburuk sangka dengan sahabatnya sendiri.

'Gak mungkin Catherine ngerebut Sebastian dari lo Sel, Catherine itu bukan cewek munafik.' ucap Giselle dalam hati meyakinkan diri.

...°°°...

Sebastian berlari secepat mungkin menemukan gadis itu, entah dimana gadis itu ia akan tetap menemukannya.

Ia tahu gadis itu pergi ke toilet karena dosen tadi yang memberitahu. Masalahnya, ia tak tahu dimana letak toilet di gedung ini karena gedung jurusannya berbeda dengan Catherine.

Setelah berkeliling cukup lama di gedung ini, ia akhirnya menemukan ruangan bertuliskan toilet wanita.

Ia menunggu didepan toilet, karena tidak mungkin ia masuk kedalam sana bukan?

Ia menunggu beberapa menit, tapi tidak ada tanda-tanda ada orang didalam sana.  Apa ia langsung menerobos saja?

Sepertinya ia terpaksa memilih pilihan itu. Ia kemudian menerobos masuk ke dalam toilet perempuan.

Kosong. Tidak ada orang satupun. Sebastian kemudian membuka semua pintu toilet. Dan tidak ada orang sama sekali.

'Sial, kemana sih tuh anak?!'

Sebastian mengacak rambutnya frustasi, ia seperti orang gila yang kehilangan sekarang.

Laki-laki jangkung berambut hitam ini kemudian kembali mencari gadis merepotkan yang bernama Catherine.

Saat ia melewati sebuah ruangan, ia mendengar suara orang dari ruangan itu.

Pintu itu tertutup. Ia kemudian mendekati pintu itu.

"Lepasin gue!!"

Mata Sebastian membelalak. Itu adalah suara dari seorang gadis yang tengah ia cari daritadi.

Sebastian langsung mundur sedikit, kemudian mengumpulkan kekuatan pada kaki tangannya, kemudian menendang pintu itu sehingga terbuka dengan kuat dan menimbulkan suara yang keras.

Saat pintu itu ditendangnya, Sebastian terkejut bukan main. Melihat pemandangan dihadapannya.

...°°°...

Inilah yang ditunggu-tunggu oleh Giselle.  Kelasnya pun akhirnya berakhir. Giselle langsung dengan cepat memasukkan barang-barangnya kedalam tasnya lalu ia tenteng di bahunya.

Begitupun dengan tas Catherine. Ia kemudian berjalan keluar kelas dengan tergesa-gesa untuk mencari Catherine.

Karena terburu-buru, Giselle alhasil menabrak seseorang sehingga dirinya terjatuh dilantai.

"Aduh!" ringisnya.

"Sori, lo gak papa?!" panik laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Giselle berdiri.

Giselle pun menerima uluran tangan laki-laki itu dan berdiri. "Gue gak papa, makasih."

"Sama-sama. Btw, lo anak jurusan tata busana kan?"

"Iya."

"Nama lo siapa kalo boleh tau?"

"Em.. nama gue Giselle." Giselle jadi agak canggung.

"Kenalin gue Rean. Salam kenal."

"Salam kenal juga." ujar Giselle seraya tersenyum. "Sori, gue buru-buru. Kalo gitu gue pergi dulu yah."

Setelah itu Giselle berlari untuk mencari Catherine kembali.

Rean tersenyum. 'Gila, gue jatuh cinta pada pandangan pertama.'

...°°°...

Catherine merasa pasrah, dirinya tak punya kekuatan lagi untuk melawan. Airmata nya telah jatuh tanpa ia sadari, awalnya ia kira hidupnya akan sangat hancur dari sini.

Tapi ternyata perkiraan nya salah.

Brak!!

Catherine langsung menoleh kearah suara itu. Ia merasa sangat senang sekaligus lega melihat sosok itu ada dihadapannya.

Sosok itu langsung menerjang laki-laki yang ingin mengotori dirinya sampai laki-laki itu terpental.

Itu, adalah Sebastian.

Sebastian langsung melepas jaketnya kemudian menghampiri Catherine dan memakaikan jaketnya di tubuh gadis itu.

"BANGS*T!!"

Laki-laki yang hendak memperkosa Catherine tadi langsung berdiri dan hendak meninju Sebastian.

Tapi Sebastian langsung mengelak dan menendang perut laki-laki itu dengan kuat hingga laki-laki itu tersungkur.

Sebastian kemudian langsung menarik kerah leher baju laki-laki itu dan mengepalkan tangannya lalu meninju laki-laki itu secara membabi buta.

Terpancar kemarahan di tatapan dingin laki-laki itu.

Catherine hanya bisa menyaksikan Sebastian yang tampak belum puas meninju wajah laki-laki itu.

Wajah laki-laki itu tampak biru dan lebam, Catherine jadi tak tega melihatnya.

Ia kemudian mendekati Sebastian dan berusaha menghentikan aksi laki-laki itu.

"Udah, dia udah babak belur!" Catherine menahan lengan Sebastian, tapi laki-laki itu tetap tak berhenti.

"Gue bilang udah!!" Catherine berteriak sekuat mungkin agar laki-laki itu berhenti. Tapi Sebastian seakan tuli dan terus melancarkan aksinya.

"TIAN!!"

Sebastian membulatkan matanya dan berhenti melayangkan pukulannya pada laki-laki dibawahnya.

Ia melepaskan cengkraman nya pada kerah leher laki-laki itu. Lalu menoleh kearah Catherine.

Ia melihat Catherine yang tengah menangis, sungguh ia sangat benci melihat gadis itu menangis.

Apalagi karena dirinya, sama seperti hari itu.

"Udah... hikss..."

Sebastian kemudian mengulurkan tangannya kemudian menangkup wajah gadis itu.

Diusapnya airmata gadis itu yang mengalir di pipinya, kemudian menarik gadis itu perlahan kedalam pelukannya.

Hatinya entah kenapa sangat sakit, melihat dan mendengar isakan tangis gadis yang dulu pernah mengisi hatinya.

.

.

.

.

.

.

Giselle akhirnya sampai di toilet wanita, ia mengecek ke dalam tapi tak menemukan Catherine.

Ia mendengus kesal karena sahabat nya itu secara tiba-tiba menghilang.

Saat ia melewati gudang yang pintunya terbuka, ia menjadi penasaran dan mengintip sedikit kedalam.

Ia membulatkan matanya besar, hatinya terasa sakit. Tubuhnya kaku seperti patung.

Dirinya melihat sahabat nya tengah berpelukan mesra dengan laki-laki yang ia sukai.

...°°°...

Catherine merapikan penampilan dirinya sembari melihat refleksi dirinya di cermin toilet.

Untung saja Sebastian tadi datang tepat waktu, jika tidak entah apa yang akan terjadi dirinya tak bisa membayangkan.

Mengingat kejadian tadi, membuat dirinya terasa ingin menangis lagi.

Tapi ia cepat-cepat mengusap airmatanya yang hendak keluar.

Setelah pakaiannya ia rapikan, Catherine kemudian keluar dari toilet dan terdapat lah Sebastian yang tengah menunggu di depan toilet.

"Udah?" tanya Sebastian.

"Udah, ini jaket lo. Thanks,"

"Hm," Sebastian hanya berdeham. "Lo gak ada kelas lagi kan habis ini?"

"Gak ada,"

"Yaudah lo langsung pulang aja, masalah ini biar gue yang ngurus," 

"Gak usah," Catherine menolak dengan cepat. "Masalah ini gak usah dibesar-besarin. Gue gak mau repot,"

"Terserah lo. Udah, lo cepetan pulang gue anter,"

"Lo gak ada kelas hari ini?" tanya Catherine.

"Gak, gue ada kelas besok."

"Kalo gitu gue mau ambil tas sama barang-barang gue dulu di Giselle. Lo tunggu aja dulu dimotor, ntar gue nyusul,"

Sebastian mengangguk kemudian meninggalkan Catherine dan menuju ke parkiran motor.

Catherine menatap punggung laki-laki itu yang kian menjauh. 'Terimakasih udah nolong gue, pahlawan kepagian.'

...°°°...

Catherine sekarang tengah mencari Giselle, ia ingin mengambil tas beserta ponsel tercintanya di gadis itu.

Entah sudah berapa lama ia berkeliling di kampus, tapi ia tak menemukan keberadaan Giselle sama sekali.

Apa Giselle sudah pulang lebih dulu? Tapi sepertinya tak mungkin, karena Giselle akan selalu pulang bersama dengan dirinya.

Jadi Catherine hanya bisa terus mencari keberadaan gadis itu.

Saat sampai di taman kampus, ia melihat Giselle yang tengah duduk di sambil merenung.

Catherine berjalan mengendap-endap agar Giselle tidak sadar, saat ia telah sampai dibelakang Giselle, Catherine langsung mengejutkan gadis itu.

"Waaa!!!"

"Tikus makan ular!," kaget Giselle. "Ih Catherine!!" kesalnya.

"Bwahaha!!" Catherine tertawa terbahak-bahak.

"Dasar lo tuh ya!!"

"Lo sih, pake melamun segala. Ngelamunin apa emang?"

"Gak ada," Giselle langsung memalingkan wajahnya.

"Cie galau nih yeee... galau kenapa lo? Ditolak doi? Ahahaha!!"

Raut wajah Giselle langsung masam. Ia kemudian memberi tas dan ponsel Catherine dengan kasar pada gadis itu, dan langsung berjalan dengan cepat meninggalkan Catherine.

"Eh, tunggu! Giselle!"

"Apa?" jawab Giselle ketus.

"Lo kenapa sih, Sel? Orang gue cuman bercanda doang,"

"Gak papa. Gue cuman capek, gue mau pulang," ujar Giselle lalu meninggalkan Catherine dan pulang.

"Tumben gak ngajak pulang bareng,"

...°°°...

Keesokan harinya Catherine tidak memiliki kelas. Jadi ia hanya bersantai dirumah sambil mencari lowongan pekerjaan di ponselnya.

Karena tidak mungkin ia akan membebani Sebastian secara terus menerus.

Ditambah lagi, dirinya juga banyak memerlukan kebutuhan. Seperti kuota internet, paket nelpon, perawatan rutin wajahnya, dan semacamnya.

Tidak mungkin ia meminta hal itu kepada Sebastian? Dikiranya Sebastian adalah suaminya?

Eh tunggu dulu, kenapa malah membahas suami? Dasar author ngawur :v

Oke lanjut.

Sambil memakan sarapan yang telah disiapkan oleh Sebastian pagi tadi, ia men scroll-scroll ponselnya.

Banyak lowongan pekerjaan yang telah penuh, membuat dirinya menjadi hilang semangat.

Sarapan di piringnya telah habis, ia kemudian hendak mencuci piring tersebut.

Catatan, Catherine sekarang sudah bisa mencuci piring karena Sebastian telah mengajari dirinya bagaimana mencuci piring tadi malam.

Setelah beberapa detik, acara mencuci piringnya telah selesai. Saat ia ingin menaruh piring itu di rak piring, ponselnya yang ia letakkan di meja makan bergetar.

Ada yang meneleponnya. Catherine mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelepon dirinya.

Ternyata Giselle.

"Kenapa?" tanya Catherine tanpa basa-basi.

"Yee nih anak bukannya halo dulu malah langsung nanya kenapa," protes Giselle di seberang sana.

Nada bicaranya agak berbeda dari terakhir kali, pikir Catherine "Halooo Giselle ku sayang... yang manis dan cantikk..."

"Nah gitu dong kan enak denger nya,"

Catherine memutar bola matanya malas. "Yaudah lo mau ngomong apaan? Gue sibuk,"

"Cih, sibuk apaan lo. Orang kerjaan lo dirumah cuman update story sama main emel doang kalo gak ada kelas kek gini,"

"Iyee yaudah lo mau ngomong apa cepetann,"

"Kita ketemuan yuk, di cafe biasa. Gue mau ngomong sesuatu,"

"Kalo mau ngomong ya tinggal ngomong aja kenapa sih, pake ketemuan di kafe segala,"

"Gak bisa, ini tuh bersifat privasi. Gak bisa diomongin lewat telepon,"

"Yaudah kapan?"

"Jam 10 nanti yah! Awas lo jangan gak dateng, kalo lo gak dateng, gue hack akun emel lo!"

"Terserah lo lah Sel, gue tutup. Bye!"

"Eh Rin tungg--"

Tut... Tut...

Catherine menaruh ponselnya kembali di meja, dan bersiap-siap untuk pergi ke kafe sesuai permintaan Giselle tadi.

Saat ia menaiki tangga, teleponnya kembali berdering. "Giselle apaan lagi sih?!"

"Halo!"

"Gak bisa santai apa, ntar tuli kuping orang denger suara cempreng lo,"

Suara berat ini...

"Kenapa lo nelpon gue?"

"Gak papa, cuman mau bilang kalo rumah gue itu suka ada penampakan,"

"Lo jangan main-main yah, kalo gak gue tutup!" Catherine langsung kesal, karena dirinya itu memang penakut jika berurusan dengan mahluk tak kasat mata.

Tapi anehnya, ia suka film yang berbau hal gaib, sungguh aneh.

"Jan sensi amat napa? Pms lu?"

"Gue tu--"

"Gue cuman mau ngomong kalo nyokap gue bakal dateng,"

Mata Catherine membulat sempurna. "Maksud lo tante Mirna?!"

"Ya siapa lagi?"

Catherine seketika jadi panik. "T-terus kapan dia bakal dateng?"

"Katanya sebentar lagi nyampe."

"Kenapa lo gak ngasih tau sih!"

"Lah ini gue lagi ngasih tau, b*go."

"Ya ngasih tau nya tuh jangan sekarang! Ngasih tau tuh dari awal!"

"Emang kenapa sih? Orang lu juga udah sering ketemu ama nyokap gue dulu."

"Dulu sama sekarang tuh beda! Kalo dulu kan--"

Ding Dong!

Catherine langsung menoleh dengan cepat kearah suara bel pintu. Baru saja dibicarakan.

Sepertinya mantan calon mertuanya ini panjang umur.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih udah menunggu dan meluangkan waktu kalian untuk membaca cerita ini.

Jangan lupa like yah biar aku semangat updatenya!

Kalo ada saran atau kritik kasih tau yah! Lin bakal terima dengan senang hati!

Semoga hari kalian menyenangkan!

Sekian, terimakasih <3

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!