Enjoy reading !
Bulan sedang menggantung sendirian diawal malam tanpa ditemani satu bintang pun. Awan bergumpal- gumpal berwarna gelap membuat orang yang melihat sedikit tidak sedap. Siapa pun yang akan melihat bisa tahu saat ini cuacanya buruk.
Jansen sedang berdiri di beranda luar rumahnya. Dia menatap kosong di depan halaman rumahnya di waktu malam seperti ini. Terlihat sekali wajahnya ragu sambil sesekali ia melihat ke arah ponsel yang sedang di peganginya.
Berulang ulang kali dia menggigiti jari kukunya sambil menggangguk anggukkan kepalanya lemah. Untuk meyakinka dirinya untuk apa yang akan dia lakukan.
Tik..tik..tikk.. tikk..tik..
Jansen menekan nekan tombol nomer yang ada di ponselnya. Hingga terdengar nada sambung dan menunggu sesaat.
“hey.. sepertinya Amanda tidak bisa ikut !”
“kamu jangan gila !” ucap suara di sebrang yang terdengar dengan nada keras.
“kalau Amanda tidak jadi ikut, kau juga lebih baik tidak jadi ikut!”
Raut wajah Jansen kini berubah mendengar kalimat yang di lontarkan barusan. Dia menjadi bimbang apa yang dia pikirkan sedari tadi terjawab sudah.
“Roy kamu jangan begitu, Amanda itu tidak di beri izin oleh orang tuanya” ucap suara Jansen sabar.
“Amanda tidak boleh liburan ke puncak gunung yang bukan merupakan wisata perkemahan.”
“dasar bodoh!” makian suara itu lagi.
“kenapa lo bilang tujuanya ke puncak gunung? Lo kan bisa bilang pergi liburan ke villa milik papahku, atau manakah sekiranya di izinkan.”
Mendengar omongan pedas temanya Jansen pun terdiam.
“pokoknya gua tunggu sampai jam sebelas malam, kalau lo dan Amanda tidak datang-datang berarti kalian tidak jadi ikut ! Kita semua akan jalan malam ini, jadi besok pagi sudah sampai.” Ucap Roy lalu langsung mamatikan teleponnya.
Tuutt...tuuutt..tuuttt... !!!
Jansen hanya bisa menghela napas dalam dalam. Dia bingung apa yang akan dia lakukan sekarang. Ikut camping ke puncak gunung tak mungkin kalau tidak bersama dengan Amanda. Memaksa Amanda pun hanya percuma karena Amanda anak yang penurut dengan kata-kata orang tuanya.
“apakah liburan kali ini tidak ada kegiatan apa-apa sama sekali ? ” gumam Jansen.
“apa yang harus aku lakukan saat seperti ini?”
Lalu Jansen melirik ke arah arlojinya, masih ada sisa waktu dua jam sebelum waktu berangkat. Dan masih ada waktu untuk menjemput Amanda. Tetapi bagaimana caranya?
Berpikir berulang kali Jansen berusaha untuk membujuk Amanda dan meyakinkanya kalau liburan di puncak gunung akan terasa lebih enak dan menajubkan. Di bandingkan liburan yang hanya berdiam diri di rumah saja.
Jansen merogoh saku celananya diambil lah handphone miliknya lagi untuk memanggil panggilan Amanda.
“sayang aku tidak jadi ikut camping jadi bisa temui aku ke cafe ? ” ucap Jansen saat panggilanya terhubung dengan suara Jansen yang terdengar romantis dan lembut kepada kekasihnya itu.
“ada apa?” tanya suara di seberang.
“kenapa kamu tidak datang saja di rumahku?” ucapnya lagi.
“tidak, aku hanya ingin kita bertemu di cafe biasanya !”
“ada apa sih, ada yang ingin kamu bicarakan ? Langsung aja bicara, jangan bikin aku penasaran dong !” ucap gadis itu sedikit merajuk.
“penting ! Kamu harus datang di cafe itu saja. aku akan menunggumu ke sana !” ucap suara meyakin kan Jansen.
“ini masih soal liburan”
“aku jemput kamu dalam dua puluh menit !” ucap Jansen.
Tutt...!
lalu mematikan Handphone nya. Belum sempat Amanda menyahut, Jansen buru buru menutup telponya. Dan bersiap siap, bergerak cepat memakai sepatunya dan mengambil kunci mobilnya.
Dalam dua puluh menit Amanda sudah berada di dalam mobilnya. Melaju membelah padatnya lalu lintas di malam hari.
“kok kita ke arah sini?” tanya Amanda bingung.
“kita akan kemana ?” tanya Amanda.
Tetapi kekasihnya hanya diam saja masih sibuk memperhatikan ke depan yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.
“Jansen aku bilang sama orang tua ku mau membeli makan malam saja, dan waktuku hanya sebentar ! ” ucap Amanda resah.
“cepat ada apa Jansen?”
Jansen lalu melirik ke arah Amanda yang sedikit kesal yang sedang duduk di sebelahnya. “kita pergi camping !” ucap Jansen tegas.
“apa..?” ucap Amanda kaget dibuatnya.
“kamu kalau gila jangan bawa- bawa aku jans." teriak Amanda.
" Nanti orang tua ku akan membunuhku bagaimana?”
“tidak ada orang tua yang berani membunuh anak perempuanya sendiri, apa lagi anaknya, anak semata wayangnya.” Ucap Jansen santai.
Amanda hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan berpikir apa sih yang saat ini yang ada di otaknya Jansen saat ini.
“iya karena mereka menyayangi ku makanya mereka tidak ingin aku pergi ke puncak gunung !” ucap Amanda mengelak.
“cepat putar balik arah mobilnya! Dan antar aku pulang sekarang juga jans.” Jansen menggeleng tidak setuju.
“percuma manda akau tidak mau menghabiskan liburan ku hanya sisa sia berdiam diri di rumah saja!” ucap Jansen menjelaskan.
“Jansen...!” teriak keras Amanda. Lalu Jansen mengerem mendadak.
“kita ini sedang liburan panjang , memang kamu mau liburan hanya berdiam diri di rumah saja ?” tanya Jansen lagi.
“tapi.. tapi bukan seperti ini caranya” ucap Amanda.
“kita kan bisa liburan ke tempat lain yang natinya orang tua ku akan setuju tidak seperti pergi ke Gunung Perawan ini .”
Lalu Jansen kembali menyetirkan mobilnya berjalan dengan arah yang sama.
“jansen !” ucap Amanda lirih.
Lalu Amanda hanya terdiam, dia bimbang. Di satu sisi dia ingin sekali ikut, tapi di sisi lain takut dengan kemarahan kedua ornag tuanya. Dan sudah berulang-ulang kali Amanda juga membujuk orang tuanya, tetapi alhasil tidak di izinkan juga.
Melihat eksperesi dari gadis di samping nya Jansen tersenyum “serahkan semuanya padku."
" Nanti kita akan mentelfonya kalau kita sudah sampai di sana. Sekarang ini yang kita butuhkan hanya berbelanja barang barang keperluan pribadimu saja. Kalau soal pakai atau yang lainya sudah aku siapkan dengan baik ” ucap Jansen sabar berbicara dengan kekasihnya.
“tapi orang tua ku pasti marah sekali” ucap Amanda resah.
“nanti aku akan menemani mu pulang dan aku akan mengatakan yang sebenarnya pada orang tua mu kalau akau yang memaksamu untuk ikut !” ucap Jansen.
Amanda tersenyum mendengar omongan kekasihnyaa itu. Lalu Jansen merogoh handphone nya dan di berikan kepada Amanda.
“telpon orang tua mu. Katakan kalau kita sudah di perjalanan menuju ke Gunung Perawan.”
Amanda ragu. “tunggu bagaimana kalau aku SMS saja. Soalnya aku takut” ucap Amanda menyarankan.
“baiklah senyamanmu saja sayang” ucap Jansen ngiyakan.
Saat masih duduk di bangku SMP Jansen sangat ingin sekali pergi ke puncak gunung tetapi teman teman Jansen tidak ingin liburanya itu pergi ke puncak gunung.
Tepapi saat SMA keinginanya bisa menjadi kenyataan karena dia bertemu orang orang baru yang pemberani dan mempunyai jiwa-jiwa petualangan. Karena teman teman Jansen saat ini adalah kebanyakan anak Gunung. Mereka suka sekali menjelajahi Gunung-gunung baik gunung yang sudah terkenal untuk para pendaki, gunung yang angker, dan lain lain.
Gunung Perawan, gunung ini adalaha rencana mereka selanjutnya. Ide ini terlampir dari Roy yang katanya papahnya membeli villa yang ada di sebuah desa, dan di desa tersebut terdapat sebuah gunung yang masih beberapa orang maupun pendaki belum mengetahuinya.
Dan jiwa jiwa petualangan mereka memanggil untuk segera pendakian. Karena juga camping kali ini berbeda dengan camping yang sebelum-sebelum mereka lewati. Gunung ini berbeda, gunung yang belun terjamah, dengan pohon pohon yang tumbuh liar, siapa tahu apa yang ada di balik gunung tersebut. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan baru untuk mereka yang pecinta petualangan.
Setelah di rasa perlengkapan belanjanya sudah lengkap mereka berdua langsung menuju ke rumah Roy. Dan setelah sampai di rumah Roy mereka langsung masuk dan ternyata Roy telah menunggunya di depan pintu.
“sorry tadi aku berkata sedikit kasar pada mu bro..” ucap Roy menyesal.
“ah... tidak maslah bro, yang penting aku masih bisa ikut kan ” ucap Jansen.
“kamu tu sudah menjadi bagian dari tim kita!” sahut Rama dari belakang berjalan menghampiri Jansen.
“yah aku tahu itu” ucap Jansen. “karena tidak ada pendaki yang berjumlah ganjil kan?” ucapnya lagi.
Lalu mereka semua tersenyum. “biasalah kepercayaan itu dengan kita berjumlah ganjil maka penunggu di sana akan meminta salah satu dari kita untuk membuatnya menjadi genap.” Ucap Rama menjelaskan.
Mendengar cerita itu Jansen di buat sedikit merinding.
“sebaiknya kata-kata itu kamu ceritakan saja pada kekasih ku ini” ucap Jansen lalu memandangi wajah kekasihnya.
Lalu datang lah salah satu gadis itu dan mendekat ke arah Amanda. “dan penghuni di hutan itu paling suka dengan orang yang pergi tanpa pamit... kepada orang tuanya !” ucap Lola menakutinya.
“ehhhh...” ucap Amanda menengok wajah tampan Jansen kekasihnya.
Melihat tingkah Amanda dan Jansen teman temanaya lalu menertawakan mereka.
“kau jadi ikut Man?” tanya gadis di sebrang ruangan yang sedang duduk di sofa.
“iya jadi, Jansen memaksaku untuk ikut!” ucap Amanda memberi tahu sambil berjalan duduk di sofa bergabung dengan Alex dan Gita.
“oke karena semua sudah berkumpul maka kita langsung saja. berangkat!” ajak Roy.
“loh bukannya masih ada sisa waktu setengah jam sesuai omonganmu tadi?” ucap Jansen mengelak.
“bodoh ! itu hanya alasan ku saja supaya kamu tepat waktu” ucap Roy.
Dan tidak ada di antara mereka yang berani mengelak omongan dari Roy dan mereka semua lalu bersiap siap menuju mobil mereka.
Rombongan petualangan remaja ini pun berangkat. Mereka semua menggunakan dua buah mobil. Satu mobil milik Jansen dan satu nya lagi mobil milik Roy. Mereka semua membagi tempat untuk mereka duduki. Intan, Rama, Lola berada di mobil Roy. Sedangkan Alex, Gita, Amanda berada di mobil Milik Jansen.
“konon menurut kabar yang aku dengar dengar kalau di puncak gunung perawan ada sebuah permata atau mustika abadi” ucap Alex saat mobil yang mereka tumpangi melaju.
“serius kamu?” ucap Gita penasaran.
“paling itu hanya mitos belaka saja” sahut Jansen di balik kemudi.
“aku dengar sih begitu. Tapi aku dengar lagi kalau ada yang mengambil mustika itu nanti kita tidak bisa kembali lagi dan kita kan menjadi penghuni gunung itu” ucap Alex menakut nakuti mereka yang mendengar dengan serius.
“petualangan sejati itu tidak akan merusak.” Ucap Jansen memberi tahu mereka.
...“hey kamu itu bicara apa Jan?” ucap Alex dengan cepat....
...“kita tidak akan mencabutnya sebelum kita menemukanya iya kan” ucap Alex membenarkan....
“iya betul juga kata Al, jans ” umpat Gita membela kekasihnya itu.
Mendengar itu Amanda menoleh ke arah Gita dan Alex kalian memang pasangan kekasih yang setia.
Lalu Gita dan Alex hanya tersenyum kepada Amanda. Sedangkan Jansen sedang fokus pada kemudinya.
Enjoy reading !
Pesona Matahari pagi yang begitu cerah dengan di sambut kicaun burung yang begitu merdu membuat suasana pagi yang indah. Akhirnya dua mobil yang berbeda jenis itu telah sampai di sebuah villa milik Roy.
“ini dia villa milik keluargaku..!” seru Roy saat sampai di viilanya.
“cuih..! villa milik Bapaknya saja bangga!” desis Jansen yang masih berada di dalam mobilnya.
“Heii,, jangan begitu Jans..” tegur Amanda.
“pekerjaan papahnya yang sekarang menjadi anggota dewan telah merubah hidup teman kita” ucap Alex memberi tahu teman temanya.
“hah .. sudahlah “ ucap Gita kemudian keluar dari mobil. Kemudian Amanda ikut keluar sedangkan Jansen dan Roy nanti akan menyusul mereka setelah memarkirkan mobilnya dan mengambil barang barang yang akan di perlukan untuk pendakian nantinya.
Tiba tiba keluarlah seorang lelaki paruh baya yang menghampiri mereka berdua.
“Kau penjaga villa ini?” ucap Roy kasar kepada pria paruh baya itu.
“Benar tuan muda, nama saya Cecep Papah tuan sudah memberi tahu kepada saya bahwa tuan muda dan teman temanya akan datang di villa ini. Dan istri saya sedang pergi berbelanja untuk menyiapkan makan malam tuan muda dan teman teman tuan muda” ucap Cecep gugup saat berbicara dengan majikanya.
“kami semua sudah bawa makanan jadi kamu tidak perlu repot” ucap Roy yang membuat Cecep sedikit kiuk karena ucapan tuan mudanya. Dan dia tidak tahu harus berbuat apa.
“kalian semua bisa menaruh barang bawaan kalian” ucap Rama ketua pendaki gunung atau bisa di sebut si pembuka jalan.
“kita nanti jam berapa akan mendaki ma?” tanya Jansen.
“kita akan berangkat jam sepuluhan sekalian menunggu kabut hilang” ucap Rama memberi aba aba kepada tim nya.
Dilain sisi hanya Roy dan Lola saja yang langsung masuk ke dalam villa tidak membantu menurunkan barang bawaannya.
“apakah ini barangnya tuan muda ?” tanya Cecep
“Iya tas yang besar dan berat ini milik tuan muda mu.” Sahut Alex.
“Apakah perlu bantuan pak?” ucap Rama yang kasihan melihat pak Cecep yang sedang menggendong tas milik Roy di lihatnya badan pak cecep yang kurus.
“Taruh di sini saja pak. Soalnya nanti kita akan pergi ke puncak gunung!” seru Rama memberi tahunya.
“Apa kalian akan pergi ke gunung itu?”ucap pak Cecep sambil menunjuk ke puncak gunung.
“Iya pak. Tujuan kita kemari bukan hanya ke villa ini saja. Tapi tujuan utama kita dalah ke puncak Gunung tersebut.” Ucap Lola.
“Apa kalian tidak tahu ?” ucpan pak Cecep terpotong.
“Apa maksud bapak ?” ucap Rama jadi peasaran dengan perkataan pak Cecep.
“Kalau kalian mau mendaki gunung jumlah orangnya harus genap” ucap Cecep.
“tenang saja pak sebelum itu kita sudah tahu. Dan jumlah kita genap dan kita juga berpasangan satu sama lain” ucap Rama.
“tapi.... “ omongan Pak cepep terpotong karena Roy tiba tiba memanggil.
“baiklah kalau begitu saya harus menghampiri tuan muda dulu” Ucap Pak cecep dan segera meninggalkan mereka.
“Aaa..da yang di perlukan tuan muda?” ucap Cecep.
“Apa kamu di sini tidak mempunyai Kopi?” ucap Roy keras
“Maaf tuan semua bahan bahan sedang habis. Dan baru di belikan istri saya. Apabila tuan bersedia menunggu saya akan buatkan nanti” ucap Cecep lemah.
“tidak usah saya sudah tidak berselera lagi.” Seru Roy.
“Roy bisakah kamu sedikit tidak berbicara kasar pada pak Cecep?” ucap Rama.
“Apa urusanya dengan kamu , kamu hanya perlu diam saja!” umpat kasar Roy padanya.
“Benar benar tidak pernah sabar manusia satu ini” ucap Alex sambil geleng kepala.
Enjoy reading !
Matahari pun bangkit dari peradabannya. Mereka ber delapan mendaki di puncuk untuk mecapai tengah langit. Agar mereka dapat melihat pemandangan indah di pucak gunung tersebut.
Rama yang menjabat sebagai ketua tim maju ke depan memimpin jalan mereka. Yang di bawa di tanganya sebuah golok untuk merambat semak semak yang menutupi jalan mereka. Rama telah terbiasa melakukan hal tersebut saat berkemah. Dia sudah sangat berpengalaman dalam hal mencari jalan dan pendakian.
Tetapi sebagai seseorang yang menjabat sebagai ketua tim itu tidak sangatlah mudah di lakukan setiap orang.
Pernah pada saat itu ia sebagai ketua pembuka jalan pendakian saat ia membabas semak semak yang menutupi jalanya dia terkejut karena ada seekor ular muncul di hadapanya.
Terkadang juga salah sampai membahayakan nyawa mereka sendiri karena ia terjerumus oleh semak semak yang di bawahnya adalah jurang.
Banyak sekali pengalaman yang telah di lalui Rama saat pendakian. Bagi dia suatu kehormatan baginya untuk membukakan jalan pendakian untuk teman temanya.
Di belakang Rama ada Intan, dia adalah cewek Rama sekarang. Mereka sudah cukup lama membina sebuah hubungan. Sedangkan di belakang Intan ada Jansen,Amanda,Alex,Gita,Lola dan terakhir ada Roy.
Alex menjadi barisan paling tengah karena dia adalah kunci dari tim mereka. Sedangkan Roy dia berada di belakang karena badan nya yang lebih besar dan ia mendapatkan jabatan menjadi sebagai keamanan karena badanya yang kekar juga.
Saat pendakian berada di puncak pendakian mereka baru sampai seperenam badan gunung. Lalu mereka beristirahat sejenak sambil membuka perbekalan mereka. karena mereka sudah sedikit kelelahan akhirnya mereka semua memutuskan untuk beristirahat dan makan.
“sayang aku tidak mau makan nasi aku mau dibuatkan Mie” ucap Alex lalu di angguki oleh kekasihnya Gita. Tetapi Jansen pun tidak mau kalah Ia juga meminta Amanda untuk Membuatkannya juga.
"Baiklah baiklah aku akan membuatkan kalian semua Mie untuk kalian makan.!" ucap Amanda.
" terima kasih sayang ku kamu memang benar benar calon istri ku yang baik" puji Jansen untuk kekasihnya itu.
"Hei aku tidak mau membuatnya" sahut Lola.
" Kenapa la? " tanya Amanda.
" Nanti bedak aku luntur" ucap Lola nerocoh yang di tertawakan oleh teman temanya.
"apa yang kalian tertawakan " ucap Lola bingung.
"Ya sudah biar aku dan Gita yang memebuat mie nya saja" sahut Amanda.
“Rama apa kamu mau aku buatkan kopi?” tanya Intan.
“iya aku mau kopi aku tunggu di sini ya.. aku juga mau mie” jawab Rama sambil menuju ke atas batu yang besar yang akan dia duduki lalu memetik gitarnya.
Alex pun menghampiri temanya itu yang sedang memetik gitar dan menemaninya untuk menyumbangkan sebuah lagu agar terasa pas.
Setelah mereka semua mengisi perut mereka lalu melanjutkan pendakian mereka agar nanti tidak terlalu malam saat itu.
“kira kira kita akan sampai ke puncak gunung kapan ya?” ucap Gita kepada Alex.
“aku rasa sebelum senja kalau ini tidak ada halangan” jawab kekasihnya.
“kamu yakin?” tanya Gita lagi.
Alex hanya tersenyum untuk menjawab pertanyaan dari kekasihnya itu. “karena Rama adalah dewa pembuka jalan maka kita akan segera sampai” jawab Alex lagi.
Di sela sela perjalan mereka tiba tiba.
Guarrrr....!
Suara nauman bintang buas. Mendengar itu langkah kaki mereka berhenti. Mereka semua tak berbicara sepatah kata pun.
“serigala ..!” ucap Lola.
Susana mereka menjadi hening dengan kedatangan tiba tiba hewan buas itu.
“apakah di gunung ini benar benar ada serigala?” umpat Jansen.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!