Dinginnya malam, gak menyurutkan kebahagiaan yang terukir di wajah Syakira. Mendapatkan kejutan terindah di hari bertambahnya usia. Membuatnya seakan mampu menghilangkan rasa kantuknya.
Taman belakang rumah yang biasanya hanya berhiaskan tanaman dengan bunga indah saat bermekaran. Dengan kolam renang yang membentang. Gazebo yang sudah di hias dengan ornamen pesta, sebagai tempat ternyaman untuk beristirahat.
Lampu lampu indah yang menerangi malam, menghiasi pohon mangga di kala lampunya mengerlipkan cahaya terang.
"Selamat ya sayang, putri kecil mama kini sudah menginjak dewasa! Mama do'a kan kamu selalu bahagia di sepanjang hidup mu!" tutur Sasmita, seraya memberikan pelukan hangat pada Syakira.
"Aku akan selalu bahagia, mah! Ada mama, papa, si mbok, para pelayan yang selalu bersama ku. Pasti aku akan selalu merasakan bahagia." seru Syakira, membalas dekapan hangat sang ibu.
'Coba ada Mega, Serli dan Irfan, suasana pesta pasti akan bertambah meriah!' batin Syakira penuh harap.
"Jangan lupa perkenalkan teman pria mu, Kira sama mama! Teman pria yang spesial yang sudah memenangkan hati putri mama!" bisik Sasmita dengan nada menggoda.
Syakira merona, sudah tau pasti arah pembicaraan Sasmita. Tapi belum waktunya mengatakan pada sang ibu, membuatnya menyangkal dari perkataan sang ibu.
Syakira merenggangkan dekapannya dari sang ibu.
"Mama ngomong apa sih! Kira gak ada teman dekat. Semua teman dekat Kira, mama sudah mengenalnya." dusta Syakira.
Sasmita menjawil hidung Syakira, "Gak ada yang bisa kamu rahasiakan dari mama, Kira! Nanti biar mama bantu bicara sama papa ya! Biar hubungan kalian di setujui."
Syakira mengerutkan keningnya, menatap Sasmita penuh tanya, 'Aku gak salah dengar nih! Mama beneran mau bantu aku, bujukin papa buat setuju sama hubungan aku dan Willi?'
Sasmita mencengkram lembut lengan Syakira, "Jangan ragu sama mama sayang! Apa pun akan mama lakukan, demi kebahagiaan mu!"
Bak mendapat angin segar dalam hubungan percintaannya dengan Willi, membuat Syakira tanpa ragu kembali mendekap erat sang ibu dengan tangis yang gak bisa ia bendung lagi.
"Terima kasih, mah! Mama emang yang paling pengertian." Syakira.
"Mama sayang sama kamu, nak! Semoga mama dan papa bisa mengantar mu sampai ke pelaminan." gumam Sasmita dengan persaan sesak.
"Pasti mah, tapi masih lama. Tunggu sampai Kira bisa membuat kalian bangga. Dan masih banyak impian yang ingin Kira gapai."
Dari arah belakang. Bayu melingkarkan ke dua tangannya, membuat Sasmita dan Syakira masuk ke dalam dekapannya.
"Kalian ini, masa di hari bahagia malah menangis. Ini kan malam bertambahnya usia Kira, mah! Jangan lah ada air mata kesedihan, cukup dengan tawa dan air mata kebahagian, mah!" ujar Bayu, membuat Syakira dan Sasmita mendongak ke arahnya.
Sasmita mengerutkan keningnya, menatap Bayu penuh selidik.
"Papa dari mana? Dari tadi mama cariin, gak nemu nemu! Habis dari mana, pah?" cecar Sasmita ingin tau.
"Jelas mama gak nemu, papah! Wong papa ada di depan rumah." Bayu mengusrak puncak kepala Syakira penuh kasih sayang.
"Ihhhsss pah! Rambut Syakira jadi berantakan ihs! Jangan di acak acak!" Syakira ngegas.
'Semoga papa gak mendengar apa yang aku dan mama bicarakan!' batin Syakira, berpura pura bersikap wajar di depan Bayu.
Bayu menepuk lembut pipi Syakira, "Maaf, sayangnya papah! Papa ada kejutan untuk mu, Kira! Semoga kamu menyukainya ya! Tapi sayangnya ..."
Sasmita menyela perkataan Bayu, dengan menarik pergelangan tangan Bayu dari pipi Syakira.
"Pah, ngapain di luar rumah? Apa ada yang sedang papa sembunyikan dari mama dan Kira!" tebak Sasmita dengan tatapan penuh selidik.
Bayu menelan salivanya dengan sulit, mencoba mengalihkan perhatiannya dari Sasmita, 'Insting istri, kuat sekali!'
"Pah! Papa sendiri yang bilang ini malam bahagia Syakira! Jangan ada air mata kesedihan. Lalu apa yang papa sekarang lakukan?" cibir Sasmita, mencubit gemas pinggang sang suami.
"Awwhhh mah, sakit ini!" Bayu menggeliat, menggenggam jemari tangan Sasmita yang merekat pada pingganggnya bak kepiting yang tengah mencapit mangsanya.
Syakira mengerucutkan bibirnya, menatap jengkel mama dan papanya.
"Kok kalian malah jadi bertengkar sih! Ini pertama kalinya loh, Kira lihat mama dan papa gak liet tempat buat berdebat! Di perayaan ulang tahun Kira pula!" protes Syakira dengan nada setengah merajuk.
Dengan lirikan mata, Bayu memberi kode Sasmita untuk melirik Syakira.
Sasmita menumpukan ke dua tangannya pada bahu Syakira.
"Maaf sayang, mama gak bermaksud merusak pesta mu, kalo bukan karena papa. Mama juga gak akan semarah ini, Kira! Mama minta maaf ya, sayang!" jelas Sasmita dengan penuh penyesalan.
Prok prok prok prok.
Suara tepukan tangan dari beberapa orang mencuat dari arah pintu samping yang menghubungkan ke taman belakang, tempat pesta tengah berlangsung.
Seketika wajah sedih berganti senyum di bibir Syakira.
"Kalian datang?" Syakira berlari ke arah para sahabatnya dengan perasaan senang.
Bukan hanya ada Mega, Serli, Irfan, melainkan ada Willi yang ikut serta. Ke empatnya melangkah masuk menghambur, memeluk Syakira dengan perasaan senang. Dengan berbagai untaian doa dari para sahabat yang tercurah untuk Syakira.
Tanpa Syakira, Serli, Mega, Irfan dan Willi sadari. Langkah berat seorang pria berambut putih, dengan setelan rapih yang membalut tubuh sispeck nya. Mendekat ke arah mereka dengan seringai di bibir yang tampak dari pandangan Sasmita.
Dalam langkah mantapnya, Jims memantapkan hati untuk hidup Syakira.
'Berbahagia lah kamu, Syakira! Karena setelah ini, hanya akan ada tangis derita yang akan aku berikan pada mu! Hanya untuk malam ini, aku biarkan kamu memeluk pria yang begitu kau cintai tapi gak layak untuk memiliki mu!' batin Jims.
Sasmita menarik ujung kemeja sang suami, "Pah! Pria itu siapa? Gak mungkin pria itu teman Syakira kan?" tebak Sasmita.
Bersambuuung...
Bayu tersenyum ke arah tamunya itu, “Dia sahabat lama papa, mah!”
Sasmita menoleh ke arah Bayu, menatapnya penuh tanya, “Sahabat lama yang mana? Mama kenal semua sahabat papa. Tapi pria itu, mama baru kali ini melihatnya, pah!”
Bayu mengelus bahu Sasmita yang berada dalam rangkulannya, menggiringnya melangkah maju untuk menghampiri Jims.
“Mama dan papa itu baru bertemu saat kita sama sama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, mah! Sementara terakhir papa bertemu dengan Jims, saat kami masih di bangku Sekolah Menengah Pertama. Jadi ya wajar aja kalo mama gak mengenalnya saat itu.” terang Bayu.
“Apa dia orang baik?” celetuk Sasmita dengan suara lirih. Saat melewati Syakira dan kawan kawannya. Sasmita menyempatkan melempar senyum untuk sang putri.
Syakira mengerutkan keningnya, tatapannya gak lepas dari punggung Sasmita dan Bayu. Ke dua pasang paruh baya itu baru aja melewatinya dan teman temannya.
‘Eh aku pikir mama dan papa mau menyambut teman teman ku! Tapi siapa pria yang mama dan papa temui itu ya? Mukanya kaya gak asing! Tapi di mana ya, aku pernah melihatnya!’ gumam Syakira penuh tanya.
Willi mengikuti arah pandang Syakira, “Kamu lihat apa, Ira?”
“Ah gak ada kok! Kita ke sana yuk! Bibi udah siapin makanan enak untuk kita!” Syakira menggiring teman temannya ke arah gazebo.
“Asiiik makan gratis!” seru Serli dengan hebohnya.
“Untung aja kita terima undangan dari tante Sasmita ya! Coba kalo kita nolak.” celetuk Mega.
Irfan terkekeh, “Gatot kita makan enak malam ini, Mega!”
Syakira mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Willi, ‘Dunia berasa milik berdua! Yang lain ngontrak!’ batin Syakira, memandang lekat wajah Willi.
Sementara Serli, Mega dan Irfan berjalan lebih dulu dari Syakira dan Willi.
“Kalian ini, makanan aja yang di pikirin. Kalian pada gak lupa sama hadiah buat Ira kan!” tanya Willi, mengingatkan ke tiga temannya.
Pluk.
“Enjiiiim, ada di bagasi mobil itu!” Irfan menepuk keningnya sendiri, dengan langkah terhenti.
“Udah gak apa apa, hadiahnya bisa nyusul. Yang penting malam ini, aku bisa makan bareng besti ku dulu. Oke!” satu tangan Syakira yang bergerak bebas, mendorong bahu Irfan untuk melanjutkan langkahnya.
“Besti ku satu ini emang paling pengertian! Thanks girl!” seru Irfan, menoleh kebelakang untuk melihat wajah Syakira.
Serli dan Mega lebih dulu sampai di gazebo. Ke duanya saling lirik.
“Pesta besar nih, Mega!” celetuk Serli.
Pluk.
Mega menepuk punggung tangan Serli yang terulur hendak menggapai udang tempura.
“Tunggu yang punya hajat, ege!” tegur Mega.
Dengan bertumpu pada ke dua lututnya, Serli berseru pada Syakira, Willi dan Irfan.
“Kalian, cepat oy sini! Gak tau apa itu makanan udah melambai lambai ke gue buat di caplok!” seru Serli.
“Buseeeeh gak usah pake ujan lokal kali, Ser!” celetuk Irfan.
Willi terkekeh, “Ahahhaha ujan lokal keabadian itu nanya, Fan!”
“Ahahahha mang enak! Biar mata kamu melek, Fan! Nyadarin diri mu, kado jangan sampai kamu bawa pulang lagi ke rumah!” ledek Mega, yang di susul dengan gelak tawa yang lainnya.
Kembali pada 3 orang paruh baya.
Belum sempat menjawab pertanyaan Sasmita. Tanpa ragu, ke dua sahabat yang sudah lama gak berjumpa itu saling berpelukan.
“Ah sahabat lama ku! Lama gak bertemu, Jims!” seru Bayu, menepuk punggung Jims.
“Iyah, cukup lama. Aku pikir kau sudah lupa akan diri ku ini, Bayu!” Jims melerai pelukan keduanya.
Bayu merangkul Jims dengan tatapan meyakinkan. Seakan keakrabannya yang dulu pernah ada, gak pernah luntur dengan waktu yang memisahkan ke duanya.
“Ahahaha mana mungkin aku melupakan mu kawan! Kamu satu satunya sahabat rasa saudara yang pernah aku miliki seumur hidup ku, Jims!” seru Bayu.
Jims mengerutkan keningnya, menatapnya sangsi, “Benarkah? Lalu kenapa kamu gak sekali pun menemui ku saat kau berkunjung ke Jepang? Apa kau bisa jelaskan itu pada kawan lama, rasa saudara mu ini, Bayu?” tanya Jims, seolah tengah menuntut kejelasan dari Bayu.
Bayu melepaskan rangkulannya dari Jims.
“Maaf kawan! Aku akui itu kesalahan ku. Tapi bisakah kita bahas hal itu nanti saja? Aku ingin memperkenalkan mu pada belahan hati ku! Dia lah cinta dan hidup ku!” Bayu menatap Sasmita penuh cinta.
Sreeek.
“Akkhh!” pekik Sasmita dengan keterkejutannya.
Satu tangan Bayu menarik pinggul Sasmita, membuat Sasmita tertarik dalam rengkuhan tangan Bayu.
“Jantung mu masih aman kan, sayang?” tanya Bayu, dengan nada menggoda.
Pluk.
Sasmita memukul dada bidang Bayu dengan manja.
“Kau hampir membuat jantung ku copot, pah!” ketus Sasmita.
Jims menatap Sasmita tajam, ‘Jadi dia, wanita yang berhasil membuat Bayu menolak bertanggung jawab atas kehamilan Reina? Karena Sasmita pula, membuat Bayu melupakan balas budinya pada keluarga ku?’
“Maaf mah! Papa cuma ingin memperlihatkan keromantisan kita yang gak luntur di makan usia.” celetuk Bayu.
“Ssst papa emang si paling romantis!” Sasmita mengerlingkan matanya.
‘Dasar jalaaang gak punya malu!’ umpat Jims, dengan dada bergemuruh.
Jims berdehem, seakan memberi kode pada Bayu dan Sasmita akan keberadaannya.
“Ehem suatu kehormatan buat saya. Dari sekian banyaknya purnama yang saya lalui, akhirnya bisa bertemu dengan mu, Nyonya Bayu.” seru Jims tersenyum penuh arti.
Sasmita dan Bayu sama sama menatap Jims, pria paruh baya yang kini menjadi tamunya.
Dari ujung kepala hingga ujung kaki, Sasmita menelisik penampilan dan sikap Jims.
“Waaah manis sekali tutur kata mu, Tuan Jims! Tapi maaf saya tidak suka di puji pria asing. Terlebih suami saya gak pernah cerita tentang anda. Dan ini kali pertama saya bertemu dengan anda. Semoga gak membuat Tuan Jims merasa tersinggung!” sarkas Sasmita tanpa berbasa basi.
Bayu menggelengkan kepalanya, gak sependapat dengan perkataan Sasmita yang di nilai gak pantas untuk Jims.
“Mamah, jangan gitu dong. Biar gimana pun juga Jims ini sahabat lama papa, mah! Karena kebaikan orang tua Jims. Papa masih bisa berdiri di hadapan mama.” celetuk Bayu, penuh penekanan.
“Tidak apa apa, Bayu! Salah saya juga. Saya kan hanya orang asing di keluarga kalian!” seru Jims menyentil perkataan Bayu.
“Tolong jangan di ambil hati ucapan Sasmita. Istri ku ini sangat suka bergurau, Jims!” terang Bayu dengan gak enak hati.
“Pah!” Sasmita menatap gak percaya sang suami, yang dengan mudahnya berdusta.
Bayu mengelus punggung Sasmita, namun tatapannya tertuju pada Jims.
“Kamu pasti sangat ingin bertemu dengan putri ku! Biar aku perkenalkan kamu padanya, Jims! Siapa tau saja putri ku bisa di jodohkan dengan putra mu!” seru Bayu, mempersilahkan Jims untuk mengikutinya.
Jims mengerutkan keningnya dalam, seiring langkahnya yang menyamai langkah kaki Bayu dan Sasmita.
“Putra kata mu? Kita besanan?” cicit Jims gak percaya.
“Iya lah putra mu, Jims! Masa diri mu yang ingin aku jodohkan dengan putri ku! Itu sangat mustahil kan di era zaman sekarang ini! Pria tua dengan gadis remaja di satukan dalam ikatan pernikahan! Sangat ngaur!” terang Bayu dengan nada bercanda.
Jims mengerdikkan ke dua bahunya dengan pasrah, “Sayang sekali, aku memang gak punya seorang putra. Jadi gak mungkin aku bisa menjadikan putri mu menantu di keluarga ku!” Jims tersenyum pahit.
‘Biar pun kau bilang mustahil untuk ku menikahi putri mu. Biar waktu yang menjawabnya, sahabat lama ku yang lupa asal usul mu! Siapa lah kamu jika bukan tanpa bantuan keluarga ku, Bayu!’ batin Jims, mempertahan kan senyum di bibirnya.
Seketika Bayu menghentikan langkahnya, menatap Jims penuh selidik. Sama hal nya dengan Sasmita yang kini memperhatikan Jims, seakan ada hal lain yang membuatnya tertarik untuk kalimat apa yang akan di katakan Jims sebagai penyangkalan.
“Jangan bilang kamu belum menikah, Jims!” tebak Bayu dengan ragu.
‘Tepat sekali tebakan mu, Bayu! Aku memang sengaja gak menikah, terlebih setelah aku mengetahui Sasmita lah wanita yang kau nikahi. Dan seorang putri yang terlahir dari hasil pernikahan kalian. Semakin aku ingin menghancurkan keluarga kalian.’ batin Jims.
“Selama ini aku sibuk dengan perusahaan. Mana ada waktu untuk memikirkan pernikahan ku sendiri, Bayu!” kilah Jims dengan serius.
Dalam diam, Sasmita menyimak obrolan ke duanya. ‘Rasanya begitu mustahil, seorang pria matang dan mapan. Bisa melewatkan momen bersama wanita yang ia cintai! Kecuali memang gak ada wanita yang belum bisa memikat hatinya!’ pikir Sasmita.
Bayu menepuk lengan Jims, dengan penuh sesal, “Maaf ya! Aku tidak bermaksud menyinggung mu! Aku sungguh tidak tau!”
“Tidak masalah, lagi pula sudah biasa di era seperti sekarang ini pria sibuk dengan karir dan pekerjaan, hingga melupakan urusan jodoh.” kilah Jims, mencoba bersikap biasa aja di hadapan Bayu dan Sasmita.
“Kalo begitu, kamu bisa menganggap putri ku sebagai putri mu juga. Kita ini kan sahabat! Terlebih keluarga mu sudah banyak membantu ku!” seru Bayu dengan tulus.
“Dengan senang hati!” Jims tersenyum penuh arti.
Sasmita memicingkan matanya, ‘Apa cuma perasaan ku aja ya? Senyum Jims terlihat menyeramkan di mata ku!’
Bersambung…
Jims yang menyadari tatapan dari Sasmita, langsung berujar. Mengalihkan perhatian Sasmita yang terus memperhatikannya dengan curiga.
“Putri mu pasti sangat cantik, mewarisi kecantikan dari ibunya!” puji Jims, dengan senyum ramah yang ia perlihatkan pada Sasmita.
“Yah kau benar, Jims! Putri ku sangat cantik seperti mamanya!” ujar Bayu dengan bangga, menatap Sasmita penuh kekaguman.
“Dan pintar seperti ku!” imbuh Bayu lagi.
Sasmita mengalihkan pandangannya dari Jims, ‘Entah kenapa, aku semakin gak suka dengan tutur katanya yang manis, seperti ada maksud terselubung! Tapi semoga saja, kehadirannya gak menjadi asap perpecahan dalam rumah tangga ku dengan Bayu!’ batin Sasmita penuh harap.
Jims menghembuskan nafasnya dengan kasar, “Aku sudah tau itu, Bayu! Coba saja usia ku jauh lebih muda beberapa tahun dari usia kita saat ini!”
Bayu mengerutkan keningnya, gak mengerti maksud perkataan Jims, “Kenapa memangnya dengan usia kita saat ini, Jims?”
“Seperti yang kau katakan tadi, Bayu! Usia ku saat ini begitu mustahil untuk bersanding dengan putri dari sahabat ku bukan!” ujar Jims dengan nada bercanda.
Bayu mencerna perkataan Jims, 'Jangan bilang Jims ini berniat menikahi putri ku? Jangan harap, putri ku hanya akan menikah dengan pria seumuran dengannya. Paling tidak menantu ku harus sepandan bukan pria bangkot seperti Jims! Kau hanya pantas menganggap putri ku sebagai anak dari sahabat mu, Jims!'
Pluk.
Bayu menepuk bahu Jims pelan.
“Kau terlalu mengambil hati perkataan ku, Jims! Tapi sepertinya, memang kau harus berpikir seribu kali untuk menikahi putri ku, Jims! Masih banyak wanita di luaran sana yang menantikan cinta dan ketulusan mu, Jims!” ujar Bayu panjang kali lebar, menolak secara harus ucapan Jims.
Gak jauh dari gazebo, canda tawa dan kebahagiaan yang tampak jelas dari Syakira dan teman temannya, membuat Bayu urung untuk memperkenalkan Jims.
“Kau lihat, putri ku masih terlalu dini untuk menikah! Biarkan dia menikmati masa mudanya, bermain dan bergaul dengan anak seusianya! Bukan dengan kita yang para orang tua! Yang sepatutnya mengawasi dan menegurnya jika mereka melakukan kesalahan!” ujar Bayu, mencoba membuat Jims mengerti.
Jims menatap Bayu penuh pengertian, “Kita memang sepemikiran ya, Bayu! Baru juga aku ingin mengatakan hal yang sama dengan mu! Kau sudah lebih dulu mengatakannya!”
Namun kepalan tangan yang di sembunyikan Jims, mengatakan hal lain, ‘Sialaaan Bayu! Ku pastikan, putri mu akan menanggung semua hinaan yang ku terima malam ini! Jangan lupakan kepahitan yang harus Reina jalani atas penolakan mu, Bayu!’
Cukup lama Bayu, Sasmita mau pun Jims memperhatikan tingkah laku Syakira dan teman temannya.
“Kita duduk di sana!” Bayu mengarahkan Jims untuk duduk di kursi, gak jauh dari tepian kolam renang.
Jims menurut, “Boleh!”
“Kamu pasti sudah lama gak makan masakan Indonesia! Malam ini, biarkan koki handal keluarga ku memanjakan lidah mu, kawan!” kekeh Bayu.
Bayu dan Jims mendudukkan diri mereka di kursi. Sementara Sasmita berpamitan pada Bayu.
“Biar mama minta bibi antar ke meja, pah!” dalih Sasmita.
“Minta bibi bawakan semua masakan yang enak, mah!” pinta Bayu yang di balas anggukan dari Sasmita.
Lain hal dengan Syakira, Serli, Mega, Irfan dan Willi.
“Sumpah, ini tuh enak banget, Ra!” seru Serli, menikmati udang saus padangnya.
“Coba ayam bakarnya, Ser! Gak kalah enaknya loh!” timpal Mega, gak kalah seru dengan potongan paha ayam di tangan kanannya.
Irfan yang sedang menikmati steak, mengalihkan perhatiannya pada Mega dan Serli.
“Mana? Sini coba! Jadi penasaran nih aku sama rasanya. Benar seenak itu gak sih!” Irfan mengulurkan tangan kanannya, meraih udang saus padang yang ada di hadapan Serli.
Sreeek.
Pluk.
Dengan gerakan tangan yang cepat, Serli mengangkat wadah yang berisikan udang saus padang dari tempatnya. Membuat Irfan gagal menyambar udang.
“Eeet gak bisa! Maaf, anda kurang beruntung! Coba lagi, lain kali!” kekeh Serli dengan tatapan meledek Irfan, di susul dengan tawa yang lainnya.
“Hahaha, cucian banget si Irfan!” celetuk Mega.
“Kampreeet! Serli, jangan gitu dong! Kita kan besti, bagi dikit napa!” geram Irfan.
Willi menggelengkan kepalanya, menatap Serli dan Irfan gak habis pikir, “Kalian udah pada gede, masih aja rebutan makanan! Malu tau sama yang punya acara!”
“Yang punya acara udah maklum sama sikap kita, ya gak Kira!” celetuk Irfan, meminta pembelaan dari Syakira.
“Gak rebutan, gak asik!” timpal Syakira.
Mega menelan salivanya dengan sulit, pandangannya gak bisa lagi teralihkan dari steak yang tersaji di depan Irfan.
‘Sumpah ya itu steak! Mancingin banget buat di makan!’ batin Mega menatap steak dengan tatapan menginginkan.
“Iya lah aku maklum, maklum banget malah sama tingkah konyol kalian! Suka banget menghibur orang lain!” cicit Syakira di akhiri dengan gak bisa lagi menahan tawa.
“Harap maklum ya, neng Kira! Kami ini apa lah. Melihat makanan sebanyak ini, jiwa bawa pulangnya meronta ronta!” cicit Serli dengan nada bercanda.
Tanpa sepengetahuan Irfan, Mega menyambar steak milik Irfan yang sudah di potong kecil dengan tangannya. Melahapnya sampai ke mulut tanpa ada yang bisa mencegahnya.
“Anjiiim sumpah ya, masakan si bibi di rumah kamu ini, Ra. Emang gak ada tandingannya! Enak banget! Steaknya juga gak kalah enak, Ra! Bikin kita gak mau berenti buat makan.” celetuk Mega tanpa bisa di rem, takjub dengan enaknya steak yang berhasil lumer di dalam mulutnya.
Irfan menatap potongan steak miliknya yang berkurang, “Waduh, steak punya ku! Kau embat juga, Mega?” tanya Irfan dengan menatap Mega penuh arti.
Mega terkekeh, tangannya kembali terulur, menyambar potongan steak milik Irfan, “Hehehe gak di embat kok, cuma di cobain doang!”
Irfan menelan salivanya gak berdaya, saat melihat Mega kembali memasukkan potongan steak ke dalam mulutnya.
“Bujuk, di embat lagi itu steak milik ku, Mega!” seru Irfan pura pura menangis bak anak kecil.
“Sumpah enak banget! Sayang kalo cuma di liatin doang, Fan!” celetuk Mega dengan polosnya.
Willi menyodorkan daging kepiting untuk di suapi pada Syakira.
“Coba punya ku, Ra!” seru Willi dengan tatapan penuh cinta.
“Udah pasti enak!” Syakira menerima suapan dari tangan Willi tanpa ragu.
"Aji gile, mau dong di suapin juga sama ayang bebeb!” goda Serli yang masih betah jomblo.
Syakira tanpa ragu, balas menyuapi Willi ayam bakar miliknya.
Syakira merapihkan rambut Willi dengan jari kelingkingnya, “Rambut kamu berantakan, Wil!”
“Rambut kamu juga berantakan, Ra!” Willi mendekatkan dirinya pada Syakira, berbisik dengan pelan.
“Kamu cantik banget malam ini!” bisik Willi, yang lantas mencium pipi Syakira dengan singkat.
Sementara dari tempat duduk Jims. Beberapa menu yang sudah tersaji di atas meja, seakan gak mampu mengalihkan perhatian Jims dari Syakira. Terlebih saat indra penglihatan Jims, melihat dengan jelas, keintiiiiman Syakira dengan Willi.
‘Sayang sekali, Bayu pasti gak akan merestui hubungan kalian berdua! Dan kalian berdua di takdirkan tidak untuk bersama!’ batin Jims, menatap sinis Syakira dan Willi.
“Emmm ini enak sekali, Jims! Kamu harus coba, kawan!” Bayu menikmati sepotong udang dengan saus padang yang menggugah selera, gak memperhatikan arah pandang Jims.
“Makannya pelan pelan, pah! Ini sampe belepetan gini ke pipi!” Sasmita dengan perhatian, mengelap pipi Bayu yang menyisakan bumbu udang saus padang dengan jari telunjuknya.
“Makasih ya, mah! Mama paling pengertian!” Bayu tersenyum hangat pada sang istri.
Pujian yang terlontar dari Bayu untuk Sasmita, berhasil mengalihkan perhatian Jims untuk memperhatikan 2 orang di hadapannya.
“Kalian memang pasangan yang serasi ya! Saling melengkapi! Lain ceritanya jika kamu bersama dengan Reina, bukan begitu Bayu!” seru Jims dengan sengaja menyeret nama Reina, dengan tatapan penuh arti pada Bayu.
“Uhuk uhuk uhuk!” Bayu terbatuk batuk.
“Siapa itu Reina, pah?” tanya Sasmita penuh selidik.
Bersambung…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!