Hari menjelang sore, Nisa memutuskan keluar kamar untuk pergi kedapur membantu Dewi ibunya, tapi samar samar dia mendengar ibunya sedang berbincang - bincang dengan seseorang.
Tante Suci, orang yang sedang berbincang dengan sang ibu, yang merupakan teman dari Dewi yang memang sering main ke rumah.
"Kamu sendirian aja wi, anakmu mana? jalan-jalan? " Kudengar tante Suci bertanya kepada ibu tentang keberadaanku.
"Hah... Nisa di kamar, dia kalo libur kerja cuma di rumah aja, keluar cuma kalo ada urusan."jawab ibuku.
" Oh sama kaya anakku Bagas dong wi.Gimana kalo besanan sama aku aja mau gak? ”.Lanjut tante Suci yang membuatku terkejut dan langkahku menuju ke dapur berubah haluan menjadi kembali ke kamar lagi.
Ini adalah sinyal tanda bahaya untukku dan semua gadis yang sudah lulus sekolah serta yang memasuki usia legal menikah. Bagaimana tidak berbahaya jika yang mereka bicarakan adalah perjodohan dan menyangkut dirinya.
Tanpa ingin tahu lebih jauh, Nisa memiliki hengkang dari sana secepatnya dan tanpa diketahui tentunya. Sebenarnya ia memiliki ini dengan tujuan agar tidak terlibat dalam pembicaraan itu dan pusing untuk menanggapinya.
"Mimpi apa aku semalam sampai mendengar hal yang paling aku hindari" Batin Nisa dalam perjalanannya menuju kamar.
Pernikahan satu kata yang terdengar ngeri ngeri sedap di telinganya.
"Sudahlah lupakan pembicaraan tante Suci, pasti dia bicara begitu supaya ada topik pembicaraan saja. Mari kita lanjut menikmati hari ini dengan bermalas-malasan, sebelum senin menyerang".Tekat Nisa mengisi waktu luangnya karena tidak jadi membantu ibunya.
Hari-hari terus berlalu dan hidup tenang yang dijalani oleh Nisa masih sama saja. Kehidupan yang tanpa memusingkan tentang pasangan karena dia tidak ada niat untuk berpacaran dan waktu yang ada hanya dihabiskan untuk memperbaiki diri serta melakukan sesuatu yang tentunya membuat ia bahagia.
Ditengah keasikannya membaca novel, tiba-tiba sang ibu bertendang ke kamarnya tanpa mengetuk pintu yang membuatnya terkejut.
"Nis, Nisa sekarang umurmu berapa?." Tanya Dewi tiba-tiba saat masuk kamar putrinya. Nisa yang ditanya sang ibu pun langsung menjawab tanpa menaruh kecurigaan sedikitpun karena memang sang ibu terkadang sangat random.
" Dua puluh tahun sebelas bulan, kenapa bu mau kasih hadiah?".
" Berarti sudah boleh menikah, hadiah ulang tahunnya jodoh mau? "Jawab sang ibu yang membuat Nisa kaget dan langsung tertawa.
Nisa yang sudah hafal betul tentang kerandoman ibunya pun berniat meladeni pembicaraan ini yang dia kira adalah candaan seperti yang sudah sudah.
" Bolehhh... Asal syarat dan ketentuan berlaku, yang pertama seiman, yang kedu-".
Belum selesai Nisa bicara dia mendengar ibunya sudah tertawa lepas dan langsung pergi dari kamar putrinya yang membuat Nisa juga ikut tertawa. Nisa yang melihatnya pun hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang ibu.
Walaupun Nisa menganggap bahwa pertanyaan ibunya adalah sebuah candaan tapi nyatanya terbesit pertanyaan didalam benaknya siapa yang mempengaruhi pikiran ibunya hingga menanyakan hal yang bahkan dirinya tidak pernah membahasnya.
"Masak hanya gara-gara perkataan tante Suci waktu itu, sepertinya sih tidak mungkin juga kalo hanya itu" batin Nisa bermonolog."Apa jangan-jangan karena sudah bosan melihatku dirumah ini. Aaa.... Tidakkk". sambil menggelengkan kepala Nisa menolak alasan kedua karena dia merasa menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan mana ada anak yang berbakti tetapi menyusahkan pikirnya.
Dan karena tidak mau ambil pusing, Nisa memilih untuk mengacuhkannya.
Tanpa ia sadari bahwa yang ia acuhkan dan dianggap candaan belaka adalah sesuatu yang serius dan akan merubah hidupnya.
Dering notifikasi grup whatsApp dari HP Nisa berbunyi secara beruntun,Nisa menghentikan kegiatan membacanya dan meraih hpnya.
Ternyata grup whatsApp Pulu- pulu yang berisi tiga orang yaitu Ami,Ita, dan dirinya itu tengah ramai, entah apa yang sedang mereka bahas.
Ita: " Kuy kumpul yok mumpung weekend "
Ami :" Gass, udah lama juga gak kumpul "
Ita :" Ini pulu-pulu kurang satu mana si, sok sibuk deh, @Nisa"
Ami : " Panggilan kepada sodara Nisa untuk segera merespon, kalo tidak kami akan menjemput paksa "
Ita :" Udah kaya buronan dah "
Nisa di kamar terkekeh geli membaca pesan kedua sahabatnya, untung tidak ada orang lain karena bisa saja dirinya dianggap aneh atau yang lebih parah dikira gila.
Setelah melalui drama para pulu-pulu, akhirnya mereka memutuskan untuk kumpul ditempat biasa mereka nongkrong. Nisa segera berganti baju dan memoles sedikit riasan diwajahnya.
Walaupun hanya nongkrong dengan kedua sahabatnya, tetapi menurut Nisa penampilan itu penting.Setelah dilihat penampilannya sudah oke Nisa pun segera keluar kamar.
Saat melewati ruang tamu dia melihat sang ibu bersama dengan tante Suci, betah juga pikirnya tante Suci berkunjung ke rumahnya. Dia berpikir mungkin karena ibunya adalah orang yang asik dan mereka satu frekuensi.
Sedangkan Nisa adalah kebalikan dari tante Suci yang tidak nyaman berlama-lama bila bertamu karena menurutnya rumah sendiri adalah surga.
Nisapun datang mendekat ke ruang tamu untuk pamit kepada sang ibu, " Bu aku main ya ".Pamit Nisa kepada ibunya, tapi belum sampai sang ibu menjawab terdengar tante Suci berseru
" Lho kamu ini didatengin malah pergi, jadi mantuku mau tidak Nisa nanti nikah sama anak tante Bagas namanya. Gimana mau? ".
Nisa yang mendengarnya hanya tertawa canggung untuk menanggapinya karena kalimat yang diucapkan tante Suci menurutnya agak membuatnya bingung juga.
" Hehehe, tante bisa aja nanti saya mau tapi anak tante gak mau kan repot ".Jawab Nisa yang sebenarnya adalah penolakan menurut versinya karena mana ada laki-laki yang mau dijodohkan pikirnya.
Tanpa dia sadari bahwa jawabannya ini akan diartikan berbeda oleh orang lain dan akan menimbulkan kejutan untuknya yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya .
Untuk mempersingkat waktu karena pasti dirinya telah ditunggu kedua sahabatnya Nisa langsung salim kepada sang ibu dan tidak lupa kepada tante Suci juga karena bagaimanapun orang yang lebih tua harus dihormati selagi juga menghargai yang lebih muda.
Cafe Prabu pukul 15.45
"Hai gais" sapaku kepada dua makhluk yang sepertinya sudah menungguku cukup lama itu, karena dari tampangnya terlihat siap mengolok-olokku karena sedikit terlambat.
"Nyasar lo lama amat?" tanya Ita kepadaku yang juga diangguki oleh Ami.
"Jangan marah jangan risau, tadi ada urusan bentar"Jawabku seadanya.
" Urusan apaan, mau nikah lho pakek acara ada urusan segala? " timpal Ami yang berkesan candaan itu.
" Iya guekan mau nikah bulan depan " Jawabku yang ingin mengerjai keduanya
"Apa! serius lo? " jawab kedua sahabatku bersamaan.
"Hahaha... bercanda gais" tawaku menggema karena tidak tahan melihat ekspresi keduanya yang terkejut itu.
" Huf..untung cuma bercanda, masih ada kesempatan" kulihat keduanya menghela nafas bersama seperti hampir saja kehilangan undian berhadiah.
"Hayooo...kalian nyembunyiin sesuatu ya dari gue" keduanya saling adu pandangan sebelum menjawab pertanyaan yang ku lontarkan.
"suudzon mulu kerjaan lo".Jawab Ami berusaha biasa saja walaupun sebenarnya kentara paniknya. Tapi karena Nisa bukan orang yang suka memaksa jadi dia membiarkannya dan berpikir mungkin belum waktunya dia untuk tahu.
Akhirnya sore itu mereka menghabiskan waktu bertiga sekedar untuk saling sharing cerita.
Bersambung
Menit berganti menit dan ternyata waktu berlalu begitu cepat, tak kusadari ternyata waktu yang kuhabiskan bersama kedua sahabatku sudah cukup lama.Terbukti dari jarum jam di pergelangan tanganku yang sudah menunjukkan pukul 20.10.
"Oke gais sepertinya temu kangen ini harus bersambung dulu, udah malem nanti ibu suriku marah" ucapku kepada Ami dan Ita.
"Wah iya gak kerasa, nanti emak panik anak gadisnya belum pada pulang" Jawab Ami menimpaliku.
Setelah membayar semua tagihan, kamipun berjalan beriringan keluar cafe.
"Next time saat kumpul lagi kayanya kita butuh suasana baru deh" celetuk Ita sebelum kami benar-benar berpisah diparkiran.
"Boleh, atur saja waktu dan jadwalnya" jawabku dengan mudah, karena yang sulit untuk saat ini bagi mereka adalah menyamakan jadwal kesibukan masing-masing. Tak heran bila sudah ada kesempatan untuk kumpul seperti saat ini akan berakhir dengan lupa waktu.
" Oke gais gue duluan hati-hati kalian " Pamitku kepada kedua sahabatku sebelum kami benar-benar berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.
Motor matik yang kukendarai akhirnya berhenti didepan pekarangan rumah yang menandakan bahwa aku sudah sampai tujuan.
Saat turun dari motor atensiku terarah kepada kedua kendaraan yang terparkir didepan rumah. "Sepertinya ada tamu" batinku dalam hati.
Kubawa kakiku melangkah memasuki rumah dan kuucapkan salam "Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam" jawab semua orang yang sedang berada diruang tamu. Disana ada kedua orang tuaku dan ada tiga tamu lainnya. cuma yang menarik disini adalah ada satu wajah asing yang baru kali ini kulihat.
Iya asing karena tamu yang lain aku tahu siapa, tidak lain adalah tante Suci teman ibu dan suaminya.
Waktu seperti berhenti sejenak saat mataku tidak sengaja beradu pandang dengan matanya. Mata pria dewasa yang sepertinya berusia diawal tiga puluhan.
Postur tubuhnya gagah berisi dengan bahu yang lebar, bisa dibilang masuk kriteria yang kucari sebagai calon pasangan. Saat ku sadar dari lamunan sesaatku itu, aku langsung memutus pandangan kami lebih dulu.
Karena aku merasa tidak mempunyai kepentingan dengan para tamu yang ada, aku hanya memberi senyuman yang terukir di wajahku sebagai bentuk sapaan sebelum akhirnya aku masuk kedalam kamarku.
Bohong bila aku tidak penasaran ada keperluan apa malam-malam begini tante Suci bertamu. Karena yang kutahu bahwa rumah tante Suci itu lumayan jauh.
Selang setengah jam saat aku memutuskan masuk ke kamar kudengar deru mesin kendaraan yang menjauh, semakin lama suaranya menjadi semakin samar dan hilang.
Sepertinya tamunya sudah pulang.
Saat aku keluar kamar untuk mengisi air minum, kulihat ibuku masih didapur membersihkan gelas dan piring para tamu barusan.
" Tumben bu tante Suci bertamu malam-malam" tanyaku kepada ibuku selagi aku menunggu air minum ku terisi penuh.
"Iya, ada waktunya malam hari" jawab ibu seadanya. "Oke sepertinya ini saat yang tepat untuk mencari informasi atas rasa penasarannya" batin Nisa yang mulai merangkai kalimat pertanyaan supaya tidak kentara keponya.
" Yang tadi itu anaknya tante Suci bu? " oke pertanyaan kedua terlontar lancar tanpa mencurigakan.
"Iya, anaknya yang terakhir namanya Bagas"
"Oh itu orangnya yang namanya Bagas" batin Nisa
" Kenapa ikut juga? " tanyaku yang sedikit curiga.
" Ya gak papa biar tahu sini aja mumpung dia libur juga" jawab ibu dengan entengnya.
Nisa hanya ber oh ria menanggapi jawaban ibunya itu dan tidak bertanya lagi karena takut rasa keponya terlihat dengan jelas oleh ibunya.
Karena air minum yang dia butuhkan juga sudah didapat dan siap dibawanya kembali ke habitatnya , Nisa memutuskan untuk segera kembali ke kamar.
Tapi baru beberapa langkah kakinya melangkah terdengar ibunya berseru kepadanya
"Nis minggu depan ikut ibu CFD ya"
"Tumben mau CFD" sahutku karena lumayan heran saja.
" Iya biar sehat sama jenuh saja di rumah terus" jawab ibu yang terdengar meyakinkan.
Akhirnya akupun memutuskan mengiyakan ajakan ibuku untuk menemaninya karena tidak ada salahnya juga pikirnya.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!