“Papa tidak akan setuju kamu menikah dengan Juna !!!” Ucap Lucky dengan suara menggelegarnya.
“Tapi aku sangat mencintai Juna papa, aku mohon mengertilah” Jawab Sivanya dengan memelas
Namun Lucky tidak pernah setuju dan mengusir Siva dengan segala kemewahan yang ada pada rumah papanya. Mama dan kedua saudara Sivanya hanya bisa diam membisu tanpa membantuku karena mereka tahu benar, kalau papa mereka kehilangan kesabaran sehingga mengusir anak bungsu kesayangannya itu.
Setelah keluar dari rumah Sivanya memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah yang cukup kecil, tak berselang lama Sivanya menelpon Juna dan memberitahu bahwa dirinya telah pindah dari kos lamanya. Ya selama ini Sivanya memang sengaja menutup rapat-rapat semua tentang dirinya yang sebenarnya, hanya ingin melindungi dirinya dari mereka yang mengincar hartanya.
“Sayang kamu di dalam ?” Tanya Juna sembari mengetuk pintu kosan Sivanya
“Ia sayang, masuk saja aku di dalam sedang merapikan pakaian nih” Jawab Sivanya
Juna mengajak Sivanya keluar dia bilang ingin berbicara hal serius tapi tidak di kosanku karena menurutnya tidak nyaman saja di lihat tetangga kosannya, takut di kira mereka sedang melakukan hal yang tidak benar. Sivanya pun menyetujuinya, 15 menit kemudian mereka sampai di café langganan mereka berdua.
“Sayang mas ingin bicara serius kali ini” Ucap Juna penuh penekanan
“Bicaralah sayang, ada apa sampai harus seserius ini ?” Tanya Sivanya
“Aku ingun kita segera meresmikan hubungan kita dan kamu ikut aku tinggal bersama dengan ibu juga adikku, aku sungguh tidak bisa membiarkanmu tanpa pengawasanku di kosan sendiri” Jawab Juna
“Apakah kau yakin sayang ?, kau tahu aku hanya anak yatim piatu dan aku tidak tahu keluargaku dimana” Ujar Sivanya berbohong
“Aku bekerja dengan penghasilan pas-pasan apakah itu tidak akan mejadi masalah nantinya ?” Tanya Sivanya lagi
“Tidak sayang, aku sudah bilang aku tulus sayang dan cinta padamu tanpa peduli status sosialmu” Balas Juna dengan senyuman sambil mencium tangan Siva
“Aku sudah bicara pada ibu dan Mayang mereka setuju setelah ini kamu ikut denganku sertemu ibu, ada yang ingin ia sampaikan sebelum kita mengurus pernikahan kita sayang” Ucap Juna
Setelah pembicaraan di café tadi kami bergegas menuju rumah Juna dan dari kejauhan pun sudah terlihat wajah ibu dan adiknya Mayang.
“Ah… rasanya aku ingin pergi saja tatapan mereka seperti ingin menerkamku saja” Ucap Sivanya dalam hati
“Sayang ayo turun” Ajak Juna pada Sivanya
“I-iya sayang, ayo” Jawab Sivanya
“Assalamu’alaikum bu, Mayang” Sapa Siva kepada ibu dan adik Juna
“Wa’alaikumsalam masuklah, ada yang ingin ibu bisarakan dengan kalian berdua” Jawab Rina Ibu Juna
Huffft… Siva hanya bisa menarik nafas pelan
“Hal penting apa yang ingin ibu bicarakan pada kami berdua ?” Tanya Juna
“Diam kamu Juna ibu ingin bicara pada Siva lebih dulu” Jawab Rina
“Siva apakah kamu yakin ingin menikah dengan Arjuna ?, pada akhirnya kamu harus tinggal bersama kami disini ? bagaimana ?” tanya Rina lagi
“Iya bu. Aku benar-benar serius ingin menikah dengan mas Juna karena kami berdua juga sudah saling sayang dan mencintai sehingga membuatku mantap maju ke jenjang yang lebih serius” Jawab Sivanya
“Dan masalah tinggal bersama ibu dan Mayang aku sungguh tidak keberatan, namun jika ibu kurang suka tinggal serumah denganku biar kami mencari rumah sewa sendiri, hitung-hitung kami belajar berumah tangga dan mandiri” Tambah Siva
“Tidak bisa !!! Juna ii adalah jantung rumah ini. Kamu sengaja ingin memisahkan aku dari anakku ya ?” Tanya Rina
Belum sempat Sivanya jawab pertanyaan Rina, Mayang langsung menyela pembicaraan kami.
“Iya ini kak Sivanya belum nikah aja udah ketahuan jeleknya gimana udah nikah bisa-bisa bang Juna nggak boleh kasi kita uang jajan lagi” Ujar Mayang
“Iya kan bu ?” Mayang lanjut bertanya
“Iya betul itu Juna, sepertinya pikirkan baik-baik jika ingin menikahi perempuan ular ini” Ketus Rina sambil melirik kearah Siva
“Ya ampun ibu, Siva kan bilang kalau ibu nggak nyaman tapi kalau ibu nyaman kami tidak akan pindah lagi pula dia bukan perempuan ular bu, tolong jaga lisan ibu itu bisa membuat sakit hati Siva aku mohon bu” Jawab Juna sambil memelas dengan memegangi tangan ibunya
“Ya Allah belum apa-apa sudah kau uji iman dan kesabaranku, apakah ini karma karena telah melawan perintah papa ?” Ucap Siva dalam hati
“Baiklah tak apa kalian menikah tapi semua aturan di rumah ini tetap ikut aturan ibu dan satu lagi Siva kamu berhentilah dari pekerjaanmu ibu ingin punya menantu yang bisa menjaga ibu 1x24 jam, membersihkan rumah serta memberi ibu cucu” Ucap Rina
“Tapi bu, untuk apa aku sekolah tinggi-tinggi jika pada akhirnya aku harus di rumah saja ? aku bisa bekerja dan membagi waktuku dengan sebaik mungkin bu” Tanya Siva
“Tidak bisa, itu syarat mutlak dari ibu. Ingat ibu ingin cucu jika kamu sudah bisa memberikan ibu cucu barulah kamu boleh bekerja lagi” Jawab Rina
“Sudahlah Siva mengalah yah, posisi mas Juna tinggi di kantor lumayanlah untuk membiayai hidup kita berempat sehari-hari tidak akan kurang” Ucap Juna menengahi pertengkaran aku dan ibu
“Baiklah tapi uang belanja tetap dalam kedaliku karena kamu berumah tangga denganku bukan dengan ibu ataupun Mayang. Itu syarat mutlak dariku mas, jika kamu tidak menyanggupinya aku mundur mas kita hentikan saja rencana pernikahan kita” Jawab Siva ketus
“Apalagi maumu Siva belum apa-apa sudah buat ibu pusing saja, ingat Juna uang bulanan ibu tidak boleh kurang 1 rupiah pun” Jawab Rina
“Iya ibu, aku akan memberikan uang belanja dan kamu secara adil dan juga untuk Mayang aku berikan tapi aku tidak ingin ada perdebatan lagi cukup sudah aju pusing” tegas Juna
“Baiklah” Jawab serempak kami bertiga sambil saling pandang satu dengan yang lainnya
*****
3 bulan kemudian acara pernikahanku dan mas Juna dilangsungkan tidak ada acara megah hanya iajb kobul dan makan bersama beluarga serta tetangga dekat. Dalam hati kecilku sangat sedih, aku merasa ada yang kurang di hari bahagiaku harusnya papa mama dan ketiga kakak-kakakku harusnya ada di sini berbagi bahagia ini bersama.
“Papa mama, kak Zul, kak Tomi, kak Arbhi aku sangat rindu kalian” Ucap Sivanya dalam hati, tak terasa air mataku jatuh.
“Kamu kenapa sayang ?” Tanya mas Juna dan tentu saja mengejutkanku dari lamunanku.
“Nggak apa-apa sayang hanya rindu ayah dan ibu” Jawab Sivanya sambil menghapus air matanya
“Jangan sedih ya sayang kamu punya aku, ibu dan Mayang kitakan sekarang sudah menjadi keluarga” Jawab Juna
Dan disinilah kami tinggal bersama ibu mertuaku dan sepertinya kehidupan baru Sivanya bersama ibu mertuanya dimulai dari sekarang
Aku sangat tidak suka dengan calon menantuku yang di perlihatkan oleh Juna.
Bagaimana aku bisa menyukainya jika dia hanya pegawai biasa dan yatim piatu apa yang harus aku banggakan ?
Arrrrggggghhhhh rasanya kepalaku ingin pecah jika mendengar Namanya
Hingga malam itu saat Juna pulang kerja ia meminta ijin padauk untuk menikahi Sivanya, rasanya duniaku seakan runtuh aku menolak habis-habisan tapi Juna mengancamku akan pergi meninggalkan diriku dan mayang, tentu saja aku tidak ingin itu terjadi.
Sejak 5 tahun lalu aku resmi menjadi janda karena almarhum suamiku menjadi korban tabrak lari. Sejak saat itu hanya Juna penyembuh hidup kami di tambah Mayang yang baru mulai kuliah dan memerlukan banyak biaya, bagaimana mungkin aku menolak keinginan Juna biarlah aku mengiyakan terlebih dahulu setelah itu aku memintanya datang dengan perempuan ular itu.
Ah sungguh aku tak suka padanya, entah apa yang membuat Juna begitu menggilainya sampai harus menikah dengannya. Padahal aku sudah menyiapkan calon untuk Juna, dia adalah anak sahabatku. Dia berasal dari keluarga terpandang, cantik, kaya dan yang paling penting dia selalu mengajakku berbelnja di mall elit tanpa melihat harganya. Tapi mengapa Juna selalu menolak jika akua jak berkenalan dengannya, jika mereka menikah aku tidak usah repot-repot memikirkan uang, aku tinggal ongkang-ongkang kaki dan semua keinginanku menjadi kenyataan.
“Baiklah bawa Sivanya menemui ibu besok sore, ibu ingin bicara dengannya terlebih dahulu sebelum kalian menikah dia harus menerima syarat dari ibu” Ucapku
“Syarat apa bu ?, jangan mempersulit Siva bu. Aku tahu ibu sedang mencari cara agar Siva yang menolak pernikahan ini” Jawab Juna
“Tidak ada ibu hanya igin dia menjadi menantu yang pantas untuk ibu, serta menjadi kakak ipar yang baik untuk Mayang jika kamu tidak membawanya siap-siap ibu kacaukan acara pernikahan kalian” Jawaku tak mau kalah
“Baik bu besok sore setelah pulang kerja aku akan membawa Siva kemari” Jawab Juna
Setelah percakapan itu, esoknya Juna benar-benar membawa Siva. Saat ku lihat dari kejauhan mobil anakku pulang, tawaku menjadi suram karena di sebelahnya ada perempuan ular yaitu Sivanya, ingin sekali aku mencabik-cabik mukanya yang sok polos itu. Mayang anak bungsuku sepertinya sama tidak suka pada Sivanya.
“Ibu ? apa ibu yang menyuruh mereka datang ?” Tanya Mayang
“Ya abangmu sudah tidak tahan ingin menikah dengan perempuan ular itu jika ibu menolak abangmu akan pergi dari rumah ini” Jawabku
“A-apa ? itu tidak bisa bu. Bagaimana dengan uang jajanku bu ? uang semesteranku ? belum lagi uang bukuku ? Apa ibu sanggup membayar semua ?. Di tambah dengan kebutuhan sehari-hari kita bu” Tanya Mayang
“Maka dari itu ibu tidak ingin Juna meninggalkan kita dan membuat perempuan ular itu menikmati gaji full dari abangmu, tapi ibu bingung harus bagaimana bersikap dengan perempuan itu” Jawabku
“Ahh, itu masalah sepele bu. Bagaimana kalau kita meminta dia tinggal bersama lalu ibu suruh dia berhenti bekerja suapay dia bisa di jadikan pembantu ?” Tanya Mayang
“Hahaha ternyata kamu pintar juga ya sayang” Tanbahku
“1 lagi bu, minta dia melahirkan anak laki-laki bu setauku biasanya susah mendapatkan anak laki-laki bu dan juga bang Juna sekarang sudah menjadi manajer dan sangat sibuk. Mereka akan kekurangan waktu untuk bersama sehingga memungkinkan Siva susah punya anak bu….. bagaimana bu ?” Tanya Mayang
Aku diam sejenak memikirkan ide gila Mayang, namun ada benarnya juga dari pada aku makan hati dengan tingkahnya lebih baik aku ikut saran Mayang lumayan dapat pembantu dan yah syukur-syukur perempuan ular itu bisa memberikan cucu laki-laki jika dia tidak bisa aku bisa dapat celah untuk mencarikan Juna istri yang kaya raya.
“Bu ditanya bukan menjawab malah senyum-senyu sendiri” Ujar Mayang mengagetkanku
“Ya iyalah ibu setuju dengan idemu pasti Sivanya juga setuju” Jawabku
“Ya harus setuju bu, jika tidak kita buat sampai setuju” Ucap Mayang
Saat mereka sampai aku langsung menyuruh meraka masuk tanpa basa-basi, aku langsung bertanya pada Sivanya si perempuan ular itu. Dan tak ku sangka dia cukup jeli melihat rencanaku dengan mengiakan semua syarat mutlak dariku. Namun sial perempuan ular itu juga mengajukan syarat mengenai uang belanja.
“Apakah dia sudah bisa membaca situasi ini ?” Ucapku dalam hati
“Sial, sepertinya calon menantu ular ibu tidak mau kalah dari kita” Bisik Mayang
“Diamlah” Tegasku
Mau tidak mau aku harus mengalah, aku tidak ingin kehilangan Juna ATMku sedangkan anak bodoh ini juga tidak ingin melepaskan perempuan ular ini.
“Arrrrrrggghhhh” Batinku
Rasanya mau pecah saja, jika perdebatan ini di lanjutkan bisa dipastikan darah tinggiku naik dan aku bisa rugi karena kalah sebelum bertarung.
Akhirnya hari ini pun tiba …
Hari pernikahan Juna dengan perempuan ular itu …
Aku sengaja memintan Juna untuk menggelar pesta pernikahan yang sederhana saja cukup ijab qobul dan makan malam bersama keluarga dan tetangga. Bisa besar kepala perempuan ular itu kalau Juna mengadakan pesta yang besar dan meriah.
Aku turut mengundang rita dan ibunya, mau bagaimana lagi aku dihadapkan pada posisi serba salah tidak mengundang salah mengundang pun malu.
“Nyatanya aku harus segera mencari calon untuk anakku Wulan, nyatanya kita tidak berjodoh menjadi besan yah ?” Ucap ibunya Wulan
Ahhhh aku sangat malu.
“Mau bagaimana lagi Juna sepertinya sudah di pellet oleh menantu ukarku itu” Ujarku
“Rasanya tidak mungkin Juna di pellet, dia memang sudah menaruh hati pada Siva cukup dalam itu bisa terlihat dari tatapan matanya loh” Ungkap ibunya Wulan tak mau kalah
Aku yang bingung mau menjawab apa tiba-tiba saja Wulan datang dan menengahi perdebatan aku dan ibunya.
“Ah sudahlah bu, aku rasa itu hanya tatapan biasa bu jangan melebih-lebihkan” Ucap Wulan
“Sadar nak Juna sudah menikah sayang, ibu pasti akan mencarikan calon suami yang lebih mapan dan jauh diatas Juna” Jawab Ibunya Wulan
Hening …..
Aku tahu, ia jelas-jelas sedang menyindirku …
“Apa kamu bisa menunggu beberapa tahun sayang ?” Tanyaku terang-terangan pada Wulan
“Beberapa tahun ?, maksud ibu ? apa ibu punya rencana memisahkan mereka ?” Tanya Wulan
“Ya, ibu menyetujui mereka menikah dengan beberapa syarat mutlak yang tak bisa di tolak oleh perempuan ular itu sayang” Jawabku semangat
“Apa syarat mutlak yang kau ajukan untuk menantumu itu ?” Tanya ibunya Wulan tak kalah penasaran
Aku lantas menceritakan semua syarat dariku yang aku ajukan sebelum pernikahan mereka tentu saja aku menambahkan kata-kata dan kata-kata manisku agar Wulan dan ibunya mau menunggu sedikit untuk aku memisahkan mereka.
“Apa ibu yakin akan berhasil ?” Tanya Rina
“Tentu sayang, bayangkan jika dia sudah menjadi ibu rumah tangga dia akan sibuk melayaniku dan juga penampilannya tidak akan terurus apalagi jika mempunyai anak akan terlihat jelas seperti pembantu” Jawab Rina
“Lantas bagaimana jika dia berhasil memberimu cucu laki-laki ?” Tanya ibunya Wulan
“Anggaplah itu bonus, itu akan membuatnya kerepotan mengurus Juna, aku dan anaknya. Aku rasa kamu bisa membayangkan bagaimana repotnya menantuku itu sehingga tidak aka nada waktu mengurus diri” Jawabku penuh percaya diri.
“Bagaimana bu ?” Tanya Wulan pada ibunya
“Baiklah 3 tahun, hanya 3 tahun ibu akan membiarkan kami menunggu karena kamu sayang harus menjalankan bisnis almarhum papa kamu jadi kamu akan di sibukkan sebelum sah menjadi menantu keluarga ini” Jawab ibu Wulan
Akhirnya aku harus membuat mereka berpisah dalam kurun waktu 3 tahun, lebih cepat lebih baik. Menantu ularku bersiaplah karena aku tidak akan membuatmu tidur tenang walau hanya semalam.
Seminggu berlalu …
Sivanya sudah mengurus surat pengunduran dirinya dan seminggu sudah Sivanya menjadi pengangguran dan seorang ibu rumah tangga.
“Huffft… Aku sangat lelah” Desah Sivanya
Ibu mertuanya sangat suka mengerjainya, dia lalu membuat peraturan diluar akal sehat. Sivanya harus bangun subuh setiap jam 4 pagi Sivanya harus mencuci, memasak belum lagi membantu ibu mertuanya membuka warung dan menjaganya.
“Sivanya !!!” Teriak Rina yang mengagetkan Sivanya pagi ini
“Ada apa bu, aku tidak tuli tidak perlu teriak-teriak bu seperti di hutan” Ketus Sivanya
“Dasar menantu kurang ajar kamu liat ini sudah jam berapa ?, kenapa kamu belum menyiapkan sarapan ??” Tanya Rina
“Bu… aku sedang tidak enak badan, beli saja kita tidak kekurangan uang” Jawab Sivanya
“Beli beli beli enak sekali kamu ngomongnya kamu pikir Juna cari uang tidak capek seenak hatimu menghamburkan uang, dasar perempuan ular” Ujar Rina
“Ya sudah, kalau begitu minta anak bungsu kesayangan ibu untuk memasak. Aku sedang tidak enak badan” Jawab Sivanya
“Dasar menantu ular !!!” Ucap sarkas Rina
Aku sudah tidak ingin memusingkan ucapan ibu mertuaku, aku tahu betul dia suka sekali mencari gara-gara apalagi Mayang mereka benar-benar sepasang yang cocok mengganggu hidupku.
“Huffftt” Ujar desah Sivanya perlahan
“Mas sudah siap ?” Tanya Sivanya pada Juna
“Sedikit lagi sayang, apa kamu sakit mukamu sedikit pucat ?” Ucap Juna
“Aku sedang tidak enak badan mas, aku juga gak masak buat sarapan sayang seperti ada yang mengaduk-aduk perutku” Jawab Sivanya
“Ya sudah kamu istirahat dulu yah sayang, mas pergi belikan nasi di ujung gang sana” Ujar Arjuna
“Iya mas aku ingin nasi kuning yah mas jangan nasi uduk, aku kurang selera” Pinta Sivanya
“Siap ibu negara kesayanganku” Jawab Juna
Dan begitulah rumah tangga Sivanya dan Arjuna adem ayem tanpa pengganggu hanay ada ibu mertuanya dan adik iparnya yang sangat julid.
“Mau kemana Juna ?” Tanya Rina
“Mau beli nasi bu, ibu sama Mayang mau sekalian ?” Tanya Juna
“Ya sekalian, emang kemana istrimu kerjanya hanya malas-malasan saja” Ucap Rina
“Dia sakit bu, jangan memperpanjang hal sepele bu… Ya sudah Juna mau beli nasi uduk dulu buat sarapan kita pagi ini” Jawab Juna sambil berlalu
Setelah sampai di ujung gang terlihat abang penjual nasi uduk sudah berkumpul dengan ibu-ibu rumpi.
“Cieee, pengantin baru mau beli nasi yah mas Juna ?” Tanya bu Kokom beliau ketua geng rumpi di sini
“Iya nih bu Kokom, Sivanya sedang gak enak badan makanya gak bisa masak pagi buat sarapan” Jawab Juna
“Bang nasi uduk 3 nasi kuning 1 yah jangan pake sambel, laukny ayam aja ya bang” Tambah Juna
“Kayanya istri kamu isi deh Jun” Tambah salah satu ibu-ibu itu
“Amin, alhamdulillah kalau benar doakan saja ya bu semoga istri saya cepat mengandung” Jawab Juna
“Ini bang pesanannya” Ucap si abang penjual
“Terima kasih bang dan ini uangnya, permisi ya ibu-ibu semuanya” Pamit Juna kepada ibu-ibu itu
“Silahkan Juna” Jawab ibu-ibu itu bersama-sama
*****
Sesampainya di rumah Juna memberikan nasi kepada Mayang untuk di buka dan di hidangkan di meja makan.
“Dek tolong di buka yah, terus di taruh di meja makan. Mas mau bangunin mbak Sivanya dulu” Ucap Juna
Sambil berlalu masuk ke kamar dan membangunkan Sivanya. Di meja makan semua diam tanpa suara, hanya sendok dan garpu yang saling menyahut. Selesai sarapan Rina mulai berulah lagi.
“Juna… ibu minta uang dong hari ini jadwal arisan ibu” Ucap Rina
“Aku juga bang mau beli buku sama uang semesteranku belum abang kasih” Tambah Mayang
Sivanya hanya melihat mereka berduan saja tanpa ingin membalas, Sivanya malas berurusan dengan mereka soal uang.
“Bu bukannya kemarin aku baru ngasih ibu 3,5 juta yah ?, udah habis saja ? emang nggak ada sisanya ?” Tanya Juna
“Eeh itu ibu udah pakelah kamu sama ibu sendiri kok pelit, pasti ini hasutan istrimu iyakan ?” Tanya ketus Rina
Aku yang berusaha diam akhirnya buka suara. “Bu, bisa gak kalau ada apa-apa jangan bawa-bawa aku ? emang uang ibu kemanakan ?” Tanya Sivanya
“Belanja di rumah juga aku sudah belanja, ibu juga penghasilan dari warung aku bantu jaga tapi soal uang ibu gak pernah kasi ke aku. Tapi kenapa ibu selalu car-cari kesalahanku ?” Tanya Sivanya dengan nada tinggi
“Berani kamu mempertanyakan uang ibu apa hak kamu ? kamu hanya menantu, perempuan ular jangan sok belaga seperti tuan rumah !!!” Jawab ketus Rina
“Baik, mas kalo gitu kamu pilih ingin tinggal dengan ibu atau ikut aku mengontrak. Aku cape sama kelakuan ibumu. Aku capek, aku bak pembantu di rumah ini semua hal aku kerjakan tapi ibu gak pernah menghargaiku” Ujar Sivanya sambil berlalu meninggalkan meja makan.
“Tunggu sayang, tenanglah semuanya bis akita bicarakan baik-baik” Sanggah Juna
“Tidak mas, semua seudah jelas belum setahun kita menikah perilaku ibumu sangat menjengkelkan, jika dari awal dia gak sukakenapa merestui kita ?, menantu ular- menantu ular apa di pikir aku menikah dengan ular ? apa kamu ular mas ? atau ibu kamu yang ular ?” Tanya Sivanya tak mau kalah
“Heh mbak kurang ajar sekali menyebut ibu ular” Jawab Mayang dengan melotot
“Atau kamu yang ulang Mayang ?” Tanya Sivanya dengan wajah sinis
Rina lantas mendorong Sivanya hingga terjatuh karena tak terima dengan ucapan Sivanya, seketika Sivanya tidak bisa menyeimbangkan diri dan terpental mengenai tembok dan setelah itu aku tidak mengingat apapun.
*****
Saaat Sivanya membuka mata dia sedah berada di rumah sakit harapan pelita, yang aku lihat pertama kali yaitu mas Juna.
“Mas aku dimana ?” Tanya Sivanya
“Tenang yah sayang kamu sekarang berada di rumah sakit jangan banyak bergerak dulu, mas panggilkan dokter ya” Jawab Juna dengan manis
Beberapa menit kemudian dokter masuk di ikuti dengan mentua dan adik iparnya.
“Dok apa saya baik-baik saja ?” Tanya Sivanya penasaran
“Iya ibu tidak apa-apa tapi saya sarankan ibu untuk badrest selama seminggu di rumah, hanya istirahat dan tidak melakukan aktifitas apapun yah. Karena takut terjadi apa-apa dengan kandungannya” Jawab dokter
Belum selesai dokter bicara Rina langsung memotong ucapan sang dokter.
“Huh itu sih maunya dia dok, ingin bebas pekerjaan rumah. Kelihatannya gak apa-apa kok segitu saja manja” Ujar Rina dengan ketus
“Bu, kalau ibu gak bisa diam mending ibu keluar saja” Usir Juna
Terlihat wajah Rina merah karena mrah apalagi anak kesayangannya jelas-jelas memarahinya di depan Sivanya dan di depan dokter.
“Silahkan lanjutkan dokter” Ucap Juna
“Ibu Sivanya jangan banyak pikiran yah, banyak istirahat dan banyak makan buah yah supaya kandungan ibu bisa kuat” Jawab dokter
“Maksud dokter istri saya hamil ?” Tanya mas Juna penuh antusias
“Iya benar pak, baru 8 minggu mohon di jaga dengan baik yah. Karena usia ini sangat rentan akan keguuran” Jawab dokter
“Alhamdulillah sayang, gak perlu waktu lama kita akan menjadi orang tua. Sehat-sehat dalam perut mama ya nak” Ucap Juna sambil mengelus perut Sivanya yang masih rata
Setelah itu dokter memberikan resep dan pamit pergi, aku sudah diperbolehkan untuk pulang namunharus banyak istirahat dan tak boleh mengerjakan hal-hal berat terlebih dahulu tentu saja ini membuat mertua dan iparnya semakin membenci Sivanya karena mereka harus mengerjakan semuanya sendiri.
“Hahaha, lumayan aku dapat waktu libur seminggu” Ucap Sivanya dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!