"Bangun!" teriak wanita pada seorang perempuan yang masih terlelap di kamarnya.
"5 menit lagi Ma," ucap perempuan yang masih bergelut dengan selimutnya itu.
"Kalau kamu gak bangun, Mama siram kamu pakai air bekas cuci piring ya!" teriak wanita tersebut.
"Iya Ma, ini Rayna bangun," ucap Rayna.
"Astaga anak gadis satu ini, susah banget disuruh bangun," ucap Mama Nindy.
Ya, perempuan yang tengah bergelut dengan selimutnya itu adalah Rayna Valeeqa, putri kedua pasangan Erik Valeeqa dan Nindy Veronica, Rayna memiliki seorang adik perempuan bernama Vania Valeeqa.
"Pagi, Ma, Pa," sapa Rayna.
"Ray, kamu udah mandi kan?" tanya Mama Nindy.
"Udah dong, Ma," ucap Rayna.
"Yakin?" tanya Mama Nindy.
"Kenapa emangnya, Ma?" tanya Papa Erik.
"Mukanya masih kucel gitu," ucap Mama Nindy.
"Astaga, Ma. Rayna sakit hati loh di bilang kayak gitu, ini Rayna udah mandi, udah dandan padahal ya walaupun cuma pakai pelembab bibir aja sih gak keburu soalnya Rayna udah telat," ucap Rayna.
"Ya gimana gak telat, kamu dari tadi di bangunin gak bangun-bangun. Kamu tidur apa latihan meninggal," ucap Mama Nindy.
"Astaga jahat banget Mama ini," ucap Rayna.
"Mama gak ngebayangin gimana nanti kalau kamu nikah," ucap Mama Nindy.
"Gak usah di bayangin, Ma. Rayna aja gak mau nikah, udah ya Ma Rayna kerja dulu dadah," ucap Rayna dan keluar dari rumah sebelum Mama Nindy mengamuk.
"Astaga anak itu," gumam Mama Nindy.
Rayna pun mengendarai mobilnya menuju kantor tempat ia bekerja, Rayna bekerja di sebuah bank swasta di kota A Rayna sendiri bekerja sebagai tim marketing pada bank tersebut.
Tak lama setelah itu, Rayna pun sampai di bank tempat ia bekerja, ia bekerja pada bank pusat sehingga parkirnya yang luas membuat Ryan memutuskan untuk mengendarai mobil, selain itu karena Rayna juga tidak bisa mengendarai sepeda motor sehingga ia lebih nyaman menggunakan mobil.
"Halo Rayna," sapa Hani.
"Halo juga Hani," jawab Rayna.
"Gimana sama promosi online buat fitur terbaru di mbanking?" tanya Hani.
"Belum juga ngadain rapat, tunggu direktur lah. Aku gak mau ngeduluin," ucap Rayna.
"Kamu rapatnya sama Ibrahim?" tanya Hani.
"Lah mana aku tau, kenapa emang? kamu mau titip salam?" tanya Hani.
"Tau aja kamu, Ray. Aku kan nanti harus di depan jadi gak bisa ketemu sama Ibrahim, aku titip salam ya sama dia," ucap Hani.
"Males aku, nanti dikiranya aku yang suka lagi sama dia," ucap Rayna.
"Ayolah," bujuk Hani.
"Gak mau, aku mau hidup tenang dan bebas ya, kamu salam sendiri ke dia sana terus bilang kalau kamu suka sama dia. Udah ya aku mau kerja dulu," ucap Rayna dan pergi meninggalkan Hani.
Sore harinya, setelah menjalani pekerjaan yang melelahkan, Rayna pun akhirnya bisa bernapas lega karena ia tidak harus lembur hari ini.
"Untung aja gak lembur, jadi setelah ini aku pulang dan bisa istirahat," gumam Rayna dan masuk ke dalam mobilnya.
Namun, rencana indahnya harus hancur karena tiba-tiba sang Mama mengirim pesan padanya.
Kak, nanti kamu ke Cafe Cendana ya, Mama udah mau kenalin kamu sama anak temennya Mama namanya Joel. Kamu harus datang ya, dia udah di jalan kok. Ayahnya pejabat loh Kak terus dia juga kerja di kantor pemerintahan, kamu gak akan nyesel deh pokoknya. Ingat ya harus datang!
"Huh, Mama ini ya padahal aku belum mau nikah, bisa gak sih, gak usah kenalin aku sama cowok lagi, kalau aku mau nikah aku bakal cari kok," ucap Rayna yang kesal dengan sikap sang Mama yang selalu mengenalkannya pada pria manapun sesuka hatinya.
Mama Nindy memang kerap mengenalkan Rayna pada pria manapun karena Mama Nindy merasa jika diumur Rayna yang 28 tahun sudha saatnya ia menikah padahal Rayna sendiri belum berpikir untuk menikah apalagi ia sudah nyaman dengan kesendiriannya dan juga pertimbangan karirnya dimana ia seorang pegawai bank, jika ia menikah maka ia harus berhenti.
Meskipun malas, Rayna tetap mengikuti apa yang dikatakan Mama Nindy. Tak butuh waktu lama mobil yang ia kendarai pun sampai di Cafe yang dimaksud, Rayna segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam Cafe dan menemui pria yang dimaksud Mama Nindy.
Rayna melihat sekelilingnya dan netranya menangkap seorang pria yang memakai jaket militer, ia pun mendekat pada pria tersebut.
'Dia orangnya? kata Mama dia kerja di kantor pemerintahan. Tapi, kok pakai jaket tentara,'
Akhirnya Rayna pun menghampiri pria tersebut, "Joel ya?" tanya Rayna.
"Ah iya, kamu Rayna ya anaknya Tante Nindy?" tanya Joel dan diangguki Rayna.
Rayna pun duduk di kursi yang ada di depan Joel, "Kamu mau makan apa?" tanya Joel.
"Aku roti bakar aja, aku tadi udah makan pas di kantor," ucap Rayna.
Tak lama setelah itu, mereka pun menikmati makanan yang mereka pesan hingga suara Joel membuat Rayna tersedak roti bakar pesanannya.
"Aku ini orang pemerintahan, kalau kita menikah, kamu harus bekerja. Aku gak mau uang rumahtangga kita pakai uangku semuanya, kamu juga harus ikut andil, enak aja aku yang kerja kamu cuma tinggal di rumah. Kamu kerja di bank kan, nah aku denger kalau di bank pas kamu nikah kamu harus berhenti, jadi nanti kamu kerja di perusahaan mana gitu, yang penting kerjanya bagus dan gajinya juga lumayan buat kita berdua," ucap Joel.
Rayna yang mendengarnya pun kesal, 'Aku gak mau ya nikah sama orang kayak situ, aku kesini cuma karena Mama. Gak tertarik buat nikah,'
Rayna bisa saja pergi sekarang, tapi tidak ia pakukan karena pernah saat Mama Nindy mengatur kencan untuknya dan ia pergi lebih awal. Saat pulang Rayna sampai kena marah Mama Nindy bahkan Mama Nindy membahas hal itu sampai satu minggu lebih dan membuat Rayna jengah mendengarnya.
Tudak ada obrolan sama sekali antara mereka, Rayna pun tidak merespon apa yang dikatakan Joel hingga makanan mereka habis.
"Kamu bayar sendiri ya, kamu belum jadi istri aku soalnya. aku gak mau bayarin perempuan manapun kecuali Ibu, adik dan juga istriku nanti, kalau kamu jadi istriku baru akan akan bayar," ucap Joel.
"Maaf ya sebelumnya, saya ingin mengatakan jika saya tidak akan menikah dengan anda karena saya tidak tertarik dengan anda dan saya datang kesini itu karena Mama saya. Satu lagi, saya bisa bayar sendiri dan tidak membutuhkan uang anda, saya wanita karir dan saya tidak tunduk dengan aturan pria manapun. Tapi, meskipun saya wanita karir dan tidak tunduk pada pria manapun, saat saya jadi istri, saya akan memposisikan diri saya sebagai seorang istri jika suami saya mampu memimpin rumahtangga dengan baik, lebih baik anda belajar terlebih dahulu dalam banyak hal," ucap Rayna dan membayar makanannya lalu pergi meninggalkan Joel.
.
.
Bersambung..........
Hai readers semuanya 👋👋👋
AUTHOR KEMBALI LAGI DENGAN CERITA YANG MENARIK LAGI NIH!!! UDAH PADA NUNGGUIN GAK NIH CERITA TERBARU AUTHOR?? KALAU ADA KOMEN YAAAA😁😁
Sebelum lanjut jangan lupa beri dukungan author degan cari follow akun NovelToon author, favorit kan cerita ini, dan jangan lupa bintang lima nya yaa, vote, like dan komen semenarik mungkin, kritik dan saran di persilahkan selama masih dengan bahasa yang sopan yaaaa
YUKK DUKUNG TERUS BIAR SEMAKIN BERKEMBANG DAN BERLANJUT UNTUK CERITA KALI INI ❤️❤️
Author hanya ingin memberitahukan dalam penulisan ini nantinya mungkin ada salah ketik karena biasanya ada kata yang otomatis langsung berubah dalam penulisannya dan membuat readers membacanya bingung tetapi tenang saja akan author koreksi lagi sebelum upload atau kalau kurang teliti maka readers bisa komen di part nya ya atau setelah novel tamat akan author revisi keseluruhan, jadi author harap agar readers bisa memaklumi akan hal itu dan jika memberikan kritik diusahakan dengan kalimat yang sopan ya pasti bakalan author terima kritik sarannya selama itu baik untuk karya author.
Selama perjalanan pulang, Rayna tidak henti-hentinya mengumpat untuk Joel bahkan semua nama binatang sudah ia absen hanya untuk Joel semata.
"Dasar cowok kurang ajar, bisa-bisanya dia kayak gitu. Untung aja gue gak nikah sama dia, Tuhan aku itu maunya yang ganteng, tinggi, pinter, cuek tapi perhatian terus kaya pokoknya yang bisa memperbaiki keturunan mulai dari fisik sampai materi lah ya, apaan si Joel itu udah gak ganteng tapi sok banget, setidaknya ganteng dulu lah baru sok ngatur gitu," ucap Rayna.
Akhirnya tak lama, Rayna pun sampai di rumahnya dan saat masuk ke dalam rumah. Rayna tau apa yang terjadi apalagi saat ia melihat tatapan tajam sang mama, "Malam, Ma," sapa Rayna dengan senyum manisnya.
"Sekarang kenapa lagi? kenapa Joel gak mau lagi ketemu kamu dan dia bilang kalau kamu orangnya kasar, kamu gak mukul dia kan?" tanya mama Nindy.
"Astaga, Ma. Ya gak mungkin lah aku mukul dia, yang ada justru dia yang kasar, enak aja belum nikah udah ngatur-ngatur gitu," ucap Rayna lalu mengalir lah cerita Rayna tentang pertemuannya dengan Joel.
"Untung aja kamu gak suka sama dia, mama juga gak mau ya kalau sampai kamu sama dia," ucap mama Nindy.
"Nah kan makanya mama gak usah kenalin Rayna lagi," ucap Rayna.
"Gak bisa, kamu gak usah khawatir mama bakal carikan lagi pasangan buat kamu. Kali ini harus berhasil," ucap mama Nindy dan masuk ke dalam kamar.
"Huh, gini banget sih hidup," gumam Rayna.
Di dalam kamar, mama Nindy menghampiri sang suami yang sedang membaca buku di sofa kamar mereka, "Pa," panggil mama Nindy.
"Kenapa, Ma?" tanya papa Erik.
"papa gak kasihan lihat Rayna yang belum nikah padahal umurnya udah mau 30 tahun loh," ucap mama Nindy.
"Kan masih 28 Ma, kurang 2 tahun lagi 30 tahun, biarin lah dia nikmatin hidupnya dulu, dia pegawai bank dan kalau dia nikah otomatis harus berhenti," ucap papa Erik.
"Gak bisa gitu dong, Pa. Mumpung belum 30 tahun harusnya dia udah nikah, nanti kalau dia umur 30 tahun susah Pa buat nyariin jodohnya," ucap mama Nindy.
"Terus mau mama gimana? mama gak lihat gimana usaha mama buat kenalin Rayna ke beberapa pria dan akhirnya gagal kan gak ada yang berhasil," ucap papa Erik.
"Nah karena itu, mama minta bantuan papa," ucap mama Nindy.
"Bantuan apa?" tanya papa Erik.
"Kan selama ini cowok yang mama kenalin ke Rayna itu cowok dari pihak mama, nah sekarang mama mau minta saran cowok yang mau dikenalin ke Rayna, mungkin papa ada kenalan entah itu anak rekan bisnis papa atau siapa gitu yang kayaknya cocok sama Rayna," ucap mama Nindy.
"Gak ada, Ma," jawab papa Erik.
"papa inget-inget dulu lah, masa langsung gak ada sih," ucap mama Nindy.
"Ma, papa gak mau maksa Rayna buat nikah. papa siap nunggu sampai Rayna sendiri yang bilang kalau dia mau menikah dan mau dicarikan jodoh, kalau sekarang papa belum yakin dia bisa mengenal pria manapun," ucap papa Erik.
"Tau ah papa gak asik, mama marah sama papa," ucap mama lalu merebahkan tubuhnya di ranjang dan membelakangi papa Erik. Sedangkan, papa Erik yang melihat tingkah lalu istrinya hanya menggelengkan kepala.
Pagi harinya, Rayna seperti biasa sarapan di meja makan bersama keluarganya, namun kali ini cukup berbeda karena tidak ada omelan dari mama Nindy.
Bahkan mama Nindy hanya diam saja tanpa bersuara sedikitpun dan setelah selesai sarapan mama Nindy segera masuk ke dalam kamar seolah tidak menganggap mereka yang ada di meja makan.
"mama kenapa?" tanya Vania.
"Huh, kalian makan aja. Masalah mama biar papa yang urus," ucap papa Erik.
Rayna yang selesai menghabiskan sarapannya pun segera berangkat karena hari ini ia ada rapat, sedangakan Vania akan berangkat dengan papa Erik karena mereka searah.
Sesampainya Rayna di kantor, ia langsung dihadapkan dengan Hani. "Aduh apa lagi sih, Han? aku sibuk banget loh habis ini ada rapat," tanya Rayna.
"Ini buat Ibrahim," ucap Hani dan memberikan minuman pada Rayna.
Rayna pun mengembalikan minumannya, "Kamu kasih sendiri ya, aku gak mau ikut-ikut sama urusan kamu, udah ya aku sibuk," ucap Rayna dan pergi meninggalkan Hani.
Rayna sendiri bingung bagaimana bisa Hani diterima di bank tersebut pasalnya menurut Rayna sifat Hani ini kekanak-kanakan dan tidak disiplin.
Namun, jika mengingat keluarga Hani maka Rayna akan memakluminya, bagaimana tidak Ayahnya salah satu petinggi bank tersebut dan Ibunya Direktur bank.
"Rayna," panggil Ibrahim.
"Ada apa?" tanya Rayna.
"Rapatnya kayaknya gak jadi deh," ucap Ibrahim.
"Kenapa? aku udah siapin materinya," ucap Rayna.
"Bukan itu, tapi data bank masih eror dan lagi di perbaiki jadi kita belum bisa masuk mbanking nya," ucap Ibrahim.
"Oh gitu, yaudah aku ke ruangan dulu," ucap Rayna dan diangguki Ibrahim.
Sore harinya, Rayna sudah selesai dengan pekerjaannya dan ia pun segera pulang. Namun, saat ia pulang suasana begitu hening tidak ada raungan mama Nindy.
"mama mana, Van?" tanya Rayna.
"Gak tau Kak, dari Vania pulang sampai sekarang mama gak kelihatan, kamar juga di kunci," ucap Vania.
"mama kok aneh," ucap Rayna.
Rayna tidak terlalu memikirkannya dan ia memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Disisi lain, papa Erik yang baru saja datang dan melihat kamar terkunci pun segera membukanya dengan kunci cadangan dan berhasil terbuka. papa Erik melihat mama Nindy yang merebahkan tubuhnya dan membelakanginya, jujur saja papa Erik merasa bersalah karena sudah menolak permintaan mama Nindy kemarin.
"Ma," panggil papa Erik dan tidak ada respon dari mama Nindy.
papa Erik menghela napas, "Yaudah, papa bakal coba kenali Rayna sama anaknya rekan papa," ucap papa Erik.
Dan ya perkataan papa Erik seolah udara penyejuk bagi mama Nindy, mama Nindy segera bangkit dan menghampiri papa Erik di sofa.
"papa beneran?" tanya mama Nindy.
"Iya, papa serius. papa cari dulu tapi, papa gak mau kenalin pria sembarangan untuk Rayna," ucap papa Erik.
"papa emang keren, gitu loh maksud mama itu. Kan kalau gini mama jadi bahagia," ucap mama Nindy dan memeluk papa Erik.
"Tapi mama jangan kayak tadi, papa gak tega lihat anak-anak kalau mama bersikap kayak tadi," ucap papa Erik.
"Siap pa, sayang papa," ucap mama Nindy dan mengeratkan pelukannya.
Meskipun enggan untuk mengenalkan Rayna, mau tidak mau papa pun akan berusaha mencari yang terbaik.
.
.
Bersambung..........
Setelah satu minggu Papa Erik mengatakan akan mengenalkan Rayna pada anak rekan kerjanya, namun tidak ada kemajuan bahkan Papa Erik belum membahasnya pada Mama Nindy.
"Pa, Papa ini serius gak sih ngenalin Rayna sama anak rekan kerjanya Papa?" tanya Mama Nindy.
"Papa serius, Ma," ucap Papa Erik.
"Kalau serius, kenapa sampai sekarang kok belum ada cowoknya?" tanya Mama Nindy.
"Belum ada yang cocok, Ma. Kita sebagai orangtua itu harus selektif memilih pasangan buat anak kita," ucap Papa Erik.
"Masa Papa gak ada sama sekali pandangan gitu?" tanya Mama Nindy.
"Sebenarnya Papa ada beberapa pria yang ingin Papa kenalkan pada Rayna, tapi Papa gak tau kira-kira yang mana yang baik untuk Rayna," ucao Papa Erik.
"Papa gak usah khawatir, Mama yang akan melakukan seleksi ke pria-pria yang Papa pilih," ucap Mama Nindy dan diangguki Papa Erik.
Papa Erik sudah belajar dari kesalahan yang ia lakukan sebelumnya karena harusnya menentang pendapat sang istri hingga akhirnya ia memilih setuju dengan keinginan sang istri.
Mama Nindy saat ini tengah memandang 4 pria yang akan ia seleksi untuk mendampingi Disha, "Mama udah cocok yang mana?" tanya Papa Erik.
"Kayaknya yang ini deh, Pa. Tapi, dia kaya kan?" tanya Mama Nindy yang memang tidak tau latar belakang pria yang baru saja Mama Nindy pilih.
"Yang jelas tidak perlu khawatir soal dia kaya atau gak, tapi kali ini Papa setuju kalau dia yang akan di kenalkan dengan Rayna," ucap Papa Erik.
"Dia nya mau gak ya sama Rayna?" tanya Mama Nindy.
"Dia pasti mau, percaya sama Papa," ucap Papa Erik dan tersenyum setelah mengatakan hal itu.
.
Waktu terus berlalu dan Rayna sangat bersyukur karena Mama Nindy sudah tidak lagi menanyakan pada Rayna mengenai pasangan dan itu adalah sebuah keajaiban.
Saat ini Rayna sudah berada di meja makan dan akan segera berangkat, "Ray, nanti kamu pulang awal ya jangan lembur," ucap Mama Nindy.
"Kenapa emangnya, Ma?" tanya Rayna.
"Gapapa, Mama cuma bilang aja. Kamu akhir-akhir ini lembur terus, jadinya Mama gak tega lihatnya," ucap Mama Nindy dan Rayna antara percaya tidak dengan Mama Nindy.
"Yaudah, nanti Rayna usahakan deh," ucap Rayna.
Rayna pun berangkat, dalam perjalanan tiba-tiba mobilnya tidak bisa di nyalakan, untung saja Rayna sudah menepikan mobilnya sehingga ia tidak perlu khawatir.
"Kenapa ini mobilnya," gumam Rayna dan memeriksanya.
Namun, Rayna tidak tau apa yang terjadi pada mobilnya dan ia pun memilih untuk mencari kendaraan yaang lewat disana dan menumpang, tapi sayangnya jalanan begitu sepi. "Kok gak ada kendaraan yang lewat ya, haduh pasti telat deh kalau gini," gumam Rayna.
Setelah 15 menit disana, Rayna pun menghubungi Hani jika mobilnya mogok. Tak lama setelah itu, sebuah motor berhenti di depan mobilnya dan turun seorang pria, lalu pria itu membuka helmnya yang membuat Rayna terpesona dengan wajah tampan pria itu.
'Gila, ganteng banget. Ibrahim aja kalah,'
"Mobilnya mogok Mbak?" tanya pria tersebut.
"Ah, iya Mas. Mobil saya mogok," jawab Rayna.
Pria itupun memeriksa mobil Rayna, "Kayaknya harus di bawa ke bengkel Mbak, lebih baik Mbak telepon orang bengkel," ucap pria tersebut.
"Saya gak tau telepon orang bengkel Mas, emang parah banget ya Mas?" tanya Rayna.
"Iya, kalau gitu saya hubungi temen saya aja Mbak nanti biar temen saya yang urus mobil Mbak, sekarang Mbak mau berangkat kerja? biar saya antar kayaknya jalanan disini sepi," ucap pria tersebut.
Rayna ragu untuk menerima tawaran pria tersebut, tapi ia tidak mungkin diam saja saat ini dan mau tidak mau Rayna menerima tawaran pria itu.
"Gapapa, Mas?" tanya Rayna.
"Gapapa, Mbak," ucap pria tersebut.
Rayna mengambil tasnya dan menaiki motor yang di kendarai pria tersebut, motor melaju membelah jalanan hingga tak lama mereka pun sampai di tempat kerja Rayna.
"Makasih ya Mas," ucap Rayna yang sampai dengan selamat di kantornya.
"Iya, Mbak. Untuk mobilnya ini nomor bengkelnya, Mbak bisa hubungi bengkelnya soal mobil Mbak," ucap pria tersebut.
"Makasih ya Mas," jawab Rayna dan mengambil kartu nama yang diberikan pria tersebut.
Krena terlalu fokus pada kartu nama tersebut, Rayna tidak menyadari jika pria di hadapannya sudah pergi,
"Lah dia udah pergi, aku belum tanya namanya siapa," gumam Rayna.
Sore harinya, Rayna sudah pulang karena Mama Nindy yang terus saja meneror Rayna untuk segera pulang. "Akhirnya kamu pulang juga," ucap Mama Nindy.
"Astaga, Ma. Sabar, Ma. Rayna udah pulang loh ini," ucap Rayna.
"Yaudah, sekarang kamu mandi dulu terus ganti baju, Mama udah siapin baju buat kamu," ucap Mama Nindy dengan senyum cerianya.
"Emang kita mau kemana, Ma? kenapa Rayna harus pakai baju yang disiapin Mama?" tanya Rayna.
"Gak ada apa-apa, hari ini kita mau makan malam keluarga aja di luar. Udah kamu gak usah tanya lagi, kamu ke kamar an mandi lalu ganti baju dan dandan yang cantik," ucap Mama Nindy.
Rayna yang melangkahkan kakinya ke kamar pun menatap curiga pada sang Mama, "Udah kamu ke kamar dan siap-siap ya," ucap Mama Nindy.
Rayna pun masuk ke dalam kamar dengan curiga dan ia melihat baju yang disiapkan Mama Nindy, "Kenapa Mama milihin dress gini? pasti ada sesuatu, huh Mama ini gak bakal berhenti buat jodohin aku deh. Emang belum nikah itu aib ya, dari pada udah nikah terus cerai," gumam Rayna.
Setelah semuanya siap, keluarga Rayna pun akhirnya pergi ke sebuah restoran cukup terkenal di kota itu. "Ma, kok makan malamnya di restoran ini sih, bukannya mahal ya disini?" tanya Rayna.
"Gapapa, kita kesini aja, sesekali gitu loh Kak," jawab Mama Nindy.
"Pa," panggil Rayna.
"Udah ikutin aja mau Mama kamu," ucap Papa Erik dan diangguki Rayna.
Rayna semakin merasa aneh karena Mama Nindy justru menghampiri meja yang disana sudah ada yang tempati dimana terdapat pasangan suami istri seumuran Papa Erik dan Mama Nindy, lalu ada seorang pria yang Rayna lihat masih muda.
"Halo jeng, maaf ya lama. Tadi nunggu Rayna dandan dulu," ucap Mama Nindy pada wanita tersebut.
"Iya, gapapa, jeng. Ini Rayna ya?" tanya wanita itu dengan menunjukan Rayna.
"Iya, dia Rayna," ucap Mama Nindy.
"Wah cantik ya ternyata, oh iya kamu pasti belum kenal Tante ya. Nama Tante Melody panggilnya Mama aja ya jangan Tante," ucap Mama Melody.
"I-iya, Tante eh Mama," ucap Rayna dengan senyum canggungnya.
'Pasti Mama punya rencana lagi ini, aduh aku malu banget. Ini udah jauh banget, sampai harus makan malam gini, masa calonku dia sih. Masih muda gitu, kayaknya juga masih sekolah, ya kali aku sama dia,'
.
.
Bersambung..........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!