MARCELINO ORLANDO, Protagonis pria
NAMIRA AMOUR, Protagonis Wanita
RUDY (BOA)
...SINOPSIS...
Jika ingin tahu perjalanan Cinta Marcel dan Cindra sebelumnya, author sarankan membaca dulu Novel Antara Letnan Tamvan dan CEO Ganteng. Atau baca Episode Extra di novel tersebut.
Ini hanya saran ya, kalau mau langsung ke sini juga engga apa-apa hehehe..💃
Marcelino seorang pengusaha sukses yang bergerak dibidang properti, perusahan kapal mewah dan juga pemiliki saham terbesar di perusahaan mobil mewah.
Pria berusia 45 tahun yang memilih tidak menikah karena cintanya telah habis pada Cinta pertama, yaitu pada Cindra.
Marcel memiliki dua orang anak(kembar) yang sudah beranjak remaja, anak yang terlahir hasil dari perbuatan Marcel memperkosa Cindra. Kedua anak itu diberi nama Kalila dan Ken. Karena permintaan anaknya lah Marcel bersedia dijodohkan dengan Namira, yang berprofesi sebagai Ballerina
Namira, seorang single mom berusia 28 Tahun yang memiliki dua orang anak yang bernama Wulan dan Ilyas. Anak yang bukan lahir dari rahimnya.
Karena suatu keadaan Namira harus tinggal di sebuah gubuk yang terletak di tanah pemerintah dan dibawah kolong jembatan. Namira hidup sangat sederhana bersama kedua anaknya. Dia melakukan pekerjaan apa saja yang penting halal dan bisa membayar hutang mantan suaminya yang telah meninggal karena terbunuh di dalam sel penjara.
Namira mempunyai seorang pelindung bernama Rudy yang dia panggil dengan sebutan Boa, Rudy dan Namira sejak kecil hidup bersama di sebuah panti asuhan, sebelum Namira diadopsi oleh seorang wanita mucikari kelas kakap bernama Hellen.
Suatu hari Namira (Mira) ditawarin murid ballet nya yaitu Cindra yang merupakan ibu dari Ken dan Kalila, untuk berkenalan dan menjalani perjodohan dengan ayah biologis dari Ken dan Kalila. Awalnya Namira menolak, karena dia menyembunyikan jatidirinya yang hanya seorang janda dua anak dan hidup miskin.
Tapi karena Cindra dan Bu Amanda terus saja menjodohkannya dengan Marcel, Namira bersedia berkenalan. Dia berharap setelah berkenalan Marcel akan menolaknya, tapi siapa sangka setelah perkenalan, Marcel justru sering menghubunginya karena alasan bersandiwara di depan kedua anaknya. Dan Marcel bersedia membayar ganti rugi waktu yang dia pakai dengan harga yang Fantastis.
Namira berharap tidak akan ada pernikahan dengan Marcel karena strata sosial mereka sangatlah jauh berbeda. Gadis itu khawatir jika suatu saat Bu Amanda dan anak-anak Marcel tahu dia hanyalah orang miskin, mereka akan menolak dan menghina.
***
POV Marcel
"Ka Marcel, ini Mira guru balletku. Dia cantik kan ka? Anak-anak setuju jika ka Marcel menjadikan Mira sebagai ibu mereka" bisiknya di telingaku.
Bahkan saat Cindra mengenalkan seseorang padaku untuk menjadi calon istri, pikiranku justru berfantasi liar padanya. Sungguh! Cindra selalu membuatku gila dan mabuk kepayang.
Wanita yang bernama Namira, yang mereka panggil dengan Mira, lumayan menarik. Dengan kulitnya yang sawo matang, hidung mancung, bibir penuh dan merah delima, memiliki tubuh yang sangat indah proporsional, seharusnya bisa mengalihkan pandanganku dari Cindra.
Tapi sekali lagi, mata dan hatiku hanya tertuju pada Cindra. Aku mengabaikan pertemuan pertamaku dengan Mira, biarlah Mira menganggap aku lelaki sombong, dingin atau apalah. Kuingin dia tidak berekspektasi lebih terhadapku saat pertama kali bertemu.
Hingga suatu hari mama mengundangnya makan malam, mama berusaha keras menjodohkan ku dengannya seperti kedua anakku juga wanita yang aku cintai, Cindra. Aku abaikan panggilan mama untuk makan malam bersama Namira, hingga aku sengaja pulang malam dan jam makan malam selesai aku baru kembali ke rumah. Tidak disangka Namira masih menungguku di rumah.
Mama memaksaku mengantarkannya, dia juga menolak dengan segala cara, tapi bukan mamaku namanya jika tidak memaksa. Namira akhirnya pulang bersamaku.
Sepanjang perjalanan dia terlihat gelisah, aku tanyakan berapa kali di mana alamatnya dia tidak menjawab dengan benar, hingga aku membentaknya.
"Kalau kamu tidak memberikan alamatmu, akan aku turunkan kamu dijalan!" Bentakku
Ajaibnya, dia malah setuju diturunkan di sebuah halte. "Turunkan aku di sini saja,Tuan" Cicitnya karena dia masih kaget dengan suara bentakan ku.
Aku berpikir keras, kenapa dia tidak ingin diantarkan sampai rumah, aku jadi curiga wanita ini mempunyai rahasia.
Aku menurunkannya di jalan, dan meninggalkannya secepat mungkin untuk menepikan mobil. Lalu aku mengikutinya dengan ojek online.
Jalan yang berliku-liku dan semakin membuatku heran, karena dia memasuki kawasan kumuh di mana tidak ada bangunan permanen di sana. Rumah-rumah hanya ditutupi karung atau plastik transbag sampah sangat tidak layak untuk menjadi hunian.
Dan motor yang dikendarai Mira berhenti pada sebuah rumah terbuat dari triplek dan asbes bekas, masih lebih baik dari rumah sekelilingnya yang hanya ditutupi kardus atau plastik trasbag.
Yang lebih mengejutkan lagi, dia memanggil dua orang nama, sesaat keluar dua orang anak berusia kira-kira 7 tahun dan 4 tahunan. Mereka memanggil Mira dengan sebutan mama. "Dia punya anak!"Aku terperanjat dengan keadaan tersebut
"Bagaimana sih mama dan Cindra, masa menjodohkanku dengan wanita kumuh ini, sudah punya anak lagi. Apa mereka tahu kehidupan Mira yang sebenarnya!"Aku menggerutu sendiri, tapi semakin membuatku penasaran.
Dari hari ke hari yang aku lakukan adalah mengintainya dari kejauhan. Hingga aku berkesimpulan, berat jika dilanjutkan menjalin hubungan dengan Mira, meskipun aku mulai tertarik dengan perjuangan wanita itu. Dan, aku mulai melupakan Cindra.
Disaat aku mulai menyerah dan meredam rasa penasaranku. Mama dan Cindra kembali menugaskan aku dan Mira menghadiri pelepasan Ken menjelang awal pendidikan Akademi Militer. Mama memaksaku mengajak Mira untuk menghadiri kegiatan tersebut. Aku coba menghubunginya.
"Mira, bisa kita bertemu?" tanyaku, dia langsung mengiyakan janji temu di sebuah restoran
Saat aku sampai di resto tersebut, Mira sudah duduk di meja tempatku membuat janji.
"Hai, maaf terlambat. Ada sedikit urusan mendadak" kataku melihatnya yang sudah gelisah
"Tidak apa-apa tuan Marcel, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya seakan dia sedang tergesa
"Oke, aku langsung katakan saja. Mama meminta kita berangkat ke Magelang untuk menghadiri pelepasan Ken mengikuti pendidikan. Apa kamu bisa?" kulihat wajahnya gelisah
"Aku ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, Tuan" Jawabnya tak berani menatapku
"Berapa kerugiannya jika kamu melalaikan pekerjaan itu, aku bisa menggantikan kerugianmu" Mira mengangkat pandangannya ke arahku
"hmm.. bukan begitu, hanya pekerjaan mengajar saja. Mohon maaf saya tidak bisa ikut. Karena pasti di sana butuh waktu sehari dua hari, kan?" tanyanya masih dengan wajah gelisah seperti ada beban berat di benaknya
"Apa 10 juta cukup untuk mengganti waktumu satu hari?" Aku melihat dia tertarik
"Satu hari 10 juta, tinggal kamu kalikan kelipatannya jika aku membutuhkanmu beberapa hari"
"Hanya mendampingi, kan?" Aku mengangguk
"Baiklah! Akan aku atur jadwal kegiatanku
"Kalau boleh tau pekerjaan apa yang menumpuk itu?" tanyaku penasaran
"Mmm..mungkin tidak menarik untuk anda mengenal pekerjaanku" Katanya merendah. Aku tak berniat mengoreknya lagi.
"Sampah plastik dan kardus yang menumpuk di samping rumahmu, yang harus segera kamu timbang untuk jajan anakmu, iya kan?" tentu saja aku hanya menelan kata-kata itu. Tidak sampai hati mengatakannya.
Ya! Namira juga bekerja sebagai pemulung untuk biaya hidup sehari hari.
Sesuai hari yang ditentukan, aku bertemunya dengannya di stasiun kereta untuk berangkat ke Magelang. Sepanjang perjalanan dia banyak diam, berbeda saat awal pertemuan. Kali ini malah aku yang banyak membuka percakapan, walaupun dia terlihat bosan dan gelisah, sesekali dia melihat ponselnya dan ijin untuk menghubungi seseorang. Aku mengikutinya saat dia ke menelpon di dalam toilet
"Gimana anak mama, kalian sudah makan? Sekolahnya bagaimana hari ini mba Wulan, adik Ilyas. Minta makannya ke warteg Bu Narsih aja ya nak, mama sudah bayar untuk makan 3x sehari, kalian juga boleh mengambil susu di warteg. Semua sudah mama bayar" Aku makin yakin, dia gelisah karena anaknya.
Kereta tiba di stasiun pukul 8 malam, aku mengajaknya menginap di sebuah hotel bintang 5. Dia terlihat gugup, dia pikir kami akan tidur satu kamar dan satu ranjang. Wajahnya terlihat lega setelah aku memberikannya kartu akses masuk kamarnya.
"Jangan berharap aku akan menyentuhmu, Nona!" Dengan wajah sombong aku meliriknya.
Pagi pukul 04.30 dinihari aku sudah mengajaknya merapat ke lokasi dimana anakku akan menerima hasil semua testnya. Mira terlihat cantik dengan baju kemeja putih dan syal sutra yang aku belikan. Entah mengapa hari ini, di mataku dia terlihat indah dengan lekukan tubuh yang mempesona.
"Pipi aku lolos pipi..." Teriak Ken di telepon, aku belum bisa menemui Ken karena penjagaan di perketat. Tak berapa lama seluruh wali Siswa diperkenankan masuk dan menemui putra putri mereka yang dinyatakan lulus.
Aku memeluk anakku dengan erat dan bangga. Anakku bisa menata masa depannya dengan baik, aku bersyukur mereka dididik Hafiz dan Cindra dengan baik. Ken anak yang penurut dan berbakti, dia tahu arah masa depannya akan kemana.
"Ken, ini Tante Mira" Aku memperkenalkan Ken pada Mira.
Ken mengedipkan matanya, dan membisikan sesuatu padaku, "Keterlaluan jika wanita secantik ini pipi sia-siakan. Dia definisi wanita cantik Indonesia. Pipi harus menikahinya"
"Kalau aku tidak menikahinya, apa kamu akan memacarinya, Ken?" Tanyaku dengan menggodanya
"Maybe, sepertinya dia tipe idamanku, Pih" Ken tersenyum nakal padaku
Aku menggelengkan kepala, anakku sudah remaja dia sudah tahu wanita cantik.
...💃🩰💃🩰...
Bersambung...
POV NAMIRA (MIRA)
Aku bekerja sebagai petugas kebersihan di sanggar Ballet ternama di Jakarta. Selain karena aku membutuhkan uang untuk biaya hidup, aku juga ingin melatih kemampuanku menari ballet yang sejak kecil aku geluti saat masih tinggal bersama Mamy Hellen, mama angkatku yang berprofesi sebagai mucikari.
Di tempat itu, awalnya aku hanya menjadi petugas kebersihan. Namun karena Miss Olin sering melihat tarianku, dia merekomendasikan aku untuk menjadi salah satu instruktur di sana. Aku bisa berkenalan dengan wanita-wanita kalangan atas juga anak-anak mereka. Akan tetapi mereka sangat pemilih, mereka hanya mau diajarkan oleh Miss Olin yang notabene adalah seorang ballerina terkenal dan istri seorang pengusaha.
Akhirnya aku dikenalkan murid baru yang bernama Nyonya Cindra dan putrinya bernama Hania. Nyonya Cindra adalah Wanita cantik yang lemah lembut dan memiliki kehidupan beruntung. Dia dicintai anak-anak dan suaminya.
Terkadang aku iri hati padanya, hidupnya begitu sempurna, memiliki kehidupan yang terhormat di kalangan atas, memiliki suami yang ganteng dan mapan juga anak-anak yang cantik dan ganteng yang sudah diatur masa depannya.
Tapi aku juga sangat menyukainya karena dia selalu bersikap baik, menghormati orang lain dan sangat sederhana. Dia tidak menampakkan bahwa dia ibu pejabat yang memiliki kedudukan dan kekayaan yang melimpah.
Terkadang dia mengajakku makan makanan favoritnya di pinggir jalan dan seringkali mengajakku ke panti-panti asuhan untuk membagikan sumbangan.
Aku seperti diajak wisata masa laluku, kehidupan di panti asuhan adalah masa-masa indah bagiku karena yang aku kenal adalah kebaikan dan orang-orang baik.
Oh ya! Nyonya Cindra tahu aku memiliki kemampuan berbahasa Prancis karena aku pernah tinggal di sana selama 10 tahun saat Mamy Hellen dijadikan gundik seorang mafia. Dia memintaku mengajarkan anak-anaknya bahasa Prancis dengan bayaran yang lumayan mahal per datangnya, ditambah aku seringkali dibekali makanan enak. Aku tambah menyukainya.
"Miss Mira, aku ingin mengenalkan mu pada seseorang. Apakah kamu bersedia?" Tanyanya melalui sambungan telepon saat aku baru saja selesai membersihkan closet di toilet pengunjung.
"Seorang putri Raja kah yang akan dikenalkan padaku, Nyonya" aku menggodanya, aku pikir dia akan mengenalkan ku seorang murid baru
"Emm..aku ingin mengenalkan mu seorang pria tampan" bisiknya.
"Pipi Ken dan Kalila membutuhkan seorang pendamping, anak-anakku menginginkan kamu menjadi ibunya" Aku terpaku, aku bingung bagaimana meresponnya.
Untuk menolaknya aku tidak ada keberanian setelah dia banyak berbuat baik padaku. Akhirnya aku mengiyakan, toh hanya kenalan, pikirku. Belum tentu juga lelaki itu tertarik padaku yang burik ini.
Dia benaran membawa lelaki itu, dia tampan dan terlihat sangat mapan. Beau gosse fait avec amour
Aku tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikan ku padanya, aku terus mengajaknya berbincang dengan cara yang pernah diajarkan Mamy Hellen saat menggoda lelaki kalangan atas. Aku dijadikan anak angkat sejak kecil oleh Mamy Hellen memang untuk dididik menjadi wanita penghibur kelas atas, khusus penghangat ranjang para konglomerat.
Sekian lama aku berbincang pada lelaki yang bernama Marcel itu, tidak ada satupun obrolanku ditanggapi dengan benar, pandangan matanya hanya tertuju pada Nyonya Cindra. Dari matanya aku tahu kalau lelaki itu masih sangat mencintai Nyonya Cindra.
Jangankan dia yang laki-laki normal, aku saja menyukai Nyonya Cindra. Well, aku tidak berharap sedikitpun perjodohan aneh ini. Jadi aku anggap perkenalan ini sebagai remahan biskuit yang menempel di tangan. Tidak penting!
Aku melakukan aktifitas seperti biasa, meskipun Nyonya Cindra dan ibu mertuanya selalu menangih janjiku untuk makan malam di rumahnya. Karena suatu keadaan, akhirnya aku menuruti kemauan Nyonya Amanda untuk datang ke acara makan malam di rumahnya.
Saat itu aku sedang membutuhkan sponsor untuk keberangkatanku ke Venezia. Bu Amanda bersedia menjadi sponsor keberangkatan ke Venezia dengan syarat harus mau diajak makan malam dengan Tuan Marcel.
Namun sesuai prediksi ku, justru Marcel yang menghindariku. Dia tidak datang saat makan malam, hingga Bu Amanda memintaku bermalam di rumahnya, sontak saja aku gelisah karena kedua anakku dirumah belum makan sejak siang. Uangku hanya cukup untuk membayar hutang dan membeli sarapan.
Dengan perasaan gelisah dan kesal aku menunggu lelaki itu pulang, hingga aku bisa menghindari permintaan Bu Amanda untuk bermalam di rumahnya.
Puji syukur, lelaki itu pulang. Dengan wajah letihnya dia mengabaikanku dan Bu Amanda yang sedang duduk di meja makan, aku bergegas pamit, tapi Bu Amanda juga bersikeras memintanya untuk mengantarkan ku.
Mati aku!! Bagaimana jika dia tahu kalau aku bukan orang kaya dari kalangan mereka, bahkan rumahku di pemukiman kumuh tempat berkumpulnya para gembel yang tidak memiliki rumah dan bekerja hanya sebagai pemulung sampah plastik untuk dijual kembali.
Di dalam mobil hatiku gelisah, karena dia terus saja menanyakan alamat rumahku hingga dia kesal membentakku dan mengancam untuk menurunkan ku di jalan. Itu yang terbaik, lebih baik aku turun di halte untuk mencari ojek.
Dia terlihat kesal, dia meninggalkanku dengan mobilnya yang dipacu dengan kecepatan tinggi. Huh! Aku menarik napas dengan lega.
Sesampainya aku di rumah, anak-anakku sudah menahan lapar. Saat aku panggil untuk makan mereka bilang perutnya sudah kembung dengan air, karena banyak minum untuk menghilangkan rasa lapar. Aku terenyuh.
Untungnya Bu Amanda membawakan aku makanan enak yang tidak tersentuh Marcel, bahkan dia membawakan ku buah-buahan yang sangat banyak. Nikmat sekali kehidupan orang kaya raya.
Hari ini sanggar mengabari ku agar tidak perlu datang untuk tugas kebersihan, karena sanggar sedang direnovasi. Kegiatan ngajar mengajar dilakukan di rumah masing-masing siswa. Aku yang tidak memiliki penghasilan lain selain jadi petugas kebersihan di sanggar tentu saja harus membanting tulang mencari penghasilan lain. Aku dan kedua anakku rajin mengumpulkan botol bekas untuk dijual kembali dan hasilnya bisa dipakai untuk makan sehari-hari.
Adik angkat ku Rudy, yang biasa aku panggil Boa seringkali membantuku membelikan makanan dan jajan untuk anak-anak. Rudy hanya bekerja di barber shop, gajinya juga kecil. Dia sering menerima panggilan pijat untuk pria-pria yang hobi nge-gym. Banyak orang membicarakan Rudy yang tidak-tidak. Tapi aku tetap percaya dan sayang padanya. Aku tumbuh bersama di panti asuhan bersama sejak Rudi masih bayi, apapun yang dia lakukan, aku akan mendukungnya.
Suatu hari Marcel kembali menghubungiku setelah sekian lama lost contact, dia membutuhkanku untuk bersandiwara di depan putranya Ken. Seakan-akan aku bersedia menjadi ibu sambungnya. Dia membayarku cukup fantastis, 10 juta per hari hanya untuk menemaninya ke Magelang menemui Ken.
Aku sangat gelisah saat dia mengajakku ke sebuah hotel, apa karena dia membayar ku 10 juta jadi dia juga meminta untuk dilayani? Pikiranku sudah traveling kemana-mana, bahkan aku mengingat-ingat pelajaran yang Mamy Hellen berikan, bagiamana menghangatkan ranjang para lelaki hidung belang. Bagaimana cara menjepit dan mengikat sukmanya hingga mereka ketagihan.
"Ini kunci kamarmu, Nona!" katanya menyodorkan sebuah access card. Aku masih sibuk dengan pikiranku dan cuplikan pelajaran yang diberikan mami Hellen dulu, walaupun belum pernah aku coba pada lelaki mana pun, aku masih suci.
"Hey!! apa yang kamu pikirkan, kenapa melamun. Jangan harap aku akan menyentuhmu malam ini, nona!" Suara baritonnya membuyarkan cuplikan pelajaran di kepalaku.
Aku tidak tersinggung dengan ucapannya, malah aku malu karena aku sudah berpikiran kotor malam ini. Di dalam kamar aku hanya menertawakan diri sendiri, hingga aku tersadar belum menghubungi anak-anak di rumah.
Jam 3 pagi dia sudah mengetuk pintu kamarku, lagi-lagi aku berpikiran mesum, apa dia menagih 'Bonus' malam ini,10 juta hanya menemani jalan rasanya terlalu mahal tanpa mereka minta bonus, pikirku. Aku membuka pintu kamar pelan-pelan. Menyembulkan kepalaku sedikit.
"Besok pakai baju ini, jangan pakai kaos oblong seperti tadi. Jam 04.30 kita harus sudah sampai di gerbang Akademi Militer. Jangan sampai telat" Katanya sambil menyodorkan tiga buah paperbag. Dia berlalu pergi.
Aku segera mengunci pintu dan membuka paperbag, isinya baju, sepatu dan tas bermerk mahal. Aku tertegun, kenapa dia memperhatikan sedetail itu.
Aku memang tidak memiliki pakaian yang bagus dan pantas untuk ke acara resmi, sepatuku saja sepatu butut yang aku temukan di tempat pembuangan sampah, tas ranselku memang bermerk karena pemberian Hania saat dia minta diantar berbelanja.
Jam 04.15 aku sudah siap dan menunggunya mengetuk pintu, saat aku keluar dari kamar, aku lihat matanya tak lepas dari wajahku. Apa dandanku terlihat norak? Aku salah tingkah.
Hingga saat kami duduk bersisian di dalam mobil sport sewaan, dia bergumam "Kamu cantik" Tiba-tiba pipiku memanas seperti aliran darahku berkumpul di sana.
Setelah menunggu lama di luar gerbang, akhirnya kami dipersilahkan masuk untuk menemui Ken. Aku menemui lelaki muda tampan itu, mereka memang bibit unggul semua.
Mereka berbisik berdua, sepertinya membicarakan ku. Aku hanya melemparkan senyuman manis. Ken memelukku dan membisikan "Lelaki tua itu menyukaimu Miss, ayolah kalian menikah dan beri aku adik yang lucu" Pipiku kembali bersemu merah.
Marcel menggenggam jemariku di depan anaknya, ya jelaslah aku dibayar untuk bersandiwara kenapa juga aku ke-Ge-er-an, Ya ampuunn miraaa!
Hingga Ken menghilang dari pandangan mata kami, tangannya terus menggenggam tanganku.
"Ken sudah pergi, tuan. Sudah bisa dilepas tanganku" aku mengingatkannya, mana tau dia lupa tangannya ada di mana.
Dia terlihat salah tingkah saat aku mengingatkannya.
Kami kembali ke Jakarta dengan kereta Executive, sepanjang perjalanan kali ini dia banyak diam dan hanya menatapku dengan begitu dalam, yang kurasa tatapan itu.. Tatapan Mesra!
"Tuhan, aku tak meminta banyak. Karena ibadahku juga tidak sebaik ummi Khodijah, tapi lelaki dengan tatapan seperti ini, bolehlah aku pesan satu untuk menemani hidupku hingga masa tua nanti" lirih batinku.
...💃🩰💃...
Hai Readers.. Mohon dukungan like, komen, subscribenya untuk karya terbaru ku, terimakasih 🩷
Setelah acara pelepasan Ken di Magelang, Marcel dan Mira sering melakukan pertemuan. Lebih tepatnya Marcel memanfaatkan Mira untuk menjadi pasangan bayaran saat menghadiri undangan jamuan makan malam.
Gestur tubuh dan pembawaan Mira yang elegan dan mengerti cara bersikap di tengah kalangan atas, membuat Marcel tidak perlu was-was dan mengajarinya tentang attitude.
Kekurangannya adalah telapak tangan Mira yang sangat kasar karena terbiasa dengan pekerjaan kasar dan memulung sampah plastik. Marcel mensiasatinya membawa Mira ke salon Pedi meni dan membelikan baju-baju pesta.
Setiap pertemuan Mira akan mendapatkan upah sesuai kesepakatan. Selama pembangunan sanggar masih belum selesai, kegiatan ini sangat membantu Mira dalam penghasilan.
"Mira, besok aku jemput di halte biasa" Suara Marcel di ujung telepon.
Marcel masih berpura-pura tidak tahu kondisi Mira yang sebenarnya, terakhir Mira mengatakan rumahnya di dalam gang yang susah dimasuki kendaraan. Marcel tidak lagi mempermasalahkan yang penting saat dia butuh pendamping ada Mira yang bisa dia bayar.
"Kali ini acara apa, Tuan?" tanya Mira saat masuk ke dalam mobil Marcel.
Lelaki itu sudah memakai setelan jas mewah dari perancang terkenal.
"Ada undangan dari Mr. Zay atas kebangkitannya dari kematian" Jawab Marcel dengan wajah dingin dan datar sambil memeras setirnya
"Aku ikut bahagia mendengarnya, mereka memang pasangan yang Tuhan ciptakan dengan segala anugerah" Jawaban Mira membuat mobil Marcel berhenti mendadak
"Aku tidak suka dengan ucapanmu! Kenapa lelaki itu harus hidup kembali, memuakkan!" Marcel memukul setir mobilnya, hal itu membuat Mira tercengang dan ketakutan ditambah ada kilat amarah di mata Marcel.
Mira terdiam tak berani berkata-kata. Hingga mobil Marcel memasuki halaman hotel berbintang.
"Lakukan lebih mesra dari sebelumnya, jangan sampai anak-anakku curiga, kamu hanya pasangan bayaran, mengerti?" Nada bicara Marcel malam ini penuh penekanan dan emosi tidak seperti biasanya lelaki itu selalu lembut.
Kondisi ini membuat Mira badmood, tapi dia harus profesional karena bayaran malam ini cukup lumayan, 15 juta satu malam. Hanya menjadi pasangan palsu.
Mira melakukan senam wajah agar senyumnya tidak terlihat kaku. Dengan pakaiannya yang sedikit terbuka di bagian dada, Mira terlihat anggun.
"Miss Mira" teriak Hania melebarkan lengannya untuk memeluk guru balletnya.
"Nia sayang, wanita anggun tidak menyapa dengan berteriak sayang. Ayo ikuti Miss bagaimana gestur tubuhnya saat menyapa" Mira mengajari Hania dengan gaya yang elegan.
"Lihatlah mas, anak kita sangat menyayangi miss Mira" bisik Cindra di samping suaminya
"Oh itu namanya Miss Mira, calon Marcel" tanya Hafiz
Tapi bukan Mira yang diperhatikan Hafiz, namun arah tatapan Marcel pada istri tercintanya.
"Lelaki itu masih saja menatap istriku dengan mata lapar" Geram Hafiz. Dia langsung menyembunyikan tubuh mungil istrinya di balik punggungnya yang lebar.
"Sayang, diam di balik punggungku, jangan pernah bergeser sedikitpun dari balik punggungku" Titah Hafiz pada istrinya
Wajah Cindra kaku, dia tahu apa maksud suaminya dan dia hanya menuruti kemauan suaminya. Setelah kepulangannya dari satgas Hafiz sangat Posesif pada siapapun, apalagi terhadap Marcel.
"Selamat atas kepulangan anda, Mr. Zay" Marcel mengulurkan tangannya dan disambut oleh Hafiz dengan penuh waspada.
"Malam tuan Marcel"Jawab Hafiz datar
"Ah ya! Perkenalkan ini calon istriku, calon ibu untuk Ken dan Kalila" Marcel menatap Mira memberi tanda agar wanita itu bersikap mesra
"Semoga bukan hanya pasangan bayaran"Jawab Hafiz sinis
"Untuk apa, anak-anak sangat menyukai Namira. Dia tipe ideal Ken, apa anda tahu?" Marcel masih saja bersandiwara di depan Hafiz yang memiliki insting kuat dan seorang empath
"Arahkan tatapan mata anda ke arah lain tuan Marcel, jangan pernah berani melirik istriku" Suara Hafiz penuh penekanan
"Wow! Mr. Zay, anda terlalu overthinking padaku" Marcel menampilkan wajah meremehkan
"Aku terlatih mendeteksi pergerakan musuh, terlebih setelah kebangkitanku dari kematian, keahlianku semakin bertambah. Aku sangat berhati-hati dengan mata liar anda, hati anda belum sebenarnya move-on dari istriku, betul begitu?" Hafiz terus memperhatikan arah tatapan Marcel
"Aku tersinggung anda bersikap seperti ini, Tuan" Marcel mengusap belakang lehernya. Dia merasakan udara dingin di sekujur tubuhnya dengan sikap Hafiz.
Cindra yang sedang berbincang dengan Mira tidak mengetahui suaminya sedang terbakar cemburu dan sedang mengintimidasi lawannya dengan kata-kata dan tatapan tajam, seperti seorang sniper yang siap membidik kepala musuh.
Marcel mengalihkan rasa gugupnya dengan mengambil minuman dari waiters yang sedang berlalu. Dia ketahuan!
"Aku akan pastikan, kali ini Mira akan menjadi ibu dari anak-anakku" jawab Marcel sambil menelan menelan minumannya dengan susah payah
Jamuan makan malam menjadi sangat membosankan bagi Marcel, karena Cindra dan anak-anaknya tidak pernah lepas dari Hafiz dan selalu dalam penjagaan lelaki itu.
Marcel mendekati Mira, menarik lengan wanita itu dengan lembut.
"Mari kita pulang, jamuan ini sangat memuakkan!" Kata-kata Marcel penuh kebencian
"Baik, Tuan. Aku pamit dulu pada mereka" Jawab Mira
Belum sempat mereka pamitan, MC mengumumkan agar tamu undangan merapat ke lantai dansa. Kalila dan Hania memberi aplaus pada papa mamanya yang sudah memulai dansa Waltz tempo lambat.
Marcel terbakar cemburu, dia menarik Mira untuk berdansa.
"Viennese waltz, Mira" Marcel merentangkan tangannya menyambut tangan Mira.
Mereka menari dengan gaya Viennese Waltz yang lebih intimate dan tempo yang lebih cepat. Mira yang menguasai tarian waltz dan ballet tidak kesulitan mengimbangi gerakan Marcel yang lincah. Malam ini Mira baru tahu keahlian Marcel di lantai dansa. Tanpa mereka sadari sejak memulai tarian, mereka melakukan eye contact yang begitu dalam dan hangat.
Sesekali Mira tersenyum karena gerakan gemulainya direspon Marcel dengan lebih intim dan terkesan erotis. Sebuah pertunjukan yang memanjakan mata para tamu undangan karena tarian mereka begitu profesional dan indah.
Hania dan Kalila hanya melongo melihat tarian Marcel dan Mira.
"Ka, aku ingin belajar tarian itu pada Miss Mira" Cicit Hania
"Aku juga kagum, dek" Matanya tidak lepas dari pasangan itu.
Hingga musik terhenti mereka masih menari dengan sangat indah. Sampai tepuk tangan tamu undangan menghentikan mereka.
Mira mengatur napas yang terengah dengan susah payah.
"Anda penari yang sangat profesional, Tuan" bisik Mira pada Marcel sambil mengatur napasnya
"Lelaki itu tidak ada apa-apanya dibanding aku" Jawab Marcel sambil melirik sinis Hafiz, Mira tersenyum palsu, dalam hatinya dia menggerutu, "Jadi masih tentang cinta segitiga itu, hmm" Gumamnya.
"Terima kasih atas pertunjukan kalian, kami merasa tersanjung dengan penampilan kalian. Tidak diragukan lagi anda sangat profesional Tuan Marcel" Hafiz menyalami Marcel
"Anda bisa lihat sendiri bagaimana gestur tubuh kami saling menginginkan keintiman dan kehangatan? karena Mira adalah kekasihku bukan wanita bayaran seperti yang anda tuduhkan" Marcel memasang senyuman palsu
"Yaa aku akui itu, Selamat atas hubungan kalian. Kami tunggu undangannya Tuan Marcel" Hafiz menepuk bahu Marcel
"Kalau begitu kami pamit, Mr. Zay"Marcel menatap hafiz dengan lekat, dia tidak lagi menatap Cindra
"Terima kasih atas kehadiran anda" Marcel dan Hafiz berpelukan sebelum berpisah
Begitu juga Mira dan Cindra mereka saling memuji dan memeluk dengan penuh kasih.
"Nyonya terima kasih telah mengundang kami, pesta ini sangat mewah dan elegan" Pamit Mira
"Kalian pasangan yang serasi, Miss" Puji Cindra
Marcel dan Mira keluar dari Hotel menuju lobi, dimana layanan pallet sudah menyiapkan kendaraan Marcel di depan lobi, kali ini Marcel membukakan pintu mobil untuk Mira. Mira merasa tersanjung, baru kali ini Marcel memperlakukannya seperti ini.
Sepanjang perjalanan pulang, Mira hanya terdiam. Dia takut menyinggung perasaan Marcel lagi. Dari sudut matanya dia bisa lihat Marcel curi-curi pandang padanya.
"Kenapa diam, bicaralah apa saja agar aku tau sedikit tentangmu" Mira langsung menoleh.
"B-bicara? Aku tidak punya bahasan menarik" jawab Mira
"Kenapa sikap kamu begitu terlatih, seperti apa orangtuamu mendidikmu? Terutama tarian tadi, apa kamu sering menghadiri jamuan dengan tarian seperti itu?" tanya Marcel
"Emm..iya dulu" jawab Mira singkat
"hanya itu jawabannya, tidak adakah yang menarik untuk diceritakan" Mira hanya menggelengkan kepalanya
Marcel ingin tahu lebih banyak tentang Mira. Tapi wanita itu menutup rapat-rapat mulutnya.
Mobil Marcel telah sampai di halte biasa dia menjemput dan mengantar Mira. Mira dengan tergesa turun dari mobil karena hari sudah sangat malam. Dia takut tas yang dia sembunyikan di musholah tempatnya berganti pakaian ditemukan orang lain dan dia tidak mungkin pulang dengan baju terbuka seperti ini.
Dia bergegas menuju sebuah musholah biasa dia berganti pakaian.
Benar dugaannya, tas ranselnya sudah raib dari tempat dimana disembunyikan pakaian gantinya. Mira terus mencari tas ranselnya hingga suara-suara orang bergerombol datang menghampirinya
"Nah ketangkap Lo!! Nih dia perempuannya. Tiap kali mau jualan ganti bajunya di sini. Heh! Pelacur bikin kotor musholah aja Lo. Kalau Lo mau nakal jangan ganti baju disini!"
Orang-orang makin banyak berdatangan, Mira dituduh melacur.
Suara orang-orang saling bersautan untuk melakukan persekusi pada Mitha. Wanita itu terpojok karena tidak ada satupun yang mau mendengarkan alasannya. Warga semakin meradang karena Mira terus menyangkalnya.
Marcel yang menyadari kalau tas Mira tertinggal di jok mobil, segera memutar mobilnya kembali ke halte dimana Mira diturunkan. Betapa terkejutnya dia saat melihat Mira sudah di gelandang oleh warga sekitar dengan berbagai orasi. Mira sudah mengalami kekerasan berupa tamparan dan jambakan dari ibu-ibu yang ikut menggelandangnya.
"Berhenti!! Apa yang kalian lakukan" dengan lantang Marcel berteriak pada warga yang sudah meradang.
Marcel menarik tubuh Mira mendekat di sisinya, warga bukan berhenti tapi malah mengira Marcel adalah lelaki hidung belang yang memakai 'jasa' Mira.
"Ini dia nih si hidung belang yang sering anter jemput cewe pelacur ini" Seseorang memprovokasi
Marcel terkena hantaman bogem mentah dari seorang warga, Marcel membela diri.
"Bukan seperti itu! Kami pasangan kekasih!" jawab Marcel spontan menghindari amuk warga
"Ohh jadi Lo pada mau ngotorin kampung sini! Bangke!" Maki seorang warga yang sejak tadi sangat dominan
"Sudah, sudah kawinin aja nih orang berdua biar gak ngotorin kampung" teriak salah satu orang diujung sana
"Lo mau digebukin warga apa dikawinin" Ancam seorang lelaki paruh baya yang memiliki tato di seluruh wajahnya.
Beberapa orang ibu masih saja memukul dan menjambak Mira, Marcel tidak tega melihat kondisi Mira yang sangat mengenaskan. Bajunya hampir melorot di tarik-tarik lelaki yang memanfaatkan keadaan ingin menelanjanginya.
"Saya akan nikahi dia" Jawab Marcel lantang. Mira hanya bisa menangis dan terus di gelandang ke arah musholah lagi, begitu juga Marcel.
Urusan lain bisa diatur belakangan pikir Marcel yang penting selamat dulu dari amuk masa.
...💃🩰💃🩰...
Mohon dukungan Like, komen, subscribe untuk karya baruku ini ya, Happy Reading 🩷
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!