NovelToon NovelToon

Hutan Gamelan

PROLOG

Arhan terbangun dimalam kelam oleh suara lolongan anjing hutan yang saling mengaung satu sama lain. Seperti biasa tengah malam merasa haus, sudah terbiasa Arhan mengambil minum didapur sendirian. Tidak ada rasa takut, karena di Desa sudah terbiasa sepi dan sunyi.

Arhan melangkah keluar kamar menuju dapur yang gelap, ia menghidupkan lampu dan menuju ke ruang dapur paling belakang, temboknya masih belum semen, masih pakai bambu yang tidak rapat alias berongga, jadi keadaan diluar masih terlihat jelas. Arhan lekas mengambil gelas, menuangkan air dari teko plastik. Suaranya begitu menyegarkan, tak sabar ia segera meminumnya. Namun saat masuk ke tenggorokannya, suara lolongan anjing tiba-tiba terdengar kembali saling saut menyahut, seolah memberitahu bahwa menemukan sesuatu.

Tersedak, Arhan terbatuk-batuk, matanya tak sengaja melihat disela tembok bambu yang tidak rapat, jelas sekali sesosok perempuan serba hitam tak terlihat wujud mukanya itu membuatnya kaget. Karena penasaran ia mendekati didekat pintu, menatap kesela   lubang pintu, kaget wanita itu bukan manusia, tidak nampak ditanah, tidak ada bayangan.

Arhan lekas mundur, namun wanita itu mendekatinya dengan berlari cepat. Dia berkata "Melok Aku Le/ikut aku Nak."

Pintu itu jebol, seketika Arhan teriak dan minta tolong.

Semua orang rumah terbangun, semua berlari menuju ke arah dapur untuk memastikan keadaan Arhan.

Arhan begitu Trauma dan ketakutan. Ia menangis tersenggal-senggal. Kejadian malam ini begitu menakutkan baginya.

Siapa Wanita berkebaya hitam itu. Kaka Arhan bernama Hasan menatap ke arah luar persis diposisi wanita itu berdiri. Ada tatapan seolah berkata dengan kode mata.

Sebenarnya apa yang terjadi?

-

Cerita Author

* Cerita ini kisah nyata yang dialami oleh Author sendiri, beberapa malam dikampung mendengar langsung saat tengah malam ditengah hutan belantara ada suara gamelan, ditambah lolongan anjing hutan yang keras saling bersahutan. Kata orang tua itu malam pesta para lelembut, jangan mendekati nanti kena sial.

Suara Gamelan itu dalam sebulan bisa tiga kali terdengar. Author pernah tanya temen yang rumahnya dikampung sebelah, katanya tidak dengar suara gamelan atau nggak ada yang bikin. Acara sinden gamelan. Author kaget dong denger konfirmasi temen, saat itu juga kalo ada malam Author denger Suara Gamelan selalu SMS temen Mimin, jawabannya tetap sama tidak mendengar apapun saat tengah malam ini.

Author saat itu masih SMK, jadi Author ceritain pengalaman Horor ini ke temen kelas yang suka cerita horor, katanya serem deh kalo dengar suara gaib itu. Temen Author itu yang ngasih ide buat dijadiin novel aja biar jadi pembelajaran baik soal hal-hal mistik yang nggak boleh diikut campur. Disitulah Otak Author mulai merangkai kata-kata dan ditulis cuma modal Handphone.

Dengan pengalaman Author sendiri, akhirnya bisa jadi ide dan cerita dikembangin dengan tokoh fiksi. Author merasa nyaman dan banyak ide saat menulis ini. Nggak Sampai sebulan akhirnya Cerita ini selesai juga, semoga kalian suka dengan cerita horor SUARA GAMELAN ini ya.

Inget Guys kita harus percaya dunia gaib itu ada, tapi kita tetep harus berprinsip teguh sama Allah untuk tidak melakukan pesugihan, penglarisan yang bisa merugikan diri sendiri dan keluarga kita. Hiduplah sewajarnya tetap dijalan Allah. Semoga kalian sehat selalu ya.

Jangan lupa difollow, Like, Share, Komen.

Tanda-tanda

Sumatera 2005_

Kisah ini tidak terjadi di pulau Jawa, kisah ini terjadi di Sumatera, Provinsi L, Desa I. Kejadian ini kisah nyata yang pernah dialami oleh Arhan (nama samaran).

Karena rata-rata provinsi ini dihuni 60 persen oleh orang Jawa. Makanya mengenai hal-hal dan budaya masih melekat dengan orang Jawa.

Dimulai dari sebuah keluarga, orang tua yang masih lengkap, ada anak empat bersaudara, Arhan Anak nomor dua. Ini hari Minggu semua waktunya berkumpul, namun saat para Ibu-ibu berkumpul duduk di bawah pohon mangga, Arhan berada disamping Ibunya. Salah satu tetangga ada yang mulai bergosip mengenai kejadian tiga hari yang lalu.

"Mbak, denger nggak tiga hari yang lalu dusun sebelah ada kejadian anaknya kena tulah karena kencing sembarang ditengah hutan sana, pulang-pulang ketempelan." Suaranya begitu menyakinkan Ibu-ibu lainnya.

"Oh ia Mbak saya juga dengar kemarin. Kasian tau Mbak kayak orang Ling lung."

Sahut Ibu Arhan "Sudah, kita doakan semoga cepet lekas sembuh."

Namun di timpal sama Ibu Giono. "Tapi Mbak, dulu pernah kejadian di kampung emak saya, orangnya jadi gila seumur hidup. Kesana kesini berobat ke orang pintar, Pak Ustad belum juga sembuh. Sekarang sudah meninggal." Celoteh Ibu-Ibu tukang Nyinyir.

"Ia Buk, ngeri juga ya. Semoga anak-anak kita aman dan  terhindar dari hal-hal seperti itu." Ungkap Ibu Arhan.

Ibu Arhan dan Ibu Lainnya sedang asyik mengobrol. Arhan mulai bosan, ia menuju ke arah Kakak pertama namanya Hasan yang bersiap menuju ke Sawah.

"Bang Ikut." Ucap Arhan, seperti Biasa memegang erat sepeda Kakaknya. Mukanya memelas.

"Nggak usah ikut, Abang cuma sebentar cari rumput disawah. Dirumah aja." Larang Hasan, karena tempat cari rumputnya lumayan jauh.

"Ikut pokoknya." Saut dengan nada meninggi, menahan tanggis. Memang cenggeng dan maksa

"Ya sudah. Naik dibelakang." Mau tidak mau Hasan membawa Bocah ini.

"Buk, Arhan ikut Hasan cari rumput." Izin Hasan pada Ibunya.

"Io Le, hati-hati." Jawab Ibunya.

-

Ditengah perjalanan, Hasan mengontel sepeda dengan cepatnya, melewati jalanan sejuk bawah pohon, melewati jembatan sungai yang pendek, sudah mulai dekat dengan sawah milik penduduk desa setempat.

Sawah itu dekat sampingan dengan kuburan desa, sudah terbiasa mencari rumput ditempat ini karena rumputnya hijau dan segar.

Dibawah terik matahari, Hasan menyuruh Arhan untuk duduk dibawah pohon kelapa untuk berteduh. Arhan duduk menunggu kakaknya yang mulai menjauhinya.

Arhan merasa semua biasa saja, namun ada sesuatu yang bergerak disamping rumput yang didudukinya. Penasaran biasanya yang gerak-gerak ini kodok Bagong. Arhan penasaran, di bukannya rumput rindang itu, sontak kaget ada ular belang hitam sedang melingkar, seketika Arhan ketakutan dan berlari menuju ke arah Kakaknya, kakinya pontang-panting melewati jalanan sawah yang sempit, teriak memanggil-manggil Hasan.

Saat Arhan sudah didekat Hasan. "Kenapa kayak orang kesetanan." Tanya Hasan yang juga kaget.

"Itu ada ular, aku jijik bang." Ucap sambil terengah-engah nafasnya.

"Cuma ular saja takut. Warnanya apa ularnya." Tanya Hasan.

"Hitam Bang." Jawab Arhan.

Seketika Hasan berubah wajah. Seperti berusaha memikirkan sesuatu arti ular hitam.

"Bunuh saja ular itu Bang." Arhan memberi saran.

"Jangan. Ditempat seperti ini nggak boleh bunuh hewan sembarangan. Pamali. Udah kamu disini saja, tunggu Abang sampe selesai Menuhin karung sama rumput." Hasan kembali sibuk mencari rumput untuk pakan ternak.

Sementara Arhan masih bag Dig dug. Masih ketakutan dan melihat disekitar area sawah dan samping kuburan. Matanya masih nakal melihat sana sini dan sugesti pikirannya mengarah ke hal-hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan.

Arhan menatap ke arah sawah lainnya yang sedang digarap tetangganya. Dikuburan ada juru kunci Mbak Siman sedang sibuk bersih-bersih kuburan. Diujung jalan ada gerombolan anjing hutan yang katanya ganas dan suka ngejar-ngejar pemotor yang lewat.

Jalur itu terlihat lalu lalang Pagi menjelang siang ini. Itu jalan arah ke dua desa yaitu desa Barat dan Desa Timur. Arhan berada didesa timur.

Beberapa jam berlalu, akhirnya Hasan selesai memenuhi karung berisi rumput segar. Di tepi sawah dibawah pohon singkong yang rindang, Hasan dan Arhan duduk sambil menikmati sebotol minuman air putih. Disela itu, Hasan mulai memberi wejangan pada Arhan.

"Han, kau jangan main-main kesana!" Hasan menatap ke arah hutan samping pemakaman yang mengarah ke jalan desa Barat.

"Memangnya kenapa Bang, anak-anak suka ngebolang kesana. Aku dan lainnya juga sering ke danau buatan itu." Arhan mulai ngeyel

"Kau jangan ngeyel kalo dikasih tau yang sudah berpengalaman ini.

Sini_

Disana banyak yang nggak baik, kalo kencing sembarangan, berucap yang nggak baik, penghuni disana marah, bisa saja kamu nggak bisa pulang. Makanya sekarang harus hati-hati." Hasan mencoba memberikan penjelasan yang mudah dimengerti.

"Maksudnya Setan, Bang." Jawab Arhan yang mulai paham.

"Nah itu ngerti. Intinya kalo mau main kemanapun permisi dulu, doa dulu biar dijaga sama yang maha kuasa.

Ya udah yok balik." Setelah Hasan selesai kasih wejangan.

Arhan dan Hasan berjalan menuju ke arah sepeda yang diletakkan.

Hasan membawa karung berisi rumput dipundaknya. Sementara Arhan membawa alat potong rumput.

Arhan tiba-tiba terhenti dari langkahnya.  "Bang, aku takut sama ular itu."

"Udah jangan takut, sampe sana aku yang usir ularnya." Hasan tetap berjalan.

Arhan mengikutinya dari belakang.

Sesampainya didekat sepeda, dari jarak lima langkah Arhan berdiri menunggu kakaknya mengusir ular hitam itu.

Namun saat Hasan mengecek sekitar area yang dimaksudkan Arhan tidak ada ular.

"Sudah aku cek, tidak ada ular. Buruan sini pegangin sepeda, mau narok karung rumputnya." Ucap Hasan.

Arhan berjalan mendekati Hasan, memegang sepeda. Ketika sudah naik rumputnya. Hasan duduk untuk siap melaju sepedanya, sementara Hasan duduk depan. Mereka melaju pulang menuju ke rumah.

-

Semilir angin dihari cerah ini membuat kedua Kakak beradik itu menikmati sejuknya perjalanan. Disela perjalanan melewati pohon bambu, tak sengaja mata Arhan melihat dipinggir jalan ada ular hitam melingkar itu lagi.

"Bang, aku barusan lihat ular hitam melingkar itu lagi." Ucap Arhan yang mulai ketakutan.

"Aku nggak lihat. Udah baca doa aja sekarang biar nggak aneh-aneh." Ungkap Hasan yang merasa tidak ada apa-apa.

Arhan hanya diam dan membaca doa sebisanya.

Sampailah dirumah, terlihat dibawah pohon mangga para Ibu-ibu sudah bubar karena waktu menjelang Duhur. Hasan menuju ke belakang rumah menuju kandang sapinya, sementara Arhan masuk kerumah.

Didapur Ibu sedang sibuk masak goreng telor, melihat Arhan yang baru dari sawah lekas menyuruh untuk mandi bersih-bersih diri.

"Buk Laper." Ungkap Arhan yang kelaparan.

"Mandi dulu baru makan ya." Ibu kembali sibuk dengan masakannya.

Arhan dan Hasan mandi bersama.

-

..."Mimpi melihat ular hitam"...

..."Bisa menandakan adanya musibah atau bahaya yang mengancam hidup, seperti kesedihan, stres, atau depresi. Mimpi ini bisa menjadi pengingat untuk lebih waspada."...

Sebuah Tujuan

Senin datang begitu cepat, hari libur yang lalu sudah berlalu. Seisi rumah sibuk dengan aktivitas rutin dihari kerja. Bapak dan Ibu sibuk mengelola kebun, Hasan masuk sekolah SMA kelas 2, Arhan kelas 6 SD, Adik ketiga namanya Mila baru menginjak kelas 2 SD, sementara paling terakhir Tia di titipkan ke Bibi selama Ibu kerja.

Hasan setiap pagi tugasnya mengantar adik-adiknya kesekolahan sekaligus dia juga. Yang terakhir Arhan sudah berada didepan gerbang sekolah. Arhan turun dan Salim tangan dengan Hasan tanda berpamit masuk kelas.

"Jangan nakal dikelas ya. Jangan aneh-aneh." Ucap Hasan pada Adik lakinya itu.

"Ia bang." Senyum Arhan. Lalu berbalik masuk kedalam Halaman sekolah.

Sementara Hasan lanjut melajukan ontelan sepedanya dengan kencang menuju ke sekolahannya yang lumayan jauh.

Arhan berjalan menuju ke kelas 6 B yang sudah ramai gemuruh, memang pemikiran orang sampai saat ini yang paling rajin kelas A dan yang sedikit bar-bar kelas B. Arhan masuk ke kelas dan duduk disamping teman sebangkunya namanya Odi, keduanya saling menyapa.

Lalu Odi bertanya pada Arhan dengan pertanyaan yang sama sekali tidak ia tahu sebelumnya dari sirkelnya. "Han, ikut nggak ngebolang diladang Yono nyari burung."

Arhan kaget, lekas menjawab "Ya kalo kalian berangkat aku ikut juga." Senyum polos Arhan.

"Mantap lah." Odi tertawa.

Dua sejolinya Toni dan Yono menghampiri Arhan dan Odi.

"Habis pulang sekolah ya, jam 1 siang kita ngebolang." Ucap Yono ketua sirkel.

"Lah dadakan." Ucap Arhan kaget.

Odi juga kaget. Emang si Yono kalo ngasih jadwal dadakan. Nggak bisa ditebak.

"Izin dulu sama orang rumah dulu kalian semua." Ungkap Odi.

"Alah, ngomong aja mau main didusun sebelah, dah aman. Jangan ngomong mau ke Hutan." Senyum menyakinkan oleh Toni si wakil kepala Yono.

Mau gimana lagi, harus mau mah kalo sama sahabat ini. Walau perasaan Arhan dan Odi agak ragu.

"Ya udah deh OK." Ungkap Arhan dan Odi.

"Nah gitu dong." Senyum Yono dan Toni.

Perbincangan ke empat sahabat itu sudah menemui titik kesepakatan. Disela waktu bel sekolah berbunyi tiga kali tanda pelajaran akan dimulai.

-

Hasan baru saja sampai sekolah SMA PGRI ternama di kecamatan sebelah. Ia masuk kelas dan duduk dibangku kelas paling pojok belakang, Hasan duduk sebangku dengan Rona, seorang anak dari Ustad ternama didesa ini.

"Selalu tepat waktu ya San. Walau tiap pagi harus nganter adek-adekmu dulu. Salut aku sama kamu. Aku malu sering bangun kesiangan." Puji Rona pada Hasan.

"Ya gimana ya, hehehe. Kalo bangun nggak tepat waktu pasti kena oceh Bapak. Bapak ku galak Ron." Ungkap Hasan.

"Kemaren liburan ngapain dirumah." Tanya Rona.

"Ya bantu-bantu orang rumah. Tapi kemarin nyari rumput sama Adek, anehnya adek ku katanya lihat ular hitam melingkar." Disela jawaban Hasan ada pertanyaan mengenai ular hitam.

Rona kaget, lekas menimpal dengan pertanyaan lagi. "Berapa kali lihat ular itu" Rona menunggu jawaban dari Arhan dengan wajah penasaran

"Dua kali." Jawab Hasan.

"Kalian harus hati-hati, terutama Adikmu, ular hitam bisa jadi pertanda sesuatu hal berbahaya sedang mengintai. Tapi semoga tidak ya." Rona berusaha memberikan sesuatu alasan mengenai maksud arti ular hitam itu.

"Aku juga merasa seperti itu. Aku harus bagaimana sekarang." Tanya Hasan sambil menatap serius Rona.

"Awasi Adikmu ketika mau main, pastiin tanya setiap pergi mau kemana." Itulah solusi yang diberikan Rona.

"Baik, aku akan awasi anak itu. Makasi ya solusinya." Lalu kembali menghadap ke arah depan karena guru sudah datang dan pelajaran akan dimulai.

-

Sementara dilain keadaan, Bapak dan Ibu Arhan sedang sibuk membersihkan sekitar kebun sayuran, disela saat sedang fokus mencabuti rumput Ibu berkata pada Bapak.

"Pak kenapa ya perasaan saya tidak enak belakangan ini." Ungkap Ibu yang hatinya was-was.

"Perasaan Ibu saja itu, banyak banyak doa ya Buk." Bapak tetep pikirannya positif dan berusaha menenangkan Ibunya.

Lalu kembali sibuk dengan mencabuti rumput liar disekitar kebun.

-

Jam bulai berlalu dengan cepat, putarannya kini sudah menuju ke jam satu siang, lonceng pulang dua kali berbunyi tanda semua siswa siswi SD pulang kerumah.

Arhan dan teman-teman jalan pulang bareng karena satu arah rumahnya. Saling mengingatkan satu sama lain untuk lekas ngebolang.

Arhan sesampainya dirumah, melihat Bapak dan Ibu sudah didapur untuk makan bersama. Arhan dan Adik ketiga ikut kumpul makan setelah ganti baju.

Arhan lalu minta izin pada kedua orang tuannya untuk main dirumah Yono. Bapak dan Ibu mengizinkannya dan berjanji jangan maen jauh-jauh ke hutan.

Arhan mengangguk. Dalam hatinya akhirnya bisa pergi.

Ketika akan pergi kerumah Yono, Arhan melihat Kak Hasan baru sampai dirumah dan menghalangi Arhan keluar dari pintu utama rumah.

"Mau kemana?" Tanya Hasan yang mulai curiga.

"Mau main ke rumah Yono." Jawab Arhan dengan lantang dan nggak ragu.

"Yakin." Hasan belum percaya dengan Arhan.

"Ia. Udah bang aku keburu ditungguin temen-temenku." Lekas berjalan cepat Arhan meninggalkan Hasan.

Hasan berusaha berpikiran positif.

-

Hasan masuk kerumah, melihat Bapak dan Ibunya makan, lekas menghampiri mereka.

"San, ganti baju habis itu makan." Ungkap Ibunya.

Lalu Bapaknya nyeletuk "Nak, nanti cari rumput yang banyak ya, kemarin masih kurang buat Sapi."

"Ia Pak." Jawab Hasan.

Hasan lekas ganti baju dan ikut makan bersama.

"Bapak lanjut ke kebon dulu ya. Buk jaga Tia sama Mila dirumah." Lalu Bapak berjalan keluar rumah menuju ke kebun untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Ia Pak, hati-hati." Ucap Ibu.

Setelah itu suasana mulai hening, Hasan Sibuk makan, Ibu menyuapi Tia dan Mila.

Saat sembari makan yang hampir selesai. Hasan berkata soal kejadian kemarin bersama Arhan.

"Buk, kemarin pas cari rumput Arhan katanya lihat ular hitam dua kali. Kata temen Hasan disekolah itu pertanda bahaya. Apa benar Buk." Arhan lanjut mengunyah makanannya.

Ibu kaget, seketika terhenti menyuapi kedua anaknya. Lalu menjawab "Ibu kurang tahu San, tapi tadi perasaan Ibu rasanya nggak enak banget." Ibu lalu menyuapi kembali anaknya.

"Buk, perasaan firasat seorang Ibu itu kuat." Ungkap Hasan.

Perasaan Ibu saat itu mulai was-was kembali.

Hasan yang selesai makan lekas mengambil piring sisa makan untuk dikumpulkan dan dicuci.

-

Disaat Hasan sedang sibuk mencuci piring, Ibunya menghampirinya dan berkata.

"San, coba kamu sekarang berangkat cari rumput tempat kamu kemarin. Siapa tahu ketemu adikmu, Ibu takut Adikmu terpengaruh sama temen-temennya yang suka ngebolang melalak kemana-mana."

"Ia Buk, habis selesai Cuci piring ini ya." Ucap Hasan.

-

...Firasat adalah perasaan atau kata hati yang muncul sebelum sesuatu terjadi. Firasat dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan apa yang akan terjadi di masa depan. ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!