NovelToon NovelToon

Penjahat As A Sister

BAB 1

“Oh sialnya!” Sebagai penakut kegelapan Victoria berjalan sambil memegang dinding. “Astaga dimana aku ini?”

Meski sambil bertanya-tanya, Victoria bisa merasakan ada yang aneh dengan jalannya.

“Ini aneh, … kenapa aku merasa ringan? Apa ini jalan ke neraka?”

Untuk sesaat Victoria merasa sudah dia gila, namun dengan sadar menggeleng kepalanya memilih tetap pergi ke arah cahaya di luar ruangan itu. Tapi baru beberapa langkah, kesialan telah menimpa manakala dia tidak dengan menyentuh sebuah kontak listrik. “AKHHHHH!”

BUGH. ~~~~

“Kakak kau sudah sadar? Ini aku, Estella.”

Dalam batas sadar dan mimpi Victoria, dia seolah di bawah kembali pada sebuah memori yang membuatnya tidak nyaman setahun yang lalu. Yang alih-alih sekedar memori itu lebih layak disebut insiden, apalagi saat ini memori itu terasa nyata terulang dibenaknya.

Kala itu dia bangun pagi seperti biasa untuk menjemurkan timbunan lemaknya, ketika mendapatkan sebuah buku di depan pintu. Sebuah buku yang nampak tidak biasa bagi Victoria, apalagi pada era itu. Buku dengan sampul mencolok cerah cemerlang, sangat berbeda dengan sampul buku pada sekitar tahun 1920 saat itu.

Victoria sempat mempertanyakan namun tidak berpikir banyak. Dia hanya menidurkan diri sambil membaca buku itu, yang ternyata merupakan sebuah karya sastra cinta dengan judul menggelikan.

Sebuah kisah klasik, dimana pemeran utama pria yang kaya dan hebat jatuh cinta pada wanita miskin. Wanita miskin yang baik hati, jenis kecantikan bulan yang tidak hanya menarik perhatian pemeran utama pria, tapi juga banyak pria lain, termasuk kakak pemeran utama pria itu sendiri.

Konflik cerita antara balas dendam dan cinta ini, menguras banyak pengorbanan dan emosi bahkan meninggalkan korban. Termasuk salah satunya, adalah Victoria Hain. Seorang karakter, yang merupakan istri dari Kakak pemeran utama pria. Wanita yang memaksakan pernikahan tanpa cinta, dan berakhir menjadi obesitas dan depresi sebelum memilih mengakhiri hidupnya.

Sebagai seseorang dengan nama yang sama, Victoria Feraise merasa jijik dengan Victoria Hain dalam cerita ini, hingga tidak tahan mengumpat.

“Jenis idiot apa ini? Dia mengotori nama Victoria saja.”

“Ada apa Madam?” tanya seorang pelayan di sampingnya sebagai respon.

Membanting bukunya di kursi, Victoria mendengus. “Tidak ada! Aku hanya tidak percaya membaca cerita cacat tidak berguna ini, ck….” Kesal Victoria, sebelum mencoba mendudukkan dirinya. “Cepat bantu aku berdiri!”

Segera setelah mengatakan itu, Sang Pelayan dengan sigap melakukan instruksi Victoria dan menopangnya berdiri. Kalau ada kesamaan antara dia dan Victoria dalam cerita, maka itu hanyalah obesitas. Dia juga adalah wanita dengan berat lebih dari seratus kilogram.

Tapi selebihnya adalah perbedaan dengan jurang yang dalam. Jika Victoria yang di buku adalah seseorang yang frustasi karena cinta, maka Victoria Feraise adalah seorang penjahat dengan panggilan Madam. Berat tubuh yang luar biasa, rambut oranye dan bibir yang selalu bergincu, membuat penampilannya sedikit menakutkan, dan akan semakin menakutkan mendapati pekerjaannya.

Sebagai penjual senjata dan pengelola tempat hiburan malam yang kaya raya pada tahun itu, Victoria Feraise adalah wanita jahat bawah tanah. Tapi kini, dengan insiden setelah jatuh terpeleset dari tangga, bukannya mati dia malah terbangun di dalam tubuh Victoria Hain.

Wanita dalam cerita yang tidak berguna, seorang pengemis cinta. Meski sempat menghina cerita itu sebagai cerita dalam dunia buku yang tidak berguna, Victoria sadar bahwa itu bukanlah sebuah dunia cerita, namun sebuah kehidupan di tahun yang akan datang. Takdir hidup orang-orang masa depan, yang entah bagaimana bisa ada dalam satu buku.

“Kakak, kau sudah sadar? Ini aku.”

Victoria membuka matanya dengan setengah pengetahuan. “Jadi aku bepergian ke masa depan?”

“Kak kau bicara apa sih? bicara yang benar, jangan buat aku khawatir. Kakak ….”

Melihat rengekan dari remaja di depannya, Victoria kembali menyadari bahwa dia juga bisa langsung mengenali sosok di depannya. Sang adik pemilik tubuh, yang merupakan antagonis dalam buku masa depan itu. Antagonis yang mencoba menjadi penghalang bagi kisah cinta pemeran utama.

“Apa itu artinya aku memiliki ingatan pemilik tubuh?” Victoria serius mempertanyakan semua kebenaran ini, sampai mengabaikan remaja di depannya.

“Kakak, kau bicara apa lagi? Apa kau tersetrum sebegitu parahnya? Kalau memang begitu, ayo kita pergi ke Dokter sekarang. Aku akan meminjam uang dari Remi saja.”

Melihat remaja itu hendak pergi, Victoria Feraise dengan alami mengambil alih tubuh barunya, Victoria Hain. “Estella, aku baik-baik saja.”

Langkah Estella terhenti seketika. Entah kenapa buku kuduknya berdiri, hanya dengan mendengar nada berat sang Kakak. Sesuatu yang tidak pernah dia dengar sebelumnya. Akhirnya Estella pun tidak jadi pergi, dia hanya berbalik secara perlahan ketika mendapati Kakaknya sudah tidak lagi di tempat tidur, melainkan di depan cermin.

Melihat sang Kakak sedang diam di depan kaca, Estella menduga wanita itu sedang melihat pertambahan berat badannya, hingga tidak tahan untuk memberikan perhatian dalam peringat.

“Tubuh Kakak semakin berisi saja, ada baiknya Kakak segera diet. Aku dengar dari Remi kalau Kak Raphael tidak terlalu suka wanita gemuk.”

Mendengar ini alis Victoria langsung menukik tajam. Dia diam karena baru saja mengagumi tubuh barunya, tidak menyangka akan dirusak kebahagiaannya dengan disuruh berdiet. Sejujurnya wajah Victoria Hain dengan wajahnya sama persis, hanya saja tubuh ini masih belum segemuk dirinya dahulu atau sudah obesitas yang seperti diceritakan dalam buku.

Dengan tinggi sekitar seratus enam puluh delapan, berat tujuh puluh tiga kilo disertai lekuk dan lemak tubuh yang pada tempatnya, justru menurut Victoria inilah proporsi impiannya. Gemuk tapi sintal.

Tapi apa ini? dia disarankan diet untuk seorang pria. Tidak mungkin. Sebagai wanita yang membangkang pada masanya dan seorang pelopor pemimpin wanita bawah tanah, ini adalah penghinaan untuk seorang Victoria.

Jadi tanpa berbalik, dia menatap adik pemilik tubuh dari kaca. “Zaman apa ini, sehingga seseorang harus menjadi kurus demi menarik perhatian pria?”

Deg~ Estella tertegun. Dalam ingatannya masihlah sangat segar, bagaimana Kakaknya mulai frustasi untuk menurunkan berat badan. Tapi apa ini? ~~~ “Kak …?”

Victoria menatap Estella masih dari kaca. Entah efek wajahnya dengan pemilik tubuh yang sama, Victoria tidak merasa kaku sama sekali dengan tubuh baru ini. Dia bahkan merasa nyaman berbicara dengan Estella, seolah remaja itu memang adiknya.

“Kenapa panggil-panggil?” Cebiknya.

Estella menggaruk kepalanya bingung dan kembali duduk di ujung tempat tidur. Dia merasa Kakaknya menjadi sangat aneh saat ini. Awalnya nampak menekan, sesaat nampak bijak, kemudian menjadi lucu dengan cara yang aneh. Padahal Victoria yang dia kenal selama ini adalah seorang wanita yang selalu mengeluh dan hanya bisa menangisi berbagai hal.

“Kenapa berdiri begitu?” tanya Victoria, yang ikut tersentak melihat Estella seolah meloncat untuk berdiri.

“Kau bukan Kakakku!” kata Estella, yang menunjuk Victoria. “Kau bukan Kakakku, dimana Kakakku hah?”

Duh.

Victoria menegang dari ujung kepala sampai kaki. Dia kira dia satu-satunya yang tahu hal ini, tapi apa ini? Namun Victoria mencoba untuk tenang, berpikir menyesuaikan situasi. Dia mengangkat bahunya acuh. “Entahlah, mungkin sudah mati.”

Estella benar-benar jatuh dalam pikirannya, dia menutup mulutnya dengan kedua tangan merespon skenario di otaknya. “KA-KAU, … AKU AKAN MENGADUKANMU!”

Estella belum juga melangkah tapi Victoria sudah berteriak. “REMI, ADIKKU MENYUKAI— Mmmpphh.”

Kata-kata Victoria terhenti, dengan Estella yang menerjang dan menutup mulutnya. Tapi dengan begini Estella menyadari bahwa ini memang Kakaknya. Karena hanya Victoria lah yang tahu, bahwa dia menyukai adik dari kakak iparnya sendiri. Sebuah perasaan yang jelas harus dipendam.

Mata Estella berkaca-kaca. “Kakak kau ini tega sekali, padahal kau berjanji akan selalu menjaga rahasiaku. Huhu….”

Victoria menarik sudut bibirnya penuh kemenangan. Sadar juga bahwa perkataan Estella tadi tidaklah sejauh yang dia pikirkan.

Tapi bukan berarti dia akan mentolerir ketidaknyamanan yang dibuat anak gadis itu.

“Aku akan menjaga janji selama kau patuh. Jadi bersikaplah baik, karena Kakak ini tidak akan menoleransi siapapun atau apapun, mulai sekarang.”

Melihat Victoria berbicara dengan berapi-api, Estella menyentak-nyentak kaki seperti anak kecil. Entah apa yang dimaksud Kakaknya dengan tidak akan menoleransi apapun, padahal selama ini karakter lemah Kakaknya-lah yang paling menyulitkan hidup mereka.

“Kakak, apa kau ini sudah gila hah! Aku tidak mengerti apapun hal aneh yang kau katakan sejak tadi, jadi tolong berhenti. Jangan stres lagi, aku takut kau akan kehilangan kewarasan,” keluh Estella hampir menangis.

Mendengar ini Victoria tidak peduli. Dia malah asyik melenceng jauh. “Namanya bagus, orangnya goblok!”

“HAH?”

“HAH HAH HAH!!! Siapa lagi kalau bukan kita!” ujar Victoria sambil berlalu pergi membuka pintu kamar. Menghina pemilik tubuh dan adik pemilik tubuh yang bodoh karena cinta.

Sampai di luar Victoria terpanah. Meski sudah memiliki ingatan tubuh ini, dia tetap masih terkejut mendapati mansion besar dengan gaya modern ini. Victoria mendapati bahwa dirinya saat ini tinggal lantai tiga, dengan tangga melingkar yang memperlihatkan lebih dari setengah di lantai satu.

Memperhatikan setiap teknologi dan pelayan yang kesana kemari di bawah, Victoria menarik sudut bibirnya. Dia bersyukur dia tidak memiliki siapapun yang ditinggalkan dalam kehidupan sebelumnya, sehingga tidak perlu ada kesedihan apapun saat mati.

Namun jati diri tidak bisa diubah, Victoria adalah penjahat kaya yang melintasi zaman. Hal ini tidak memadamkan hasrat di hatinya, untuk hidup kaya dan berkuasa.

Victoria pun mencengkram ujung penyangga tangga, membayangkan dirinya memiliki rumah seperti ini sebagai miliknya sendiri. “Aku harus bisa menjadi kaya dalam kehidupan ini.”

BAB 2

Selesai memandikan tubuh barunya, kini Victoria sedang memilih-milih pakaian. Dilihatnya koleksi pemilik tubuh yang menurut standar fashion-nya sangatlah rendah, ditambah beberapa masalah ukuran yang tidak muat. Tapi untungnya ada satu yang menyenangkan hati Victoria sebuah dress dengan motif loreng yang mencolok.

Seleranya yang tidak masuk standar normal ini langsung mendapat komentar Estella.

“Kakak yakin akan keluar dengan pakaian seperti itu? bisa-bisa para pelayan kurang ajar itu akan menertawakan Kakak loh.” Khawatirnya.

Memang bukan rahasia, bahwa hubungan pemilik tubuh dan suaminya yang buruk berimbas pada minimnya penghormatan yang diterima pemilik tubuh.

Tapi Victoria tidak peduli. “Jika mereka berani tertawa, aku akan memberikan mereka didikan yang tidak akan mereka lupakan.” --- “Hiaaaaaaaaattttttt.”

Estella melengos dan memutar bola matanya jengah. Dia sudah sangat jengah melihat Kakaknya yang lemah, kini melakukan beberapa gerakan bela diri seolah dia benar handal. “Sudah ah Kak. Ingat saja jangan mengacau agar tidak didengar Kak Raphael. Soal pelayan-pelayan itu, jika mereka berani macam-macam biar aku yang mengurus.”

Tapi Victoria tidak peduli yang dikatakan Estella. Setelah melakukan beberapa gaya bela diri sederhana sebagai contoh, dia kembali melanjutkan make-upnya. Menggunakan riasan mata yang berat dan lipstik merah, Victoria akhirnya merasa siap untuk turun.

“Ingatkan aku untuk pergi mengganti warna rambut nanti,” ujarnya sebelum berdiri

Estella iya-iya saja. Tapi sejujurnya dia sangat khawatir sekarang. Dia khawatir karena ini baru akan menjadi kali kesekian Victoria turun dari kamar setelah sekian lama. Hal ini dimulai saat Kakaknya menikah dan diacuhkan sang Kakak ipar, sejak itu Kakaknya telah menjadi maniak kamar. Selalu mengurung diri dan melakukan aktifitas di dalam kamar, mulai dari makan bahkan sampai belanja pun online dari dalam kamar.

Sementara tidak peduli dengan psikologis Estella yang tertekan, Victoria mengangkat kepalanya tinggi-tinggi saat menuruni tangga. Para pelayan yang melihat Nyonya mereka yang jarang turun segera berkumpul. Tapi ini bukan perkumpulan yang penuh hormat, tapi jenis perkumpulan yang berisikan ejekan secara terbuka.

Victoria pun masih mempertahankan senyumannya di tengah bisik-bisik yang terlalu kuat untuk menjadi bisikan itu. Dia kembali mengingat masa-masa perjuangannya sebelum menjadi wanita bawah tanah yang gemuk dan kaya. Sebelum itu semua, dia adalah seorang petarung jalanan yang handal.

Estella sendiri sudah bersiap hendak memarahi para pelayan, sebelum kalah cepat oleh Victoria.

“Dimana sujud salam untukku?”

Para pelayan saling memandang satu sama lain. Mereka dengan terbuka tertawa, karena memang sangat meremehkan Victoria. Sang Nyonya yang tidak diakui oleh Tuan mereka.

“Senang sekali Nyonya turun, apa Nyonya akhirnya sarapan di luar hari ini?” Kata seorang pelayan, yang tampak masih muda. Walau tidak ada cela di ucapannya, tapi senyuman wanita muda itu penuh ejekan.

“BRENGSEK KAU MENGEJEK KAKAKKU!”

“Shutttt.” Tahan Victoria pada Estella, dengan jari telunjuk.

“Kak?”

Victoria menggoyang jarinya, tanda agar Estella tidak membantah.

Sementara para pelayan yang melihat ini, kembali tertawa. “Tolong jangan berteriak di kediaman ini Nona, ini bukan tempat dimana anda berasal dan bisa seenaknya.” Mereka mengejek latar belakang Victoria dan Estella.

Estella hendak meledak lagi, tapi ditahan oleh Victoria lagi. “Dimana kepala pelayan?” tanya Victoria.

Seorang pelayan yang cukup senior segera menjawab, “Kepala pelayan sedang sakit saat ini jadi tidak masuk. Tapi kalau Nyonya perlu sesuatu katakan saja pada kami. Karena kalau Kepala Pelayan, dia hanya khusus melayani Tuan atau tamu penting saja.” Lagi-lagi ucapan senada ini, diakhiri para pelayan dengan tawa. Menunjukkan remehan terbuka mereka.

Lama Victoria terdiam memperhatikan orang-orang di depannya. Pada zaman dahulu jika seseorang bicara seperti ini, maka perkelahian fisik akan langsung terjadi. Tapi kini, di masyarakat yang mungkin lebih modern adab pasti diutamakan, pikirnya.

Tapi Victoria menyungging senyum. Teringat bahwa dia tidak perlu adab, karena dia bukan masyarakat modern.

“Aku datang dari zaman yang kejam,” ujarnya tiba-tiba.

Semua mereka semakin aneh dengan perkataan Victoria yang tak masuk akal, dan semakin aneh mendengar ucapannya berikut. “Jadi aku menginginkan sujud salam. Kalian akan bersujud dan memberi salam kepadaku.”

Mereka semua terdiam dan saling memandang, sebelum pecah dalam tawa bersama. Tapi tawa itu tidak berlangsung lama, ketika Victoria menendang lutut salah satu mereka dan membuat pelayan itu tersungkur padanya. Semua terjadi begitu cepat hampir tidak dilihat mata, ketika dia kembali melakukan hal yang sama pada yang lainnya.

“Bagus, jadi kalian tahu caranya.”

“Nyonya anda tidak bisa melakukan ini pada kami, anda menyalahi kontrak pekerjaan. Kami bisa melaporkan anda!” Kata salah seorang yang sudah menangis, saking sakitnya tendangan Victoria

Mendengar ini, Victoria mengangkat sebelah alisnya lalu mendudukkan diri di kursi beludru dekat situ. “Melaporkan aku? Nyonya kediaman ini begitu? Maksudmu mempermalukan Keluarga Hain begitu?”

“Ya, kami akan melakukannya. Tuan pasti akan membela kami. Tidak pantas bagi seorang Nyonya keluarga Hain menggunakan kekerasan seperti ini.”

Mendengar ini Victoria langsung tertawa sampai bertepuk tangan. Dia ingat betul karakter dua Tuan muda di keluarga ini dalam deskripsi buku. Mereka dikatakan mencintai nama baik, dan pasti akan melakukan apapun untuk melindungi diri dari rasa malu.

Estella yang sempat terkejut, akhirnya juga pulih. Dia setuju dengan yang dikatakan para pelayan, bisa-bisa Kakak Iparnya membela para pelayan karena pria itu membenci Kakaknya.

Estella menghampiri Victoria. “Kak, aku tidak percaya yang aku lihat baru saja, tapi aku serius, aku rasa yang dikatakan mereka bisa saja—-”

“Shutttt! Aku peringatkan untuk tidak berbicara dengan gaya lemah begitu lagi. Kau ini benar antagonis atau bukan?” heran Victoria.

Estella semakin tidak berdaya. Dia benar-benar tidak mengerti yang sedang dilakukan atau dikatakan Kakaknya ini.

Victoria kembali menatap para pelayan.

“Sebenarnya kalian benar. Seorang Nyonya Hain tidak bisa melakukan kesalahan, karena akan mempermalukan keluarga. Tapi jika terlanjur maka Tuan Hain tidak punya pilihan selain membereskan kekacauan, bukan?”

Melihat setiap wajah serius mendengarkan, Victoria mengejek. Dia sebenarnya hanya menakuti. “... Dunia orang kaya tidak sesederhana pikiran kalian. Salah bergerak, kalian bisa menjadi jenis kekacauan yang perlu dibersihkan. Hampir seperti mengepel lantai, bisa menjadi sangat bersih. Tentu saja itu karena semua anggota tubuh manusia bernilai.”

Estella menutup mulutnya dari menganga karena tidak percaya. Bertanya-tanya lagi, apa wanita di depan benar-benar Kakaknya? Kenapa terlihat sangat licik dan kejam.

Para pelayan itu hendak melawan kembali, dan mereka semakin berani ketika melihat Tuan Muda kedua dari mansion ini, Remi Leraic. Adik ipar Victoria, yang seusia dengan Estella.

Berbeda dengan kakaknya, Remi masih memperlakukan Victoria dengan sopan. Karena bagaimanapun dia dan Estella sudah menjadi teman sebelum menjadi keluarga. Jadi disini, Victoria memiliki sedikit potensi kemenangan.

“TUAN MUDA, TUAN TOLONG! NYONYA MEMUKULI SAYA SAMPAI TIDAK BISA BERDIRI.” Histeris seorang pelayan tua.

Tidak sampai disitu, yang lain juga meneriakan hal yang sama, membuat Remi rasanya tidak percaya.

Melihat ini Estella dengan gugup segera menghampiri Remi. “Bohong Rem, mana mungkin Kakakku melakukan hal itu. Kau tahu sendiri betapa lemahnya Kakakku bukan?”

Victoria yang mendengar ini tertawa kecil. Akhirnya dia bisa melihat sedikit sisi yang merupakan bibit karakter antagonis Estella, yang bisa menjadi manipulatif.

“Este Este, kau berbohong dengan baik tapi berhenti mengatakan hal seperti itu lagi.”

Estella terkejut dengan ketidak setujuan Victoria, dan menjadi panik seketika. Sementara Remi sendiri, dia malah teralih fokus.

“Aku baru tahu kalau Kak Victoria memanggilmu dengan panggilan yang lucu seperti itu, Este?”

Wajah Estella menjadi merah padam. Dia sebenarnya tidak suka namanya disingkat seperti itu. Tapi begitu yang dia pikirkan saat ini hanyalah menyelamatkan Victoria. “Rem, para pelayan ini dengan berani menentang dan menertawakan Kakakku, mereka bersekongkol untuk—”

“Itu tidak benar Tuan Muda, Nyonya lah yang bertindak keterlaluan. Dia memukuli kami semua, sehingga—”

BUF.

Lemparan buku tepat pada wajah pelayan itu, membuat semua orang histeris. Remi yang juga sempat sangat tenang, memegang dadanya karena terkejut. “Kakak ipar ….”

Victoria berdiri dari duduknya, menghampiri Remi. “Adik iparku sayang, karena kau tampan dan baik maka Kakak ipar menyayangimu. Dibandingkan para pelayan ini, kita memiliki sesuatu lebih penting untuk dibicarakan.”

Remi pun masih belum pulih. Kini dia menatap Victoria dari kepala sampai kaki, dan menemukan keanehannya.

“Eiih jangan menatapku begitu,” kata Victoria dengan nada yang benar-benar tidak biasa bagi mereka.

“Rem tolong jangan dengarkan Kakakku tampaknya dia sedang sakit saat ini,” mohon Estella hampir kehabisan ide. Tidak menyangka, akan dimarahi Victoria lagi.

“Este, apa kau ingin dihajar?! Bukankah aku sudah menyuruhmu bersikap penurut? sekarang tutup mulutmu dan biarkan Remi menghubungi Kakaknya “

Mendengar ini Remi benar-benar tersesat. “Kakak?”

Victoria tersenyum melembut. “Iya, Kakakmu. Cepat hubungi dia. Katakan istrinya membutuhkan pembelaan. Hahaaa ….” Tawa pecah Victoria membuat suasana semakin tidak wajar.

“Tuan, bagaimana dengan kami….”

“Shuttt!!!” Siapa sangka kini para pelayan terdiam dengan satu kata Victoria.

BAB 3

Walaupun terkejut dan sangat khawatir, tapi tidak bisa dipungkiri Estella senang sekali dengan perubahan Victoria yang tampak kuat.

“Kakak aku tidak buta. Aku benar-benar melihatmu menendang mereka dengan satu teknik. Oh gosh, dimana kau pelajari itu semua?Apa di asrama heh? katakan.”

Victoria mengerutkan dahi dalam. Anehnya tubuh ini tidak memiliki ingatan masa kecil, jadi dia hanya bisa mengingat peristiwa tubuh ini dari beberapa tahun belakangan. Begitu juga dalam penulisan cerita di buku itu, karakter tubuh ini hanyalah sebagai angin lalu yang tidak memiliki penjelasan lebih. Hanya bercerita mengenai antagonis Estella, yang memiliki kakak perempuan bernama Victoria dan mereka yatim piatu.

Tapi begitu Victoria tidak mengambil pusing, dia mengiyakan saja. “Katakan saja begitu,” jawabnya.

“Tapi Kak, apa kau yakin dengan rencanamu? Kok aku ragu sih, bagaimana kalau Kakak katakan rencana Kakak ....” Rayu Estella, sangat ingin mendengar maksud Victoria yang tiba-tiba ingin berbicara dengan Kakak iparnya.

Mendengar ini, Victoria yang sedang menggunakan lipstik merasa terganggu dan berdecak kesal. Decakan ini membuat Estella menutup mulut seketika. Rasanya bukan hanya para pelayan, tapi dia juga sekarang takut dibuat apabila Victoria kesal.

Sementara di tempat lain, di perusahaan konglomerasi Hain. Seorang pria awal usia kepala tiga, dengan setelan jas lengkap di gedung paling tinggi, membuka kancing atas kemejanya, mencoba mencari kenyamanan.

TUK, TUK, TUK.

Setelah ketukan tiga kali di pintu, seorang perempuan dengan dress kerja ketat melangkah masuk ke dalam.

“Pak Raphael, saya telah menyiapkan pesanan makan—”

Tapi kata-kata wanita itu terhenti di udara ketika melihat tangan pria itu terangkat tanda berhenti. “Tidak perlu pesankan makan malam, saya akan kembali ke rumah malam ini.”

Mendengar kalimat kembali ke rumah dari sang Bos, wanita yang menjadi sekretaris itu sedikit terdiam lama. Tapi begitu dengan cepat dia menarik senyuman. “Baik Pak, kalau begitu saya akan beritahu sopir untuk—”

“Tidak perlu, saya akan pergi sendiri. Terimakasih …?”

“Elena, Pak.”

“Ya.”

Elena membungkukkan badan sedikit, memberi penghormatan sebelum meninggalkan ruang. Sesampainya di luar wajah cantiknya menjadi tidak enak. Sudah lebih dari setahun tapi pria yang menjadi Bosnya itu bahkan tidak mengingat namanya.

Sementara disatu sisi pula, Elena tidak bisa tidak terpesona pada sang Bos, yang merupakan salah satu pria tertampan dan kaya raya di kota. Meski mengetahui niatnya salah, tapi mau bagaimana lagi? Hubungan buruk Tuan Raphael Hain dan istrinya adalah rahasia semua orang, dan keputusan pria itu untuk tinggal secara terpisah setelah pernikahan, semakin menguatkan hal ini.

Jadi tidak heran para wanita-wanita disekitarnya seringkali melampaui imajinasi, seperti Elena sendiri.

“Apa aku harus berusaha lebih keras?” tanyanya pada diri sendiri.

Sementara kembali ke dalam ruangan Tuan Muda pertama Keluarga Hain, Raphael Hain. Dia masih memikirkan panggilan yang masuk dari sang adik.

Mengetuk-ngetuk meja kayunya dia berpikir keras.

“Wanita lemah itu memukuli para pelayan?” herannya.

Namun semakin dia memikirkan hal itu, dia merasa semuanya bisa saja. Karena bagaimanapun dia juga tidak mengenal baik wanita yang menjadi Istrinya itu. Wanita dengan niat kotor yang menjebaknya di atas tempat tidur.

“Mari lihat, drama baru apa kali ini?” ujar Raphael.

Sebenarnya tanpa drama Victoria pun, dia tetap akan ke kediaman utama keluarga Hain hari ini. Tapi bukan karena dia mau, tapi seperti biasa itu semua karena tidak lepas dari telepon sang Kakek.

Sementara di kediaman utama keluarga Hain, semua orang menantikan kedatangan sang Tuan Muda Pertama dengan kecemasan mereka masing-masing, tidak terlepas Victoria juga.

Dia sudah duduk berjam-jam di depan kaca, memikirkan cara menawarkan kesepakatan untuk sang Second Lead pria yang berkarakter antagonis itu. Dalam cerita itu, dikatakan bahwa Kakak laki-laki ini ‘Raphael Leraic' akan menjadi saingan cinta untuk adiknya sendiri, ‘Remi Leraic'.

Bahkan demi pemeran utama wanita itu, Raphael Leraic rela melenyapkan sang Adik Ipar ‘Estella’ yang mencoba melukai pujaan hatinya karena menginginkan Remi.

Salah satu lingkaran cinta yang paling tidak masuk akal bagi Victoria. Yang semakin dia pikirkan, semakin jijik saja dia.

“Bagaimana bisa seorang pemimpin perusahaan jatuh cinta membabi buta hanya karena gadis itu baik dan cantik? Cuuiiih!!!”

Setelah memuntahkan banyak hinaan pada karakter suami pemilik tubuh, Victoria akhirnya mendapatkan cara untuk berpisah. Sebenarnya dia bisa saja langsung berpisah karena dipastikan Raphael tidak akan menahan. Namun yang memberatkan Victoria adalah keinginannya. Keinginan terhadap harta gono-gini yang banyak.

“KAKAK!!!” Suara Elena tiba-tiba menggelegar, memasuki kamar Victoria.

“Ada apa?”

“Kak Raphael tiba.”

Mendengar bahwa suami pemilik tubuh telah tiba, Victoria segera bersiap. Dia pergi ke ruang pakaian, dan memakai gaun merah dengan belahan dada rendah yang mengekspos dadanya yang berisi. Dengan makeup berat ini semakin menambah efek picik pada tampilan Victoria. Estella yang melihat ini tanpa sadar kehilangan kata-katanya.

Dia selalu merasa Kakaknya paling cantik saat kurus, tapi tidak tahu bahwa akan menjadi sangat seksi saat gemuk. Tapi tetap saja, dia tidak yakin Kakak iparnya akan menyukai penampilan ini.

“Kakak, apa ini bagian rencanamu?”

Mendengar pertanyaan Estella yang sama kembali, Victoria merasa sangat terhubung dengan gadis itu. Jelas bahwa Estella khawatir padanya, dan ini menghangatkan hati Victoria yang tidak memiliki keluarga dalam kehidupan sebelumnya.

Untuk itulah Victoria memutuskan akan membawa gadis itu keluar dari lingkaran setan, serta menjauh dari pelenyapnya yang baru saja datang. Ya, Victoria tidak hanya berencana menyelamatkan dirinya sendiri dari plot takdir, tapi juga membawa Estella pergi bersamanya.

“Bukan, ini bukan bagian dari rencana. Ini adalah gayaku dan biasakan dirimu mulai sekarang Este.”

“Jangan panggil aku Este!”

“Tidak apa itu keren," jawab Victoria asal.

Tanpa mau menunggu Estella bereaksi, dia langsung melangkah keluar dari kamar. Penggunaan sepatu high heels di dalam rumah, menambah efek dramatis penampilan Victoria untuk makan malam ini.

Sementara di lantai utama, Remi segera menghampiri Raphael yang baru saja tiba. “Kau benar-benar datang?”

Tapi Raphael tidak menggubris, dia membuka jas dan jamnya dan memberikan pada Remi.

“Hei bro, aku ini bukan pelayan ja—”

“Kepala pelayan sedang tidak ada.”

Meninggalkan Remi yang kesal, Raphael langsung melangkah ke ruang makan dengan acuh. Beruntung semua makanan telah ditata dengan rapi, karena dia tidak ingin membuang banyak waktu apalagi untuk seorang Victoria.

Tapi kedatangan Raphael ke ruang makan seorang diri, seolah menggenapi semua doa para pelayan. Kesempatan mengadu secara bebas pun tidak mereka sia-siakan. Mendekati Raphael, hal pertama yang mereka lakukan adalah berlutut sambil mulai menangis. Bahkan seseorang yang hidungnya berdarah akibat lemparan buku Victoria segera menunjukkan lukanya. Tidak bisa dipungkiri, dengan sekali melihat dia tahu itu cukup parah.

“TUAN, TOLONG BERIKAN KEADILAN BAGI KAMI.”

Mendengar ucapan serentak itu, Raphael akhirnya mengangguk. “Ya, kalian akan mendapatkan keadilan. Uang akan ditransfer.”

Sontak mereka saling memandang. “Tuan bukan itu yang kami inginkan—”

“Apa itu penting?”

Seorang pelayan yang sempat berbicara tadi terpaku.

“Apa keinginan kalian penting bagiku? Aku menawarkan uang tapi kalian menolak, maka selesai. Kalian bisa tetap bekerja jika ingin.” Tembak Raphael dengan kata-katanya.

Victoria yang mendengar itu sedari tadi, tidak bisa menahan senyumnya. Dia masuk di saat-saat paling panas. “Orang-orang ini mengira mereka berharga, cepat pergi!”

Tidak ada diantara mereka yang bisa menerima keputusan ini, tapi begitu mereka segera pergi, karena itu satu-satunya pilihan.

Raphael dan Victoria tanpa sadar saling menilai satu sama lain. Hanya dengan melihat alis Raphael menyatu pikirannya sudah di tebak. Berbeda dengan Victoria, walau tidak menunjukkan ekspresi apapun, dia sebenarnya sedang memuji ketampanan suami pemilik tubuh.

Rambut hitam klimis membingkai wajah maskulin yang tampan, serta postur yang sangat ideal.

Tidak heran tubuh ini tergila-gila, tapi berlebihan kalau sampai mengakhiri hidup juga, pikir Victoria masih dalam penilaian.

“Halo, lama tidak bertemu Tuan Hain.”

Raphael masih diam dengan sapaan ini, baginya ini benar-benar sesuatu yang aneh. Karena seingatnya, tiap kali dia akan datang, wanita itu akan segera mendekatinya untuk mencoba memeluk.

Dan apa itu Tuan Hain? pikir Raphael.

“Maaf mengganggumu dengan urusan-urusan kecil seperti tadi, itu sebenarnya—”

“Langsung saja. Katakan apa yang ingin kau katakan,” potong Raphael dingin.

Melihat sifat tidak sabaran pria di depannya, Victoria menjadi jengkel juga. “Mari makan terlebih dahulu.” Mengabaikan Raphael, Victoria langsung memanggil dua adik mereka untuk ikut bergabung makan.

“Aku tahu kalian di balik tembok, keluar dan makan.”

Remi dan Estella yang ketahuan, langsung masuk dengan canggung. Mereka sedikit malu ketahuan mencoba menguping pembicaraan yang tua, apalagi dibawah panggilan Victoria kini mereka sedikit takut.

Raphael yang mengetahui niat adik-adiknya, hanya membiarkan lalu. Justru entah kenapa dia malah kembali untuk menilai penampilan Victoria berulang kali, merasa wanita di depannya ini sangat aneh dan terlalu ... terbuka?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!