NovelToon NovelToon

Kami Yang Kau Buang

Ter Usir Dari Rumah

Hujan deras dan petir seakan merasakan bagaimana tersiksanya seorang Ibu beserta anaknya. orang yang harusnya menjadi pelindung mereka berdua malah mengusir mereka seperti hewan yang tak ada harganya.

"Pergi dari rumahku sekarang juga!!". Usirnya dengan angkuh.

"Tapi mas, diluar hujan deras dan banyak kilat serta petir, kasihan anak kita mas, dia masih bayi". Ucapnya dengan memelas karena dia tidak tega kepada anak-anaknya.

Dia memohon kepada suaminya agar mau memberikan kesempatan kepdanya minimal sampai hujan reda tapi keinginan itu tak bersambut malah membuat sang suami semakin murka.

"Tidak usah banyak drama kamu, kau hanya perempuan matre yang ingin menjadi orang kaya, dasar orang miskin!!". Hardiknya dengan kasar.

"Aku tidak melakukan itu mas, kasihanilah kami!!". ucapnya sang Istri memeluk kaki lelaki yan telah menikahinya 7 tahun lalu itu.

Keluarga suaminya yang berada dibelakang mereka memandang dirinya dengan tatapan penuh kemenangan karena berhasil mengusirnya dengan mudah.

"Buktinya ada, apa lagi yang kau mau jelaskan??". Bentaknya mendorong dengan kuat perempuan yang memeluk kakinya itu.

Kedua anak mereka memandang benci kepada sang ayah yang telah menyakiti fisik ibu dan adik mereka. padahal ibu mereka selalu mengabdi pada keluarga sang ayah tapi tak pernah diperlakukan dengan baik.

"Pergi sekarang!!, perempuan tidak berguna yang hanya bisa melahirkan anak perempuan saja!!". Usirnya lagi mendorong ibu dan anak-anaknya dengan kasar dan tanpa belas kasian.

Sang istri memandangnya dengan tatapan terluka dan terhina serta penuh kebencian. Cinta yang dia rasakan kini lenyap seketika merasakan ketidakadilan yang dia terima selama ini.

"Aku bersumpah, kalian akan menerima balasan dari apa yang kalian lakukan pada kami selama ini!!". Ucapnya dengan penuh linangan airmata dan kemarahan.

Dia tidak melakukan hal yang dituduhkan oleh keluarga suaminya yaitu meracuni sang mertua karena dia sangat menyayangi mertua lelakinya, yang sudah dianggapnya sebagai ayahnya itu, apalagi mertuanya juga sangat menyayanginya.

" Tidak usah banyak bicara, pergi saja dari sini!!, bawah anak mu yang tidak berguna itu ". Usir sang mertua dengan angkuh dan sombong.

Dia sangat senang karena rencananya berhasil untuk menyingkirkan sang menantu kesayangan suaminya itu. Dia tidak mau jika warisan suaminya jatuh ketangan sang menantu miskin itu.

Maya menatap mereka semua dengan penuh kebencian dan dendam begitupun dengan kedua anaknya.

" Tuhan itu tidak tidur, dia akan membalas apa yang kalian lakukan, dan ingat kelak kalian akan menyesali segalanya terutama kau lelaki sialan. Sungguh demi Tuhan aku menyesal pernah menikah denganmu". Ucap Maya menampar keras wajah suaminya kemudian membawa ketiga anaknya pergi dari rumah itu.

Rasya yang melihat istri dan ketiga anaknya pergi hanya diam terpaku, di sudut hati terdalamnya dia terluka dan merasakan sesak tapi dia selalu berusaha menepisnya agar tak terlihat lemah. Dia memegang pipinya yang terasa perih karena tamparan keras itu.

"Dasar perempuan miskin, kurang ajar!! ". Umpat sang Ibu mertua yang tak Terima melihat anaknya ditampar.

" Sudahlah bu, biarkan saja, kan mereka sudah pergi". Ucap Rasya menenangkan sang ibu.

" Baguslah, orang miskin dan tak ada gunanya seperti mereka akhirnya pergi dari rumah kita". Sungutnya dengan jengkel.

Ada setitik air mata yang keluar dari pelupuk matanya, tiba-tiba dia mengkhawatirkan mereka karena keadaan di luar rumah yang tengah hujan deras apalagi anak mereka yang bungsu baru berusia sebulan.

Dia masuk kedalam rumah bersama ibu dan kedua saudara perempuannya yang menatap nanar sang kakak ipar kesayangan mereka apalagi pergi dengan membawa keponakan mereka.

Sedangkan Maya dan kedua anaknya sedang berlari mencari tempat teduh agar mereka tidak terlalu kehujanan.

"Ya Allah, kemana kami akan pergi??, Kami tak mengenal siapapun disini. Kumohon kasihanilah kami, berilah pertolongan kepada kami". Ucapnya meneteskan air matanya karena melihat ketiga anaknya mulai menggigil terutama sang bayi.

Kedua anaknya seakan mengerti apa yang dirasakan sang ibu, mereka memeluk adik dan ibu mereka dengan sayang.

"Kita akan mendapatkan jalan keluar bun, tadi aku dan adik membawa celengan kami. Gunakan itu untuk membayar tempat tinggal!! ". Ucap Sasya sang anak sulung sambil menyerahkan kedua celengan itu kepada ibunya. Yang berada dalam tasnya dan sang adik.

" Ya Allah nak, terima kasih. Nanti kalau bunda ada rejeki pasti bunda ganti". Ucapnya dengan tangis Haru.

" Tidak perlu Bunda, gunakan saja untuk keperluan kita dan ini perhiasan ade dan kakak. Jual lah bunda dan gunakan uangnya!! ". Sasya membuka semua perhiasan yang melekat pada tubuh mereka.

Beruntung keluarga ayahnya tidak menyadari jika kedua anak itu memakai perhiasan cukup mahal dan tidak menyadari jika mereka membawanya.

Hujan pun mulai reda, Maya bergegas membawa anak-anak nya untuk menjual perhiasan itu dan celengan mereka disimpan kembali

" Terima kasih Ya allah, kau berikan hamba anak-anak yang sangat baik. Berikanlah kami kehidupan yang layak setelah ini". Doanya dalam hati

Ketiganya bergegas ke sebuah toko menggunakan jasa ojek karena Maya masih memiliki uang dikantong bajunya.

Setelah menjual perhiasan itu, Maya beserta anaknya mencari tempat tinggal yang murah untuk mereka tempati dan bersyukur mereka mendapatkan rumah murah dengan halaman yang cukup bagus untuk dijadikan tempat jualan.

Maya masuk kerumah dan tidak lupa membeli makanan untuk mereka makan karena esok hari dia akan pergi ke pasar untuk berbelanja keperluan jualan sedangkan anak tertuanya akan dia daftarkan ke sekolah karena memang tahun ini dia akan mendaftar sekolah SD.

"Bagaimana nak, kalian suka rumahnya??". Tanya Maya kepada anaknya yang telah selesai makan.

" Suka bunda, ini lebih baik dari rumah ayah yang besar tapi penuh dengan penderitaan!! ". Si anak Sulung memandang sedih ibunya ketika melihat raut wajahnya ibunya yang menahan tangis.

" Iya bunda, Sonya juga suka disini, rumahnya bagus walau tak besar kayak rumah ayah!! ". ucapnya dengan wajah yang sangat polos.

Maya memeluk kedua anaknya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, andai suaminya bisa mencintai anaknya, mereka tidak akan bernasib seperti ini.

" Nak, ketika kalian dewasa nanti jadilah perempuan hebat dan bermartabat, tidak harus kaya tapi memiliki harga diri dan prinsip. Serta pekerjaan untuk diri kalian sendiri!!". Nasehatnya kepada sang anak

Kedua anak itu mengangguk didalam pelukan ibunya, mereka sungguh menyayangi dan mencintai ibunya itu.

"Sekarang kita tidur karena kita akan mendaftar sekolah untuk kakak Sasya, Kak Rara dan TK untuk Kak Sonya karena sudah waktunya kak Sasya, Rara dan Sonya sekolah!! ".

" Aku tidak usah sekolah bunda, nanti uangnya tidak cukup!! ".

" Cukup kok sayang jangan khawatir, bunda akan berusaha semampu bunda untuk menyekolahkan kalian bagaimanapun caranya. Kalian tidak perlu Khawatir".

"Baiklah bunda, kami akan belajar sungguh-sungguh agar kelak menjadi orang hebat dan bisa membahagiakan bunda!! ". Ucap Sasya mencium pipi sang bunda kemudian tidur.

Keesokan harinya seperti yang dikatakan bunda mereka pun pergi mendaftar sekolah negeri. Dan ternyata sekolah ini adalah sekolah negeri ter favorite di kota ini. Maya sengaja memasukkan Sasya dan Rara ke sekolah ini karena walau sekolah bergengsi tapi biaya sekolahnya gratis hanya membeli pakaian saja. Sedangkan sang adik juga bersekolah disamping sekolah sang kakak.

Maya bernafas lega karena urusannya sangat dipermudah oleh Allah. Dia sempat khawatir dengan kehidupan mereka setelah dirinya keluar dari rumah besar keluarga Erlangga.

Setelah mengurus segala keperluan sang anak, Maya mengajak ketiganya untuk pergi kepasar tradisional membeli perlengkapan sekolah mereka termasuk dengan Sonya. Sedangkan si bungsu yang masih bayi dia titipkan pada tetangga.

Dia akan memulai hidup barunya bersama ketiga anaknya dan anak angkatnya tanpa suaminya

Adopsi

Keempatnya sangat asyik menikmati perjalanan mereka membeli perlengkapan sekolah mereka. Maya membeli banyak perlengkapan untuk ketiga anaknya dari perlengkapan sekolah , perlengkapan jualan yang akan mereka buka nantinya.

Hasil penjualan perhiasan mereka sangat banyak ditambah dengan uang celengan anaknya membuatnya bisa membeli perlengkapan untuk mereka bertahan hidup dan menyekolahkan sang anak. Tak lupa juga dia membeli makanan jadi untuk mereka karena stelah sampai dirumah mereka pasti harus istirahat dan berbenah nantinya.

Setelah semuanya selesai, mereka pulang menggunakan mobil open Cup untuk mengangkut semua barang-barang yang telah dibeli.

Sesampainya dirumah mereka langsung makan siang karena memang sudah menunjukkan waktu siang hari tak lupa Maya mengajak ketiga anaknya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang Muslim.

"Kalian suka dengan pakaiannya nak?? ". Ucap Maya begitu melihat kedalam kamar Sasya. Ternyata ketiga anaknya berkumpul di kamar ini.

" Kami senang bunda, sepatu dan tasnya cantik, kami pasti akan belajar dengan semangat!! ". Seru ketiganya sangat heboh.

Mereka seolah menunjukkan pada bundanya bahwa mereka sangat semangat bersekolah

Maya ikut tertawa melihat kebahagiaan yang mereka dapatkan hari ini. Bahkan anak-anak nya mencoba apa yang mereka beli tadi.

" Ingat nak, kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita terima dan miliki. Karena banyak orang diluar sana lebih miskin dan lebih tidak punya dari kita!! ". Nasehatnya kepada ketiga anaknya itu sedangkan si bungsu tengah terlelap di kamar nya.

Rumah yang mereka tempati ini lumayan besar karena memiliki 5 kamar dengan 2 kamar mandi. Mereka semua akan mendapatkan kamar masing-masing setelah ini.

" Terima kasih telah menerima dan merawat ku Bunda, dan kalian juga ". Ucap Rara dengan senyum dan tangis Haru.

Dia beruntung malam itu sang paman yang hendak menjual rumah ini mengurungkan niatnya karena kasihan kepadanya dan juga keluarga barunya ini. Dia akhirnya memberikan persyaratan kepada Bundanya untuk menerimaku, agar aku bisa mendapatkan sosok ibu karena dia sendiri akan berangkat ke kalimantan untuk bekerja.

Flashback On.

"Permisi, apakah anda tahu dimana ada kontrakan dekat sini?? ". Ucap seorang ibu yang tengah menggigil beserta ketiga anaknya.

" Ibu mencari kontrakan?? Tanya sang pemuda berusia 20 tahun itu.

"Iya saya mencari kontrakan yang bisa ditempati malam ini. Kasihan anak-anak saya sudah kedinginan". Ucapnya mengalihkan pandangannya kepada kedua anaknya yang telah memeluknya.

Hati pemuda itu ibah melihatnya, nasib mereka lebih baik dibandingkan keponakannya yang tak memiliki orang tua dan akan ikut dengannya ke kalimantan untuk bekerja.

"Ibu bisa membeli rumah ini dengan tidak membayar sepeserpun, tapi saya punya beberapa persyaratan, jika ibu sanggup, saya akan membuatkan akta jual belinya besok. Bagaimana?? ".

" Membeli tanpa membayar?? ". Cicitnya dengan pelan tapi masih terdengar.

" Kita duduk dulu di teras rumah, agar tidak menjadi Fitnah!! ". Ajaknya saat melihat ekspresi Ibu muda dihadapannya ini seperti tidak percaya.

" Rara sayang bawah teman-teman kamu masuk ya dan pinjamkan pakaianmu, kasihan mereka nanti sakit!! ". Perintah sang paman dengan lembut kepada keponakan satu-satunya itu.

Maya mengangguk dan mengikutinya sedangkan kedua anaknya masuk kedalam rumah untuk mengganti pakaian keponakan pemilik rumah.

" Memang kenapa bisa anda berpikir memberikan rumah ini secara cuma-cuma dengan beberapa persyaratan??". Tanya Maya dengan sangat penasaran.

"Rumah ini sebenarnya adalah milik orang tuaku, dan aku menempati ini bersama kedua orangtua kami sedangkan mas ku dan istrinya tinggal dikota kalimantan karena bekerja disana. Aku yang sedang berkuliah mendapatkan kabar jika mereka mengalami kecelakaan bus saat akan berkunjung kerumah kerabat kami". Sang Pemuda menerawang sambil bercerita kemudian meneteskan air matanya.

"Mereka semua meninggal kecuali Rara, keponakanku yang tadi ibu lihat!! ".

" Maaf ya, saya tidak tahu. Saya turut berduka cita mendengarnya!! ". Ucap Maya menyampaikan bela sungkawanya.

" Terima kasih bu, itulah yang menjadi masalahnya sekarang ini!! ". Cicitnya lagi.

" Masalah seperti apa yang kamu maksud?? ". Tanya Maya dengan penasaran.

" Saya masih seorang mahasiswa dan saya juga belum punya pekerjaan sedangkan saya punya keponakan yang masih kecil. Ibu pasti sangat tahu jika kita bekerja tidak bisa membawa anak-anak . Saya berhenti kuliah dan akan merantau ke kalimantan menggantikan tugas mas ku dan akan menempati tempat tinggal mas disana dengan membawa Rara bersamaku.

" Jika ibu bersedia merawat Rara dan membesarkannya dengan kasih sayang tanpa membedakannya dengan anak-anak ibu, maka saya memberikan rumah ini untuk ibu secara cuma-cuma anggaplah sebagai bayaran untuk membesarkan Rara. Bagaimana??, Apa ibu bersedia??

Maya memandang pemuda dihadapannya ini berharap ini hanya bohongan semata, tapi yang dia lihat hanya melihat kesungguhan dari ucapannya.

"Kamu yakin memberikan rumah ini cuma-cuma jika saya membesarkannya seperti anak saya sendiri??". Tanya Maya dengan penuh perhatian.

" Tentu ibu tapi aku ingin membuat perjanjian agar kelak tidak ada yang saling dirugikan. Bagaimana ?? ". tanyanya dengan tidak sabar.

" Baiklah saya akan melakukannya, kelihatannya anak itu anak yang penurut dan baik hati!! ". Ucap Maya melihat ketiga anak itu telah keluar dari rumah.

" Baiklah Ibu, Ibu menginap saja disini. Besok pagi saya akan membuat surat perjanjian dan sorenya akan berangkat ke kalimantan.

"Baiklah, aku anggap kita sudah sepakat, saya akan kemari besok pagi membawahkan surat perjanjiannya sekaligus surat akta jual beli nantinya.

" Terima kasih sudah mau menjaga dan merawat keponakan saya, Kalau begitu saya pamit dulu. ini ada uang untuk membeli perlengkapan sekolah dan biaya sekolah Rara sampai ibu bisa mendapatkan pekerjaan atau usaha!! ". Sang Pemuda memberikan uang dalam amplop itu kemudian menghampiri sang keponakan untuk berpamitan

Flashback Off

" Kalau begitu kalian istirahat dulu agar badannya Segar lagi, kan kita mau bangun warung sebentar sore sesuai kesepakatan". Ucap Sang Bunda mengelus kepala mereka satu persatu.

"Siap Bunda, kami akan bantuin Bunda untuk mengurus warung agar kita bisa buka besok pagi. Oh iya bunda, apa pamanku sudah berangkat??

" Iya nak, paman kamu sudah berangkat. Dia akan naik pesawat, mungkin sekarang dia ada di pesawat!! ". Ucap Sang bunda dengan hangat.

Mereka semua menuruti apa yang diperintahkan bundanya untuk beristirahat dan memasuki kamar masing-masing yang telah diatur Maya.

Sebelum Pergi paman Rara telah membantunya membangun warung kecil dengan halaman rumah sebagai tempat makannya karena rumah ini Full kenopo sampai pagar rumah.

"Ya Allah mudahkanlah segala urusan ku dan lancarkan lah apa yang akan ku udahan nantinya. Berikan lah jalan keluar dari semua masalah yang kamu hadapi nantinya". Maya berdoa dalam hati ketika dia tengah menyiapkan keperluan jualan.

Sore hari menjelang dan mereka berkumpul di teras rumah kemudian berbenah untuk persiapan warung yang akan dia buka esok hari.

"Bunda kita nanti akan jualan apa??". Tanya sang anak disela-sela pekerjaan mereka.

" Jualan makanan nak, supaya cepat habisnya karena bunda juga akan jemput kalian semua pulang sekolah nantinya!! ".

" Makanan?? ". Cicit Rara melihat saudaranya.

" Tenang, makanan bundaku itu paling enak jadi pasti laris dan ramai!! ".

"Benar kakak, jualan bunda pasti ramai karena masakan bunda sangat enak". Sonya bersorak dengan heboh dan melanjutkan pekerjaan nya.

Maya yang mendengar percakapan ketiga anaknya, dia hanya mengaminkan apa yang dikatakan anak-anak nya.

Tiba-tiba terlintas dipikirannya tentang suami dan keluarganya yang tengah mengusirnya apa kabar mereka??.

Kehidupan Baru

Keesokan Harinya Maya mencoba membuka lapak, dia sudah membuat spanduk dan dipajang didepan rumah mereka. Sebelumnya Maya memang telah meminta izin pemilik rumah untuk berjualan. Rumah ini bukan dikontrakan tapi dibeli dengan cara Maya membesarkan keponakan mereka yang telah yatim piatu. Jadilah Maya membesarkan anak perempuan seusia anak perempuannya yang tertua. Dia juga sudah mendaftar sekolah ditempat Anak Sulungnya Sasya.

"Nah semua kesayangan Bunda, tolong bantuin Bunda angkatin barang-barang nya keluar yah, selagi Bunda merapikan Bangku untuk makan para pembeli nanti !!". Ucap sang Bunda mengelus kepala ketiga anaknya itu.

" Siap Bunda!! ". Ucap Ketiganya dengan kompak keduain berlalu dari hadapan bundanya untuk membawa sisa barang yang belum diangkat keluar untuk jualan.

Anak angkat Maya itu anak yang sangat baik dan penurut serta dekat dengan semua anak-anak nya. Maya berjanji akan membesarkan dirinya dengan penuh kasih sayang tanpa membedakan mereka.

" Maaf Bu, apa ini sudah buka?? ". Tanya seorang anak sekolah yang tengah kebingungan melihat-lihat keadaan di warung ini.

" Iya nak, kami sudah buka!!, mau beli yang mana dan lauknya apa??". Tanya dengan Ramah dan penuh senyuman.

"Aku mau nasi campur tante, kebetulan saya belum sarapan!! ". Ucap Sang pemuda itu kemudian duduk dengan manis menunggu makanan disajikan setelah mengatakan pesanannya.

" Kamu tunggu sebentar ya nak!! ". Ucap Maya dengan cekatan menyiapkan makanan pesanan sang pemuda kemudian memberikan pesananya.

Melihat sang anak , maya membantu mengambil barang ditangan sang anak setelah itu dia kembali mengatur apa yang dibawah anak-anak nya tadi.

Semakin lama warung ini semakin ramai, mereka datang secara bergantian untuk sarapan. Ya Maya sangat bersyukur karena rumah ini dekat dengan sekolah SMA dan dekat dengan kantor Kecamatan serta pabrik olahan rumahan sehingga warungnya bisa ramai.

"Ibu seperti nya baru tinggal disini karena saya baru melihat ibu??". Tanya ibu-ibu tetangga yang tengah membeli sarapan di warungnya.

" Iya bu, kebetulan saya baru pindah kemaren malam setelah membeli rumah ini!! ". Ucapnya dengan ramah dan sopan.

" Oh.. jadi ibu yang membeli rumah pak Marwan?? ". Tanya tetangga yang datang membeli makanan.

" Iya ibu, maaf ibu mau beli apa??". Tanyanya lagi dengan ramah.

"Saya mau nasi campur 2 dan nasi kuningnya satu tolong dibungkus ya!! ". Ucap ibu- ibu bertubuh gempal itu.

" Saya juga ya bu!! ". Seru ibu-ibu lainya begitupiun dengan pelanggan lainnya.

"Baik ibu, ditunggu ya, silahkan duduk dulu sambil menunggu makanan yang dipesan!! ". Ucapnya dengan senyuman Ramah.

Maya dengan cekatan menyiapkan makanan pesanan para pembeli yang terus berdatangan. Ketiga anaknya pun dengan sigap membantu. Si kedua sulung membantu bunda mereka mengurus pesanan sedangkan anak tengah sibuk menjaga sang adik agar sang adik tidak rewel.

Maya sangat bersyukur karena semua jualannya habis hanya dalam waktu 2 jam saja. awal yang sangat bagus saat membuka jualan. Dia beruntung halaman rumah ini sangat luas dan sudah terpasang kenopi sehingga pembelinya nyaman dengan konsep outdorr seperti ini.

Dia sengaja menambah beberapa hiasan yang dibuat dengan tangan hasil karya dirinya dan ketiga anaknya untuk mempercantik halaman rumah tempat jualan mereka.

"Alhamdulillah, jualan kita sudah habis nak". Seru Maya dengan gembira.

Maya memeluk anak-anak nya dengan perasaan bahagia karena mendapatkan anak-anak yang baik dan rajin serta sangat pengertian ditambah lagi jualannya laris hari ini bahkan kini dia menerima pesanan untuk makan siang.

" Ayo sayang sekarang kita rapi kan yuk!!, lalu kita istirahat didalam ". Ajaknya kepada anak-anak itu.

" Ayo bunda!!, aku udah tidak sabar untuk main bersama setelah kita berjualan". Seru Rara dengan penuh semangat.

Dia merasa sangat bahagia memiliki keluarga yang baik dan sangat menyayanginya. Dulu semasa kedua orangtuanya, dia hanya tinggal dan diurus oleh pembantu karena kedua orangtuanya sibuk bekerja. Sekarang dia memiliki teman dan ibu yang mengurusnya dengan sempurna bahkan menemaninya bermain, memandikannya, bahkan menyuapi dirinya makanan.

"Tentu sayangnya bunda, sekarang bantu bunda yuk!!, lalu kita main bersama-sama ". Ucap sang bunda mengelus kepala sang anak dengan sayang.

Sedangan dirumah mewah keluarga besar Sang suami, Rasya Putra Erlangga tengah diadakan jamuan makan siang untuk mempertemukan dua keluarga besar untuk membahas perjodohan anak mereka.

"Selamat datang dirumah kami Tuan Aditama, kami sangat berterima kasih karena telah memenuhi undangan kami". Ucap Ibu maria dengan menyambut calon besannya itu.

"Terima kasih telah mengundang kami bu Maria, kami sangat senang akhirnya bisa berkunjung kerumah keluarga Erlangga". Ucap Aditama dengan senyum mengambang.

"Tidak apa Pak Aditama, Bu Riska, kami sangat senang menyambut kedatangan anda sekeluarga". Ramahnya lagi.

"Bagaimana kabarmu nak Rasya??". Tanya pak Aditama menjabat tangan sang pewaris Erlangga itu dengan senyuman manis.

"Baik Pak, bagaimana dengan anda, sepertinya anda semakin keren dan bugar saja diusia anda ini??". Ucap Rasya memuji calon mertuanya itu.

"Kamu bisa saja nak, kamu juga kelihatan makin tampan saja". Balasnya dengan tak kalah memuji.

"Mari silahkan duduk!!". Ucap sang tuan rumah dengan sangat ramah.

Sangat berbeda saat mereka memperlakukan sang besan sebelumnya yang notabennya hanya orang biasa. Hanya sang kepala keluarga saja yang menganggap mereka, kini sang kepala keluarga sedang terbaring dirumah sakit maka dari itu mereka berani melakuan hal yang tidak baik kepada sang menantu.

"Ini anak kami yang akan kami kenalkan kepada nak Rasya, bagaimana cantik bukan??". Sombong pak Aditama memperkenalkan anak bungsu dari keluarganya.

"Sangat cantik pak, memang beda jika bibit yang berkelas". Puji sang Tuan Rumah dengn wajah yang penuh senyuman.

Sedangkan Rasya hanya tersenyum paksa karena dia tak mau membuat sang ibu murka kepadanya karena berlaku tidak baik jadi sejak tadi dia menjaga sikapnya agar terlihat baik dan ramah kepada mereka.

"Tentu, kami tidak mungkin melahirkan bibit yang tidak unggul karena kami dari keluarga unggul". Ucap Bu Riska dengan wajah angkuh dan sombong.

Ucapan itu disambut malas oleh kedua Putri keluarga Erlangga itu. Mereka bahkan lebih menyukai sang kakak ipar dibandingkan dengan perempuan yang ada dihadapan mereka itu.

Mereka berdua sebenarnya sangat malas untuk ikut, jika bukan karena ancaman ibunya, mereka tidak akan ada disini, membahas tentang hal yang tak penting menurut mereka.

"Bagaimana keadaan pak Erlangga??, kami dengar beliau masuk rumah sakit ya??". Tanya Pak Aditama berbasa basi untuk mencari tahu keadaan besannya itu.

"Ya seperti itulah pak, kami masih menunggu kesembuhan beliau". Ucap Rasya dengn sendu.

Dia sangat menyangi sang ayah, bahkan dia menikahi sang istri karena permintaan sang ayah, bukan karena menyayangi istrinya itu tetapi dia juga merasa kehilangan ketika wanita itu pergi. Tapi dia menepisnya dengan memperlakukannya dengan buruk.

Sedangkan sang ibu mendelikkan matanya mendengar ucapan sang anak, bisa gawat jika suaminya itu bangun dan mengagalkan rencana besarnya.

"Ya kami berharap beliau cepat sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasanya".Ucap Bu Riska mendoakan.

Sedangkan sang Putri keluarga Aditama itu, sejak tadi melirik sang pujaan hati, dia hanya diam karena malu dan tak tahu harus berkata apa padahal dalam hatinya sangat kegirangan karena akan bersanding dengannya. Dia harus menjaga image nya sebaik mungkin agar lelaki pujaan hatinya itu mau menerima perjodohan itu.

"Kalian pergilah berbincang-bincang ditaman sana untuk saling mengenal!!". ucap Bu Maria kepada anak lelaki dan anak perempuan Aditama itu.

Rasya bergerak mengajak Marsha untuk ikut dengannya ketaman seperti perintah sang ibu. lelaki ini seper manusia yang tak memiliki pendirian karena selalu menuruti apa yang diperintahkan oleh sang ibu. seperti sapi yang dicucuk hidungnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!