Kimberly lina berumur 27 tahun perempuan yang berasal dari keluarga yang kaya raya, cantik, berkarir, tapi tentunya ia tetap memiliki kelemahan, Kelemahan itu ialah Lina tidak percaya dengan kata cinta.
Meskipun begitu Ayah lina adalah seorang CEO dari perusahaan Ternama bernama GOLD MANAGEMENT, dan ibunya seorang designer Baju ternama Di seluruh Asia. Meskipun mempunyai seorang adik perempuan juga Lina tetap di manjakan karena keberadaan keluarganya yang terpandang.
suatu hari Lina pergi mengunjungi sebuah Club bernama Altitude The Club star, ia pergi bersama dengan ketiga teman nya yaitu Thalia, Rose, dan Stefany.
Mereka berempat sudah memesan tempat duduk, hampir Sudah seperti tempat duduk milik mereka saja karena tempat duduk tersebut menjadi salah satu tempat favorit mereka, dimana dari tengah semuanya tampak terlihat jelas bahkan Semua perhatian tentunya akan spontan tertuju ke arah ke mereka.
Karena hampir setiap malam mereka datang ke Club tersebut hampir semua kenal dengan Lina dengan teman-temannya itu, bisa dikatakan mereka cukup terkenal.
Di arah sebelah kiri yang tak jauh dari arah Lina duduk, William dan teman-temannya sungguh terpesona dengan kecantikan dan keanggunan Lina bersama dengan teman-temannya itu.
"Will, kamu kenal gak Cewek yang Cantik, putih, tinggi disana, yang memakai baju sabrina berwarna putih? Namanya Lina. Dia benar-benar terlihat cantik malam ini", kata Mario sambil menunjuk ke arah Lina berada.
"Hmm, siapa? Tidak, aku tidak mengenalnya, dan dia... Dia... lumayan cantik", kata William menatap lina dengan ekspresi wajah biasa-biasa saja.
"Kamu berani dekati dia? Kalau kamu berani coba minta Nomor telepon Lina, kata orang-orang disini Lina itu sulit untuk di dekati, biarpun kau memiliki wajah yang tampan kayaknya dia tidak akan berkutik sama sekali, apalagi jika meminta nomor teleponnya, bisa-bisa aku akan langsung di tolak olehnya", kata Stive sambil menepuk bahu William.
"Terus apa yang harus aku lakukan sekarang?", Tanya William
"Pertama kamu dekati dia dengan senyuman manis, dan memberi salam yang sopan. Aku yakin perempuan pasti menyukai laki-laki yang sopan", kata Mario.
"Terus?", Kata William
"Jika dia merespon kamu dengan baik, kamu harus Langsung minta nomor teleponnya ", kata Stive.
"Bagaimana jika dia langsung menolak ku", kata William dengan ragu-ragu.
"Makanya kamu harus bersikap percaya diri, yakinlah dengan dirimu sendiri terlebih dahulu", kata Stive sambil memberikan semangat untuk William.
William kemudian merapikan baju dan rambutnya agar terlihat tampan dan sopan.
Ia mendekati meja Lina duduk dengan senyuman manis dan menyapa Lina dengan ramah.
"Lina kayaknya ada yang mau bicara sama kamu", Kata Thalia
"Siapa dia?", kata Lina kemudian menatap kedatangan William.
"Aku William, siapa Namamu ", kata William dengan senyum, sambil memberi salam kepada Lina
Seperti kata orang-orang Lina memiliki karakteristik yang Jutek, dan judes. Sapaan ku bahkan tak di balas kata William dalam hati.
"Seperti yang kamu ketahui namaku Lina bukankah kamu sudah mendengarnya dari teman-temanku? Mengapa masih bertanya lagi?", Kata Lina dengan suara cuek
"Lina jangan Judes seperti itu!. Dia hanya ingin berkenalan dengan mu itu saja, apalagi yang ingin berkenalan cukup ganteng. Haii William namaku Stefany", kata Stefany lalu membalas uluran tangan William untuk berkenalan.
"Oh hallo Stefany.
Kemudian tanpa menunggu basa basi William langsung bertanya kepada Lina
"Lena apa aku boleh meminta nomor teleponmu?", kata William dengan senyum.
Lina mengerutkan keningnya merasa aneh kepada Lelaki yang duduk tepat didepannya itu karena salah memanggil namanya.
"Namaku LINA BUKAN LENA apa kau tidak bisa mendengar?,
Sungguh menyebalkan bertemu dengan Lelaki seperti mu, nama panggilan ku saja sampai salah.
Dan nomor? (Lina tersenyum sinis) , aku tidak memberi Nomor telepon ku kepada orang asing seperti mu", kata Lina dengan tegas.
"Bukankah tadi kita sudah berkenalan? Itu berarti Kita Sudah saling kenal dan aku bukan orang asing lagi bagimu", kata William tetap memberikan telepon genggamnya ke arah Lina.
"Ahahaha apa kau tidak tahu malu? Apa Berkenalan bisa langsung di katakan dekat? Asalkan kau tahu aku... Aku... Kimberly Lina tidak akan pernah mau berhubungan dengan dirimu!!", Kata Lina.
Tiba-tiba Mata Lina berubah menjadi Gelap, kepalanya pusing seperti palu yang besar memukul kepalanya, badan Lina bahkan tak mampu beranjak pergi tak di sangka Lina jatuh pingsan. Itu semua akibat Lina yang hampir menghabiskan 3 botol Alkohol.
Teman-teman Lina tampak panik, melihat Lina yang jatuh pingsan, Thalia langsung menyuruh Lina pulang menggunakan Taksi, tetapi karena Sudah tengah malam tentunya sudah tidak ada lagi taksi jam begitu. Akhirnya William menawarkan diri untuk mengantar Lina pulang, karena kebetulan ia membawa mobil ke club tersebut. Mereka tampak mempercayai William karena William memberikan kartu Identitasnya kepada Thalia, sampai mereka mengizinkan Lina di antar pulang William, mereka yakin jika William orang yang baik.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA JANGAN LUPA LIKE DAN COMMENT SUPAYA AKU LEBIH SEMNGAT BUAT NOVELNYA 🙏🙏🙏🙏
Jika bukan karena taruhan dengan Mario tentu saja William tidak ingin untuk repot-repot mengantar Lina pulang ke rumah, seharusnya jika Mario tertarik dengan Lina, mengapa tidak dia saja yang mendekati Lina, dan aku betapa bodohnya mengiyakan permintaannya tadi begitu saja. Tetapi saat sedang asik menyetir William tersadar jika ia tidak tahu dimana rumah Lina. Seharusnya aku menanyakan dari tadi ah dasar bodoh.
“ Lina bangun dimana tempat tinggal mu ? Tanya William,
Tetapi Lina hanya terus tertidur dan jadi ia tidak menjawab pertanyaan William, seharusnya tadi ku tanyakan saja dimana rumahnya Lina saat berada dengan Thalia, Stefany dan Rose. Kenapa juga ada gadis yang berani meminum minuman beralkohol jika tak tahan dengan kadar yang terkandung dalam alkohol.
Akhirnya kau sendiri yang susah, jika aku membawamu ke hotel nanti akan terkesan jahat, nanti di kira jika aku yang telah membuatmu mabuk dan ingin membuat hal yang tidak-tidak nanti. Setelah memikirkan cara yang paling bijaksana akhirnya William memutuskan untuk membawa Lina ke rumahnya.
Beruntungnya jika sudah larut malam rumah William tampak sepi, ayah dan ibunya tidak serumah dengan William, pelayan-pelayan sudah pada tidur, hanya ada satpam yang menjaga di luar, jadi ia sedikit bebas jika membawa Lina ke rumahnya tersebut. Sesampainya di kamar Lina di baringkan di ranjang William, ia kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh Lina karena ia mengenakan pakaian yang minim.
Kemudian William ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menjernihkan pikirannya, apalagi tubuhnya bau karena Lina muntah tepat di baju William tadi saat ia menggendong Lina ke mobil, sebelumnya tidak ada seorang pun yang berani menganggap remeh William tetapi ini baru pertama kalinya ia di anggap kurang ajar seperti itu.
Setelah selesai mandi William kemudian menatap ke arah Lina yang sudah tertidur pulas, ia penasaran dan mendekati Lina dan duduk di pinggir Ranjang. Hari ini William memutuskan untuk tidur di Sofa kamarnya, hanya demi Lina. Tidak mungkin baginya jika harus tidur seranjang dengan Lina.
Lagi-lagi seperti perkataan orang-orang Lina memang sungguh cantik wajah yang putih bersih, dengan make up yang natural tapi tidak terlihat menor sedikit pun membuat wajahnya pas terlihat manis ketika melihatnya, baju yang ia kenakan berwarna putih sabrina dengan celana pendek.
Gleg.......
William mengusap rambut Lina, kemudian memegang pipi Lina yang halus.
Ingin sekali aku mencium bibirmu Lina..... gumamnya dalam hati.
TIDAK....TIDAK, AKU HARUS SADAR,,, AKU MASIH PUNYA AKAL SEHAT kata William sambil menggelengkan kepalanya agar tidak terlena dengan suasana yang akan membuat akal sehatnya gusar, William kemudian beranjak pergi dari ranjang.
Betapa kagetnya William melihat tangan Lina memegang tangannya.
“Ja....jangan pergi... Aaa..aku takut sendirian” kata Lina menatap wajah William dengan ekspresi wajahnya seperti kucing kecil yang menggemaskan minta untuk di peluk.
“mengapa kau menangis Lina?”tanya William kemudian kembali duduk di samping ranjang.
“aku .... aku....sudah lama kesepian, bohong jika aku tidak sedih melihat keadaan ku yang selalu menyendiri tanpa di temani seorang kekasih.... hikss... hikss. ..hiks aku juga wanita normal seperti teman-temanku pada umumnya aku... aku... ingin kau menemani ku malam ini”kata Lina kemudian menarik William untuk mendekati Lina lebih dekat,
Lina langsung memeluk William dan membenamkan wajahnya di dada William, lalu ia menatap William dan berkata “ kau pria yang baik” kata Lina dengan tersenyum.
jika sebelumnya William dapat menahan nafsunya kali ini mungkin ia tidak yakin dengan dirinya, karena dengan keadaan seperti ini tentu bisa membuat pertahanannya goyah. William menatap wajah Lina yang tersenyum manis membuat ia tidak tahan untuk mencium bibir manis Lina.
“apa kau ragu untuk mencium ku? Kata Lina dengan sedikit memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan William.
Setelah melihat pergerakan Lina yang mendekat dan mendengar perkataan Lina barusan tanpa menunggu bertanya William langsung mencium bibir Lina. Sampai ia meninggalkan tanda merah atau stempel kepemilikan tepat dileher Lina. Lina bahkan tak menolak saat dicium. Sampai akhrinya Lina tertidur karena kelelahan
bersambung
Tidak terasa hari sudah pagi, hangatnya sinar matahari masuk ke dalam ruangan itu terasa seperti hari yang menyegarkan untuk pasangan yang sedang di mabuk cinta. Tetapi mungkin kata-kata itu tidak cocok untuk di katakan dalam suasana Lina sekarang.
Lina membuka sedikit matanya, ia merasa begitu nyaman dengan pelukan seseorang. Tetapi tubuh siapa yang sedang memeluknya ini?
Aduh berat sekali kakinya. aahh... Kepalaku juga pusing sekali....Lina kemudian mengangkat perlahan kaki yang sedang menimpa tubuhnya itu kemudian ia menatap Wajah orang tersebut.
Tunggu ini siapa?? Perasaan aku pernah melihatnya tapi dimana?.... Aku semalam bukannya sedang berada di Club bersama dengan teman-teman ku?? Kenapa...
Yah Tuhan ini lelaki gila semalam yang mendekati ku,, bagaimana mungkin aku bisa kecolongan seperti ini dan aku aku...
Lina memeriksa baju yang ia kenakan..
Syukurlah berarti semalam tidak terjadi apa-apa padanya.
Lina kemudian perlahan menuruni ranjang, ia tidak ingin jika William terbangun dan menyadari bila Lina tidur satu ranjang bersamanya. Ia kemudian keluar dengan mengendap-endap.
Pembantu yang bertemu dengan Lina. ia bermohon untuk tidak mengatakan kepergiannya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu pada William.
"Ku mohon jangan katakan pada William jika aku pergi Sekarang", kata Lina.
pembantu yang ada di rumah tersebut hanya menganggukkan permintaan Lina tersebut.
Lina kemudian naik taksi untuk kembali ke rumahnya. Saat berada di mobil Lina mengambil handphonenya untuk menelepon Stefany, tetapi sudah beberapa kali ia menelpon tidak di angkat juga. Oh iya Thalia... Thalia pasti sudah bangun jam begini.
“Hallo, thal kalian semalam kemana kok aku langsung di rumahnya William? ”, Kata Lina
“jangan bilang kamu gak ingat? Kan semalam William yang mengantarmu pulang? tetapi tunggu apa maksud mu di rumah William?”, Kata Thalia.
"Kalian kan bisa mengantar ku pulang? Kalian kan tahu sendiri jika aku gak suka jika ada laki-laki mengantar ku pulang!!”, Kata Lina tanpa menjawab pertanyaan Thalia barusan.
"Maaf semalam kita gak ada yang bawah mobil kebetulan sih William bawah jadi dia yang mengantar kamu pulang", kata Thalia dengan rasa bersalah.
lina Menghela nafas panjang-panjang.
"Hm iya juga sih, yah udah aku tutup dulu teleponnya yah bye...", kata Lina langsung menutup teleponnya.
Thalia bingung dengan perkataan Lina ia terkejut jika Lina semalam berada di rumah William bukannya di antar pulang.
semoga saja tidak terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan terjadi.
***
Sampai di rumah Lina langsung ke naik ke kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang, ia kemudian beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Saat sedang berendam di Bathtub Lina memikirkan soal kejadian semalam.
Kira-kira apa yang ku lakukan semalam saat bersama dengan William? Semoga bukan kesalahan yang nanti akan ku sesalkan.
Setelah mandi ia pun berganti baju, dan memakai Skincare tetapi.
Aaaa.......aaaaa...aa Tiba-tiba Lina berteriak dengan keras membuat satu rumah pasti mendengarnya.
Iii....iniiii apa di leher aku pasti sudah gila.... apa yang ku lakukan sebenarnya semalam???? Mengapa ada tanda merah di leher ku ini....
Lina mencoba menenangkan dirinya
Oke tarik nafas lalu buang... ini mungkin hanya tanda karena aku terjatuh atau ada hal lain yang melukai ku... yah itu pasti..
Bersambung
jangan lupa like dan COMMENT di bawah yah....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!