NovelToon NovelToon

Belenggu Cinta Suami Posesif

Eps 1 Hadiah Besar di Akhir Tahun

“Jadi bunda dan ayah mau menjodohkan Launa sama Danu?”

Mata indah wanita cantik itu membulat sempurna tatkala mendengar keputusan orang tuanya. Bukannya dia tidak senang, Launa justru senang sekali karena yang dijodohkan ini adalah pria yang dia sukai sejak lama.

Setahun kembali dari Amerika, membuat keluarga Addison ingin menjodohkan anaknya dan juga anak dari keluarga Arkana.

“Iya, tante Andira tadi datang ke sini untuk membahas soal perjodohan kalian… Danu belum menghubungimu?”

“Nggak tuh. Danu terlalu sibuk akhir-akhir ini bun.”

“Padahal Danu sudah tau, kamu orang terakhir yang mengetahuinya.”

Tak ubahnya orang bodoh yang tersesat di keramaian, Launa terus dibuat bingung tatkala mendengar penuturan Salsa bundanya.

“Terus Danu bilang apa bun? Danu mau dijodohkan denganku?” Tanya Launa antusias namun bundanya mengedikkan bahu.

“Kenapa bun?”

“Belum sempat Danu menjawab, tiba-tiba dia menerima telepon dan pamit pulang lebih dulu.” Jawab Salsa lalu kemudian berlalu usai ia mengusap pelan pundak putrinya.

“Danu suka nggak ya?” Launa bermonolog sembari menyandarkan dagu di atas gawai yang ia pegang.

“Semoga Danu suka.” Harap Launa yang kini melamun memikirkan pujaan hatinya itu. Cukup lama Launa terdiam, hingga akhirnya lamunannya buyar karena notifikasi pesan dari benda pipih yang ia pegang.

Begitu Launa membuka whatsappnya, mata Launa kembali membeliak mendapati pesan dari beberapa brand ternama yang ingin mengajaknya bekerja sama. Selalu mendapat tawaran dari brand biasa, Launa letih juga hingga akhirnya ia mendapat tawaran dari brand yang selama ini ia incar.

Tanpa pikir panjang, Launa langsung menerima tawaran endorse tersebut. Brand-brand itu juga banyak dikenal dan sudah dipercayai dibanyak kalangan masyarakat. Oleh karena itu Launa mau menerimanya, Launa ingin berkecimpung di dunia tersebut, dunia yang sudah lama Launa cita-citakan dan menjadi impiannya.

Belum sampai tiga tahun ini terjun di dunia hiburan, followers Launa membludak mulai dari utube, toktok bahkan instagral karena karya-karyanya yang kreatif. Bukan hanya karya, kecantikan dan kemolekan tubuh Launa membuat netizen banyak bertahan lama menonton videonya.

****

“Cut!” Ucap Dicki, kameramen yang belum lama ini ia rekrut untuk mendampinginya tiap shooting.

Lelah merangkap pekerjaan mulai dari jadi artis, kameramen bahkan editor selama hampir tiga tahun ini, Launa akhirnya merekrut Diki untuk membantu bisnisnya itu. Tentu saja bayaran yang Launa tawarkan juga bukan sekadar isapan jempol belaka, bayarannya fantastis, dan bisa Launa pastikan Diki akan betah dan tidak akan lari dari tanggung jawab yang sudah Launa bebankan.

“Gimana hasilnya? Bagus nggak?” Tanya Launa ikut melihat hasil video yang sejak tadi di take oleh Diki.

“Launa.” Suara berat itu membuat Launa sontak menoleh dan menghentikan aktivitasnya sejenak.

“Danu?” Seru Launa sontak memeluk pria itu, seminggu tidak bertemu serasa setahun baginya.

“Kamu dari mana aja sih Dan? Kenapa tidak mengabariku?” Cecar Launa begitu ia melepas pelukannya.

“Aku sibuk mengurus proyek baruku Lau.”

“Tapi kenapa tidak menghubungiku?” Launa mencebik kesal dan merengut bak anak TK yang merajuk pada ayahnya.

“Maaf aku terlalu sibuk jadi tidak sempat pegang ponsel. Kamu lagi shooting apa?” Tanya Danu secepat mungkin mengalihkan pembicaraan agar pembahasan soal kabar kabaran itu Launa lupakan. Biasa lah, kadang kala pikiran Launa cepat ter-distract.

“Tebak dong apa?”

“Apa memangnya hemm?” Tanya balik Danu seraya melipat tangan di atas perut.

“Aku… dapat tawaran endorse dari lima brand ternama sekaligus.” Jawab Launa dengan penuh keceriaan. Wajahnya berbinar, kini kebahagiaan terpancar jelas dari wajah cantiknya.

“Masa? Berarti sebentar lagi kamu bakal jadi bintang besar, akhirnya anak ayah nggak jadi pengangguran lagi.”

“Ih apaan sih Dan, jangan nuduh aku pengangguran terus dong.”

“Yeee memang betul kamu beban keluarga.”

“Enak aja kamu! Mentang-mentang sudah jadi direktur seenaknya aja ngatain aku.”

“Loh kok malah ngambek?”

“Tau ah.” Launa membelakangi Danu seraya melipat kedua tangannya di bawah dada.

“Launa, apa kalau aku menyatakan cintaku padamu kamu akan menerimaku? Apa kamu mau menerima perjodohan kita? Aku ingin menyatakan cinta padamu, tapi aku takut ditolak.” Batin Danu sembari menatap lekat wanita yang juga sudah lama ia sukai.

Danu dan Launa sudah lama saling suka, tapi mereka tidak berani mengungkapkan perasaan masing-masing, lebih tepatnya takut patah hati karena sudah lebih dulu membayangkan penolakan. Bisa dibilang, hubungan mereka tak ubahnya bagai kasih tak sampai.

Tak terasa sudah seminggu Launa menggeluti dunia barunya yaitu menjadi endorsemen dari brand ternama. Videonya fyp bahkan merambah sampai skala nasional, penggemar Launa semakin banyak walau pun tak bisa diindahkan bahwa heaters juga bertambah banyak.

Video endorse Launa bahkan sampai di fyp toktok Iva, sepupu Launa yang sudah lama bekerja di perusahaan ternama yaitu bintang utama. Perusahaan atau bisa juga disebut manajemen hiburan atau yang lebih spesifik yaitu industri perfilman dan media digital, tempat para artis dan selebriti mengembangkan talenta mereka.

Di sana Iva bekerja sebagai pegawai yang merekrut bahkan melakukan seleksi tiap artis atau selebriti yang akan masuk ke dalam manajemen tersebut.

“Launa sudah mulai terkenal, aura bintang memang terlihat jelas dari wajahnya. Kalau aku rekrut dia, pasti pak Barra akan bangga karena aku berhasil merekrut artis dengan talenta yang mumpuni itu. Selain jago akting, Launa juga pintar bernyanyi. Sepertinya cocok sekali andai dia menjadi pemeran utama di series drama musical yang akan kita rilis tahun depan.” Iva bermonolog lalu kemudian meraih ponselnya untuk menghubungi sepupu artisnya itu.

Dewi fortuna memang selalu ada di pihak Launa tahun ini. Belum lama ia mendapat tawaran dari brand ternama, kini ia hendak mendapat tawaran dari industri perfilman dan media digital ternama di tanah air.

“Halo Va. Ada apa?”

“Lau, kamu di mana? Sibuk nggak?”

“Di rumah lagi makan siang.”

“Terus habis itu ke mana?”

“Ada janji mau ketemu direktur dream manajemen di_”

“Aduh mending kamu batalin aja deh.” Timpal Iva yang tak sabar ingin segera merekrut Launa.

“Kenapa Va?”

“Mending kamu gabung sama kita.”

“Sama kalian? Di PT Bintang Utama?”

“Iya Lau, setelah melihat video-videomu, aku merasa sepertinya kamu bakal jadi bintang ternama tahun ini dan namamu akan naik drastis.”

“Kamu serius mau merekrut aku Va?” Tanya Launa memastikan, pasalnya, sudah lama ia mengincar industri tersebut, akan tetapi dia tidak percaya diri sekalipun ada saudaranya di sana. Launa yang kala itu merasa jadi selebriti amatiran, cukup tahu diri dan tahu malu andai harus meminta bantuan Iva masuk ke sana.

Kini, tanpa ia minta, justru manajemen itu lah yang datang padanya.

“Hadiah besar di akhir tahun, kabar gembira terus berdatangan. Mulai dari perjodohan, endorse brand ternama, dan penawaran dari manajemen impianku.” Batin Launa bersorak dalam hati. Betapa senangnya hati Launa, ia bahkan melompat kegirangan di ruang makan dan tanpa ia sadari, dirinya justru jadi tontonan orang tuanya saat ini.

Launa Elliza

Barra Utama

Danu Addison

Iva

Bunda Salsa

Ayah Kevin

Mama Andira

Eps 2 Terkesima Tapi Menyebalkan

Tak butuh waktu lama dan tanpa pikir-pikir lagi, Launa langsung bertemu Iva di sebuah cafe.

“Iva.” Panggil Launa memekik kegirangan ke arah Iva yang juga tengah mengulas senyum seraya melambai dari jauh.

Launa pun mengayunkan langkahnya menghampiri sepupu perempuannya itu. Mereka jarang bertemu karena kesibukkan masing-masing yang luar biasa padat.

“Launa.” Iva mengulurkan tangan untuk memeluk Launa yang kemudian disambut baik oleh wanita cantik itu.

“Kamu sibuk banget ya sekarang.”

“Iya, jadwal aku padat akhir-akhir ini Va.” Jawab Launa lalu celinguk-celinguk ke kiri dan kanan.

“Nggak ada orang memang, aku sewa ini khusus untuk kita berdua. Kamu itu aktris terkenal, kalau duduk di sini yang ada nanti kamu di kerumuni karena pasti banyak yang minta foto.” Jelas Iva sebelum Launa bertanya. Bagaimana tidak? Sebulan saat mereka bertemu di mall, tiba-tiba Launa di kerumuni banyak orang yang ingin minta foto bersama.

“Makasih ya Va, kamu sangat mengerti isi hatiku.” Tutur Launa sembari menikmati juss alpukat yang sudah lebih dulu Iva pesan sebelum dirinya datang.

“Tentu dong. Oh ya, kita langsung ketemu pak Barra aja yuk.” Ajak Iva yang Launa tanggapi dengan anggukan.

Sebelum pergi, Launa sempat-sempatnya menyeruput juss alpukatnya sampai tandas hingga Iva menggeleng-gelengkan kepala.

“Kamu nggak berubah ya dari dulu.”

“Itu kan dibeli pake duit Va, ya walaupun duit kamu.” Celetuk Launa sembari terus berjalan beriringan menuju pintu luar cafe.

“Perhitungan banget deh artis satu ini, padahal duitnya juga banyak.”

“Kalau soal makanan dan minuman, kita memang harus perhitungan Va. Kalau makanannya sudah dibeli, ya otomatis harus dihabisin dong.” Balas Launa yang memang punya prinsip hidup seperti itu, ia memang begitu menyayangi makanan. Sungguh prinsip hidup yang cukup unik.

****

Kini Launa dan Iva sudah ada dalam perjalanan menuju kantor. Launa yang menyetir karena saat ini mereka menaiki mobil Launa.

Sepanjang perjalanan mereka mengobrol ringan seputar kisah percintaannya bersama Danu. Jika sudah bersama Iva, Launa memang suka curhat masalah Danu pada sepupu sekaligus sahabatnya itu.

Mereka berjalan dan melewat beberapa gedung pencakar langit di sana. Begitu tiba, Launa maupun Iva sama-sama turun dan bergegas untuk bertemu CEO sekaligus sutradara di perindustrian perfilman itu.

Sebelum ke sana, tentu Iva sudah lebih dulu menawarkan Launa untuk menjadi artis mereka di perusahaan dan masuk untuk menjadi pemeran utama dalam project yang akan mereka rilis tahun depan.

Begitu sampai di depan ruangan Barra, Iva buru-buru meminta Launa untuk merapikan penampilannya walaupun sebenarnya sudah cantik tapi kurang rapi. Wanita itu memakai pakaian yang cukup terbuka karena baru saja selesai shooting iklan lalu segera diajak Iva bertemu hingga ia tak sempat ganti baju.

Iva pun mengetuk pintu ruangan Barra dan pintu pun terbuka segera. Begitu masuk, Launa terpana akan ketampanan Barra, sutradara kelas atas yang banyak digilai wanita. Selama ini ia hanya melihat Barra lewat layar kaca, siapa sangka sekarang ia bisa melihat secara langsung. Ternyata, Barra lebih tampan aslinya.

Tanpa ia sadari, ternyata Barra juga tengah menatapnya. Barra cukup terkesima pada pandangan pertama. Bukannya karena baru kali ini melihat Launa, Barra sudah pernah melihatnya di platform-platform terkenal lainnya, akan tetapi Barra yang pada dasarnya cuek tidak suka memperhatikan aktris-aktris wanita terlalu lama.

“Amelia?” Batin Barra yang dibuat terlonjak kaget akan kedatangan Launa namun ia berusaha tenang walau pikirannya berisik.

Sementara itu, Iva yang sadar akan makna tatapan mereka dibuat takut andai pria pujaannya ini berpaling melirik sepupunya. Pasalnya, Iva sudah lama menaruh hati pada atasannya itu. Sayangnya hingga saat ini Barra tidak mau menatapnya sama sekali.

“Pak Barra.” Panggil Iva hingga lamunan Barra buyar. Barra pun kembali menata wajahnya agar tidak terlihat takjub akan visual wanita itu demi menjaga image-nya.

“Jadi Launa akan bergabung dalam project kita?”

“Iya pak, Launa akan jadi pemeran utamanya.”

“Kamu yakin aktris baru seperti dia boleh jadi pemeran utama? Masalahnya dia pendatang baru dan bakat aktingnya juga belum mumpuni.” Tukas Barra tanpa perasaan hingga membuat Launa mengumpat dalam hati padahal tadinya sempat terkesima.

“Saya yakin pak, Launa memang pendatang baru, tapi dia pernah berhasil ikut casting film. Akting menangisnya luar biasa pak, niche kontennya juga tentang akting. Ekspresinya juga oke, selain itu dia pernah jadi cameo di sebuah drama.” Jelas Iva mempromosikan saudaranya agar berhasil masuk ke industri film mereka.

“Baiklah, saya percayakan semuanya padamu. Tapi kalau sampai gagal dan ternyata dia malah bikin kacau, kamu yang bertanggung jawab.” Tegas Barra menunjuk Iva menggunakan bolpoin di tangannya.

“Aku pikir sikap dinginnya cuma rumor saja, ternyata benar dan sangat menyebalkan dari rumor itu sendiri.” Gerutu Launa dalam hati seraya berusaha menata tatapannya agar tidak terlihat nyinyir. Ya, walaupun begitu ia tetap mau menandatangani kontrak, mengingat itu series favoritnya.

“Baik pak, saya yang akan bertanggung jawab.” Jawab Iva lalu kemudian Barra menggerakkan bolpoin di tangannya sebagai isyarat agar mereka segera keluar.

“Permisi pak.” Pamit Iva namun tidak dengan Launa. Ia malah beranjak lebih dulu tanpa menatap Barra sama sekali. Melihat tingkah Launa, Iva menggeleng pelan lalu kemudian segera menyusul wanita itu.

Kebiasaan, kalau ada yang tak ia suka Launa sulit bersikap ramah.

“Lau Lau tunggu! Pelan-pelan jalannya.” Panggil Iva menyamai langkah Launa.

“Kamu kenapa harus bersikap dingin begitu sih ke pak Barra?”

“Aku nggak suka aja sikap sok berkuasanya itu. Mentang-mentang atasan seenaknya nunjuk-nunjuk wajah kamu kayak tadi. Terus apa katanya? Akting bakatku tidak mumpuni? Dia tidak pernah nonton tv apa? Walau pun cuma cameo, aku juga pernah terjun di dunia film dan series.” Protes Launa tak terima bakatnya diragukan begitu.

“Sudah sudah… yang penting kan kamu sudah tanda tangan kontrak. Jangan begitu lagi ya Lau, kamu harus bisa membedakan mana atasan dan mana teman kamu. Tidak boleh disamaratakan.” Tutur Iva menasehati saudaranya yang cukup bebal ini.

Launa pun tak merespon, ia malas berdebat dan memilih mengalah untuk sementara. Bagaimana pun Iva adalah kakaknya, walau hanya beda jam saja.

Launa dan Iva sudah tinggal serumah dari kecil, orang tua Iva meninggal di dalam rumah mereka yang tiba-tiba terbakar entah apa penyebabnya. Jadi karena itu, sebagai paman ayah Kevin mengasuh Iva yang saat itu baru berusia sebelas tahun dan bertanggung jawab penuh padanya.

Iva bukan dari keluarga berada seperti Launa, ia terlahir dari keluarga sederhana dan numpang hidup di rumah Launa. Meski pun begitu, Salsa dan Kevin tetap menganggap Iva sebagai anak perempuan mereka. Mereka tidak membeda-bedakan Launa dan Iva. Biaya sekolah Iva, mulai dari Sd hingga kuliah, Kevin yang membiayai. Hingga akhirnya, begitu Iva mendapat pekerjaan, Iva pamit baik-baik dan ingin tinggal sendiri mengingat jarak rumah dan kantornya berdekatan.

Salsa dan Kevin sebenarnya tidak rela Iva pindah dan tinggal terpisah dengan mereka. Akan tetapi, Salsa juga tidak bisa memaksa mengingat Iva sudah dewasa.

“Va, kamu tahan juga ya bekerja di sini lama-lama?” Tanya Launa setelah mereka cukup lama berdiam diri.

“Aku kan sudah terbiasa Lau, asal tidak membantah dan mendengarkan dia, pak Barra tidak akan marah kok.”

“Kalau aku jadi kamu, aku nggak mau disuruh-suruh kayak gitu. Mentang-mentang punya kuasa seenaknya aja ngatur orang. Suka menghina lagi.”

“Udah dong Lau, nggak usah dibahas lagi. Udah bagus dia tetap mau merekrut kamu.”

“Untung ini series favorit aku Va, kalau bukan ogah aku lama-lama berurusan dengannya. Apalagi tadi, dia ngomong tanpa ekspresi udah kayak robot aja tau nggak_”

“Ekhem.” Tiba-tiba ada suara deheman lelaki hingga membuat mereka bungkam dan sama-sama menoleh ke arah sumber suara.

“Mampus aku.” Batin Iva yang ketar ketir begitu tau siapa sosok yang kini tengah memergoki mereka.

Eps 3 Hampir Mendapat Musibah

“Ekhem.” Tiba-tiba ada suara deheman lelaki hingga membuat mereka bungkam dan sama-sama menoleh ke arah sumber suara.

“Mampus aku.” Batin Iva yang ketar ketir begitu tau siapa sosok yang kini tengah memergoki mereka.

“Pak Garry?” Iva menyapa dalam keadaan gugup begitu sosok yang ia takuti berdiri di hadapan mereka.

Selain Barra, mereka juga segan dan takut pada Garry, mengingat posisi Garry yang hanya berada satu tingkat di bawah Barra.

“Bicara apa kalian tadi?”

“Eh ti_tidak_”

“Membicarakan pak Barra, memangnya kenapa?” Sergah Launa yang justru berkacak pinggang. Melihat saudaranya yang super berani ini Iva sampai ketar ketir dan berbisik.

“Kamu jangan macam-macam, pria di hadapan kita ini tangan kanan pak Barra yang artinya orang kepercayaan pak Barra.”

“Oh jadi bapak ini tangan kanannya pak Barra.” Cetus Launa dengan suara lantang bahkan sampai mengundang perhatian orang-orang di sana.

“Launa yah ampun, aku antar pulang yuk.”

“Kebetulan, berhubung anda ada di sini, saya cuma mau mengingatkan bahwa tolong nasehati atasan anda itu. Sepertinya dia terlalu sombong dan suka meremehkan kemampuan orang lain.”

Sudah Iva ingatkan, namun Launa justru semakin menyalak-nyalak layaknya anjing pemburu. Melihat tingkah laku Launa, Iva justru dibuat sakit kepala dan pusing seketika. Bukan baru kali ini, sedari masih duduk di bangku sekolah memang sikap Launa seperti ini, seenaknya dan suka membalas andai ditindas. Bukan hanya saat menindas dirinya, tapi juga saat ada yang menindas Iva juga Launa kerap pasang badan hingga berakhir petaka.

“Lau, kita pulang aja yuk.” Ajak Iva yang makin ketakutan namun Launa tak mengindahkannya.

Launa terus saja mengoceh hingga gendang telinga Garry sakit rasanya. Yang berulah siapa yang dimarahi siapa. Berbeda halnya dengan Iva yang darahnya seakan tumpah setengah, Garry justru tenang dan mengulas senyum tipis mendengarkan ocehan selebgram yang terkenal ini.

Tak disangka, ternyata Garry justru kagum dan menaruh hati pada Launa. Bagaimana tidak? Pria itu adalah salah satu penggemar Launa, bukan hanya penggemar, bahkan bisa dibilang pengagum karena Garry tidak hanya memfollow seluruh akun sosial media wanita itu namun juga dinding kamar Garry dipenuhi foto Launa yang sudah tercetak.

“Jadi benar Launa akan bergabung di industri kami? Pucuk dicinta ulam pun tiba, tanpa dicari malah datang sendiri.” Gumam Garry dalam hati seraya terus memandang lekat Launa. Akan tetapi, yang ditatap sama sekali tidak sadar dan justru berlalu bersama Iva, karena merasa tidak ada gunanya memarahi Garry yang tak ubahnya bak patung monumen pancasila sakti.

Garry adalah tunangan dari adik Barra yaitu Jovita. Kelakuan Garry tak ubahnya bak pria mata keranjang. Meski sudah bertunangan, Garry tidak peduli dan masih ingin mencari kesenangan di luar sana. Bahkan, tak jarang ia kerap bermain dengan beberapa model dan artis lainnya di sana. Bahkan, ada juga artis yang kerap menjadi panutan para netizen, atau yang sering mendapat peran utama karena sifat baik dan lugu mereka di dalam film juga berhasil Garry gagahi. Dan itu, tanpa sepengetahuan Barra apapagi Jovita.

“Sepertinya saya harus mengundang dia di acara ulang tahun perusahaan besok malam. Saya jamin saya pasti bisa mendapatkan dia.” Batin Garry yang tak henti memandangi Launa yang sudah menghilang.

Setiap akhir tahun, mereka kerap merayakan ulang tahun perusahaan yang memang didirikan di tahun terakhir, bersamaan dengan perayaan malam tahun baru dan tentunya selalu berlangsung meriah karena akan ada acara kembang api.

****

Malam ini, Launa menginap di rumah Iva setelah mendapat izin dari bunda dan ayahnya. Seperti itulah memang kebiasaan Launa, kadang kala disaat senggang, ia kerap menemui Iva untuk menghabiskan waktu bersama saudara sekaligus sahabatnya itu.

“Lau, kamu sudah baca informasi di group.”

“Group?”

“Iya group, kamu kan sudah masuk ke tim kami, seluruh tim dan crew ada di group itu.”

Launa yang tidak sempat melirik ponsel karena sibuk berendam di bathtub, tak sempat membaca group chat padahal dia bawa ponsel ke kamar mandi. Bagaimana tidak? Selama berendam di sana Launa sibuk berselancar di media sosial kebanggaannya itu, dan membaca beberapa DM dan komen akun asli maupun akun fake di Instagral miliknya tanpa membuka chat wa.

Terlebih ia memakai mode jangan ganggu, sehingga chating-chating yang baru masuk tidak muncul di notifikasi depan.

“Pak Garry mengundang kita ke ulang tahun perusahaan Bintang Utama besok malam.”

“Oh.” Jawab Launa singkat dengan tatapan malasnya lalu kemudian menuju walk in closet untuk mengganti pakaian di sana.

Melihat reaksi Launa yang tampak tak tertarik dengan acara itu mengantarkan langkah kaki Iva menuju ruang ganti, demi menyusul wanita yang super bodo amat itu.

“Lau, kamu juga datang ya? Kita barengan perginya okay?”

“No.”

“Loh, kenapa?” Tanya Iva tak habis pikir, jika sudah begini, akan sulit Iva membujuk Launa karena wanita itu sangat keras kepala dan tak terlalu suka acara-acara seperti itu. Menurut Launa, terlalu merepotkan dan menguras tenaga.

“Aku tidak ingin bertemu pria menyebalkan itu lagi. Cukup berurusan soal pekerjaan, jika sudah menyangkut hal lain, aku tidak mau berpapasan dengannya.” Timpal Launa yang masih pada pendiriannya.

“Ayolah Lau, please.” Bujuk Iva yang masih belum menyerah. Pasalnya, Iva seperti itu karena sudah mendapat chat pribadi dari Garry bahwa pria itu ingin Launa ikut juga.

“Big No.”

“Aduh gimana lagi sih caranya aku bujuk dia? Kayaknya jangan dipaksa sekarang deh, gimana kalau aku ajak dia ke pasar malam aja dulu. Nanti kalau sudah dalam perjalanan, aku akan membujuknya dari hati ke hati.” Batin Iva yang tetap kekeuh ingin Launa ikut karena ada sesuatu yang sedang ia incar.

Beberapa hari lalu kejadian tak terduga menimpah Iva, mobil wanita itu tak sengaja menabrak mobil seorang pejabat besar di lampu merah, sehingga bagian belakang mobil pejabat tersebut penyok dan orang tersebut minta ganti rugi sebesar 2M. Iva yang tak punya uang sebanyak itu jelas saja kelimpungan.

Namun, dewi fortuna seakan datang di waktu yang tepat. Usai pertemuan bersama Garry siang tadi, tiba-tiba Garry mengirim chat dan meminta Iva mengajak serta Launa untuk hadir di acara mereka besok malam, dan andai kata Iva berhasil, Garry akan mentransfer uang sejumlah 2M ke rekening Iva.

Cukup lama mereka diam, hingga akhirnya Iva mengutarakan ide yang sekiranya membuat Launa berbinar. Launa yang memang menyukai pasar malam, jelas saja suka saat diajak ke sana.

Akhirnya, mereka pergi tanpa pengawalan dan lupa memakai penutup wajah. Launa yang merupakan artis pendatang baru merasa tidak perlu pengawal, karena takut dianggap si paling artis andai ia melakukan itu. Jadi, selama ini dia hanya menggunakan masker dan topi saat di tengah keramaian.

Sempat tidak memakai penutup wajah, Launa yang merasa tidak punya penggemar pernah berjalan sendirian di sebuah cafe. Tak disangka, begitu di tengah jalan Launa diserang fans fanatik untuk sekadar foto bersama. Itulah sebabnya setiap bepergian ia kerap menutup wajah. Beigtu pun dengan malam ini, bukan disengaja melainkan lupa bahwa sekarang ia sudah jadi artis terkenal.

Sayangnya, arena pasar malam terletak di ujung gang sempit sehingga tak memungkinkan mobil untuk masuk ke sana. Alhasil, mereka berjalan kaki menuju lapangan yang berada di ujung gang. Entah bagaimana konsepnya, pasar malam yang biasanya terletak di area terbuka kini justru diadakan di area tertutup.

Awalnya semua tampak baik-baik saja, hingga ketika mereka berjalan, tiba-tiba Launa diserang penggemar beratnya, yang merupakan seorang pria. Bukan untuk minta foto dan tanda tangan seperti penggemar yang lainnya melainkan ingin menculik Launa.

Orang tersebut menarik Launa hingga Iva memekik ketakutan. Tak ingin saudaranya mengalami kejadian tak mengenakkan, Iva menarik sebelah tangan Launa hingga terjadilah aksi tarik menarik.

Tak ada yang menolong mengingat gang tersebut memang sepi dan tidak ada hunian di sana, sehingga meski mereka beteriak sekalipun tidak ada yang mendengar.

“Ivaaaaa!” Pekik Launa saat tubuh Iva justru terdorong ke belakang karena penculik itu menendang perut Iva.

“Brengsek! Kenapa kamu menendang kakak saya!” Launa berusaha memberontak namun cekalan pria tersebut terlalu kuat.

“Siapa kamu sebenarnya?” Tanya Launa karena orang itu memakai penutup wajah berwarna hitam.

“Launa.” Panggil Iva dengan suara tertahan, dan berusaha untuk berdiri namun tubuhnya oleng kembali karena perutnya terlalu sakit.

“Lepaskan!” Launa tak henti-hentinya meraung dan berusaha melawan namun tenaganya tak cukup. Hingga akhirnya….

Bughh

“Akkhhh.” Pekik orang tersebut saat tubuhnya terpental cukup jauh.

Iva maupun Launa sama-sama terkejut melihat sosok yang kini tengah menyelamatkan mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!