NovelToon NovelToon

BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

Bab 01

‎"kalo kamu ga suka sama aku tuh, bilang dari awal jangan beri aku harapan palsu, aku juga manusia Gal, yang bisa ngerasain sakit disetiap kali kamu ngasih aku harapan palsu," lirih Widuri sembari menunjuk nunjuk dada Galuh

‎"maaf, aku gak bermaksud untuk nya-''

‎"lagu lama Gal, kamu udah sering ngucapin itu, kamu tahu? dulu aku selalu percaya sama setiap omongan kamu, tapi... tidak untuk sekarang, udah cukup kamu nyakitin aku... hah~ aku mau hubungan kita sampai di sini aja... mulai sekarang kita masing masing, kamu bebas ngelakuin apa aja sesuka kamu, tapi...jangan pernah ganggu aku lagi.... begitu juga sebaliknya..." final Widuri sembari berjalan meninggalkan Galuh yang masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

‎"TAPI WIDURI AKU CINTA SAMA KAMU!!'' teriak Galuh yang mampu menghentikan sejenak langkah Widuri.

‎"hahaha, terlambat Gal, aku emang selalu nungguin pernyataan kamu itu... tapi lagi lagi itu dulu!! KAMU, TERLAMBAT!!" tekan Widuri sembari tertawa sumbang.

‎"plis beri aku kesempatan lagi wi," mohon Galuh yang semakin membuat Widuri terkekeh

‎"terus setahun kemarin itu bukan kesempatan? aku udah bilang itu kesempatan terakhir kamu!! aku udah muak sama setiap omongan dan kelakuan kamu Gal!! jadi jangan harap aku bakalan ngasih kamu kesempatan lagi!!" tegas Widuri yang membuat Galuh menunduk mungkin dia menyesal...

‎"maaf," gumam Galuh, rasa bersalah datang menyelimuti hati nya, tapi..  bukankah setiap orang pasti memiliki alasannya? bahkan pembunuh saja memiliki banyak alasan, begitu juga dengannya, dia memiliki banyak alasan.

‎ingin sekali dia menjelaskan semuanya. Namun, apa boleh buat toh gadisnya eh mantan gadisnya itu sudah terlanjur tersakiti, harusnya dia menjelaskan semuanya sedari awal.

‎      WIDURI AZZAHRA

‎widuri seorang gadis cantik, berusia 17 tahun, Widuri lahir di Cianjur, tepatnya di sebuah desa, di kabupaten cianjur. Namun, saat dirinya berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung, ia mulai tumbuh menjadi seorang gadis cantik di bandung, hidung mancung, bulu mata lentik, mata yang berhanzel, pipi chubby, dan bibir yang merah muda alami melengkapi indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini.

‎widuri bertemu dengan Galuh saat awal MOS SMA, setahun itu mereka menjalin hubungan. Namun, hubungan mereka harus kandas karena salah satu pihak yang kurang jujur, sehingga membuat pihak yang lainnya tersakiti/ merasa dirugikan.

‎Widuri merasa bahwa keputusannya sudah bulat. Meski hatinya masih terasa berat, dia tahu bahwa ini adalah langkah terbaik untuk dirinya. Dia tidak ingin terus-menerus terjebak dalam hubungan yang membuatnya merasa tidak dihargai.

‎Setelah meninggalkan Galuh, Widuri berjalan menuju taman kota, tempat favoritnya untuk menenangkan diri. Di sana, dia duduk di bangku kayu di bawah pohon rindang, mencoba mengatur napas dan menenangkan pikirannya yang masih kalut.

‎Sementara itu, Galuh hanya bisa menatap punggung Widuri yang semakin menjauh. Dia sadar bahwa dia telah kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Penyesalan mulai merayap di hatinya, menyadari bahwa kesempatan yang pernah ada kini telah hilang.

‎Widuri menatap langit yang cerah, berusaha menguatkan dirinya. Dia tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang dan dia harus melangkah maju, meskipun tanpa Galuh di sisinya. Dia bertekad untuk fokus pada dirinya sendiri, mengejar impian-impian yang sempat tertunda.

‎Di dalam hatinya, Widuri berharap suatu hari nanti dia bisa menemukan kebahagiaan yang sejati, bersama seseorang yang benar-benar menghargainya. Untuk saat ini, dia memilih untuk menikmati setiap momen yang ada, belajar dari pengalaman, dan menjadi pribadi yang lebih kuat.

‎di tempat lain, Galuh merenung tentang kesalahan yang telah dia buat. Dia menyadari bahwa kejujuran dan keterbukaan adalah kunci dalam sebuah hubungan. Meski penyesalan itu datang terlambat, dia bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan.

‎Widuri, dengan semangat baru, memutuskan untuk lebih fokus pada pendidikan dan hobinya. Dia mulai mengikuti berbagai kegiatan di sekolah, bertemu teman-teman baru, dan menemukan kembali kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.

‎Setiap hari, Widuri semakin yakin bahwa keputusan yang diambilnya adalah yang terbaik. Dia belajar untuk mencintai dirinya sendiri dan menghargai setiap proses yang dilaluinya. Meski terkadang kenangan tentang Galuh masih terlintas, dia tahu bahwa masa depan yang cerah menanti

‎"hahaha, ternyata hidup tanpa drama pacaran tidak seburuk itu,'' tawa Widuri sembari menatap langit langit kamarnya

‎"dulu, aku pikir tidak pacaran akan membuat hidupku kesepian, tapi ternyata pikiranku salah, aku lebih suka hidupku yang sekarang..."

‎"andai dulu aku gak ikut ibu sama ayah kesini, mungkin pikiranku terhadap kehidupan akan tetap sama, aku gak akan pernah belajar dan aku gak akan pernah bisa dapat pengalaman pengalaman menarik kayak gini... hahaha," lanjut Widuri sembari tertawa kecil

‎Widuri merasa lega dengan keputusan yang diambilnya. Dia menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu harus datang dari hubungan dengan orang lain, tetapi bisa juga berasal dari diri sendiri. Dengan lebih fokus pada diri dan masa depannya, Widuri merasa lebih bebas dan bersemangat untuk menjalani hari-harinya.

‎Di sekolah, Widuri semakin aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Dia bergabung dengan klub seni dan menemukan bakat terpendamnya dalam melukis. Setiap goresan kuas di atas kanvas membuatnya merasa lebih hidup dan mampu mengekspresikan perasaannya dengan cara yang baru.

‎Teman-teman baru yang ditemuinya di klub seni memberikan dukungan dan semangat. Mereka mengajarkan Widuri bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang unik, dan penting untuk menikmati setiap langkah yang diambil. Bersama mereka, Widuri belajar untuk lebih menghargai momen-momen kecil dalam hidup.

‎Sementara itu, Galuh juga berusaha memperbaiki dirinya. Dia mulai lebih terbuka dengan orang-orang di sekitarnya dan belajar untuk lebih menghargai perasaan orang lain. Meski hubungan dengan Widuri telah berakhir, dia bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.

‎Hari demi hari, Widuri semakin yakin bahwa dia berada di jalur yang benar. Dia merasa lebih kuat dan percaya diri dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Dengan senyum di wajahnya, Widuri melangkah maju, siap menyambut masa depan yang penuh dengan kemungkinan baru.

‎"loh kamu udah mau berangkat?" tanya ibu Widuri, karena tidak seperti biasanya, putri semata wayangnya itu, sudah rapi dengan pakaian sekolah, di jam yang masih pagi.

‎"aku hari ini mau ikutan olimpiade. Mah," jawab Widuri sembari memakan roti bakar

‎"yaudah, ga mau sarapan yang lain? kalo mau mamah buatin, lagian masih pagi banget ini," tawar  ibu Widuri lembut

‎"gak. Mah, aku mau bawa bekel aja, buat nanti istirahat olim," ujar Widuri

Bab 2: Langkah Awal

“Loh, kamu udah mau berangkat?” tanya ibu Widuri, memandangi putrinya yang sudah rapi di jam yang masih pagi.

“Aku hari ini mau ikutan olimpiade, Mah,” jawab Widuri santai sambil menggigit roti bakar.

“Yaudah, nggak mau sarapan yang lain? Kalau mau, Mama buatin. Masih pagi banget, ini,” tawar ibunya lembut.

“Nggak usah, Mah. Aku bawa bekal aja buat nanti istirahat olimpiade.”

Ibunya tersenyum sambil mengelus kepala Widuri. “Semangat, ya. Mama doain kamu sukses!”

Widuri hanya mengangguk kecil. Dalam hati, dia merasa tenang karena setidaknya ada satu orang yang selalu mendukungnya tanpa syarat. Dia mengambil tas dan bergegas ke sekolah, berharap hari ini berjalan lancar.

Di perjalanan menuju sekolah, angin pagi terasa sejuk. Langit cerah, seolah memberikan semangat baru untuk Widuri. Namun, jauh di dalam hatinya, masih ada sedikit rasa gugup. Ini adalah olimpiade pertamanya, dan dia tidak ingin mengecewakan tim atau dirinya sendiri.

---

Sesampainya di sekolah, suasana sudah ramai. Beberapa murid terlihat sibuk mempersiapkan diri, termasuk Damar, teman sekelas Widuri yang juga satu tim dalam lomba debat. Damar adalah salah satu orang yang bisa membuat Widuri merasa nyaman, meskipun mereka tidak terlalu dekat.

“Widuri! Ke sini sebentar,” panggil Damar sambil melambaikan tangan.

Widuri mendekat dengan langkah santai. “Ada apa, Dam?”

“Urutan tampil kita udah ditentukan. Tim kita tampil kedua,” jelas Damar. Wajahnya terlihat tenang, meski Widuri bisa merasakan sedikit kegugupan darinya.

Widuri mengangguk. “Oke. Kita harus maksimalin persiapan.”

“Setuju. Eh, kamu udah siap banget, kan? Aku tahu kamu bisa,” kata Damar sambil tersenyum penuh keyakinan.

Mendengar itu, Widuri merasa sedikit lebih percaya diri. Dia tahu bahwa Damar adalah salah satu orang yang selalu memberi dukungan tanpa menghakimi.

“Jangan lupa bagian aku, ya. Nanti kalau aku lupa, kamu colek aja,” candanya, mencoba menghilangkan ketegangan.

Widuri tersenyum kecil. “Ya, tenang aja. Kalau kamu lupa, aku ingetin.”

---

Di aula perlombaan, suasana tegang. Tim pertama sedang tampil, sementara Widuri dan timnya menunggu giliran. Widuri menggenggam kertas catatannya erat-erat, mencoba menenangkan diri.

“Relax aja, Wid. Kita udah latihan berkali-kali,” bisik Damar.

Widuri mengangguk, meskipun tangannya tetap gemetar. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya.

“Selanjutnya, tim dari SMA Harapan Bangsa, silakan maju ke depan,” panggil pembawa acara.

Dengan langkah mantap, Widuri, Damar, dan anggota tim lainnya berjalan ke depan. Widuri memulai presentasi dengan tenang dan percaya diri. Setiap kata yang dia ucapkan terasa mengalir, seolah-olah dia benar-benar menguasai materi yang dibahas.

Damar dan anggota tim lainnya juga tampil dengan luar biasa, saling melengkapi argumen. Meski awalnya gugup, Widuri merasa lebih tenang saat melihat bagaimana Damar mampu menjaga tempo dan menyampaikan argumennya dengan jelas.

Setelah sesi debat selesai, Widuri merasa lega. Mereka telah memberikan yang terbaik.

Pengumuman hasil lomba pun tiba. “Pemenangnya adalah... SMA Harapan Bangsa!”

Ruangan bergemuruh dengan tepuk tangan. Widuri dan timnya saling berpelukan, merayakan kemenangan mereka. Untuk sesaat, Widuri merasa bebas dari beban-beban yang selama ini menghantuinya.

"Apa aku bilang, kita pasti menang,'' bangga Damar yang membuat teman-teman nya terkekeh kecil

---

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Saat keluar dari aula lomba, Widuri melihat seseorang yang tidak ingin dia temui: Galuh.

“Widuri, aku mau ngomong,” kata Galuh sambil melangkah mendekat.

Widuri memalingkan wajah. “Aku lagi sibuk, Gal. Jangan ganggu aku.”

“Tolong dengar aku dulu,” kata Galuh dengan nada memohon.

Widuri berhenti, menatapnya tajam. “Kamu nggak ngerti, ya? Aku udah bilang jangan ganggu aku lagi. Apa yang kamu lakuin sekarang cuma bikin aku makin yakin kalau aku udah ambil keputusan yang benar.”

Galuh terdiam, tapi dari tatapan matanya, Widuri tahu bahwa dia belum akan menyerah.

“Udah cukup, Galuh,” tambah Widuri sebelum berbalik dan melangkah pergi. Dia tidak ingin membiarkan masa lalunya menghancurkan kebahagiaan kecil yang baru saja dia dapatkan.

---

Setelah percakapan itu, Widuri mencoba melupakan kejadian tersebut. Dia tidak ingin membiarkan Galuh merusak hari baiknya. Widuri berjalan ke kantin bersama Damar, yang terus memuji kerja keras tim mereka.

“Kamu keren banget tadi,” kata Damar sambil tersenyum. “Aku yakin kita bakal lolos ke tingkat provinsi.”

Widuri hanya tersenyum kecil. Meski senang dengan pujian itu, pikirannya masih sedikit terganggu oleh pertemuan dengan Galuh.

“Wid, kamu baik-baik aja?” tanya Damar, menyadari perubahan ekspresi Widuri.

Widuri mengangguk. “Iya, aku cuma capek aja.”

Damar tidak mendesak. Dia tahu bahwa Widuri butuh waktu untuk berbicara, dan dia tidak ingin memaksa.

---

Malam harinya, di rumah, Widuri duduk di depan meja belajarnya. Buku-buku terbuka di depannya, tapi pikirannya melayang. Dia memikirkan bagaimana Galuh terus muncul dalam hidupnya, bahkan ketika dia sudah berusaha untuk menjauh.

“Kenapa dia nggak bisa ngerti?” gumamnya pelan.

Widuri mengambil buku catatan dan mulai menulis. Menulis adalah salah satu cara dia melampiaskan perasaan tanpa harus berbicara langsung dengan orang lain.

"Galuh, aku ingin kamu tahu bahwa aku sudah selesai dengan masa lalu kita. Aku sudah berusaha keras untuk melupakanmu, tapi kenapa kamu terus muncul? Kamu bilang mencintaiku, tapi aku tidak melihatnya dalam tindakanmu. Aku hanya ingin hidup tenang, tanpa bayang-bayangmu."

Setelah menulis itu, Widuri merasa sedikit lega. Dia menutup bukunya dan memutuskan untuk tidur lebih awal, berharap esok hari membawa suasana yang lebih baik.

Bab 3: Bayang-bayang Masa Lalu

“Kenapa dia nggak bisa ngerti?” gumamnya pelan.

Widuri mengambil buku catatan dan mulai menulis. Menulis adalah salah satu cara dia melampiaskan perasaan tanpa harus berbicara langsung dengan orang lain.

"Galuh, aku ingin kamu tahu bahwa aku sudah selesai dengan masa lalu kita. Aku sudah berusaha keras untuk melupakanmu, tapi kenapa kamu terus muncul? Kamu bilang mencintaiku, tapi aku tidak melihatnya dalam tindakanmu. Aku hanya ingin hidup tenang, tanpa bayang-bayangmu."

Setelah menulis itu, Widuri merasa sedikit lega. Dia menutup bukunya dan memutuskan untuk tidur lebih awal, berharap esok hari membawa suasana yang lebih baik.

____________________

Hari itu, Widuri datang ke sekolah dengan perasaan sedikit lebih tenang setelah kemenangan timnya di olimpiade. Tapi entah kenapa, ada perasaan aneh yang terus mengganggunya. Dia mencoba mengabaikan itu, berharap hari ini akan berjalan seperti biasa.

Bel masuk berbunyi. Widuri melangkah masuk ke kelas dan mengambil tempat duduknya di dekat jendela. Sinar matahari pagi menembus kaca, membuat ruangan terasa lebih cerah. Namun, perasaan lega itu tak berlangsung lama saat dia menyadari bahwa teman-temannya mulai berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya.

“Eh, itu bener nggak sih? Widuri sama Galuh balikan lagi?” terdengar salah satu teman sekelasnya berbisik.

Widuri langsung mengerutkan kening. Apa-apaan ini? pikirnya.

Dia mencoba mengabaikan, tapi bisikan itu semakin jelas terdengar.

“Widuri nggak kapok ya? Kan dulu Galuh sering banget bikin dia nangis.”

“Iya, kok mau sih? Padahal banyak yang lebih baik dari Galuh.”

Widuri mengepalkan tangan di bawah meja. Rasanya dadanya panas mendengar komentar-komentar itu. Tidak tahan lagi, dia langsung berdiri dan menatap teman-temannya tajam.

“Dengar, ya! Aku nggak ada hubungan apa-apa lagi sama Galuh. Jadi berhenti ngomongin hal yang nggak jelas!” serunya dengan nada tinggi.

Suasana kelas langsung hening. Semua mata tertuju padanya, tapi Widuri tidak peduli. Dia mengambil tas dan berjalan keluar kelas dengan langkah cepat, meninggalkan semua orang yang masih terdiam.

---

Widuri berjalan ke taman sekolah, tempat favoritnya untuk menenangkan diri. Dia duduk di bawah pohon besar, mencoba mengatur napas dan menenangkan pikirannya. Tapi amarahnya masih menggelegak.

“Kenapa sih orang-orang nggak bisa biarin aku tenang? Aku udah cukup capek sama hidupku,” gumamnya sambil menatap tanah.

Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat. Widuri menoleh dan melihat Damar berdiri di depannya dengan wajah khawatir.

“Kamu nggak apa-apa, Wid?” tanyanya pelan.

Widuri menghela napas. “Aku capek, Dam. Mereka ngomongin aku, ngegosipin hal yang nggak bener.”

Damar duduk di sebelahnya. “Aku dengar. Tapi aku tahu kamu kuat, Wid. Jangan peduliin mereka. Orang-orang suka ngomong tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Widuri menatap Damar. Ada ketulusan di matanya, sesuatu yang membuat Widuri merasa sedikit lebih tenang.

“Terima kasih, Dam. Kadang aku cuma pengen hidup tenang tanpa drama.”

Damar tersenyum kecil. “Tenang aja, aku di sini kalau kamu butuh seseorang buat dengerin.”

Widuri mengangguk. Meski hanya sebentar, kehadiran Damar membuatnya merasa lebih baik.

---

Di sisi lain, Galuh sedang duduk di bangku kosong di belakang sekolah. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan Widuri. Dia tahu bahwa dia sudah membuat banyak kesalahan, tapi dia tidak bisa berhenti memikirkan gadis itu.

“Kenapa semuanya jadi berantakan?” gumamnya sambil memegang kepala.

Galuh tidak bisa melupakan saat Widuri meninggalkannya. Kata-kata gadis itu terus terngiang di telinganya, seolah menjadi hukuman atas semua kesalahannya.

“Aku harus bicara lagi sama dia. Aku nggak bisa terus kayak gini,” putusnya akhirnya.

Dengan tekad baru, Galuh bangkit dan berjalan menuju taman, tempat dia tahu Widuri sering berada.

---

Widuri dan Damar masih duduk di bawah pohon, berbicara tentang olimpiade dan rencana mereka ke depan. Namun, kebersamaan itu terganggu ketika Galuh tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

“Widuri, aku mau bicara,” katanya langsung.

Widuri memutar bola matanya. “Aku lagi sibuk, Gal. Nggak ada yang perlu dibicarain.”

“Tolong, cuma lima menit,” pinta Galuh, nadanya hampir seperti memohon.

Damar berdiri, menatap Galuh dengan alis terangkat. “Kayaknya Widuri udah bilang dia nggak mau ngomong, deh. Jadi, mending kamu pergi.”

Galuh menatap Damar dengan tajam. “Ini nggak ada hubungannya sama kamu.”

“Tapi Widuri teman aku. Kalau dia nggak nyaman, aku nggak bakal biarin kamu ganggu dia.”

Widuri menghela napas panjang. “Galuh, aku udah bilang jangan ganggu aku lagi. Apa kamu nggak ngerti?”

“Tapi aku cuma mau minta maaf,” kata Galuh pelan.

“Permintaan maaf kamu udah nggak berarti apa-apa, Gal. Aku udah move on, dan aku nggak butuh kamu lagi dalam hidupku,” jawab Widuri tegas.

Galuh terdiam, wajahnya berubah muram. Setelah beberapa detik, dia mengangguk kecil dan pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

Widuri menghela napas lega. Dia tahu bahwa pertemuan itu mungkin bukan yang terakhir, tapi setidaknya untuk saat ini, dia bisa menikmati ketenangan.

---

Malam harinya, Widuri merenung di kamarnya. Dia menyadari bahwa hidupnya tidak akan pernah sepenuhnya bebas dari bayang-bayang Galuh. Tapi dia juga tahu bahwa dia tidak sendirian. Ada orang-orang seperti Damar yang peduli padanya, dan itu cukup untuk membuatnya terus melangkah maju.

“Mulai sekarang, aku nggak akan biarin siapa pun menghalangi jalanku,” gumamnya sambil tersenyum kecil.

Dia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tapi dia siap menghadapi apa pun yang ada di depannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!