"Zahira, Zahira!, buka pintunya!." teriak wanita paruh baya dengan suara keras sambil menggedor-gedor pintu kamar bercat putih dengan kesalnya.
Sementara gadis cantik yang berada dalam kamar tersebut tampak tersenyum tipis menyisir rambut panjangnya. Raut wajahnya tampak berseri-seri seolah kabar gembira menghampirinya pagi ini.
"Teruslah berteriak, aku senang sekali mendengar suara kesalnya pagi-pagi." ucapnya sambil merapikan rambut panjangnya yang hitam legam berkilau indah akibat perawatan dari salon mahal.
Zahira Malika Maheswari, itulah nama lengkapnya. Gadis cantik nan mandiri yang disapa Zahira adalah seorang pengusaha muda. Diusianya yang ke 27 tahun, ia sudah menduduki jabatan sebagai President Direktur di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri tekstil yang dipimpinnya dan digadang-gadang menjadi wanita karir yang berprestasi di dunia bisnis. Semua itu didapatkan berkat kerja kerasnya selama ini.
Saat ini, Zahira menduduki puncak keberhasilannya. Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian, sakit-sakit dahulu bersenang-senang di kemudian hari.
Seperti itulah lika-liku kehidupan Zahira lalui dengan perjuangan yang teramat berat dan begitu memilukan. Kedua orang tuanya meninggal dunia, sehingga ia hanya hidup sebatang kara di dunia ini.
Pada saat berumur tujuh tahun, ibu tercintanya meninggal dunia akibat kanker ganas yang menggerogotinya, hingga orang terkasihnya pergi untuk selamanya.
Selang 10 tahun kemudian, kembali ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya akibat kecelakaan maut yang merenggut nyawa ayahnya. Sungguh hancur hati Zahira kehilangan ayahnya yang menjadi satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Padahal ia masih membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, namun takdir berkata lain. Zahira berusaha tegar dan kembali menjalani kehidupannya yang penuh derita dan air mata.
Sebenarnya Zahira memiliki ibu tiri dan saudara tiri. Mereka begitu jahat dan selalu ingin menghancurkan hidup Zahira. Keinginan mereka hanya satu, ingin melihat Zahira pergi selama-lamanya dari dunia ini, lebih tepatnya menyusul mendiang orang tua Zahira. Namun apa yang direncanakannya tak pernah berhasil, karena nasib baik selalu berpihak kepada Zahira.
"Zahira, Zahira, apa kau tuli, hah!" teriaknya diikuti dengan gedoran pintu yang semakin keras.
Namun tak ada jawaban dari dalam kamar bernuansa putih tersebut. Wanita paruh baya itu semakin kesal saja dan tak henti menggedor-gedor pintu kamar bercat putih sampai pemiliknya keluar.
Wanita paruh baya itu bernama Nyonya Victoria Agustina, ibu tiri dari Zahira Malika Maheswari. Nyonya Victoria sangat membenci pemilik kamar tersebut yang tidak lain adalah anak tirinya.
Sedari dulu, Nyonya Victoria berusaha menyingkirkan anak tirinya, agar seluruh harta warisan milik mendiang sang suami jatuh ditangannya bersama anak semata wayangnya bernama Delisha Putri Agustina. Sayangnya nasib baik tidak pernah berpihak kepadanya, karena Zahira gadis yang cerdas dan juga cerdik memiliki banyak akal untuk melawannya.
"Kau memang anak durhaka! Pantas saja kedua orang tuamu lebih memilih untuk pergi selama-lamanya daripada harus--"
Ceklek
"Cukup! Kau tidak perlu menyebut-nyebut kedua orang tuaku dengan mulut jahat mu!" kata Zahira dengan tatapan tajam dan penuh amarah.
Zahira bukan lagi gadis bodoh dan penakut seperti dulu yang selalu mendapatkan ancaman mematikan dari ibu tirinya, kalau dia tidak menuruti keinginan ibu tirinya, bisa-bisa ayahnya yang menjadi batu-batunya.
"ZAHIRA!"
Zahira tampak acuh dipanggil namanya, apalagi kini ia terlihat rapi dengan setelan kantornya. Kemeja putih berbahan satin dipadukan blazer dengan warna senada dan terdapat hiasan permata di bagian leher blazer nya, begitupun celana berbahan kain yang begitu pas di tubuh proporsionalnya. Rambut panjangnya sebatas pinggang di biarkan tergerai indah, penampilannya terlihat biasa saja namun tetap saja anggun dan elegan untuk wanita karir seperti dirinya.
Tidak hanya itu tas bermerek berlogo H di tenteng ditangan kirinya sedang tangan kanannya tampak menunjuk-nunjuk kedua wanita penggerek harta warisan orang tuanya dengan gaya angkuh sekaligus bar-bar.
"Sudah berani ya kau melawan ibuku!" teriak gadis berambut pirang kecoklatan dengan angkuhnya dan penampilannya begitu seksi.
"Ya, aku memang tidak takut kepada kalian. Asal kalian tahu, mansion yang sedang kalian tempati saat ini adalah milik ayahku yang sudah diwariskan untukku, putri kandungnya. Jadi jangan coba-coba melawanku, jika kalian tidak ingin menjadi gembel di jalanan" ucap Zahira dengan nada penekanan diakhir kalimat. Ancamannya tak pernah main-main untuk membungkam mereka.
Nyonya Victoria semakin geram kepada Zahira. Sejak Ayah Zahira meninggal dunia, mendadak perubahan sikap Zahira menjadi-jadi, entah apa yang merasukinya sampai berani melawannya. Padahal gadis bodoh itu begitu penurut dan tak pernah membantah ucapannya, namun sekarang semakin berani menentangnya.
Delisha yang berdiri di samping ibunya tampak mengepalkan tangannya dan ingin menampar wajah saudara tirinya, tapi sebelum tangannya terangkat mengenai wajah mulus Zahira. Zahira lebih dulu menangkisnya lalu mencengkeram nya kuat.
"Satu lagi, jangan buang-buang waktu berhargaku. Karena tanpa aku, kalian tidak akan pernah menikmati hasil kerja keras ayahku" kata Zahira sambil menghempaskan tangan Delisha dengan kasar. Kemudian melangkah pergi meninggalkan ibu dan anak itu.
"Zahira, Zahira, tunggu!" teriak Nyonya Victoria untuk menghentikan langkahnya. Raut wajahnya teramat menyeramkan dengan sorot matanya yang tajam dan penuh kebencian.
"Apa lagi!" tantang Zahira sambil bertolak pinggang.
Zahira terpaksa berbalik badan menghadap kearah ibu tirinya. Walau bagaimanapun ia masih tetap menghormati ibu tirinya yang super jahat dan licik.
"Jangan senang dulu dengan apa yang kau dapatkan hari ini. Perusahaan yang kau pimpin secepatnya akan menjadi milik Delisha dan jabatan mu itu akan digantikan oleh Delisha. Pengacara Jordan yang akan mengurusnya." Ucap Nyonya Victoria mengingatkannya, raut wajahnya terpancar senyuman licik yang selalu merendahkan Zahira sedari dulu.
"Lakukan saja apa yang Tante suka. Aku sangat berharap rencana Tante dan Delisha berhasil kali ini" ejek Zahira dengan sinisnya lalu mengibaskan rambut panjangnya dengan elegan dan melanjutkan kembali langkahnya menuruni anak tangga menuju lantai satu.
"Mommy, aku sungguh muak melihat sikapnya. Aku sangat membenci Zahira. Aku ingin sekali melihatnya hancur dan kembali memohon-mohon kepada kita." Ujar Delisha sambil menggertakkan giginya yang sedang menahan amarahnya.
Delisha sungguh iri dengan kesuksesan yang diraih Zahira saat ini. Apalagi Zahira menjadi incaran para pengusaha muda. Begitu banyak pria tampan dan kaya raya dari kalangan konglomerat ingin menikahi Zahira, namun tak satupun yang berhasil menggetarkan hati Zahira alias saudara tirinya.
"Sayang, biarkan gadis bodoh itu bersenang-senang dulu, setelah itu kita nyalakan gongnya" ucap Nyonya Victoria dengan seringai licik diwajahnya.
"Ooh, aku sungguh menantikannya, mommy" ujarnya lalu memeluk ibunya.
Lagi-lagi mereka menyusun rencana jahat untuk menghancurkan Zahira.
Sementara Zahira sungguh merutuki kesalahannya di masa lalu. Karena dirinyalah kedua wanita licik itu menginjakkan kakinya di kediamannya.
Awalnya Zahira sangat menginginkan ibu sambung, hingga tanpa sengaja dia malah dipertemukan oleh Nyonya Victoria yang begitu licik dan penuh tipu muslihat.
Pertemuan pertama dengan nyonya Victoria memberikan kesan yang sangat menyenangkan bagi Zahira. Karena sikap nyonya Victoria terlihat penyayang dan keibuan sehingga membuat gadis polos seperti Zahira luluh akan tipu muslihatnya.
"Haisss, aku sungguh tidak ingin mengingat kejadian di masa lalu" gumam Zahira lalu melajukan mobilnya menuju perusahaannya.
*
*
*
Bersambung....
Selamat datang di cerita terbaru othor.
Jika kalian suka dengan cerita terbaru author, jangan lupa like, komen, vote dan berikan hadiahnya. Terima kasih 🙏🤗
Perusahaan ZMM Group....
"Bu Wira, tolong atur jadwal pertemuanku dengan Pengacara Jordan. Aku sungguh ingin tahu apalagi rencana jahat si duo serigala" ujar Zahira sebelum masuk ke dalam ruangannya.
Wanita yang baru saja ia sebut namanya adalah sekretarisnya. Wanita itu bernama Wira Rahayu, wanita dewasa berusia 45 tahunan. Hanya dia satu-satunya orang yang sangat dipercaya Zahira di dalam perusahaannya.
Mengingat Bu Wira salah satu karyawan kompeten yang sudah puluhan tahun bekerja di perusahaan orang tuanya, jadi ia sudah tahu seluk-beluknya sebelum mempekerjakannya pada perusahaannya sendiri.
"Baik Miss" sahut wanita dewasa itu dengan sopan.
"Eem atur saja jadwalku di jam makan siang hari ini. Soalnya banyak hal yang perlu aku bahas dengan pengacara Jordan." ucap Zahira tersenyum memberitahu sekretarisnya.
"Maaf Miss, bukankah di jam makan siang anda memiliki pertemuan dengan klien dari luar kota" jelas Wira sambil memperlihatkan buku kecil yang menjadi buku catatannya mengenai jadwal pertemuan atasannya.
"Batalkan saja, aku belum srekk dengan tawaran kerja samanya."
Zahira tampak cuek meletakkan tas kerjanya di atas meja.
"Baiklah jika seperti itu" ucap Wira sambil menyajikan segelas cappucino beserta roti bakar. Karena Zahira belum sempat sarapan dari rumah, makanya sekretarisnya lah yang selalu sigap menyiapkan sarapan pagi untuknya.
"Terima kasih, Bu Wira." ucap Zahira tersenyum lebar tanpa beban.
Wira hanya menanggapinya dengan anggukan kepala, lalu pamit keluar dari ruangan atasannya.
Zahira bergegas duduk di kursi kebesarannya dan memulai untuk sarapan. Selesai sarapan pagi barulah ia memulai pekerjaannya dengan penuh semangat empat lima.
Sesuai jadwal pertemuannya dengan Pengacara Jordan, Zahira sudah siap berangkat menuju tempat lokasi pertemuan mereka. Sang sekretaris sudah mengaturnya dengan baik di salah satu kafe kekinian di kotanya.
"Selamat siang pengacara Jordan" sapa Zahira dengan senyuman manis menghiasi wajahnya.
Sosok pria paruh baya itu tampak tersenyum ramah menyambut kedatangannya
"Ya, selamat siang. Silahkan duduk, nona manis." balas Tuan Jordan sambil mempersilahkan kliennya duduk di kursi.
"Terima kasih, Tuan Jordan!" ucap Zahira lalu duduk di kursi berhadapan dengan Tuan Jordan.
"Ngomong-ngomong apa gerangan sampai ingin bertemu denganku" ucap Tuan Jordan tanpa basa-basi.
"Aku tebak, pasti ini ada kaitannya dengan...."
"Kurasa anda sudah mengetahuinya, jadi tak usah basa-basi" jawab Zahira tersenyum tipis.
"Ya. Aku sudah menduganya, karena aku yang datang lebih dulu, maka aku yang akan mentraktir mu, nona manis" ucap Tuan Jordan disertai dengan nada candaan.
"Ha ha ha, tidak perlu Tuan Jordan. Lagian umurmu sudah kalah telak jika ingin mendekatiku. Mau dikemanakan istri dan anak-anakmu jika masih mengejar ku" kata Zahira dengan senyum sinisnya.
"Bagaimana kalau putraku saja nona Zahira, lagian kalian sama-sama jomblo bukan?" ucap Tuan Jordan dengan idenya sambil menaikkan sebelah alisnya.
Zahira semakin tergelak tawa mendengar ucapan Pengacara Jordan.
"No way! aku sudah tahu kartu As putramu itu. Dia terkenal sebagai seorang player." tolak Zahira dengan suara lantang, membuat tuan Jordan tertawa kecil.
"Baiklah, kita kembali pada inti permasalahan. Berapa nominal uang yang ditawarkan oleh Tante Victoria?" tanya Zahira dengan raut wajah tampak serius.
"Aku tidak mengerti dengan ucapanmu, nona Zahira" kata Tuan Jordan dengan raut wajah serius.
"Tolong katakan, rencana apa lagi yang sedang disusun oleh Tante Victoria? Aku ingin tahu sedetail mungkin." ucap Zahira sambil menopang dagunya.
"Dia ingin mengambil alih seluruh harta warisan mu" jawab Tuan Jordan sambil menarik senyuman tipis disudut bibirnya.
"Aku sudah mengetahuinya sejak dulu. Katakan yang sejujurnya tuan, jangan berbelit-belit" ucap Zahira sambil mengepalkan tangannya.
"Eem baiklah, karena kamu anak dari sahabatku, aku akan berkata jujur kepadamu." ucap Tuan Jordan sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Sayangnya kamu tidak pernah berpihak kepadaku. Zahira hanya mampu membatin sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Jujur saja Zahira begitu tertarik ingin mendengarkan secara langsung penjelasan dari pengacara Jordan.
"Ibu tirimu merencanakan hal yang sangat luar biasa. Jika dalam waktu seminggu kamu tak kunjung menikah, maka seluruh harta warisan mendiang ayahmu akan diambil alih oleh Delisha, putrinya. Selain itu, jabatan mu sebagai presiden direktur juga akan diambil alih olehnya. Kecuali jika kamu ingin menikah dengan kakek tua yang menjadi pria pilihannya, itu menjadi tawaran terakhir untukmu, nona Zahira. Maka dari itu, dia berencana untuk menikahkan kamu dengan kakek tua yang sudah menjadi pilihannya." Jelas tuan Jordan panjang lebar.
"Apa!"
Zahira tak sengaja menggebrak meja, membuat pelayan restoran yang ingin menghidangkan pesanan mereka tampak terkejut dan melihat mereka secara bergantian.
"Maaf, saya terbawa suasana" ucap Zahira sambil memijit pangkal hidungnya.
"Tidak apa-apa. Mbak, tolong hidangkan makanannya" ucap tuan Jordan melihat tatapan dari pelayan restoran tersebut. Pria paruh baya itu tidak ingin menjadi pusat perhatian di restoran tersebut.
"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya tuan Jordan melihat Zahira tampak melamun tanpa menyentuh makanannya.
"Aku akan menggagalkan rencana ibu tiri ku. Aku siap menikah, tapi bukan menikah dengan kakek tua pilihannya" ucap Zahira menyeringai lalu menyeruput jus alpukat pesanannya.
Setelah itu, Zahira memutuskan untuk kembali ke perusahaannya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
🍁🍁🍁🍁
Di satu sisi, sosok pria bertubuh tinggi nan kekar sedang berburu di dalam hutan. Pria itu sedang membidik seekor rusa yang sedang mencari makan. Senapan panjangnya terus diarahkan pada mangsanya hingga melepaskan satu tembakan.
"Akkkh sial" umpatnya kesal karena bidikannya tidak tepat sasaran. Sedangkan rusa tadi mulai berlari kencang hingga tak terlihat lagi dari pandangannya.
"Tuan muda. Nyonya meminta anda untuk pulang ke rumah utama." ucap pria paruh baya bernama Malik. Pria paruh baya itu datang bersama rombongannya guna menemui tuan muda nya di dalam hutan.
"Katakan padanya bahwa aku tidak akan pulang. Disinilah rumahku yang sesungguhnya" ucap Pria bermata elang itu yang dipanggil tuan muda.
"Tapi tuan, Anda..." Louis langsung mengangkat senapannya lalu mengarahkan kearah pria paruh baya itu.
"Mohon maaf tuan muda, saya hanya menjalankan perintah nyonya" ucap Malik sambil menundukkan kepalanya.
"Hentikan Tuan Louis. Dia tidak bersalah" terdengar suara teriakan seseorang mendekat kearahnya. Pria itu bernama Sean alias tangan kanan Louis.
Seketika pria yang dipanggil tuan Louis menurunkan senapan panjangnya.
"Kita lanjutkan perburuan esok pagi, sebaiknya kita pulang." ucap Louis dengan tegasnya lalu melenggang pergi meninggalkan rombongan pria paruh baya itu.
Pria yang dipanggil tuan muda itu bernama lengkap Louis Abraham Smith, pria tampan yang baru saja berusia 32 tahun dan masih single. Hobinya berburu dan tidak heran jika pria itu dijuluki raja Hutan. Apalagi penampilannya yang berambut gondrong membuatnya semakin garang.
Sudah sepuluh tahun lamanya Louis masih sibuk dengan dunia berburunya di tengah hutan belantara. Bahkan terdapat mansion mewah yang sengaja dibangun untuk mempermudah aksesnya dalam berburu dan sudah menetap di sana.
Tidak hanya itu, Louis juga seorang CEO pada perusahaan LA dan begitu banyak bisnis yang digelutinya salah satunya perhotelan, perbankan, ekspor dan impor. Namun, selama ini hanya orang-orang kepercayaannya nya yang menjalankan semua bisnisnya termasuk perusahaannya. Dia hanya berkunjung ke perusahaannya dua kali setahun.
"Tuan, apa alasanmu tidak mau pulang?" tanya Sean sambil memasukkan semua senapan yang dipakainya di bagasi mobil.
"Berburu" ucap Louis dingin lalu menutup pintu mobilnya. Sean menghela nafas panjang lalu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.
"Sean!"
"Iya tuan" sahut Sean yang fokus mengemudi.
"Carikan aku wanita yang bersedia menjadi istriku" ucap Louis dengan suara berat membuat Sean membulatkan matanya.
"Kau dengar tidak!"
"Iya tuan, saya dengar" ucap Sean seakan tidak percaya dengan ucapan tuannya barusan.
"Seperti apa kriteria wanita yang tuan inginkan?" tanya Sean setibanya di mansion mewah tuan mudanya yang berada di dalam hutan.
Sean akan mempertanyakan terlebih dahulu seperti apa sosok wanita yang diinginkan tuan mudanya. Sean merasa bahwa dia kembali mendapatkan pekerjaan yang akan membuatnya ber pusing-pusing ria.
"Pikirkan sendiri, intinya dia mau menjadi istriku!" jawab Louis dengan ketusnya.
Sean tampak mengerutkan keningnya mendengar ucapan tuan muda nya itu dan dengan santainya mengatakan 'pikirkan sendiri'.
Ya Tuhan, dia yang ingin menikah, malah aku yang harus mencarikan pasangan untuknya. Aku bahkan tidak tahu seperti apa kriteria wanita yang diinginkan tuan ku ini. Jujur saja banyak wanita yang mau menjadi istrimu tuan, tapi kalau penampilanmu masih seperti ini, yakin dan percaya semua wanita bakal menghindari mu. Batin Sean sambil menghembuskan nafasnya kasar.
"Carikan secepatnya, aku tidak suka menunggu lama!" ucap Louis sebelum melangkah masuk ke dalam mansion nya.
"Baik tuan" ucap Sean mengangguk mantap dan hanya itu yang mampu dilakukannya. Tidak ada kata penolakan apalagi menghindari perintah tuan muda nya. Sedangkan Louis hanya mengangkat jempolnya dan melangkah lebar menaiki anak tangga.
"Semudah itukah mencari istri?. Oh..dunia memang sudah berubah, dia yang mau menikah, tapi aku yang harus mencarikannya seorang istri. Memangnya aku tahu kriteria wanita yang disukainya, nasib nasib." Sean memijit pelipisnya lalu bergegas mengikuti tuan muda nya.
Sean sudah yakin seratus persen bahwa tuan mudanya selama-lamanya akan menjomblo, alias bujang karatan. Karena selama ini tak pernah terlintas sekalipun dipikirannya untuk segera menikah. Jangankan untuk menikah, mengenal wanita saja pun tak ada dalam kamusnya. Mengapa sekarang malah kebelet nikah?, pikirnya.
"Kemana aku harus mencari wanita untuknya? Aahh sial, kenapa aku jadi pusing begini" gumam Sean merasa frustasi sendiri. Inilah pekerjaan penuh tantangan menurutnya.
Sementara tuan mudanya sedang asyik berenang di lantai dua sambil menikmati panorama alam yang begitu indah dan sejuk dipandang mata di waktu senja.
🍁🍁🍁🍁
Kediaman Zahira....
"Kamu darimana saja! kenapa pulang di jam begini?" ucap Nyonya Victoria dengan ketusnya sambil menghadang Zahira yang baru saja pulang di depan pintu.
"Tumben ya, Tante menanyakan kepulangan ku. Padahal biasanya acuh-acuh saja. Apa tante tidak ada kerjaan lain selain kepoin urusanku" ucap Zahira menanggapinya dengan santai. Dia sangat malas berdebat dengan ibu tirinya sepulang kerja.
"Karena aku peduli kepadamu, dengar baik-baik kamu salah satu anak gadis di rumah ini dan masih menjadi tanggungjawab ku. Jika kamu kenapa-kenapa maka akulah yang harus bertanggungjawab" ucap Nyonya Victoria dengan suara melemah membuat Zahira tersenyum sinis dan merasa muak mendengar ucapan ibu tirinya itu.
"Baguslah jika Tante mau peduli kepadaku. Terima kasih dan selamat malam" ucap Zahira tersenyum kecut lalu melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada.
"Anak itu benar-benar, aku bahkan belum selesai bicara dia sudah melenggang pergi" gumam Victoria sambil mengepalkan tangannya. Padahal dia ingin menyampaikan hal penting kepada Zahira.
"Pokoknya besok pagi aku harus berbicara secara empat mata kepadanya." ucap Victoria dengan kesalnya lalu memilih masuk ke dalam kamarnya.
Sementara itu, Zahira sedang membersihkan diri di dalam kamar mandi. Selesai mandi dia melangkah ke ruang ganti untuk mengenakan piyama tidurnya. Setelah itu, dia akan bobok syantik.
Perlahan Zahira merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi terlentang. Pandangannya tertuju kearah langit-langit kamarnya. Jujur dia masih kepikiran dengan ucapan pengacara Jordan.
"Aku harus menggagalkan rencana jahat Tante Victoria. Aku harus mencari pria yang bersedia menikah denganku" ucap Zahira dengan tekad yang bulat untuk melawan ibu tirinya.
Zahira mencari posisi yang nyaman namun tetap saja dia tidak bisa memejamkan matanya dan masih terus kepikiran dengan rencana ibu tirinya. Sepertinya malam ini dia tidak bisa tidur.
Zahira memilih bangun lalu membuka ponselnya. Dia melihat begitu banyak obrolan di grup chatnya. Zahira tertawa kecil membaca deretan chat di grupnya.
Dia ingin ikut nimbrung mengomentari foto pria yang menjadi pembahasan di grup chatnya. Ternyata banyak karyawan wanita yang melakukan kencan buta lalu memposting foto pria teman kencannya di grup chat mereka. Anehnya mereka semua tidak tahu bahwa Zahira juga masuk dalam grup chat tersebut, namun sama sekali tidak diketahui oleh karyawannya sendiri karena Zahira menggunakan nama samaran.
"Sepertinya aku harus melakukan kencan buta. Tapi.. bagaimana jika tak sesuai ekspektasi. Emm..ujung-ujungnya aku hanya buang-buang waktu dong" ucap Zahira sambil memeluk guling nya.
Zahira kembali membuka chat di grupnya, hingga salah satu anggota di grup itu mengirimkan sebuah link aplikasi biro jodoh.
[ Disini lebih menantang, siapa tau ada yang berminat💋]
Zahira menyipitkan kedua matanya membaca pesan yang dikirimkan Lenny, salah satu anggota di grup chatnya yang super bar-bar dan begitu berpengalaman mengenai urusan percintaan.
Mendadak rasa penasaran Zahira menjadi-jadi, tanpa pikir panjang dia pun mengklik link aplikasi biro jodoh tersebut. Siapa tahu dia bisa mendapatkan calon suami lewat aplikasi tersebut.
"Wow, aku diminta untuk registrasi terlebih dahulu" gumam Zahira dan mulai mengikuti proses registrasi untuk pembuatan akun dalam aplikasi biro jodoh tersebut.
"Yes, aku selesai buat akun. Langkah selanjutnya apa ya?" tanya Zahira pada dirinya sendiri.
Tlingg
Sebuah notifikasi masuk dalam ponselnya dan itu dari aplikasi biro jodoh.
[Untuk menikmati fitur aplikasi. Silahkan melakukan pembayaran sebesar 2Juta melalui rekening xxxx atau lebih detailnya anda bisa mendatangi kantor kami yang beralamat di Jln Junius. Info lengkapnya anda bisa hubungi nomor 079xxxx]
"What! aku diminta untuk melakukan pembayaran? Aku pikir aplikasinya cuma gratis. Bagaimana ya? Eemm...sebaiknya aku datangi saja alamatnya. Jangan sampai aplikasinya cuman aplikasi modus penipuan" ucap Zahira sambil mengerucutkan bibirnya. Kemudian dia memutuskan untuk tidur mengingat rasa kantuk sudah menyerangnya.
Keesokan harinya....
Zahira sudah cantik dan rapi dengan setelan kerjanya. Sudah dipastikan para pria akan terpesona melihat kecantikan wanita pekerja keras ini.
"Zahira, Tante mau bicara sama kamu" teriak Nyonya Victoria yang sudah menunggunya di bawah tangga.
"Ya, tak usah teriak-teriak. Aku dengar kok" sahut Zahira sambil mempercepat langkahnya menuruni anak tangga.
"Kurasa kamu sudah tahu apa yang akan aku bicarakan" ucap Nyonya Victoria serius dan kini duduk berhadapan dengan Zahira di ruang kerja.
"Ya. Tante ingin menjodohkan aku" ucap Zahira tersenyum tipis.
"Benar sekali. Karena kamu anak tertua di rumah ini, makanya kamu harus segera menikah. Tante sudah memilihkan calon suami untukmu, dia dari kalangan pebisnis dan jelas asal usulnya. Minggu depan pertunangan kalian akan berlangsung, selanjutnya naik ke jenjang pernikahan. Zahira sayang, aku sudah menantikan kekalahanmu di depan mata." jelas Nyonya Victoria sambil menyeringai.
"Oke, kita tunggu tanggal mainnya, siapa yang akan kalah. Aku atau Tante!" ucap Zahira tertawa kecil lalu bangkit berdiri.
Nyonya Victoria berdengus kesal sambil mengepalkan tangannya. Dia sangat geram dengan anak tirinya dan kali ini dia akan menang bagaimanapun caranya.
"Maaf, aku sudah terlambat" ucap Zahira berpamitan lalu melenggang pergi.
Karena ada hal penting yang harus Zahira kerjakan, yaitu mendatangi langsung kantor dari aplikasi biro jodoh yang sudah dia daftarkan diri.
"Benarkah ini kantornya?" ucap Zahira sambil menatap bangunan dua lantai yang mirip sebuah ruko.
Hingga terdengar suara seseorang memanggil namanya.
"Zahira!"
*
*
*
Bersambung...
Jangan lupa like nya bestie 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!