NovelToon NovelToon

Please, Marry Me!

PMM! : BAB 01

PERTEMUAN YANG MENYEBALKAN

Harrison Hotel — Jakarta

Cahaya matahari masuk melalui kaca jendela di salah satu kamar VIP, pribadi. Sebuah kamar dekorasi modern nan canggih, nyaman seperti rumah sendiri.

Perlahan kelopak mata mulai terbuka, memperlihatkan dua manik mata hitam pekat bak bulan purnama yang gelap. Rambut hitam gelap berantakan serta sebuah poni menutupi dahi putihnya. Seorang wanita cantik bernama Hari Clarissa.

Wanita itu mulai merasakan sakit di kepalanya, rasa pening akibat minuman sake semalam, di tambah dengan Soju. Ia terduduk, mengusap mata kirinya lalu menoleh ke arah kanan dengan setengah sadar, sampai— kedua matanya mulai membulat dan “Aaaaaaaaaaaaaa.....” Teriaknya begitu lantang.

“Aaaaa— Apa-apa??”

Brugg! Hari reflek memukul keras pipi seorang pria yang ikut berteriak, terbangun tiba-tiba hingga pria itu pingsan dan kembali tergeletak di kasur empuk akibat pukulan tersebut.

Sangat konyol!

Wanita itu terbelalak, menutup dirinya dengan selimut, melihat ke arah seorang pria yang kini tidur tengkurap, bersurai hitam kecoklatan dan tentunya bertelanjang dada.

Hari dapat melihat punggung kekarnya, tapi bukan itu yang saat ini dia pikirkan.

“Aku, aku bukan gadis lagi? Kurang ajar!” panik Hari melirik marah ke arah pria asing itu dengan tatapan kesal.

Ia sadar ketika tubuhnya hanya terbalut bra dan CD. Segera, Hari mencari pakaian lengkapnya yang ternyata tergeletak di lantai.

“Apa ini?” Ia mencoba mencium sebuah noda di pakainya serta di celana panjangnya. “Iww!” bau yang sangat amis serta menyengat di hidung.

“Lupakan soal jorok Hari, yang penting kau harus segera keluar dari sini.” Gumamnya, mau tak mau harus memakai pakaian dengan noda bekas muntahannya sendiri.

Dengan terburu-buru, saat selesai memakai lengkap pakainya, ia meraih tas kecilnya segera berlari ke arah pintu sampai sebuah pikiran licik keluar dari otaknya.

“Kau pria mesum, mencoba memperkosa wanita polos sepertiku huh!” Hari mengeluarkan sebuah lipstik merahnya dan mulai melukis sesuatu di wajah pria malang itu, yang masih tak sadarkan diri.

“Apa ini? Dia masih terlihat tampan. Tunggu sebentar-- ” Tak puas akan coretan sedikit, Hari melukis full wajah tampan pria itu.

Lukisan yang sangat lucu, membuat wanita itu tertawa geli dan puas. “Gawat, aku terlambat.” Dengan cepat Hari keluar dari hotel yang merupakan mimpi buruk terbesarnya.

.

.

.

08:00 AM

Berulang kali ponsel berdering, ribuan pesan tak terbalas tercantum di benda persegi panjang itu.

Bruakk! Suara pintu terbuka kasar, terlihat seorang pria tua bersurai putih rapi dengan sebuah tongkat kayu yang selalu di bawa kemana-mana.

“Bocah ini masih tidur rupanya!” pria tua bernama Liam Harrison itu mulai tersenyum lebar penuh arti saat melihat cucu kandung satu-satunya masih tidur nyenyak setelah bersenang-senang dengan seorang wanita, dan berakhir seperti itu.

Liam tua itu berjalan pelan karena faktor usia, dan “HAHAHAHA!!!” Tawa keras terdengar jelas hingga membuat Yanto si sopir pribadi keluarga Harrison itu ikut penasaran dan melihat hal lucu itu.

Tentu saja, pria itu ikut tertawa setelah melihat wajah buruk rupa tuan mudanya karena sebuah coretan konyol. Sangat konyol!

“Cepat kau foto wajahnya dan simpan, jangan beritahu siapapun!” Pinta Liam masih tertawa terbahak.

Karena mendengar suara tawa keras, pria tampan bernama Noah itu mulai bangun dari pingsannya. Oh, betapa terkejutnya ia saat melihat keberadaan kakeknya, orang satu-satunya yang dia takuti, hormati dan sayangi di Mansion.

“Sedang apa Kakek di sini?” tanya Noah terduduk di samping ranjang sesekali menggaruk pipinya dengan wajah malas dan tegang.

“Sedang apa aku di sini? Kau tidak tahu ini sudah jam berapa bocah?”

“Memangnya jam bera— ” Noah tersadar, dengan cepat dia menoleh ke sisi ranjang lainnya, merasa lega di saat wanita menyebalkan itu sudah tidak ada di sana.

“Dia sudah pergi. Wanita itu cantik, kakek rasa dia cocok untuk bocah seperti mu, hohohoho!!!” pria tua dengan perut buncit itu berkacak pinggang, merasa puas jika harus menipu cucunya dan menjahilinya.

“Aku sudah bilang, jangan panggil aku bocah, aku sudah dewasa.” Dengus kesal Noah, malas jika harus berhadapan dengan kakeknya karena ujung-ujungnya beliau akan berucap. “Hoho, kalau begitu cepatlah menikah!”

Ya! Cepatlah menikah!

Segera, Noah langsung berdiri dan pergi menuju kamar mandi jika sudah mendengar ucapan mantra sehari-hari dari mulut kakeknya <>

Liam hanya bisa menggeleng, merasa lelah karena terus mengingatkan cucu bandelnya itu untuk segera menikah di usia yang sudah melewati 26 tahun. Pria itu sudah matang untuk menikah, apalagi dia sudah mapan.

Tiba-tiba. “AAAAAAAAA!!!” Teriakan keras terdengar dari dalam kamar mandi.

Lagi-lagi Liam dan Yanto tertawa bersama.

“Saya rasa tuan Noah mendapatkan penolakan dari seorang wanita!” tebak Yanto yang memang sudah dekat dengan kakek Liam.

“Wanita yang berani!” balas Liam tersenyum lebar.

Flashback On

[“Dimana wanita itu? Aku sudah membayarnya.”] Noah kesal, sudah hampir 1 menit dia menunggu wanita bayarannya, tapi masih belum datang juga.

[“Mungkin sebentar lagi dia akan datang. Tunggu saja dulu.”] balas seorang pris dari balik ponsel.

Dengan kesal Noah mengakhiri panggilan sekertaris nya tadi, meletakkan ponselnya di atas nakas. Sampai seorang wanita masuk tiba-tiba dengan sempoyongan di kamar VIP nya?

Noah mengernyit heran saat melihat wanita yang dia pesan untuk malam ini, sangat membosankan, dilihat dari penampilannya yang mengenakan celana jins putih, kaos putih dengan jas hitam.

“Cih! Jika tahu seperti ini, aku tidak akan memesan wanita seperti mu.” Ejek Noah dengan wajah menyesal.

Hari yang awalnya menunduk kini mendongak, memperlihatkan wajah ayunya yang terhiasi oleh rona merah akibat dari efek alkohol. Hanya satu kata— Cantik! Seperti itu pikiran Noah.

“Kau memesan ku?” Wanita itu tersenyum remeh, berjalan lebih dekat seolah ingin menantang pria di depannya itu.

“Hey, pria nakal! Untuk apa kau berada di kamar ini huh? Oh, jangan bilang kau pemeran Kapten Amerika haaa! Dan— Tubuh mu benar-benar seksi! Iiiiiiiii!!!” Tawa yang mengerikan bak kuntilanak.

Alis Noah terangkat satu, ia masih diam membiarkan wanita mabuk itu masih menyentuh tubuh sixpack nya dengan jari telunjuknya.

Noah menyeringai dengan pikiran jahil. “Kau menyukai tubuhku? Anggap saja aku Kapten Amerika, dan kau Wonder woman!”

Mendengar itu, Hari terkejut menutup mulutnya dengan dua tangan lalu tersenyum lebar.

Pria itu mulai menarik pinggang kecil Hari, membawanya lebih dekat ke arahnya lalu memberikan sebuah lumatan di mulut. Rasa panas menjalar di sekujur tubuh Hari.

Ini adalah ciuman pertama Hari, tanpa sadar ia terbawa suasana. Berciuman dengan pria asing dan lebih parahnya lagi karena— Hari salah masuk kamar.

Sementara teman-temannya sudah berada di kamar lainnya. Di karenakan tidak ada yang sadarkan diri dari pengaruh alkohol, membuat mereka tak sadar bahwa salah satu temannya masuk ke kamar yang salah.

Noah bisa merasakan sisa-sisa rasa Sake dan Soju di mulut wanita itu. Tangannya mulai melepas jas Hari, mendorongnya hingga tidur terlentang sementara ia berada di atas tubuh mungil itu. Ciuman bergairah nan panas berpindah ke ciuman di leher jenjang Hari lalu kembali melumat bibir ranumnya.

Kesadaran Hari setengah-setengah. Wanita itu berusaha memukul dada bidang Noah karena sesuatu di perutnya akan keluar.

Kaki Hari langsung menendang tubuh Noah sehingga pria itu kembali berdiri di lantai sisi ranjang. Tentu saja marah, baru pertama kali dia mendapatkan perlakuan seperti itu dari seorang wanita. Tendangan Shaolin Soccer?

“Ummmkkk” rasanya mual sekali.

Hari langsung duduk, menarik celana training yang masih Noah kenakan. Lalu “Hueeekkk....” Tak di sangka, Hari memuntahkan semua isi perutnya di dalam celana Noah. Dia pikir itu kantong plastik!

“YAAA!!!” teriak Noah merasa jijik ketika muntahan tadi merembes dari perut ke juniornya.

Sebisa mungkin Noah mendorong wanita itu yang masih muntah di dalam celananya tanpa dosa, berceceran hingga di kaos dan celana yang dia kenakan.

Usai muntah yang begitu lega. Lagi, wanita itu meraih tangan kanan Noah, mengusapnya ke bibirnya, dimana masih terdapat bekas muntahan di sana.

“Haisshh!! Benar-benar-- ” Tak bisa berkata-kata lagi, Noah mendorong tubuh mungil itu hingga terlentang di atas ranjang. Tentu saja dia sangat marah dan kesal.

Ia mulai berjalan sedikit mengangkang akibat rasa basah yang tak enak di dalam celananya, apalagi itu muntahan seseorang. Sangat menjijikan.

Selang beberapa jam. Noah baru keluar dari kamar mandi, perlu Berjam-jam untuk membersihkan dirinya dari noda dosa tadi, meski dia harus menggunakan tujuh sabun yang berbeda hingga habis dalam sekejap.

Perasaan marah melanda Noah ketika melihat seorang wanita tertidur di ranjangnya dengan mulut terbuka dan dengkuran keras.

“Awas saja kau Leo. Bisa-bisanya mengirim wanita konyol seperti itu.” Dengus kesal Noah melempar handuk kecil khusus surai-nya ke sembarang arah.

“Haaiiss!! Aku rasa dia bukan wanita!” gumam Noah itu sedikit begidik melihat tingkah tidur Hari yang tidak ada anggun-anggun nya.

Ia meraih ponselnya, mendapatkan sebuah pesan dari sekretaris nya, Leo.

[LEO : MAAF, WANITA ITU MEMBATALKAN PERTEMUANNYA. DIA SUDAH MENGEMBALIKAN UANGNYA 😌]

Kurang lebih seperti itulah pesan dari Leo si sekertaris setia.

Seketika Noah tersenyum kaku seperti ODGJ. Setelah semuanya dan wanita yang saat ini tengah tidur, dia—

Pria itu meremas ponselnya sendiri hendak melempar ponsel mahalnya, lalu teringat akan harganya, sebuah ponsel dengan jumlah terbatas. “HAAH!” alhasil ia hanya berteriak singkat dan ikut terlentang di samping Hari tertidur.

Melirik sejenak ke arah wanita yang masih tertidur. Noah menggertakkan giginya hendak membelai kasar surai hitam itu, namun ia urungkan dan mengepalkan tangannya saja, jika tidak mungkin itu akan menjadi sebuah jambakan.

Noah memiringkan tubuhnya, memaksa diri untuk tidur dan relaks.

Flashback off

...🛫📍🛬...

PMM! : BAB 02

GAGAL KE LONDON

Hari baru saja memasuki sebuah gerbang rumah yang cukup besar dan luas. Itu adalah panti asuhan, dan pemiliknya adalah teman dari ayahnya yang sudah meninggal.

Baru menginjak kakinya di ambang pintu. Sebuah kain berisikan tepung jatuh dari atas pintu mengenai kepala Hari hingga ke wajah cantiknya yang kini menjadi masam dan semuanya warna putih.

“Hahahahaha!! Kena lagi!” tawa anak-anak kecil dan menggemaskan di sana. Mereka suka sekali mengerjai Hari. Hanya wanita itu saja yang menjadi korbannya.

Panti asuhan itu hanya terdapat 10 anak-anak dan dua pengasuh, namun pemiliknya masihlah satu orang. Ibu dan ayah Hinata meninggal saat usianya 19 tahun.

Rumah satu-satunya, peninggalan dari kedua orang tuanya sudah di gadaikan oleh pamannya sendiri, kakak dari ayahnya. Uangnya? Tentu saja di bawa kabur, dan kini yang menanggung hutang tersebut adalah Hari dan kakaknya, Viona Clarissa.

Mengumpulkan uang untuk ke London tidaklah mudah, apalagi saat terlilit hutang.

Sejak saat itu Hari dan Viona tinggal selama 1 tahun di panti tersebut, sampai bibi Raya, adik dari ibunya itu kembali dari Jogja, membawa dua keponakannya untuk tinggal bersamanya yang mana ia merupakan seorang perawan tua yang tinggal sendirian.

Hari tersenyum pasrah, lalu berkacak pinggang. “Baiklah, ayo keluar!” pintanya menyerah akan kenakalan anak-anak di sana.

Sepuluh anak itu keluar, dengan pakaian sama berwarna biru muda.

“Kalian menang, oke!”

Anak-anak itu masih terkekeh kecil melihat penampilan Hari yang serba kotor. Sementara Hari berusaha menghilangkan tepung di Surai serta pakaiannya dan wajahnya.

“Sekarang katakan pada kakak! Dimana mami Salleh, hm?!” wanita itu berjongkok menatap anak-anak nakal tadi.

“Dia ada di dapur!” jawab sedikit terbata dari seorang anak bernama Pain.

“Terima kasih!” Hari berdiri, berjalan menuju dapur.

“MAMI SALLEH!!!" teriaknya begitu lantang, dan berhenti saat melihat seorang pria dengan rambut ditutupi oleh kain setiap kali sibuk di dapur, dan dia tengah sibuk mengaduk adonan kue sendirian. Kasian pria malang itu.

“Sudah aku katakan, jangan memanggilku Mami.” Pria itu menatap sejenak ke arah Hari, melanjutkan lagi adonannya.

“Hehehe, maaf! Anak-anakmu sangat nakal membuatku gemas ingin menjitak kepala mereka!” ucap Hari. Salleh hanya tersenyum tipis sambil menggeleng.

“Ada keperluan apa ke sini?” pria itu berhenti, lalu berbalik menatap Hari.

“Bagaimana? Apa ada peluang untukku pergi ke London?”

“....”

“Tidak masalah jika aku harus bekerja di sana. Setidaknya aku punya kesempatan pergi ke makam ibu!” lanjut wanita itu masih berusaha tersenyum dan berharap.

“Hffuu.. maaf Hari. Masih tidak ada.” Hari menunduk dengan wajah murung, sampai Salleh memegang pundak wanita itu.

“Bukannya kau sudah menabung?” pertanyaan yang membuat hati Hari sungguh sakit. Terlihat jelas kemurungan serta kesedihan di sana.

Mengingatnya saja sudah membuat Hari benar-benar kecewa berat.

“Waktu itu....”

Flashback On

Lima hari sebelumnya. Hari baru saja pulang dari pekerjaannya sebagai pelayan restoran. Hatinya sungguh berbunga-bunga ketika 6 tahun dia menabung agar bisa pergi ke London bersama kakaknya, akhirnya akan tercapai.

Bodohnya Hari. Kenapa dia harus membawa segebok uang tabungannya itu? Saking senangnya, Hari tidak menyadari dua orang dengan masker hitam sejak tadi mengamatinya.

Hari yang berjalan dengan uang berada di Tasnya, tanpa di duga dua orang tadi mencuri tasnya dengan berkendara motor. Jleb!! “Terima kasih yaaa!!” girang kedua pencuri tadi melaju pergi.

“HEYYY!! KEMBALIKAN!! KEMBALIIIII!!!” teriak Hari mencoba mengejarnya, tapi itu sia-sia.

“Aaaaaaaaa— Haaaaaa. Uang berhargaku...” Teriakan itu menjadi tangisan keras dan Hari langsung terduduk lemas.

Flashback Off

“Haaaa... Aku benar-benar bodoh, seharusnya aku tetap menyimpan uangnya di bank.” Hari menangis saat mengingat uangnya itu. Hampir saja dia bisa pergi ke London.

“Ck. Sepertinya Tuhan masih tidak merestui mu pergi!” Salleh mengusap lembut punggung Hari dan Hari semakin menangis sejadi-jadinya.

...***...

Harrison Corp

Sepasang kaki dengan alas sepatu mahal, baru turun dari mobil mewah, melangkah masuk ke sebuah perusahaan terbesar di kota Indonesia, khususnya kota Jakarta.

“Selamat siang Pak!”

“Selamat siang Pak!”

Sapa para karyawan kantor. Mereka menunduk hormat saat bos mereka datang. Saat di perusahaan, Noah memiliki julukan sendiri, yaitu <>.

Pria itu akan terlihat sangat serius dan tegas saat bekerja, tapi saat di luar perusahaan, maka sifatnya akan sedikit konyol karena harus berdekatan dengan kakeknya Liam, nenek Suzan, paman Norman yang merupakan seorang penulis novel erotis dan bibi Amora.

Ya, benar! Hampir seisi Mansion Harrison itu penuh akan orang konyol, atau lebih tepatnya seorang <>. Sangat lucu bukan, padahal mereka orang-orang terpandang. Jika kalian bertemu mereka, maka kalian akan ikut menjadi pelawak, atau stress sendiri saat menghadapi mereka. Hhffuu—

Masuk ke dalam ruangan khususnya. Noah segera duduk, meraih berkas-berkas yang sudah menumpuk, menunggu untuk kerjasama dari perusahaannya.

“Selamat pagi Tuan Noah!" sapa tak tahu dosa si Leo yang baru masuk memberikan sebuah senyuman tulusnya.

“Kau keterlaluan Leo." Dengus kesal Noah masih sibuk menatap ke berkas yang ada. Ya, mereka sudah seperti teman. Karena memang mereka teman SMA.

“Aku sudah menelfon mu berulang kali, bahkan pesanku lebih dari seratus yang ku kirim.” Jelas pria bernama Leo yang masih berdiri dengan senyuman renyah.

“Lain kali, kau datang saja ke hotel, bangunkan aku. Dan soal wanita— tidak usah mencari lagi. Aku muak dengannya.” Pria itu benar-benar merasa kesal akibat pertemuan semalam dengan wanita sialan yang sudah berani mencoret wajahnya.

Tidak apa, bisa di maafkan. Dan kakeknya— Noah tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menghindari keinginan kakek yang sangat tergila-gila akan pernikahan cucunya.

Tok! Tok!

“Permisi!” seorang wanita cantik bernama Amel masuk bersama wajah gugupnya.

Leo yang sudah tahu, hanya bisa menghela nafas panjang.

“Ada apa?" suara bariton Noah selalu membuat karyawan di sana tercengang.

“Begini, Pak! Tadi pagi ada dokumen kerjasama dari Tom Corp di London, tapi— ” Amel tercekat tersenyum paksa, berpikir dua kali saat ingin mengatakan hal ini.

Ia menoleh ke arah Leo sejenak, dan pria itu malah memberikan acungan jempol serta anggukan pelan, bahwa dia sudah siap.

“Tapi apa?” Noah itu sudah menatap tajam.

“Tadi pagi, kakek Anda membatalkannya.” Amel tersenyum tiga jari.

Noah seketika menutup kedua matanya, menarik nafas panjang dan BRUAK!Menggebrak meja serta—

"KA-KEKKK!!!" teriaknya begitu lantang dan keras hingga Amel menutup telinganya dan Leo sudah menyumpal sejak kedatangan Amel tadi.

Sementara di luar ruangan, para karyawan sudah terbiasa akan teriakan kemarahan dari seorang Noah Harrison, tidak lain dan tidak jauh dari kata Kakek. Pasti itulah permasalahannya.

...🛫📍🛬...

Hai guyss!!!!! Seperti yang saya katakan, saya kembali dengan cerita baru lagiiiii 😁 semoga kalian tidak bosan bertemu denganku yaaa 😅

Dan iya, cerita kali ini masuk ke list Light Romance yaaaa bukan Dark Romance. semoga saja kalian suka dengan ceritanya dan ini juga cerita ROMCOM alias Romance Comedy 😁 Di jamin seruuu dehhh, percaya!

Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!

LIKE☑️

COMENT ☑️

VOTE☑️

RATE ⭐ 5 ☑️

FAVORIT ☑️

Thanks and See Ya ^•^

PMM! : BAB 03

TIPU DAYA KAKEK LIAM

Tepat sore hari di bulan Oktober. Hari berjalan sempoyongan tanpa gairah semangat menuju ke dalam ruangan yang begitu nyaman bagi kebanyakan orang, rumah.

Wanita bersurai hitam bercampur putih akibat tepung dari anak-anak nakal di panti, pluss! Kaos serta celananya yang masih bernoda muntahannya sendiri, membuat dirinya berkesan berantakan sekali.

“Hari! Apa yang terjadi?” Tanya sang kakak bernama Viona Clarissa. Sosok wanita cantik pemilik mata yang sama seperti Hari, Surai coklat panjang serta pakaian santainya, tak beda jauh dari Hari yang cantik.

“Astaga! Kau buruk sekali!” Seorang wanita paruh baya ikut menghampiri Hari dan Viona yang masih berada di pintu yang sudah tertutup.

Seorang bibi yang baik hati bernama Raya. Panggil saja si perawan tua! Kalian pasti tahu detailnya' kan! Alasan dia tidak menikah, karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan bisa mempunyai keturunan.

“Aku di pecat.” Lirih Hari masih terlihat linglung, enggan menatap wajah kedua wanita yang lebih tua darinya itu.

Raya dan Viona sigap mengelus punggung Hari. “Bagaimana bisa?” Tanya Viona.

“VIO! DIA MENCURI UANG RESTORAN, LALU MENYURUHKU TUTUP MULUT! KALIAN TAHU SENDIRI, AKU TIDAK PANDAI BERBOHONG..., PERUTKU SAKIT SAAT AKU BERBOHONG KE BOS-KU, TAPI— TAPI— WANITA ITU MENJEBAK KU DAN BILANG, AKU YANG MENCURINYAAAA. HAAAA—” Dengan lantang wanita itu bercerita seolah berteriak dan menangis histeris. Hari ini dia sangat apes.

“Sudah, sudah! Maafkan saja. Kau istirahatlah, biarkan Kakak yang bekerja mengumpulkan uang kali ini!” Hari berhenti menangis, menatap kakaknya yang kini tersenyum manis. Wanita itu hanya bisa menekuk wajahnya, tak enak.

“Hei! Bukankah kau pantang mundur? Kau pasti bisa, ibumu sudah menunggu di sana!” bibi Raya juga ikut tersenyum.

Yups! Hari memiliki kelebihan, dimana dia tidak bisa berbohong, jika sampai berbohong! Maka perutnya akan merasa sakit. Sangat sakit.

...***...

Sementara itu, di kediaman Harrison Mansion yang begitu besar, mewah dan sangat ramai akan pekerja dan keluarga besar di sana, begitu hangat di lihat.

Tepatnya di ruang keluarga terlihat kakek Liam dan nenek Suzan tengah duduk di dekat perapian. Di sisi sofa yang terdapat televisi besar, ada dua orang anak remaja bernama Eza (13th) dan Naura (13th). Si Eza sibuk dengan ponsel canggihnya dan si Naura sibuk akan sebuah majalah tentang kecantikan wanita.

“Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu— ”

“Sampai kapan kau akan menghitung hari?” sindir nenek Suzan menghentikan suara kakek Liam.

Wanita tua itu sibuk merajut dengan kacamata khas nenek-nenek di hidungnya. Sementara pria tua tadi, bersandar sambil menutup matanya dan menghitung hari kapan cucunya akan menikah.

“Sampai bocah itu mau menikah! Umur kita sudah tidak muda lagi, Suzan.” Jelas Liam tersenyum tipis menatap sang istri yang juga tersenyum tipis sambil menggeleng.

Hanya perbincangan ringan, kakek Liam kembali bersandar, menutup mata dan mulai berhitung kembali.

“Senin, Selasa, Rabu, kamis— ”

“KAKEK!!” Suara bariton mengangetkan ke-empat orang yang tengah bersantai. Lagi, kakek Liam mendengus kesal mendengar suara pengganggu lagi.

“Kakek!” kini pria berjas rapi sudah berdiri tepat di depan kakeknya yang membuka satu matanya saja.

“Apa?” semuanya sudah tahu akan permasalahan drama kakek dan cucu itu.

“Kenapa Kakek melakukannya lagi? Biarkan Noah yang mengurus semuanya! Aku yang memegang perusahaan dan semua kerjasama nya.” Pria itu mulai emosi akan sikap kakeknya yang selalu melarangnya pergi ke London, dan alasannya— Dia tidak ingin Noah bertemu dengan ayahnya di sana.

“Menikah dulu, baru aku akan membiarkanmu pergi.” Angkuh sang kakek.

“Kenapa tidak Kakek saja yang menikah?” Suara Noah tak kalah tinggi.

“Apa katamu?”

Kesalahan besar, Noah lupa kalau ada neneknya di sana. Asal kalian tahu, seluruh keluarga Harrison itu menyeramkan, apalagi para wanitanya. Noah begidik ngeri saat menoleh ke arah neneknya yang kini terlihat marah hingga meremas kain rajutannya.

“Menyuruh kakek menikah, sedangkan kau tidak mau menikah. KAU MAU MASUK RUMAH SAKIT ATAU KUBURAN, HUH?” wanita tua itu mulai berdiri marah menatap ke arah Noah yang masih ciut.

“Eh- eh, bukan itu maksud ku Nek hihihi!”

“Menikah itu enak, apalagi soal malam pertama, hehehe!!” tiba-tiba tanpa di undang, pamannya bernama Norman datang merangkul pundak Noah dengan senyum konyolnya saat mempromosikan novel Icha Icha alias novel erotis buatannya.

Dengan segera Noah melepaskan diri dari sang paman— 'Penyakit.' Pikir Noah saat melihat pamannya itu dengan wajah datar dan malas.

“Seperti aku saat ini! Lihat, aku selalu bersenang-senang dengan Amora!” ucap Norman tertawa kecil melipat kedua tangannya di depan dada dengan santai. Sementara Eza dan Naura hanya tertawa kecil saat melihat tingkah konyol ayahnya, ayah tirinya itu.

“Ya! Karena bibi awet muda. Dan aku yakin sekarang dia sedang memakai susuknya.” Balas remeh Noah menyeringai kecil.

Bugg! Satu pukulan keras menjitak kepala Noah dari belakang. “Aduh!!”

Amora datang dengan wajah marah. Memang benar yang di katakan Noah soal susuk tadi, wanita itu memakai susuk agar awet muda! Padahal usianya sudah masuk 49 tapi masih terlihat seperti umur 25 tahun.

“Kau— Lebih baik aku langsung mengirimi mu ke akhirat!” ancam Amora.

Noah yang sudah sangat frustasi akan tingkah keluarganya, sudah tidak tahan lagi.

“HENTIKAN! Aku tidak peduli. Dan Kakek—” Noah balik menatap sang kakek yang masih duduk santai dengan senyuman tipis.

“Sampai kapanpun, aku tidak akan MENIKAH!!” ucap Noah meninggi dan melangkah pergi.

Tiba-tiba sang kakek terkena serangan jantung mendadak. Napasnya naik turun tak teratur membuat Suzan, Amora, Norman dan dua bocah santai tadi segera menghampiri dengan wajah panik.

“Cih! Aku tidak akan tertipu lagi dengan trik murahan Kakek!” ucap pria dewasa bernama Noah Harrison itu yang kini berhenti tanpa menoleh dan hanya tersenyum miring.

Namun sang kakek masih susah bernafas sambil memegang dadanya.

“Bernafas lah perlahan Ayah, ayo! Hffuu... Hffuu...” Ujar Amora yang merupakan seorang dokter.

Melihat keseriusan kakeknya, Noah mulai panik dan segera menghampiri sang kakek, duduk bersujud memegang tangan kiri pria tua yang terlihat sekarat tadi.

“Noah!” panggil Liam dengan suara lirih.

“Aku di sini Kek!” balas Noah.

Semuanya memasang wajah sedih dan nampak sangat serius.

“Sebelum Kakek pergi, Kakek ingin menggendong cicit Kakek! Kakek ingin melihatmu bahagia, Noah— Uhukk, uhukk...” Norman dan Amora mulai menangis bersamaan dengan dua anaknya yang juga ikut menangis memanggil nama kakeknya.

Jangan salah paham dulu!

Eza dan Naura juga cucunya Liam, tapi mereka hanyalah anak angkat dari Norman dan Amora. Mungkin bisa di katakan kalau Amora mandul.

“Kakek jangan bicara sembarangan.” Marah Noah tak terima bila kakeknya akan pergi.

“Berjanjilah Noah. Berjanjilah kau akan menikah secepatnya, waktu Kakek tidak banyak la— Wuhhukk-uhukk...”

“Aku berjanji akan menikah, dengan siapapun, tapi Kakek harus sembuh!” mendengar hal itu, semuanya menahan tawa senangnya, lalu kembali memasang wajah sedih.

Noah tidak bisa jika melihat kakeknya jauh sakit.

“Sebaiknya kau istirahat, dan aku akan merawat Ayah!” pinta Amora. Noah menatap sejenak ke arah kakeknya yang masih menutup matanya, lalu ia mulai berdiri dan pergi ke kamarnya dengan wajah sendu.

Di saat mendapati si tampan sudah pergi. Liam mulai membuka satu matanya, bernapas lega memegang dadanya.

“Akting yang sangat bagus Ayah!” puji Norman mengacungkan jempolnya.

Semuanya tertawa pelan. Ya! Ternyata semuanya bersekongkol akan drama tadi agar Noah mau berjanji. malang sekali!

Mereka tahu, jika Noah sudah berjanji, maka pria itu akan susah mengingkarinya, namun jika seseorang itu sendiri yang melepaskan janji tersebut terhadap Noah, barulah dia bisa lepas akan tanggung jawab janji yang sudah dia ucapkan.

Di dalam kamar, Noah langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menghela napas panjang dan berat.

Sudah 18 Tahun dia membenci Kinan Harrison, alias ibu kandungnya yang kini pergi meninggalkannya entah kemana? Sementara ayahnya Arya Bakrie pergi ke London, yang dulu dia dengar dari si mesum paman Norman. Itu sebabnya Noah ingin menemui ayahnya.

.

.

.

“Aku harus mendapatkan uang darimana lagi? Aku mengumpulkan uang sembilan tahun- Hfuuu...” Hinata benar-benar bingung. Apalagi di London sangat mahal, negara asing yang memiliki mata uang besar.

...🛫📍🛬...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!