Zahra bersama kedua sahabatnya Nella dan Keyla berjalan di sebuah mall kota Malang sembari menikmati es cream. Mereka tertawa dan bercanda membicarakan Drakor yang habis mereka tonton semalam di kamar kos.
" Kira-kira kalo aku punya pacar seperti hyun been, walaupun belum lulus kuliah aku bakalan ajakin nikah," ujar nella
"Hey,,jomblo halu, nikah? emang sudah siap, tidur saja masih suka ngompol?" ucap keyla menimpali.
" hwa ha ha,," Zahra tak bisa menahan tawa mengingat kejadian di kamar kos nella, gara-gara habis nonton Film horor sampai kebawa mimpi. Otomatis Zahra dan Nella yang sengaja menginap di kamarnya karena permintaan Nella yang takut tidur sendirian, ikut merasakan hangatnya air seni sahabatnya itu.
Mendengar kedua temannya meledekinya, nella cemberut, dan menjilati es cream dengan cepat, membuat mukanya semakin terlihat tembem.
"Ya Alloh,,kirimkan satu lagi hyun been untukku Ya, Alloh," ujar Zahra seraya mengangkat kedua tangannya.
PLAAKK!!!#@@!!
"Hey!" suara pria di sampingnya terkejut menangkis tangan Zahra. Zahrapun terkejut menoleh,menatap wajah pria di sampingnya itu, kedua pasang mata itu berpandangan, mata pria itu rasanya ingin menelannya bulat-bulat.
"Maaf Om, oh Es cream," Zahra semakin gugup, menyadari isi es creamnya telah berpindah tempat kebaju pria di hadapannya.
"Tisyu, mana tisyu!"
keyla mengeluarkan tisyu dari dalam tasnya. Ia ikut merasa gugup melihat sorot mata
tajam itu. Segera Zahra menarik beberapa lembar tisyu dan mulai mengelap baju pria itu dengan gugup.
"Sudah-sudah, kamu malah membuat baju saya kotor semua," teriak pria itu mundur selangkah menghentikan aksi Zahra.
"Sekali lagi, saya minta maaf om," sesal zahra menunduk.
"Om-Om!! emang tampang saya kayak Om Om? Makanya jadi anak itu jangan pecicilan, kalian lagi, kalau makan itu duduk, tidak pecicilan," ucap pria itu dengan suara di tahan dengan geram, sembari mengusap bajunya dengan sapu tangan lalu melenggang pergi.
"Aduh mimpi apa aku semalam," sesal Zahra.
"hayuk, nge-bakso saja biar tambah pedes habis kena semprot Om tampan," ujar Nella memecah kebengongan kedua sahabatnya itu dengan tawa cekikikan yang di tahan
"Gantian, bonceng aku, aku gemetaran!" ucap Zahra dengan ketus sembari mengulurkan kunci sepeda matic miliknya.
Sekitar 10 menit Zahra dan kedua sahabatnya tiba di warung bakso favoritnya di depan kampus. Mereka memesan bakso dan es jeruk. Di tengah-tengah asyiknya menikmati bakso, ponsel Zahra berdering. Zahra menerima telepon dari ibunya, mengabarkan kalau bulan ini belum bisa mengirim uang saku dan juga biaya kuliah, karena usaha ayahnya sedang terpuruk. Perkebunan apel milik ayahnya di daerah Batu gagal panen. Padahal uang harus segera di transfer ke rekening kampus sebelum tanggal di tentukan.
Zahra memasukkan kembali ponsel kedalam tasnya. Kedua sahabatnya menatap penasaran, kabar apa gerangan yang membuat wajah sahabatnya itu semakin murung setelah kejadian di mall tadi.
Zahrapun akhirnya menceritakan kabar dari ibunya tersebut, lalu Nella dan Keyla memeluknya berusaha memberi semangat kepada sahabatnya itu.
"Woy...para jomblowati! Lagi main drama apa kalian?" terdengar suara laki-laki itu mengejutkan mereka, sehingga serentak melepas pelukan.
"Vinooo!!!" teriak keyla dan Nela geram seraya menjambak ramput gondrong Vino.
"Wow,,,sabar para penggemarku tercinta," ujar Vino sambil berusaha melepaskan dari amukan kedua gadis itu.
Zahra termenung. Vino duduk di samping Zahra, lalu menggodanya dengan menyenggol bahunya hingga Zahra hampir terjatuh.
"Heh, Zah,,ngapain muka di tekuk gitu?"
"Hust!" seru Nella sambil menpelkan jari kebibirnya.
Zahrapun menceritakan kesulitannya pada Vino. Vino dan kedua sahabatnya berusaha menghiburnya.
"Oke aku harus bekerja!" ujar Zahra penuh semangat.
"Kamu ikut ngajar bimbel saja di tempatku," ucap Keyla
"Gimana ya?" jawab Zahra ragu, karena ia sadar tidak sesabar Keyla menghadapi anak-anak.
"Coba di cafe tempatku manggung saja, sepertinya butuh pegawai, tapi jadi pelayan, emang kamu mau?"
"Aku akan coba, apapun pekerjaannya, yang penting halal" jawab Zahra penuh semangat.
Zahra menerima saran Vino untuk melamar pekerjaan di cafe tempat Vino biasa manggung. Zahrapun sebenarnya sudah sering nongkrong di cafe tersebut, menyaksikan Vino dan group bandnya manggung. Kali ini ia akan datang menemui pemilik cafe. Ia berdandan cukup lama memantaskan diri. Kemeja lengan panjang berwarna pink, celana jeans dan kerudung senada dengan warna baju yang ia pilih.
Sepeda motor matic melaju dengan cepat menuju cafe D'Amor yang tidak jauh dari kampus tempat ia kuliah. Pukul 16.00 WIB ia sudah sampai di lokasi. Segera ia menghampiri gadis muda berambut panjang yang duduk di belakang meja kasir.
"Permisi mbak, bisa saya bertemu dengan pemilik cafe ini?" tanya Zahra
"Mbaknya sudah buat janji?" jawab gadis cantik itu dengan senyuman ramah
"belum"
"Tunggu sebentar ya mbak."
Gadis kasir itu segera mengambil ponsel miliknya dan berbicara dengan seseorang di ujung telephon.
"Maaf mbak, bapak sedang ada meeting, kalau mau mbak bisa menunggu sebentar lagi selesai?"
"Ya, saya tunggu"
"Silahkan duduk dulu" pinta gadis kasir itu seraya menunjuk meja di depanya.
Zahra duduk di depan meja kasir, ia mulai gelisah dan gugup. Seseorang mengantar es jeruk ke mejanya. Ia berkata pada gadis itu, "Maaf mbak saya belum pesan."
"Ini gratis buat kakak", jawab pelayan cafe yang terlihat masih berusia belasan tahun, dengan mengenakan seragam biru sama dengan pelayan lainnya, rok mini, kaos pendek dan bando dengan tulisan D'Amor di dalam gambar bentuk love.
"Trimakasih," ucap zahra malu-malu
"Sama-sama kakak," ucap gadis itu dengan centil mirip pramuniaga asesoris di mall-mall.
Zahra membolak-balikkan jam Tangan berulang-ulang, 30 menit ia sudah menunggu. Ia hampir menyerah dan meninggalkan tempat itu, tiba-tiba gadis kasir memberitahu kedatangan bos mereka dan mengantar keruangannya. Ruangan berada di ujung ruag cafe, dengan sekat ornamen bunga-bunga plastik menjalar. Selesai mengantar Zahra, kasir itupun kembali dan meninggalkannya di depan pintu.
"Assalamu'alaikum," seraya mengetuk pintu.
"Masuk!" suara seorang laki-laki dari dalam ruangan.
Zahra membuka pintu, setelah ia menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kuat, untuk menghilangkan kegugupannya.
"Bismillah"
Klek!!!
Suara pintu di buka. Seorang laki-laki sedang duduk menghadap laptop di mejanya.
"Anda?!"
"Anda?!" mereka berbicara bersamaan.
Zahrapun bringsut, dan salah tingkah, ternyata bos cafe ini adalah seseorang yang ia tabrak di mall waktu itu.
"Ada apa anda kemari?" tanya laki-laki itu dengan sinis, seraya menyandarkan bahunya ke sandaran kursi.
"Sebelumnya saya minta maaf pak atas kejadian waktu itu" jawab Zahra dengan senyum yang di paksakan.
" terus!"
"Perkenalkan nama Zahra, ngomong-nama bapak siapa?" seraya mengulurkan tangan namun tangan Zahra menyenggol pigura foto yang berdiri di samping meja. Laki-laki itu hanya diam memandangi Zahra
"Maaf" seraya mengembalikan benda yang ia senggol.
"O kamu kesini cuma mau kenalan?"
"Tidak pak, saya mau melamar pekerjaan," jawab Zahra sembari menyodorkan amplop berwarna coklat berisi CV nya. Laki-laki itu menerima dengan tangan kiri lalu melemparnya ke atas meja.
"Anda baru datang saja sudah merusakkan barang saya, apalagi kalau bekerja disini, bisa-bisa tempat ini bisa kamu hancurkan dengan kecerobohanmu."
"Saya akan berhati-hati pak, saya kalau takut seperti itu pak."
"Memang saya menakutkan, jelek seperti hantu?"
"Iya pak, eh tidak pak, bapak sangat tampan mirip artis korea pak, tapi lebih tampan artis korea sih"
"Jangan bercanda kamu" seraya memukul meja dengan tangannya.
"maaf"
"Oke" laki -laki itupun berdiri dari tempat duduknya, merapikan jas hitamnya, lalu menyilangkan tangannya di dada.
"Apa saya di terima pak?" tanya Zahra menatap laki-laki itu dengan riang.
"Baik akan saya fikirkan, nanti saya hubungi lagi, apa bisa kamu memenuhi syaratnya?"
"Apa syaratnya pak?"
"Kamu perhatikan para pelayan wanita di depan, seragamnya bagaimana? apa kamu berpakaian seperti itu dan melepas kerudungmu?" seraya mendekati Zahra yang dari tadi masih berdiri, menunduk menghindari tatapan sinis laki-laki di hadapannya itu.
Mendengar syarat yang di ajukan oleh calon bosnya itu, Zahrapun menjadi berani mengangkat kepalanya dan menatap tajam kearah laki-laki itu.
"Pak saya bekerja menawarkan jasa tenaga saya, bukan tubuh saya. Apa salahnya dengan kerudung saya?yang penting saya bisa berpenampilan rapi dan bekerja dengan baik."
"Kalo seperti itu maaf, saya tidak bisa menerima anda, lebih baik anda fikirkan sekali lagi, dan kalau sudah siap hubungi saya, 'Reyhan' ya itu nama saya." Reyhan melempar kartu nama ke atas meja dengan menyunggingkan bibirnya.
"Maaf pak, tidak usah saya fikirkan lagi, lebih baik saya mundur saja, mungkin saya yang salah melamar pekerjaan di sini. Trimakasih Pak Reyhan yang terhormat.
Assalamu'alaikum".
Zahra mempercepat langkah meninggalkan ruangan, dengan perasaan kecewa.
Sesampai di kamar kost Zahra menceritakan hasil pertemuannya dengan Reyhan kepada Nella dan Keyla. Tak lama kemudian suara dering ponsel milik Zahra berbunyi.Ternyata Vino yang menelpon menyakan hasil wawancara dengan pemilik cafe. Akhirnya Zahrapun menceritakan panjang lebar, dan mengucapkan terimakasih telah berusaha membantunya.
***
Vino membuka pintu kamar Reyhan.
"Hallo brow, gimana kabarnya?" seraya menghamburkan tubuhnya ke tempat tidur Reyhan.
Reyhan hanya melirik sekilas tingkah adiknya tadi, lalu melanjutkan menatap layar ponselnya. Ia duduk di atas kasur bersandar ketembok. Sebagian kakinya tertutup selimut putih. Adik dan kakak itu rupanya jarang bertemu karena kesibukannya masing-masing.
"Tumben kamu menemui kakakmu ini, pasti ada maunya"
"Kak, kenapa Zahra kamu tolak bekerja di cafe kita?" tanya Vino seraya membetulkan posisi tubuhnya duduk di samping Reyhan.
"Siapa Zahra?"
"Yang tadi sore menemui kakak."
"O..gadis ceroboh tadi, dia sendiri yang menolak."
"Kakak sih aneh, minta dia melepas jilbabnya. Kak plis deh terima dia ya, dia sedang dalam kesulitan."
"Pacar mu yang keberapa itu? sampai kamu rela mohon-mohon sama aku"
"Bukan pacar, temanku kak, calon pacar."
"Huh dasar playboy," seraya memukul kepala Vino.
"Plis!" ucap Vino memohon.
"Baiklah, besok Karin akan aku suruh menghubungi calon pacarmu itu, tapi kalau dia berulah apalagi masih ceroboh, aku tak akan segan-segan memecatnya."
"Trimakasih kak, tapi awas ya kakakku yang jomblo sejati ini jatuh cinta sama Zahra!" ujar
seraya beranjak dari kasur tempat kakaknya.
"Hem, aku pastikan dia yang akan jatuh cinta dengan kakakmu yang ganteng ini," goda Reyhan sambil melempar bantal ke muka adiknya itu.
🌹🌹🌹🌹
Malam menunjukkan pukul 19.30, Vino memacu motor balapnya dengan cepat menuju rumah kos Zahra. Memarkirkan motor di depan gerbang halaman kos Zahra dan menelpon Zahra.
"Zahra keluar! aku di depan gerbang."
Dari kejauhan Vino melihat sosok Zahra.
"Ayo naik" pinta Vino tanpa basa-basi.
"Kemana?" tanya Zahra penasaran.
"Temani aku makan, gak usah nolak, naik saja!"
Zahrapun naik keatas motor. Mereka makan di warung nasi Padang, yang tidak jauh dari kos-kosan Zahra.
Vino dan Zahra makan di warung padang yang tidak jauh dari kos-kosan Zahra. Zahrapun bertanya pada Vino, "Tumben kamu minta aku temani makan?"
Zahra menatap Vino yang sedang menyantap makanan dengan lahap, dan terengah-engah karena kepedasan, Ia pun berulang kali meneguk minumannya. Vinopun menjawab pertanyaan Zahra, "Aku cuma memastikan biar kamu nggak kelaparan."
"Vino oh Vino, makasih ya kamu perhatian sekali, tapi aku masih punya cukup uang untuk makan, sampai beberapa bulan kedepan."
Zahra mencubit pipi Vino dengan kedua tangannya
"Aww sakit, penggemarku yang sholehah dan cantik, sabar dong belum muhrim," ucap Vino sambil meletakkan garpu dan sendoknya
"Emang cewek mu gak marah nih, kalau tau kamu ngajakin aku jalan kayak gini?" tanya Zahra, lalu iapun meminum es jeruk.
"Ini aku makan sama pacarku."
"Mana?" seraya meletakkan gelas dan menoleh keberbagai arah.
"Itu di depanku, sedang makan belepotan kayak anak kecil." jawab Vino, menunjuk Zahra dengam garpu.
"Aku? dasar playboy, semua mau di jadikan pacar"
Vino mengambil tisyu, ingin melap pipi Zahra, dengan segera Zahra menarik tisyu dan membersihkan pipi dan mulutnya
" Oh iya Ra, besok saya pastikan kamu bisa bekerja di cafe itu?"
"Sudahlah Vino, aku kesel banget sama bos kamu itu, sudah galak, ngeselin, sombong, pokoknya hem kesel banget aku" sambil mengepalkan kedua tangan di samping pipi.
"Awas ya kesel-kesel bisa jadi demen, biar gitu kan si bos tampan kan? sudahlah biasa si bos sukanya mengetes mental calon karyawannya"
Ketika Vino dan Zahra sedang asyik ngobrol, tiba-tiba Keyla dan Radit masuk ke warung padang tempat mereka makan malam. Radit adalah penabuh drum dalam groub band Vino. Melihat orang yang tak asing lagi mereka pun mendekati.
"Cie ,,,cieee,, ada yang berduaan nih," ledek Keyla dari kejauhan. Vino dan Zahra serentak terkejut dan menoleh.
"Apaan sih key," jawab Zahra dengan senyum malu-malu
"Hey, Key, Radit sini gabung"
"Kalian sudah makan gitu, aku mau bungkus saja, sekalian tadi Nella juga nitip" jawab Keyla.
Keyla dan raditpun ikut duduk semeja dengan Vino dan Zahra menunggu bungkusan pesanan mereka.
"Nih juga,, hayyo ngapain kalian berdua-duaan?" ujar Zahra seraya menunjuk kearah keyla dan Radit.
" Kebetulan, aku tadi lewat di depan tempat Key ngajar bimbel," jawab Radit.
"Ah alasan," balas Zahra
"Ada yang PeDeKaTe Nih" ledek Vino.
Mendengar Vino meledekinya, Radit hanya senyum saja.
Akhirnya mereka kembali ke kos-kosan, dan melanjutkan mengobrol di teras yang tersedia meja dan kursi tempat menerima tamu. Nella yang tengah asyik berkutat dengan leptopnya segera beranjak menghampiri mereka.
"Wah kalian ngapain datang berdua-duan nih? Zahra, keyla, kalian berkhianat ya, meningalkan aku dalam ke jombloanku sendiri," rengek Nella dengan manja kepada kedua sahabatnya itu.
"Nih, titipan kamu, sana cepat makan biar kuat! kuat menghadapi kenyataan" ucap Keyla seraya menyodorkan plastik berisi bungkusan nasi padang. Melihat Nella menarik bungkusan dengan cemberut, ke empat temannya tertawa terpingkal-pingkal.
"Tenang Nella sayang, kamu kan pacarku juga" ujar Vino menggoda.
"Wek!" jawab Nella mencemooh Vino dengan menjulurkan lidahnya.
"Vino, sudah jangan goda Nella, makin jadi salah faham nanti," ujar Zahra.
"Dengarkan lo Za, Kalo Vino tuh semua di panggil sayang, satu kampus tuh cewek-cewek di panggil sayang sama dia, jadi jangan sampai termakan gombalan si playboy kampus itu ya Za."
"Tenang Za, kalo kamu yang jadi pacarku, cuma kamu kok yang akan aku panggil sayang"
"Preett, gombal," Zahra, Nella, dan keyla serentak menjawab. Membuat Vino dan Radit tertawa.
Sebelum malam semakin larut, Radit dan Vino berpamitan pulang. Zahra dan teman-temannya kembali ke kamar masing-masing. Malam itu Zahra sulit tidur memikirkan ide-ide untuk mendapatkan biaya Kuliahnya. Ia tidak ingin terhambat kuliahnya, apalagi kuliahnya tinggal menyelesaikan skripsi saja.
Tiba-tiba saja Zahra terfikir wajah Reyhan yang temui sore itu.
Reyhan,, dia sebenarnya tampan juga, cool, keren, andai saja dia tidak nyebelin. Apa sih za,, orang seperti itu kok difikirkan.Hem Reyhan. Awas ya!!!
Ya Alloh semoga besok ada kabar baik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!