NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Antara Kakak & Adik

Eps 1 Pertemuan keluarga besar

Suara kokokan ayam terdengar melengking di telinga, sinar mentari pagi menerobos masuk ke sela-sela jendela kamarku, memberi rasa hangat, membuat mataku terbuka perlahan dari tidur pulasku.

Hari ini hari Minggu, biasanya pada hari Minggu aku memang sengaja membiarkan Matahari bangun lebih dulu menyapaku.

Tok..Tok..Tok..

"Icha bangun nak, sudah pagi." Terdengar suara ibuku dari balik pintu kamar sembari mengetuk pintu.

"Iya Bu, ngumpulin nyawa dulu sebentar." Itu selalu jadi jawaban andalanku ketika aku masih mager di kasur.

Ya, aku lah Alyssa, Alyssa Cahaya. Tapi selalu di panggil Icha oleh orang-orang terdekatku.

Alyssa Cahaya

Membuka akun media sosial milikku, sudah pasti menjadi rutinitas ku dalam mengawali hari, Tapi bukankah hampir semua kaum Milenial melakukan hal yang sama ?

Saat sedang asik memainkan layar datar masa kiniku, tiba-tiba..

Drrtt.. Drrrtt...

Ponselku bergetar menandakan panggilan masuk dengan menampilkan kata "Love" pada layar datar itu.

"Halo" Sambutku dengan semangat.

"Halo sayang" Sahut seseorang dari balik ponsel.

Ya dia adalah Rendi, Rendi Angkasa, lelaki tampan yang sudah hampir setahun menjadi pacarku.

"Jangan lupa ya, hari ini kamu ke rumahku, nanti aku kabarin kalau sudah mau otw." Ucapnya tanpa basa basi.

"Iya deh, nanti kabarin aja kalau mau otw." Sahutku sembari memutarkan bola mataku.

"Oke sayang, ya udah, see you."

Tutt.. tutt..

Ya begitu lah Rendi, lelaki yang agak cuek tanpa suka terlalu berbasa basi walau itu denganku pacarnya sendiri. Dia selalu to the point, kadang aku pun suka kesal saking terlalu hematnya kata-kata yang dia ucapkan di antara perbincangan kami.

Rendiku memang lah lelaki yang Tampan, dia memiliki alis dan bulu mata yang cukup tebal, tatapan matanya tajam seperti elang, dan badannya pun tinggi proporsional. Dia lelaki yang selalu ada untukku dengan caranya yang berbeda selama tiga tahun. Sejak dari awal mengenalnya, kemudian dekat, hingga pacaran sudah hampir setahun, memang tak pernah dia mengecewakanku kecuali memang sikap cuek nya itu saja, tapi selalu bisa ku andalkan. Ah Rendiku..

Rendi Angkasa

Ku putuskan untuk langsung mandi agar tidak keteteran saat Rendi menjemput nanti, karena lelaki cuek itu selalu komplen kalau melihatku belum siap ketika dia sudah datang, terlebih aku sadar jika diriku ini memang agak lelet hehehe..

"Bu, hari ini Icha di ajak ke rumah Rendi, boleh kan? Karena sedang ada acara di rumahnya." Ucapku pada ibu meminta izin ketika selesai mandi.

"Oh, ada acara apa memangnya? Ibu kok gak di undang sih?" Tanya ibuku sambil memasang muka meledek.

Sesantai itu lah sikap ibuku, mencerminkan ibu milenial masa kini bukan? hehehe...

"Itu loh bu, adiknya Rendi yang kuliah di Jogja baru saja wisuda, jadi keluarganya membuat acara syukuran gitu di rumahnya." Jawabku sambil mencomoti makanan yang di hidangkan ibu di atas meja.

"Sekalian menyambut kepulangan adiknya itu setelah setahun lebih gak pulang ke rumahnya." Sambungku sambil berjalan kembali menuju kamarku.

Drrtt.. Drrrtt..

Ponselku kembali bergetar dengan menampilkan nama yang sama yaitu "Love"

"Halo sayang" Jawabku dengan nada agak sedikit manja sambil tangan satunya sibuk memilih-milih baju yang akan aku kenakan ke rumah calon mertua.

"Sayang aku mau otw, inget ya, ketika aku sampai kamu harus sudah siap dan jangan ada embel-embel dandan lagi, aku gak mau kita kelamaan."

Begitu lah Rendi yang selalu mengingatkanku agar tak membuatnya menunggu lagi, karena semenjak tempo hari aku pernah membuatnya menunggu aku yang masih berdandan dan itu benar-benar sangat lama.

"Emmm iya loh iya." Kujawab sambil memutarkan bola mataku lagi.

Sudah ku putuskan untuk memakai Long Dress dengan lengan se siku, berbahan brukat semi formal namun tetap terkesan santai, baju yang pas dipakai di acara itu, pikirku.

Ku Curly rambutku dan kubiarkan terurai, ku pakai make up namun tidak terlalu tebal dengan lipstick berwarna Nude yang tidak terlalu mencolok.

"Perfect!!" Kataku sambil tersenyum memandangi pantulan diri yang ada di cermin.

Kuputar tubuhku sekali lagi di depan cermin, memastikan tidak ada yang salah dengan dress yang ku kenakan saat itu.

5 Menit kemudian...

Tin..Tin..

Suara klakson mobil yang sudah bisa kutebak itu siapa.

"Assalamualaikum" Terdengar suara lelaki familiar memberi salam di depan pintu yang memang sudah terbuka.

"Waalaikumsalam. Masuk Ren!" Terdengar suara ibu menyambut Rendi di ruang tamu.

"Hehe iya bu, Icha nya sudah siap kan bu?" Ku dengar Rendi bertanya pada ibuku, dan aku pun langsung keluar dari kamar dan menemui Rendi bahkan sebelum ibuku menjawab pertanyaannya.

"Icha pergi dulu ya bu" Pamitku sambil menyalami tangan ibuku, dan di ikuti pula dengan Rendi yang menyalami ibuku dengan takzim.

"Pamit dulu ya Bu, bawa Icha ke rumah" Ucap Rendi sambil berjalan pelan menuju mobil.

"Iya hati-hati, jangan pulang terlalu malam ya, salam juga sama calon besan ibu hehehe." Jawab ibu sambil tersenyum ramah penuh candaan.

"Hehehe iya Bu, beres kalau soal itu." Jawab Rendi dengan tertawa kecil

Ya begitu lah Rendi yang sudah cukup dekat dengan ibuku, karena mulai dari sebelum berpacaran denganku pun sudah beberapa kali dia main ke rumahku.

Mobil pun mulai melaju keluar dari Gang rumah ku, sejak awal masuk mobil hingga sekitar 10 menit perjalanan dia masih fokus mengemudi, hingga akhirnya ia melirikku yang juga masih membisu memandang lurus kedepan.

"Tumben" Terdengar satu kata darinya mengawali perbincangan kami di dalam mobil.

"Apanya?" Tanyaku sambil sedikit meliriknya bingung.

"Cantik!" Jawabnya singkat.

"Memang biasanya enggak cantik?" Tanyaku lagi kepadanya sambil memasang raut muka sedikit jengkel.

"Kalau biasanya B aja sih" Jawabnya yang masih fokus menatap lurus kedepan, tapi sembari tersenyum kecil meledek, dan itu membuatku gemas karena dia terlihat cool dan ganteng berkali lipat saat ekspresinya begitu, sekaligus tentu saja aku jengkel dengan jawabannya.

Perjalanan ke rumahnya sekitar 45 menit dari rumahku jika tidak dalam keadaan macet, dan kebetulan saat ini jalanan emang agak sedikit lengang, membuat kami tidak lebih berlama-lama menghabiskan waktu di jalan. Rumahnya yang terletak di tengah kota memang sedikit agak jauh jika ke rumahku yang letaknya sedikit agak dipinggiran kota hehehe.

Demi membunuh waktu dan keheningan yang sejak tadi sudah tercipta, Rendi memilih memutar lagu-lagu dari penyanyi "TULUS" di mobilnya. Tidak ada perbincangan yang berarti selama dalam perjalanan hingga pada akhirnya mobil telah berhenti tepat di depan rumah Rendi.

Dag-dig-dug...

Jantungku berdebar seketika membayangkan akan lebih banyak saudara dan keluarga Rendi yg pasti berkumpul semuanya disana. Membayangkan bagaimana kikuknya aku nanti di tengah-tengah keluarga besar Rendi.

Kutarik nafas panjang lalu membuang nya secara perlahan demi menenangkan diriku yang mendadak seperti demam panggung ini.

"Ya Allah semoga tidak berakhir buruk." Doaku dalam hati.

Aku keluar dari mobil dengan sambil menarik nafas dan membuangnya sekali lagi.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa Like, coment, dan vote ya untuk mendukung Author menciptakan cerita yang lebih baik** :)

Eps 2 Bertemu Dengan Juan

Langkahku terhenti sejenak begitu keluar dari mobil, aku benar-benar merasa canggung saat mendengar suara keramaian dari dalam rumahnya, Rendi yang melihat gelagat anehku pun akhirnya menghampiriku.

"Kenapa hanya diam disini? Ayo masuk, sepertinya sudah banyak yang datang!" Ucapnya sambil memegang tanganku lalu menuntunku masuk ke dalam rumahnya.

"Kenapa aku mendadak jadi gugup gini ya?" Tanyaku masih mematung sembari memegang pergelangan tangan Rendi.

"Sudah tenang lah, kamu cantik hari ini" Rendi seolah meyakinkanku namun masih dengan mimik wajah yang cuek.

Kutarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan sembari mulai berjalan menuju pintu utama rumahnya, dan aku pun terus menggenggam tangan Rendi demi menenangkan tubuhku yang sedikit gemetar.

"Hei Icha sudah datang, ayo sini masuk!" Terlihat mama Rendi yang langsung menyambutku dengan sangat ramah.

Aku yang sedikit sudah merasa tenang, akhirnya melepaskan genggamanku dari Rendi lalu langsung kusalami mama Rendi dengan takzim.

"Gimana kabarnya tante? Sehat kan?" Tanyaku berbasa basi yang padahal sudah pasti aku tau jawabannya.

"Sehat dong nak, gak lihat nih tante sudah cantik begini ha?" Jawab tante Ola dengan raut wajah sumringah sambil menuntun tangan ku.

"Sini Tante kenalkan sama keluarga besar Rendi, selama ini kamu belum pernah dikenalin kan?" Timpal Tante Ola lagi sembari membawaku ke tengah-tengah keramaian acara itu.

"Nah ini tantenya Rendi yang dari luar kota, lalu ini neneknya Rendi dari ayahnya rendi, dan kalau yang ini sepupu Rendi." Tante Ola dengan sangat semangat mengenalkan aku pada keluarga besar mereka.

Aku pun turut memberi salam hormat pada semua keluarga Rendi yang sudah ada disana, sambil terus memberikan senyumanku yang kurasa sudah paling ramah.

Tak lama kulihat Rendi ikut menyusul ku dengan menyalami semua sanak saudara nya itu, karena mereka juga baru sampai ketika Rendi tengah pergi menjemputmu.

Aku mengambil posisi duduk sengaja agak pojok agar tidak terlalu mencolok, dan Rendi ikut duduk di sampingku.

"Gimana? Masih canggung?" Tanya Rendi berbisik ke telingaku.

"Sudah agak lega" Kujawab sambil tersenyum kecil.

"Eh iya, mana adikmu? Bukankah dia yang punya acara ini?" Tanyaku lagi.

"Tau tuh belom ada kelihatan batang hidungnya"

"Emmm" jawabku biasa.

"Loh Rendi, kenapa malah ngajak Icha duduk di pojok sini? Ajak makan dulu gih, itu banyak makanan yang sudah dihidangkan. Sana makan dulu!" Terlihat Tante Ola menghampiri aku dan Rendi sembari menyuruh kami untuk menyantap makanan yang ada.

"Entar lagi deh ma, masih Mager." Jawab Rendi polos.

"Haduh kamu ini gimana sih? Ada acara dirumah kok malah mager, heran." Tambah Tante Ola sedikit mengeluh.

"Yang punya acara mana ma? Kok gak muncul batang hidungnya saat sudah ramai gini?" Tanya Rendi lagi.

"Iya tuh anak susah banget deh, barusan mama susul ke kamarnya untuk suruh dia bergabung disini, masih siap-siap katanya, paling juga sebentar lagi..." Belum selesai ucapan Tante Ola, langsung terhenti saat melihat seorang laki-laki muncul di tengah keramaian itu.

"Nah itu dia akhirnya nongol juga," Lanjut mama Rendi sambil melambai tangan ke adik Rendi itu sebagai kode memanggilnya.

"Juan kesini dulu, Ayo sini kenalan sama pacar abangmu!" ucap mamanya lagi kepada anak bungsunya itu.

Aku pun melihat sosok lelaki itu mulai mendekat ke arah kami, namun masih merasa biasa saja. Sampai akhirnya lelaki itu langsung mengulurkan tangan kepadaku sambil berkata.

Juan Angkasa

"Oh ini?" tanyanya sambil tersenyum ramah.

"Halo aku Juan, apa dia pernah cerita tentang aku?" Tanya Juan kepadaku sambil melirik wajah Rendi.

"Hehehe pernah kok, kamu kuliah kedokteran di Jogja Kan?" Tanyaku sembari meyakinkannya kalo Rendi memang pernah bercerita tentang adiknya itu.

"Oh kukira dia bakal malas mengakui kalau punya adik seganteng aku hahaha" Ucapnya sambil terkekeh meledeki abangnya itu.

Aku pun hanya membalas celotehannya dengan senyuman sambil melirik Rendi yang terlihat hanya tersenyum kecil, kala sang adik meledeknya habis-habisan sambari ku lihat dia masih begitu sibuk memakan satu cup kecil pudding Coklat.

Juan POV :

Hari ini keluargaku mengadakan syukuran karena kelulusan serta kepulanganku kembali ke rumah. Sebenarnya aku tidak terlalu bersemangat dengan adanya sebuah acara itu, mengingat badanku yang masih sangat lelah karena malamnya aku baru tiba di rumah yang telah lama kutinggalkan itu. Tetapi aku juga tidak punya alasan untuk menolak di adakannya syukuran itu, mengingat betapa senang dan semangatnya mamaku akan hal itu.

Disisi lain, aku juga sedikit penasaran dengan pacar abangku, karena tempo lalu, pernah ku lihat abangku meng-upload foto pacarnya di akun media sosial miliknya, aku sedikit agak iri melihat orang secuek abangku bisa mendapatkan pacar yang menurutku cantik, eh tapi mungkin itu bisa saja hanya cantik di foto, mengingat sudah banyak filter yang bisa merubah wajah wanita kadang bisa mirip seperti Barbie, begitu lah pikirku.

Dan hari ini kudengar mamaku bilang kalau pacar abangku itu akan hadir, membuat rasa penasaranku muncul dan seperti ingin membuktikan bagaimana rupa aslinya.

Akhirnya tibalah hari yang di tunggu, aku pun perlahan keluar dari kamar saat ruangan sudah mulai ramai oleh keluarga besarku. Kulihat mamaku melambai-lambaikan tangan ke arahku dari arah pojok ruangan, aku pun melangkah untuk menghampirinya, dan kalian tau apa yang terjadi setelahnya?

Ya, aku dibuat jadi begitu terperangah ketika kulihat sosok wanita yang duduk disamping abangku, dan yang ku tahu itulah pacar abangku. Namun sungguh diluar dugaan ku, ternyata wajah aslinya jauh lebih teduh dan enak sekali dipandang dibandingkan dari foto yang pernah di upload abangku.

"Ah sial, kenapa si kunyuk ini bisa dapetin pacar yang cantik begini?" Ketusku kesal dalam hati.

Namun demi terlihat tetap tenang, aku pun langsung mengulurkan tangan sembari memperkenalkan diri, terlihat senyumannya sangat ramah menyambut jabatan tangan dariku. Aku mulai berbincang ringan dan sedikit bergurau padanya demi menutupi rasa kagum di hadapan abangku. Namun kulihat abangku itu masih dengan santainya menanggapi celotehanku sambari sesekali ia melihat ekspresi ku. Yang ku tahu dia pasti menjadi agak sedikit was-was karena takut aku menggoda pacarnya.

Tak lama aku pun undur diri dari mereka dan memilih bergabung dengan sepupuku yang lainnya, sudah lama sejak aku kuliah di Jogja tidak bertegur sapa dengan mereka. Sepupuku yang rentang usianya tidak terlalu lauh dariku, membuatku menganggap mereka sekaligus seperti teman. Aku pun asik cekikian dengan mereka, bercerita banyak hal dimasa remaja kami, sesekali kulirik ke arah abangku dan pacarnya, terlihat mereka tengah makan dan sesekali kulihat gadis itu menyuapi makanannya ke Rendi dan berhasil membuatku sedikit iri bahkan jengkel.

"Sungguh mengherankan, kok bisa-bisa nya gadis itu mau dengan Rendi yang dingin seperti es batu?" Gerutu ku dalam hati karena masih tak habis pikir apa yang membuat gadis itu mau dengan Rendi.

Sejujurnya, meskipun aku dan Rendi sedarah, tapi dari kecil kami memang sudah sering terlibat perang dingin dalam hal apapun, walau pun tidak saling mencelakai dan tetap menyayangi satu sama lain seperti layaknya adik kakak pada umumnya.

Aku pun beralih mengabaikan pasangan yang berada di pojok ruangan itu dan memilih kembali tertawa hingga terbahak dengan sepupu-sepupuku yang memiliki selera humor tinggi walau kadang masih sesekali melirik mereka.

...Bersambung......

Eps 3 Menunggu

ICHA POV

Pandangan mataku kini menyisir ke sebuah meja besar berbentuk memanjang, di atasnya ku lihat telah terhidang berbagai menu makanan mulai dari makanan utama, makanan pendamping, hingga makanan pencuci mulut, semua sudah tertata rapi dan terlihat sangat menggoda. Melihat makanan sebanyak itu, perutku pun mulai terasa lapar, juga mengingat tadi pagi aku hanya menyomot sedikit makanan saja di rumahku.

krukk.. krukk..

Terdengar suara bunyi-bunyi sumbang dari dalam perutku.

"Sepertinya cacing diperutmu sudah mengamuk minta jatah makan." Ucap Rendi berbisik tiba-tiba.

"Hehehe, kedengaran ya?" Tanyaku cengengesan karena merasa malu.

"Kamu makan duluan ya, aku sepertinya belum selera, apa kamu mau aku ambilin?" Tanya Rendi tanpa menjawab pertanyaanku.

"Ah gak usah, biar aku saja!" Cegahku.

Aku tidak mau nanti keluarganya jadi berfikir aku sok menjadi ratu jika melihat Rendi yang mengambilkan makan untukku.

"Kamu yakin belum mau makan?" Tanyaku memastikan lagi.

"Ya udah gini aja, gimana kalau kita makan sepiring berdua saja? Kamu suapin aku, ok?" Ucap Rendi yang entah mengapa wajahnya jadi menggemaskan dengan ekspresi begitu.

Sontak aku pun langsung dibuat tersenyum mendengar Rendi yang terkesan cuek namun entah kenapa jadi bersikap agak manja denganku.

"Emm ya sudah, tunggu ya aku ambilkan" Ucapku lagi yang akhirnya beranjak dari duduk ku.

Ku ambil beberapa jenis makanan yang menurutku enak, hingga tak luput juga beberapa macam buah sebagai pencuci mulutnya, lalu aku pun kembali dengan membawa dua piring di tanganku.

"Sayang sambil kamu suapin, aku boleh main game online satu match?" Tanya Rendi ketika aku baru kembali duduk di sampingnya.

Kulihat tangannya sudah standby memegang ponselnya yang sudah terhubung ke game yang dimaksudnya.

"Iya gak papa, satu match aja kan?" Lanjut ku dengan tanganku sambil mengaduk pelan makanan dan siap untuk memakannya.

Kemudian hanya di jawab anggukan oleh Rendi.

Aku pun langsung melahap makanan ku, sesekali ku suapi makanan itu juga ke Rendi, pacarku yang hari ini entah kenapa menjadi mendadak manja. Mataku pun tak bisa diam, beberapa kali ku menyisir pandangan ke orang-orang yang baru hadir ke acara itu maupun yang mulai beranjak pergi.

Namun beberapa kali juga tertangkap oleh mataku saat Juan melirik ke arahku dan Rendi dari ujung tempat dia duduk saat itu. Tapi aku hanya berfikir mungkin hanya kebetulan dia sedang melihat ke arah kami dan kebetulan juga tertangkap oleh ku, itulah yang ada di pikiranku. Aku pun masih dengan tenang menghabiskan makanan ku hingga aku merasa cacing di perutku sudah bisa dikendalikan.

"Sudah habis" Ucapku ke Rendi yang masih belum menyelesaikan game onlinenya.

"Oh habis ya? Yah padahal masih mau." Ungkapnya namun masih fokus memainkan gamenya.

"Kamu masih mau? Mau aku ambilin lagi?" Tanyaku menawarkan.

"Enggak jadi deh" Kali ini akhirnya Rendi sudah selesai dengan game nya.

"Sepertinya sudah berangsur sepi" Sambungnya lagi sembari memasukkan ponsel ke saku celananya dengan tatapannya yang terus memandangi keadaan sekitar.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 17.00 sore, saat ini tersisa keluarga dekat Rendi saja yang ada di ruangan lebar itu, masih terlihat pula Juan di ujung ruangan masih tertawa cekikikan dengan para sepupu nya, bisa terbaca olehku kalau Juan mempunyai selera humor yang lumayan, berbanding terbalik dengan Rendi yang terkesan pendiam dan sedikit bicara.

"Kita duduk disitu saja yuk" Tangan Rendi tiba-tiba menarikku ke sebuah sofa yang ada di halaman belakang rumahnya.

Dia pun duduk dan langsung bersender setengah berbaring di sandaran sofa.

Aku pun ikut duduk di sampingnya, lalu mulai menikmati indah dan asrinya taman bunga yang ada di hadapanku, dengan berbagai jenis bunga yang kutahu mama Rendi sendiri lah yang menanamnya, ini bagian rumah Rendi yang paling aku suka.

"Kamu pulangnya habis Maghrib aja ya" Pinta Rendi sontak menepis lamunanku.

"Eh, ya sudah gak papa" Jawabku ringan.

Tak lama, mama Rendi yang sejak dari siang tadi telah disibukkan dengan menyambut tamu yang terus berdatangan, kini sudah berdiri di depan pintu belakang rumah.

"Disini rupanya, kirain sudah pulang, hampir mau mama omelin" Celetuk tante Ola mengawali obrolan.

"Mana mungkin ma, kalau pulang Icha pulang, pastilah dia pamit" Jawab Rendi santai.

"Iya juga sih hehehe." Tante Ola pun terkekeh.

"Eh iya, Rendi bisa gak bantu mama?"

"Apa ma?" Tanya Rendi singkat.

"Bisa gak mama minta tolong kamu untuk mengantar nenekmu pulang? Nenek gak jadi menginap." Pinta mama Ola.

"Loh Icha gimana? Aku sebentar lagi mau mengantar dia pulang. Lagi pula beda arah loh ma sama rumah nenek, takutnya nanti kemalaman. Suruh Juan saja ma!" Tolak Rendi tapi masih dengan nada lembut.

"Kalo Juan ada pasti mama sudah menyuruhnya, ini dia juga lagi mengantar Rudi pulang, ayo lah nak kasihan nenek mu, dia harus cepat istirahat." Pinta mama Ola lagi dengan nada terus membujuk.

Aku yang mendengar itu pun sontak merasa jadi tak enak hati, aku pun akhirnya turut membujuk dan meyakinkan Rendi agar mau mengantarkan neneknya terlebih dulu.

"Sudah gak papa, kamu antar lah dulu nenek, aku disini dulu juga gak papa kok." Pujuk ku pada Rendi.

"Yakin kamu gak papa?" Tanya Rendi lagi memastikan ucapan ku.

"Iya gak papa, aman saja." Jawabku meyakinkan Rendi sambil tersenyum.

"Nahhh gitu dong, aduh seneng sekali bisa kerja sama begini sama calon menantu hahaha," Celetuk tante Ola lagi sambil tertawa puas.

"Baiklah, tunggu aku disini ya, aku gak akan lama kok." Rendi pun akhirnya beranjak sambil mengusap ujung kepalaku.

Aku membalasnya hanya dengan anggukan sambil tersenyum. Lalu aku pun kembali memandangi pemandangan taman yang hampir menggelap karena memang hari beranjak gelap. Sesekali kumainkan ponsel ku, menaik turun kan layar datar itu demi membunuh waktu.

1 Jam kemudian...

*Drrrttt*

pesan WA masuk.

"Sayang, ban ku bocor, sekarang aku masih di rumah nenek, mau ganti ban cadangan dulu, masih bisa tunggu sebentar kan?"

Begitu lah bunyi pesan WA yang masuk, aku menghela nafas, tidak langsung ku balas, otakku malah terfikir pesan ibu yang selalu berpesan untuk tidak pulang kemalaman.

Tak lama, dari dalam rumah tante Ola menyentakkan lamunanku.

"Loh Rendi belum kembali Cha? Perasaan rumah nenek gak terlalu jauh."Ujar tante Ola merasa heran.

"Eh iya tante, barusan Rendi kirim pesan ke Icha, dia bilang ban nya bocor dan baru mau ganti ban cadangan."

"Loh kok bisa sih, aduh gimana ini ya? bisa-bisa kamu sampai rumah kemalaman," Tante Ola pun mulai terlihat khawatir.

"Juannnnnn." Tak lama tante Ola berteriak memanggil nama Juan, sembari menoleh ke dalam rumah.

"Kenapa ma?" Terdengar jawaban dari dalam rumahnya yang kemudian di iringi sosok nama yang di panggil itu datang.

"Loh, masih disini? Kirain sudah pulang." Juan terlihat agak kaget saat melihatku masih ada di rumahnya.

Dan aku pun hanya tersenyum.

"Kenapa ma?" Sambung Juan lagi yang kali ini menoleh ke mamanya.

"Ini loh nak, icha kasihan nunggu Rendi dari tadi. Ban mobil abangmu bocor, mama takut nanti Icha jadi kelamaan sampai di rumahnya, jadi kamu tolong antar Icha ya?" Pujuk tante Ola lembut pada anak bungsunya itu.

Aku yang merasa takut akan merepotkan Juan pun langsung menolak halus tawaran tante Ola itu.

"Eh gak kok tante, gak papa Icha tunggu Rendi aja, kasihan Juan sepertinya juga lelah hehe" Sahutku.

Aku berkata begitu karena memang kulihat wajah Juan seperti sudah sangat kelelahan.

"Sudah Cha, gak papa santai aja, biar aku antar kamu, takutnya jalanan macet dan akan lebih lama lagi nanti kamu sampai di rumah." Ucap Juan sembari tersenyum tipis.

"Ya sudah kalau tidak merepotkan" Jawabku sambil ikut beranjak pelan dari duduk ku.

Akhirnya aku pun berpamitan pada tante Ola yang saat itu tengah asik berbincang dengan keluarga mereka yang masih tersisa, ku salami semua yang ada di ruangan itu sembari memberikan senyuman paling ramah dan menepiskan wajah yang mulai lelah agar tak terlihat.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!