Di perbatasan antara kerajaan Althof dan kerajaan Rozie, ada seorang perempuan yang menjabat sebagai panglima perang, sedang mengobati seorang pria yang sedang terluka.
Aulia Xavier, perempuan berkulit putih, tinggi, cantik dan juga tangguh yang menjabat sebagai Panglima perang yang di umur nya masih terbilang muda.
"Ini aneh," ucap Aulia mengernyitkan alisnya.
Aulia merasakan jantung pria yang sedang berbaring itu terdengar normal, padahal luka nya cukup dalam dan juga mengandung racun.
"Aku tidak mungkin salah, racun ini adalah racun kalajengking hitam, tapi kenapa tidak ada reaksi apapun dari pria ini," ucap Aulia melihat pria yang masih menutup mata nya.
"Apa pria ini kebal dengan racun?"ucap Aulia.
"Siapa sebenarnya pria ini?" tanya Aulia entah pada siapa.
Saat ini Aulia sedang ada di dalam tenda milik nya, guna membantu untuk mengobati pria yang ditolong nya, yang Aulia yakini terkena racun yang cukup mematikan, tapi aneh nya tidak ada reaksi apapun yang terjadi pada si pria, padahal seharusnya orang yang terkena racun kalajengking hitam, umum nya akan mengalami demam tinggi dan juga tubuh nya akan membiru.
Tapi ini apa? Pria itu bahkan terlihat seperti orang yang sedang tidur, suhu tubuh nya normal dan detak jantung nya juga normal.
Tadi saat Aulia tidak sengaja melintas di dekat jurang, Aulia tidak sengaja melihat seorang pria yang sedang pingsan dengan luka tusuk di dada kanan nya.
Aulia memutus kan Mambawa pria yang tidak diri nya ketahui siapa nama nya itu, ke camp militer untuk diri nya bantu obati luka nya.
Walaupun Aulia adalah seorang panglima perang, tapi Aulia juga mengerti tentang ilmu pengobatan.
"Dari penampilan nya pria ini bukan orang biasa," ucap Aulia melihat penampilan pria yang masih pingsan itu.
"Sudahlah, itu bukan urusan ku, siapa pun pria ini aku tidak perduli," ucap Aulia menyedihkan bahu nya acuh.
Aulia memilih Keluar dari dalam tenda nya, meninggal kan si pria yang masih berbaring lemah, tapi tanpa Aulia sadari, sedari tadi pria itu sudah sadar dan mendengar semua ucapan Aulia.
Dengan perlahan pria yang Aulia tolong tadi, membuka mata nya dan mendudukkan tubuhnya, tanpa meringis ataupun apa, seolah luka di dada nya, dan juga racun itu tidak berpengaruh apa-apa.
Seperti perkataan Aulia tadi, pria itu sangat aneh, luka di dada nya cukup dalam dan juga mengandung racun, tapi lihat lah pria itu saat ini terlihat sangat sehat seperti orang yang tidak terluka sama sekali.
Siapa kira-kira pria itu?
"Menarik," ucap Pria itu tersenyum miring.
Si pria misterius itu menarik sedikit garis bibir nya, menampilkan senyum iblis nya, khas seperti kedua orang tua nya yang merupakan pasangan yang miliki julukan Dewa dan Dewi kematian.
Sudah bisa menebak siapa pria yang Aulia tolong itu?
Tidak lama tiba-tiba mata nya pria misterius itu menghunus tajam, saat mengingat apa yang terjadi.
Pria misterius itu baru saja kembali dari kediaman sepupu nya, yang merupakan Pangeran mahkota di kerajaan Rozie, tapi saat dalam perjalanan pulang, diri nya di hadang oleh sekelompok orang berpakaian hitam, dan terjadi lah perkelahian antara dirinya dengan orang-orang itu.
Pria misterius itu berhasil mengalahkan semua pria berpakaian hitam yang menghadang nya, tapi karena kurang waspada salah satu pria berpakaian hitam itu berhasil melukai dada nya.
"Hah....Pasti saat ini Ibu sedang mengomel," ucap nya menghela nafas nya panjang.
Si pria misterius itu, menyibak sedikit tenda yang tempati nya, melihat saat ini dirinya sedang ada di mana.
"Camp militer?" ucap di pria misterius mengernyitkan alisnya.
"Jadi perempuan tadi adalah seorang ksatria," ucap nya tersenyum miring.
Lebih tepat nya, perempuan tadi panglima perang Tuan misterius🥱
Sementara di luar tenda, saat ini Aulia sedang mengawasi para prajurit nya yang sedang berlatih.
Tidak ada satu pun orang yang tahu, bahwa sosok panglima perang yang selama ini bertugas menjaga perbatasan adalah seorang perempuan, bahkan Raja Althof sekalipun tidak tahu.
Aulia di kerajaan Althof di kenal dengan tangan besi, karena selama tiga tahun Aulia menjabat sebagai panglima perang, Aulia mampu menjaga kesejahteraan kerajaan Althof dari sarangan musuh.
Tidak pernah sedikitpun Aulia memberikan celah, pada musuh kerajaan Althof, karena setiap kali ada musuh mendekat, maka Aulia langsung bertindak dengan cepat.
Kehebatan panglima perempuan itu harus di acungi jempol, selian hebat Aulia juga sangat cantik.
Mungkin tidak akan ada yang percaya, bahwa perempuan se cantik Aulia adalah seorang panglima perang, yang selalu berada di bawah terik matahari, karena umum nya gadis-gadis muda seperti Aulia hanya sibuk berdandan, guna menarik perhatian para pria.
"Panglima ada berita darurat!" ucap salah satu Ksatria berlari ke arah Aulia.
"Katakan!" ucap Aulia dingin dan juga tegas.
"Saya baru saja mendapatkan kabar bahwa Nona Alifia bunuh diri, karena merasa di permalukan," jawab ksatria itu tegas.
Deg
Aulia terlihat menegang saat mendengar perkataan Noel.
Apa katanya? Adik kembar nya bunuh diri? Itu tidak mungkin, pikir Aulia menatap tajam pada Noel.
"Apa Maksud mu Noel?" tanya Aulia menatap Noel dingin.
Noel adalah anak dari tangan kanan Tuan Xavier, dan sekarang Noel menjabat sebagai salah satu ksatria kepercayaan Aulia, dan sekaligus ksatria pribadi Aulia, sejak Aulia masih kecil.
"Maaf Panglima, baru saja ada ksatria kepercayaan Tuan Xavier datang, dan memberitahu kan bahwa Nona Alifia tiga hari yang lalu tiba-tiba menghilang dan baru kembali tadi malam, dalam keadaan berantakan," jawab Noel men jeda ucapan nya.
"Dari informasi yang saya dapat kan, tadi malam Nona Alifia memang sempat beberapa kali ingin bunuh diri, dan berteriak ketakutan, tapi semua itu berhasil di tangani oleh Tuan Xavier," ucap Noel melanjutkan laporannya.
"Nona Alifia mengalami kekerasan dan juga pelecehan, tadi pagi Nona Alifia di temukan meninggal di dalam kamar nya," lanjut Noel menunduk kan kepala nya.
"Bajingan!"
BRAK
Umpat Aulia menendang sebuah kursi yang ada di samping nya.
Semua ksatria terperanjat kaget, dan menghentikan latihan mereka, bisa mereka lihat saat ini sang Panglima sedang dalam suasana hati yang kurang baik.
"Siapa yang sudah berani melakukan itu semua pada Adik ku!" ucap Aulia mengepalkan tangannya kuat.
Aulia dan Alifia adalah saudara kembar, walupun mereka tidak hidup bersama, karena Aulia di besarkan di luar kediaman Xavier, karena konon kata nya, apa bila mempunyai anak kembar, maka tidak boleh tinggal dalam satu atap, mereka harus tinggal terpisah, karena akan membuat petaka pada keluarga nya, tapi walupun begitu Aulia sangat menyayangi adik kembar nya itu.
"Manusia bodoh mana yang sudah berani melakukan ini semua Noel?" tanya Aulia mengeraskan rahangnya, geram.
Noel hanya mempu menunduk kan kepala nya, tidak berani melihat ke arah Panglima nya yang sedang marah.
"Noel!" panggil Aulia dingin.
"S-aya panglima," jawab Noel gugup.
"Katakan bajingan mana yang sudah berani berbuat seperti itu pada adik ku?!" tanya Aulia dengan aura membunuh yang begitu kuat.
"Selir pertama dari Yang Mulia Raja Althof, Panglima," jawab Noel memberanikan diri.
Mendengar jawaban Noel Aulia semakin mengeraskan rahang nya, membuat wajah cantik nya memerah padam, dengan kobaran api kemarahan dan juga dendam di dalam kedua bola mata nya.
"Perempuan sialan! Benari nya dia!" ucap Aulia mengeratkan gigi nya.
"Panglima, Tuan dan Nyonya juga memerintahkan Anda, untuk pulang secepat mungkin, dan menggantikan Nona Alifia untuk menikah dengan Yang Mulia Raja Althof," ucap Noel takut-takut.
Aulia hanya diam, dengan pandangan lurus kedepan, saat ini hasrat membunuh nya benar-benar sedang naik, Aulia ingin mencabik-cabik manusia brengsek yang sudah menyiksa Adik kembar nya, sehingga membuat adik kembar nya memilih untuk mengakhiri hidup nya.
Dendam baru sudah tertanam di hati Aulia, dan setelah ini jangan harap, mereka yang sudah membuat adik nya menderita, bisa hidup dengan tenang, karena Aulia akan menjadi mimpi buruk untuk mereka semua.
Sementara para ksatria akhir nya paham bahwa saat ini Panglima nya di minta untuk segera pulang, karena harus menggantikan adik kembar nya untuk menikah dengan Yang Mulia Raja.
Mereka tidak bisa menutupi rasa terkejut nya, padahal baru Satu Minggu yang lalu adik kembar panglima nya datang ke Camp militer.
Iya Alifia adalah satu-satunya orang yang mengetahui bahwa Aulia adalah panglima perang yang sering di bicarakan banyak orang.
Setiap satu Minggu sekali, biasa nya Alifia akan datang berkunjung ke perbatasan untuk bertemu dengan kakak kembar nya, dan seluruh kesatria yang ada di bawah kepemimpinan Aulia, tahu bahwa panglima mereka sangat menyayangi adik kembar nya.
Dan berita hari ini, sudah pasti membuat panglima nya sangat terpukul.
Setelah cukup lama akhir nya, Aulia sudah mampu mengontrol emosi nya, walaupun tidak sepenuhnya, tapi setidak nya Aulia sudah bisa mengendalikan diri nya.
"Saya akan kembali," ucap Aulia dingin.
Bruk
Bruk
Bruk
Ratusan ksatria langsung menjatuhkan tubuh mereka, berlutut di hadapan Aulia.
"Panglima, bawa kami bersama Anda," ucap mereka menunduk kan kepala nya.
Para ksatria itu tahu, setelah ini panglima nya akan berhenti, seperti yang mereka dengar tadi, bahwa panglima nya akan menggantikan adil kembar nya, untuk menikah dengan Raja Althof.
"Bangun," ucap Aulia tegas.
"Kalian tetap di sini, dan lakukan seperti biasa nya, saya akan sesekali datang ke sini," ucap Aulia tegas.
"Laporkan semua yang terjadi, Karena kalian tetap lah Ksatria yang akan saya lindungi! Jangan sungkan beritahu saya saat kalian dalam masalah!" lanjut Aulia tegas.
Bagaimana para ksatria itu tidak menghormati panglima nya, di saat seperti ini saja panglima nya masih memikirkan mereka, padahal mereka semua tahu, bahwa saat ini Panglima nya itu sedang tidak baik-baik saja.
Perpisahan yang paling menyakitkan itu adalah di pisah kan karena kematian, dan itu yang saat ini di rasakan oleh panglima nya itu.
"Panglima, kami siap kapanpun Anda butuh, kami ada di sini akan selalu melindungi Anda dengan nyawa kami!" ucap para ksatria itu tegas.
Aulia tersenyum tipis, sangat tipis sehingga tidak ada satu pun orang yang melihat nya, kecuali sosok pria misterius yang sedari tadi melihat nya dari kejauhan.
Pria misterius yang Aulia tolong, sebenar nya siapa pria itu?
"Terimakasih! Lakukan tugas kalian, lindungi satu sama lain, karena saya tidak ingin mendengar salah satu dari kalian ada yang gugur!" ucap Aulia tegas!
"Rangga!" panggil Aulia tegas.
"Saya siap menjalankan semua perintah Anda panglima!" jawab Rangga berdiri di depan Aulia dengan tegap.
"Mulai sekarang kamu yang akan menggantikan saya!" ucap Aulia tegas.
"Ini pertama perintah!" lanjut Aulia tanpa memberikan Rangga kesempatan untuk menolak.
"Baik Panglima!" jawab Rangga tegas.
Aulia melihat ke arah seluruh kesatria yang sudah tiga tahun ini ada di bawah kepemimpinan nya, Aulia sudah menganggap mereka semua sebagai saudara nya sendiri.
"Saya pamit," ucap Aulia dengan berat hati melepaskan jubah kebesaran nya khas seorang panglima.
"Rangga! Saya serahkan tanggung jawab ini pada kamu!" ucap Aulia dengan perasaan berkecamuk.
"Panglima," ucap Rangga menunduk kan kepala nya.
Bukan hanya Rangga tapi seluruh ksatria terlihat menunduk kan kepala nya, dengan raut wajah sedih nya, mereka merasa tidak rela karena harus kehilangan sosok panglima yang sangat mereka hormati, melebihi Yang Mulia Raja Althof.
"Rangga! Saya titipkan ini pada kamu jaga kepercayaan saya!" ucap Aulia menyerah sebuah PIN sebagai tanda pengenal sebagai seorang panglima.
Dengan tangan gemeteran Rangga mengambil PIN sebagai tanda bahwa saat ini dirinya sudah menjadi panglima yang akan menggantikan tugas Aulia.
Aulia terlihat menghela nafas nya panjang, bohong, kalau Aulia tidak merasa sedih dengan ini semua.
Aulia harus rela melepas jubah kebesaran nya selama tiga tahun ini yang selalu menjadi kebanggaan nya, tapi hari ini Aulia harus melepaskan nya.
Tangan Aulia terkepal kuat, dengan aura aura yang begitu mencekam.
"Saya bersumpah, saya tidak akan membiarkan pengorbanan saya ini berakhir sia-sia!" batin Aulia dengan kobaran api kemarahan.
"Saya hari ini melepaskan jubah kebanggaan, saya, dan akan kau pastikan kalian akan melepaskan jubah kebesaran kalian semua," batin Aulia dengan perasaan berkecamuk.
"Kalian membunuh adik saya karena tahta, maka akan saya rebut tahta itu, dan memusnahkan kalian semua!" batin Aulia dengan dendam yang membara.
"Menjadi Ratu tanpa Raja, tidaklah buruk," ucap Aulia tersenyum miring.
Aulia memang akan menggantikan adik kembar nya, tapi bukan untuk mengemis cinta.
Aulia pastikan kehadiran diri nya di istana kerajaan Althof akan membuat mereka menyesal atas apa yang sudah mereka lakukan.
Para ksatria merinding melihat senyuman panglima mereka, terlebih Aura panglima nya begitu kuat.
"Tiga puluh orang ikut bersama saya, dan sisa nya tetap di sini!"
"Noel!" ucap Aulia tegas.
"Baik Panglima," jawab Noel mengerti.
Aulia dan beberapa ksatria nya segera beranjak, menunggangi kuda mereka untuk kembali ke Ibu kota kerjaan Althof.
Mungkin Aulia lupa atau bagaimana, bahwa di dalam tenda nya masih ada seorang pria yang tadi diri nya tolong.
Pria itu sedari tadi mendengar semua pembicaraan Aulia dengan Noel, yang mana membuat si pria misterius itu cukup terkejut dengan apa yang diri nya dengar.
"Jadi perempuan itu adalah seorang panglima," batin di pria misterius.
Pria misterius itu menatap kepergian rombongan Aulia dengan pikiran yang entah kemana, tapi terlihat dari raut wajahnya, bahwa pria itu terlihat marah, terbukti tangannya terkepal kuat dengan mantap tajam ke depan.
"Sial!"
Umpat pria misterius itu, mengacak-acak rambut nya frustasi.
"Ada apa dengan ku, kenapa aku tidak rela saat mendengar panglima itu akan mengganti kan adik nya untuk menikah," batin pria misterius dengan perasaan berkecamuk.
Entah apa yang sedang di pikirkan oleh pria misterius itu, yang pasti saat ini suasana hati nya sedang buruk.
Entah marah karena mendengar pembicaraan Noel dan wanita Penolong nya yang akan menikah, atau marah karena hal lain.
"Sebaiknya aku segera kembali, pasti saat ini Ibu dan ayah sedang mengkhawatirkan kan ku," ucap si pria misterius.
Sebelum beranjak untuk pergi, si pria misterius itu melihat luka di dada nya yang terbalut oleh sebuah kain, yang pria itu yakini adalah kain sobekan dari pakaian wanita Penolong nya.
"Dia seperti Ibu, tangguh, pintar dan juga Cantik," ucap si pria misterius menggigit bibir bawahnya.
Si pria misterius itu memegang dada nya yang berdegup kencang, bukan karena efek racun nya, tapi efek dari perempuan penolong nya, racun itu bukan lah apa-apa, karena pria misterius itu memiliki tubuh yang kebal akan racun.
Sudah bisa tebak siapa pria misterius itu?😁
Di posisi Aulia, saat ini Aulia sedang menunggangi kuda nya, bersama beberapa ksatria di belakang nya, rombongan itu melintasi sungai, air yang dipijak kuda-kuda itu menciprat ke segala arah.
Aulia yang merupakan sang panglima memimpin di baris terdepan, sambil menunggangi kudanya, dengan tatapan mata tajam nya, Aulia mencengkram kuat tali kangkang kuda nya dan memacu nya dengan cepat.
"Alifia, kakak bersumpah akan membalas kan penderitaan kamu," batin Aulia dengan dendam yang membara.
Aulia dan Alifia walaupun kembar, tapi mereka berdua memiliki sifat yang berbeda.
Alifia dengan sifat lemah lembut nya, sementara Aulia memiliki sifat keras, dan juga pemberani, mungkin itu karena didikan mereka yang berbeda.
Alifia tinggal di kediaman Xavier dan diperlakukan bak putri Raja.
Sementara Aulia tinggal di luar lingkungan kediaman Xavier bersama pengasuh nya dan juga pelayanan pribadi nya, membuat Aulia tumbuh menjadi anak yang memiliki mental baja yang tidak akan mudah di tumbangkan.
Alasan kenapa Aulia di besarkan di luar lingkungan kediaman Xavier, karena keluarga nya percaya, bahwa kelahiran bayi kembar akan menimbulkan petaka kalau harus hidup dalam satu atap.
Bukan berarti selama ini orang tua nya tidak perduli dengan Aulia, Ayah dan Ibu nya sering mengunjungi Aulia, mereka berdua menyayangi Aulia sama seperti mereka menyayangi Alifia.
Alifia yang mempunyai sifat lemah lembut dan tidak pernah menaruh dendam pada orang lain.
Aulia tidak habis pikir, bisa-bisa Selir pertama Yang Mulia Raja Althof, begitu tega menyakiti Adik nya yang baik hati dan polos itu.
Rasanya Aulia ingin menguliti orang itu, lalu memotong tubuh nya kecil-kecil dan memberikan dagingnya pada anjing yang kelaparan, dan mematahkan tulang-tulang nya tanpa sisa!
Hiya!!!!!
Clap
Clap
Clap
Iring-iringan suara tapak kaki kuda, menemani perjalanan mereka untuk menuju ibu kota.
Aulia terlihat begitu agung dengan pakaian kebanggaan nya, pakaian hitam dengan lengan sempit, rambut hitam panjang nya, di biarkan tergerai tidak lupa penutup wajah nya, yang selalu menemani nya selama bertugas.
Tidak akan ada orang yang tahu, bahwa panglima yang menjaga perbatasan saat ini sudah berganti, karena seperti yang kalian tahu, tidak ada satu pun orang yang mengetahui sosok panglima itu selama ini.
Rambut dan pakaian Aulia berkibar ditiup angin, gadis itu terlihat garang dan memancarkan aura kesatria yang kuat.
Aulia terus memacu kuda nya dengan kecepatan tinggi, hingga akhir nya suara teriakkan dari salah satu pengawal nya, membuat Aulia memelankan sedikit laju kuda nya.
Pengawal itu lantas berteriak karena kudanya tidak mampu mengimbangi kecepatan kuda yang ditumpangi Aulia.
"Panglima, lima kuda kita sudah mati karena kelelahan, di depan sana ada penginapan, bagaimana kalau kita istirahat dulu ...." Ucap nya berteriak lantang.
Aulia menoleh kan kepala nya, menatap tajam pengawal tadi.
"Kalau kamu tidak mampu mengikuti ku, kembali saja ke Camp!" ucap Aulia dingin.
Bodoh!
Sekarang bukan waktunya istirahat!
Aulia kembali memacu kuda nya dengan kecepatan tinggi, di ikuti para kesatria dan juga pengawal nya, yang terus berusaha, mengejar dan mengimbangi Aulia dengan susah payah.
katakan saja Aulia sangat kejam karena tidak memikirkan, para ksatria nya, tapi saat ini Aulia bertanggung jawab atas 500 lebih, nyawa yang ada di kediaman Xaviera, dan Aulia harus tiba di kediaman Xaviera sebelum hari pernikahan adil kembar nya tiba.
Kecepatan Aulia secepat angin dan bayangan, selain menjabat sebagai panglima perang, Aulia adalah penunggang kuda tercepat di dan pernah menjadi juara berkuda selama berturut-turut saat usia nya masih Depan.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Di sisi lain, di salah satu ruangan yang sangat mewah, seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat sangat cantik, sedari tadi terlihat mondar-mandir.
"Queen duduklah, mungkin sebentar lagi Pangeran Brian akan datang," ucap Raja Wallace pada istri nya.
"Aku tidak tenang," ucap Ratu Ivara duduk di samping Raja Wallace.
"Ini sudah tiga hari, dari waktu yang dia janjikan, seharusnya dia sudah tiba di sini king," ucap Ratu Ivara gelisah.
Raja Wallace menarik kepala Ratu Ivara untuk bersandar di dada nya.
"Apa kamu sudah mendapatkan kabar dari Ratu Rozi?" tanya Ratu Ivara.
"Hem! pangeran Brian sudah pulang satu Minggu yang lalu," jawab Raja Wallace menghela nafas nya panjang.
"King," ucap Ratu Ivara terlihat semakin khawatir.
Cup
"Kamu tenang lah, tidak akan terjadi apa-apa dengan Putra kita," ucap Raja Wallace mencium pucuk kepala Ratu Ivara.
Tiga pria muda yang juga ada di ruangan itu, terlihat memutar bola mata nya malas.
"Ayah di sini masih ada kami kalau ayah lupa," ucap Pangeran Damar malas.
"Oh, ayah lupa," jawab Raja Wallace santai.
Pangeran Damar memberengut, dan memutar bola matanya malas.
Ratu Ivara yang melihat wajah masam Putra kedua nya, tersenyum kecil.
"Pangeran di mana adik kalian sayang? Ibu tidak melihat nya sedari tadi," tanya Ratu Ivara.
"Alana ada di kamar nya, Ibu," jawab Pangeran Alvaro.
"Apa adik mu baik-baik saja sayang?" tanya Ratu Ivara khawatir.
Tidak biasa nya Putri nya itu betah di dalam kamar nya, karena biasanya putri nya itu selalu aktif melakukan banyak hal, termasuk menganggu para ksatria dan juga para pelayan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!