Maximilian POV
" Penghianat!! Kau pembunuh!! Kau telah membunuh Orang tua ku!! Aku tidak akan mengampuni mu! "
Pembunuh...
Begitulah ucapan yang sering aku berikan pada Wanita ini setelah sebuah strategi terjadi.
.
.
.
Andini Kumala Sari.. seorang wanita yang berasal dari Indonesia, wanita yang selama 2 Tahun telah bekerja sebagai pembantu di mansion ku yang ada di Madrid, Spanyol.
wanita itu sudah bekerja di sini sejak usia 18 tahun, ah tidak.. Lebih tepatnya aku lah yang mempekerjakan dia di sini secara Ilegal.
Dahulu aku membelinya dari sebuah kartel perdagangan manusia. entah kenapa setelah melihat gadis itu sekali, aku merasa sangat tertarik pada nya.
Wajahnya yang polos begitu terlihat cantik di mata ku, selama 32 tahun aku hidup, belum pernah aku merasa setertarik ini pada wanita.
" Tu-tuan.. tolong jangan sakiti saya... saya akan melaksanakan segala perintah anda, saya akan mengepel dan membersihkan seluruh istana anda.. tolong jangan jual saya pada orang lain.. hiks hiks.. hiks.. " ucap gadis kecil itu.
Lihatlah betapa menggemaskan nya dia?
Aku membawa gadis itu ke mansion ku untuk pertama kalinya, wajahnya terlihat begitu terpukau. bahkan yang lebih membuatku heran, dia melepaskan alas kakinya sebelum menyentuh lantai.
Awalnya aku merasa bingung, kenapa dia melakukan itu? namun asisten ku Carlos mengatakan bahwa itu adalah tindakan yang biasa di lakukan di negaranya saat bertamu.
Setelah aku tau itu, tentu aku tidak heran lagi, dia gadis yang unik, itulah kesan pertama ku.
.
.
Hari demi hari terus berlalu, gadis itu semakin tumbuh dengan baik..
wajahnya yang awalnya terlihat seperti anak remaja, kini mulai berubah menjadi orang dewasa.
Sialnya jantungku malah berdebar dengan kencang ketika melihat wajahnya. wajah nya yang manis dengan kulit putih bersih.
Aku benar benar tak kuasa menahan nafsu dan pikiran ku. otak ku rasanya kosong setiap kali melihat wajah gadis itu.
Hingga pada akhirnya....
Malam itu aku merenggut kesuciannya secara paksa.
.
.
" hiks.. hiks.. tuan tolong lepaskan saya... " ucap Andini sembari berusaha mendorong tubuh ku yang dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya.
Nafsu ku yang sudah di ujung tanduk tak kuasa ku tahan kembali, Rasanya tubuh ku akan meledak jika aku menahan ini lebih lama lagi.
sudah sejak lama ku tahan perasaan ini, seharusnya aku melakukan ini sejak lama, namun entah kenapa aku menahan nya selama ini.
Aku tidak ingin menyakiti tubuh gadis kecil itu, aku ingin dia menikmati masa remaja nya dengan baik.
bahkan sekarang pun aku juga tidak ingin melakukannya secara paksa seperti ini, sialnya saat di pesta tadi seseorang memasukan sesuatu ke minuman ku sehingga aku menjadi tak terkendali.
" Maafkan aku.. Ini hanya akan sakit sebentar, tapi semua akan baik baik saja setelah ini.. " begitulah ucapan ku yang berusaha menenangkan gadis yang berada di bawah kukungan ku ini.
Namun seperti nya dia tidak terpengaruh, wajahnya pucat pasi seperti orang kehilangan darah, matanya sedari tadi tak hentinya mengeluarkan air mata.
Namun nafsu yang tidak tertahankan membuatku hilang kendali..
malam itu aku mengambil kesucian Andini, aku mengambilnya secara paksa, malam itu dia menangis sejadi jadinya.
Mungkin disitu lah mulainya kesalahan ku yang beruntun ini.
Tak lama dari sejak hubungan itu, Andini menjadi gadis yang pendiam, dia tak seceria dulu, bahkan dia selalu menjauhi ku.
aku merasa sangat bersalah, aku tak ingin membuat dia tidak nyaman, dia pasti sangat sengsara melihat kehadiran ku.
Saat itu aku sangat frustasi, aku ingin menjadi semakin dekat dia Andini. aku memikirkan banyak cara
.
.
" Andini aku ingin bicara pada mu. " ucap ku menghentikan gadis itu yang kini sedang berjalan ke taman belakang.
aku melihat tangan gadis itu penuh dengan alat bersih bersih, seperti nya sekarang dia ingin membersihkan taman belakang.
Dengan wajah ragu dan sedikit ketakutan ia berusaha memandang ku. walau hanya beberapa detik, tapi aku bisa melihat ketakutan di mata nya.
" tu-tuan butuh se-sesuatu? " tanya Andini dengan suara terbata bata.
" Orang tua ku akan datang besok, aku ingin kau berpura pura menjadi kekasih ku untuk beberapa waktu sampai mereka pergi. " begitulah akhirnya aku mengutarakan ide gila yang aku pikirkan sejak semalaman.
Aku sangat ingin dekat dengan Andini, aku tak tahu harus melakukan apa sehingga kedatangan orang tuaku membuat aku melancarkan ide gila itu.
wajah Andini sangat terkejut, mata nya terlihat membulat, sangat lucu dan imut, membuat aku ingin menciumnya.
" A-apa? " gadis itu terlihat tidak percaya.
" aku tau kau kaget dan tidak siap, tapi aku mohon.. orang tua ku selalu mendesak ku agar aku segera mengenalkan kekasih ku pada mereka, tapi aku bahkan belum punya kekasih, jadi tolong kau berpura pura lah menjadi kekasih ku untuk sementara waktu ya.. " begitulah aku yang menjadi sangat cerewet dan banyak omong untuk pertama kalinya.
aku cukup kaget, biasanya aku akan sangat malas untuk mengeluarkan kata kata yang sangat berlebihan seperti ini, tapi di hadapan Andini aku menjadi seperti orang baru yang tidak ku kenal.
" Tapi.. ba-bagaimana kalau tuan dan nyonya tau kalau saya hanya pembantu? " ucap Andini dengan nada ragu ragu.
" Tak masalah.. orang tua ku tidak memandang kasta, yang penting anaknya tidak gay, mereka sudah bersyukur. " lagi dan lagi aku mengeluarkan kata kata unik dan berlebihan yang tidak pernah aku katakan pada siapapun termasuk pada ayah dan ibu ku.
" T-tapi.. " Andini masih terlihat ragu, dan aku sangat khawatir jika dia akan menolak.
" jika kau tidak mau, aku akan menjual mu pada pria botak yang gendut! " ancam ku dengan nada tegas pada Andini.
Wajah Andini mulai terlihat ketakutan, dia langsung menggeleng dengan panik.
" ti-tidak tuan.. tolong jangan jual saya.. saya akan menuruti apapun perintah anda, Saya bersedia berpura pura menjadi kekasih anda tuan.. " ucap Andini dengan mencangkupkan kedua tangannya.
percayalah wajah Andini saat itu benar benar sangat imut, seperti bayi kucing yang memohon untuk tidak di buang.
Tentu aku hanya mengancam saja, tak mungkin aku akan membuang gadis ini. apalagi saat aku mulai menyadari perasaan ku dengan jelas pada nya.
" bagus! nah sekarang kau harus berhenti memanggil ku tuan, panggil Aku Max. " jujur saja aku tidak nyaman saat dia memanggil ku Tuan.
" Baik Tu-ah Max.. " ucap Andini terbata bata sembari menunduk, sangat imut.
" bagus! sekarang letakan itu di sana, dan ikut aku! " aku menarik tangan mungil Andini dan membawa gadis itu menuju Lantai atas.
Beberapa pelayan melihat kami, namun aku tidak peduli. yang penting rancana ku telah berhasil.
Aku membawa gadis itu ke lift, dia mendonggak menatap ku dengan wajah panik dan penuh kebingungan.
lantai lift terus naik, aku masih menatap ke depan dengan tangan ku yang tanpa sadar masih menggenggam tangan mungil nya.
aku merasa seperti memegang tangan anak kecil, benar benar mungil dan lembut. aku tentu tidak berpikir bahwa aku adalah pedofil.
lift akhirnya membawa ku dan gadis kecil ku, ah maksudnya Andini ke lantai 3. kami berjalan dengan santai menuju kamar ku.
namun entah kenapa Andini malah terlihat berlari lari kecil agar bisa menyamai langkah ku, terlihat seperti anak kecil, sangat lucu.
Akhirnya tibalah aku di kamar tidur ku, kamar yang biasa aku tempati.
Wajah Andini terlihat pucat pasi dan terlihat takut, bahkan tangan yang aku genggam terlihat mulai dingin.
" tenang saja, aku tidak akan menyentuh mu tanpa persetujuan. aku hanya ingin kau tidur di sini selama ayah dan ibu ada di mansion ini. " ucap ku yang sebenarnya aku pun tidak yakin kata kata ku itu.
" ta-tapi kenapa? boleh saya tidur di kamar yang lain saja? " ucap gadis itu yang sepertinya tidak percaya dengan ucapan ku.
" ayah dan ibu akan curiga jika kita beda kamar, aku tau jika ini berbeda dengan negara mu, tapi di sini hal yang biasa jika sepasang kekasih tidur seperti suami istri di ranjang yang sama. malahan akan aneh jika tidak seperti itu. " ucap ku yang kembali meyakinkannya. aku bahkan tidak sadar jika aku terlihat seperti pedofil saat ini.
wajah Andini masih terlihat ragu, samar samar aku bisa melihat rona merah di wajah gadis itu. tanpa sadar aku tersenyum.
" atau kalau kau menolak, seperti nya aku perlu menghubungi pria botak.. " aku mengeluarkan ponsel ku dan pura pura menghubungi seseorang.
oh astaga, lihatlah wajah gadis itu kini mulai di penuhi air mata, bahkan dia terlihat sangat panik.
" ti-tidak tuan.. Ah Max, jangan.. saya akan menuruti perintah anda... " ucap nya dengan wajah yang pasrah.
aku pun menaruh ponsel ku kembali di saku dan tersenyum puas.
.
.
.
mungkin di sinilah kisah memilukan tentang kami di mulai, kisah yang membuat penyesalan di hati ku dan kesakitan di hati gadis ku.
Maximilian Harrison Fernando
Andini Kumala Sari.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung...
Madrid, 2 September 2019
Mansion Casa De Sol.
.
.
" Eumm.. Apakah baju ini cocok untuk ku? " sebuah suara lembut seorang gadis mengalun merdu di telinga seseorang.
pria yang sedang memainkan ponselnya seketika berhenti dan menolehkan pandangannya pada sang gadis yang baru keluar dari Walk In Closet.
Deg! Deg! Deg! Deg!
Max terlihat bengong selama 2 menit memandang Andini dari atas ke bawah, tanpa sadar pria itu memandang Andini tanpa berkedip.
Andini yang di pandangi sebegitu intens sontak merasa malu dan aneh, berulang kali dia melihat keatas dan bawah untuk memastikan penampilan nya.
" a-apakah baju ini tidak cocok? kalau begitu saya akan menggantinya.. " ucap Andini dengan segera hendak berbalik dan pergi ke dalam walk in Closet.
GREP!!
Belum sempat gadis itu melangkah, secara tiba tiba tangannya di tarik oleh Maximilian, membuat sang gadis sangat kaget karena saat itu Max begitu dekat dengan nya.
" A-apa yang anda lakukan.. " Andini terbata bata saat melihat dada bidang Max kini hanya berjarak 5 cm dari wajahnya.
Tinggi Andini 165 cm, namun entah kenapa di hadapan Max gadis itu hanya sebatas dada nya saja, sangat mungil.
Andini masih tetap menunduk, dirinya tak berani untuk mendongak kan wajah, dia takut berhadapan dengan Max, apalagi sejak malam itu.
namun lain halnya Max, dengan perlahan pria itu mengangkat dagu Andini, membuat Andini mau tak mau menurut dan mendonggak menatap mata tajam Max.
Wajah Max dan Andini begitu dekat, jarak mereka hanya tinggal 2 cm sebelum saling bersentuhan.
" Jangan di ganti... kau sangat cocok memakainya.. " gumam Max tepat di kuping Andini.
Hal tersebut membuat gadis itu meremang, dia merasa merinding dan sensasi aneh yang sangat asing.
Andini mengalihkan pandangan berusaha untuk menghindari wajah Max yang begitu dekat dengan wajahnya.
namun mau seberapa pun gadis itu menghindar, Max selalu menahan dagunya agar Andini bertatapan langsung dengan mata biru pria itu.
" Jangan hindari aku Andini.. " ucap Max lirih.
Perlahan tapi pasti, Max berjalan ke depan menuju tubuh Mungil Andini, membuat Sang empunya mau tak mau melangkah mundur ke belakang.
Dug!
suara tangan Max yang bersentuhan dengan tembok terdengar sangat nyaring, agar punggung gadis itu tidak terbentur, Max menaruh tangannya di punggung kecil Andini.
Kini tubuh Andini yang mungil, kembali terhimpit oleh Max, lagi dan lagi Andini harus berada dalam kondisi seperti malam itu.
" Tu-tuan.. apa yang anda lakukan? to-tolong lepaskan saya! " Andini yang merasa dejavu dengan keadaan ini menjadi panik.
dengan kekuatannya yang tak seberapa, gadis itu berusaha untuk mendorong tubuh kekar Max agar menjauh, walaupun itu sia sia.
" Tuan? apa kau lupa harus memanggil ku apa Mm? " Max semakin mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu.
Andini dapat merasakan mau mint dari aroma nafas Max yang menerpa wajahnya. sekuat tenaga gadis itu berusaha mengalihkan pandangan nya kesamping.
" maaf, saya-Akhh" Andini berteriak dengan kaget ketika merasakan ada benda basah yang menempel di lehernya.
Benda itu perlahan menjilat dan menyesap lehernya, bukan hanya di satu tempat, namun di banyak tempat.
Andini terlihat kaget, dia tak bisa merespon apa yang menimpanya, otak gadis itu seakan membeku.
Sementara max yang melihat gadis itu diam, semakin menjadi jadi. pria itu kini telah kehilangan akal.
baju yang di katakan bagus di pakai Andini pun akhirnya di sobek dengan paksa oleh Max. pria itu mengoyak semua pakaian Andini seperti seekor serigala Kelaparan yang mengoyak kelinci kecil.
Meski Akhirnya Andini sadar dengan keadaan, tapi semua itu telah terlambat, teriakan, cakaran, jambakan, tendangan, apapun gadis itu lakukan.
namun semua itu berakhir sia sia, gadis itu hanya bisa menangis saat dirinya di trobos dengan paksa. rasa sakit dan rasa hampa yang sama kembali ia rasakan.
" maaf... maafkan aku.. aku mencintaimu. " Max mencium seluruh wajah Andini yang sedang tertidur. mungkin begitulah cara Max mengungkapkan cinta nya pada Andini untuk pertama kalinya.
dirinya merasa bersalah, nafsu nya tadi benar benar tak bisa ia hentikan. sejak malam itu dimana Max mengambil kesucian Andini, Max menjadi selalu terbayang bayang akan gadis itu.
Tubuh Andini, wajah nya, senyumnya, seluruh tempat ia rasakan ada wajah dan tubuh gadis itu.
Andini yang rupanya masih tersadar, mendengar apa yang max katakan, ungkapan cinta dari pria yang telah memperkosa nya.
Namun walau begitu, Andini masih tak bergeming, dirinya memilih untuk tertidur dan melupakan apa yang terjadi, biarlah ini menjadi mimpi buruknya.
Hari itu Max menghabiskan waktunya seharian di kamar, dirinya memeluk Andini sepanjang hari, dia mencium, memeluk, dan bermanja manja dengan Andini yang tertidur lelap.
.
.
.
.
Madrid, 5 September 2019
Mansion Casa De Sol.
Terlihat sebuah mobil lamborghini berwarna Pink berjalan memasuki area mansion mewah itu.
Di samping kiri kanan jalan pelayan dan penjaga berbaris rapi menyambut kehadiran orang terhormat yang ada di dalam mobil mewah itu.
Saat mobil melewati mereka, secara serempak mereka menunduk sebagai tanda hormat.
sementara di depan pintu masuk mansion, Andini sudah berdiri bersiap menyambut kedatangan orang penting itu. di samping Andini, terlihat Max yang juga sudah rapi dengan pakaian casual.
Mobil tersebut berhenti tepat beberapa meter dari mereka, penjaga dengan sigap membukakan pintu agar orang yang ada di lamborghini tersebut dapat keluar dengan mudah.
terlihat sebuah kaki jenjang dengan High heels yang mewah turun menyentuh tanah. lalu di susul seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik turun dari mobil sport mewah itu.
di kursi pengemudi turun seorang pria baruh baya yang tak kalah tampan dengan Max, pria yang sudah berumur itu terlihat begitu awet muda dan gagah.
sang wanita segera menghampiri Max dan Andini yang berdiri menyambut mereka. Max yang melihat orang tua nya datang, hendak merentangkan tangan agar di peluk oleh mereka.
namun naasnya, Max yang sudah merentangkan tangan agar di peluk oleh ibu atau ayahnya malah di abaikan oleh mereka. bahkan ayah atau ibunya tak menoleh sedikit pun pada Max. Mereka melewati Max dan melangkah menuju Andini.
" halo cantik... " sapa wanita paruh baya tersebut sembari menyentuh pundak Andini dengan lembut.
Andini yang di sapa begitu akrab pun menjadi tidak terlalu canggung seperti tadi.
" Halo Nyonya, selamat datang.... " sapa Andini dengan mencangkup kan tangannya seperti orang memberi sambutan.
" eh.. jangan panggil aku Nyonya, Nama ku Maria, panggil aku Mama oke? "ucap Mama Maria dengan sangat ramah.
Papa Max yang tak mau kalah pun ikut mengenalkan diri.
" halo sweety.. kenalkan Aku Jonathan, panggil papa John oke? " ucap Papa John sembari mencubit gemas pipi Andini.
" Astaga gemas sekali! aku jadi ingin punya anak perempuan! " ucap Mama maria mencubit pipi Andini.
Andini dan Mama Maria yang baru bertemu beberapa menit yang lalu pun langsung akrab setelah berbincang beberapa detik tadi.
" eh.. ayo masuk, kita ngobrol di dalam. " ucap Papa John yang menggandeng Mama Maria dan Andini. mereka bertiga yang terlihat seperti keluarga itu pun langsung masuk meninggalkan Max yang menatap mereka dengan tatapan bingung.
" apa apaan itu?!! " ucap Max tanpa sadar setelah ia di tinggal. sementara para penjaga dan pelayan yang melihat itu sebisa mungkin menyembunyikan tawa mereka.
max memandang pelayan dan penjaga yang ada di sana dengan tatapan tajam sebelum akhirnya masuk kedalam.
Setelah max masuk, barulah mereka bisa cekikikan melihat max yang dianaktirikan oleh orang tuanya.
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
...Bersambung...
Papa John
Mama Maria
Madrid, 5 September 2019
Mansion Casa De Sol.
.
.
.
Di ruang tamu yang mewah itu, terlihat Mama Maria begitu Excited mengobrol dengan Andini. sesekali Papa John akan menanggapi obrolan itu.
Sementara max yang baru datang hanya bisa menghela nafas saat melihat dirinya di abaikan oleh orang tuanya.
namun tak mau memikirkan apapun, Max akhirnya memilih bergabung dan duduk di salah satu sofa yang ada di sana.
" Jadi berapa umur mu Andini? " tanya Mama maria dengan nada ramah.
" Dia tahun ini sudah 20 tahun ma.. " itu adalah suara max, pria itu yang menjawab pertanyaan Mama nya.
Sementara Mama Maria dan Papa John kini memandang Max dengan tatapan aneh, tatapan yang membuat Max tidak nyaman.
" Ekhem... kami bertanya pada Andini, kenapa kau yang menjawab? " tanya papa John yang memberikan pandangan curiga pada Max.
" aku hanya menjawab saja.. lagi pula dia memang berusia 20 tahun. " ucap Max dengan nada datar pada papanya.
" namun... melihat penampilan Andini, kenapa aku merasa dia masih berusia 13 tahun ya.. " ucap Papa John yang memandang putranya dengan tatapan curiga.
bahkan papa John terlihat mengambil ponselnya dan berlaga seolah olah akan menelepon seseorang.
begitu pula dengan Mama maria, pandangan wanita itu langsung tertuju pada leher Andini yang tadi sempat ia lihat merah merah.
Tentu sebagai wanita dewasa yang sudah bersuami, dirinya tau apa yang sudah terjadi antara putra nya dengan gadis ini.
" astaga!! jangan bilang kau pedofil?!! " ucap Mama maria dengan menutup mulutnya tidak percaya.
Andini yang melihat kesalahpahaman itu pun buru buru menggeleng.
" eh.. tidak tidak... saya memang sudah berumur 20 tahun.. M-max berkata jujur.. " ucap Andini menjelaskan dengan gugup.
" nak jangan membela pria ini, astaga! tidak ku sangka dia benar benar kelewatan! " ucap papa John masih mengelak untuk percaya ucapan Andini.
" Mama sangat tidak suka dengan hal ini Max! Mama kecewa! " ucap Mama maria dengan nada sedih.
Dia kemudian menarik Andini untuk berdiri, dan menarik tangannya agar mengikuti nya pergi dari sana.
" ayo Andini.. Mama tau kamu perlu bimbingan psikologis.. kamu pasti sangat trauma kan? ayo kita cerita cerita.. " ucap Mama maria sembari menarik Andini pergi.
Andini hanya bisa pasrah mengikuti Mama maria, sesekali dia akan melihat Max yang masih duduk di sana sembari memandang nya balik.
" apa kau suka pada gadis itu? " tanya Papa John yang membuat Max tersadar jika masih ada papanya di ruangan tersebut.
Wajah Max yang semula sangat bersahabat dan damai, kini mulai berubah menjadi serius. dia mengambil cangkir teh yang dihidangkan oleh pelayan.
" iya. " ucap pria itu singkat. dia menaruh cangkir itu di meja dan mulai memainkan ponselnya.
" Kalau begitu segeralah menikah.. aku juga ingin segera menggendong cucu. " ucap Papa John yang ikut ikutan menyeruput tehnya.
" aku masih berusaha. " ucap Max dengan masih fokus pada ponselnya.
" Apa kau masih melakukan bisnis mu? " tanya Papa John yang membuat pandangan Max kini teralihkan dari ponsel.
Pria itu terlihat termenung beberapa saat, kemudian dia menaruh handphone mahal itu di saku celananya.
" masih. " ucap Max dengan singkat.
" aku tidak ingin menasehati mu terlalu banyak, tapi jika kau mau menerima saran ku, sebaiknya keluarlah dari pekerjaan itu. pekerjaan seperti itu sangat berbahaya.. jika mereka hanya mengincar dirimu, itu masih termasuk baik. namun, jika kau nanti memiliki istri dan anak, itu akan sangat membahayakan. " ucap Papa John sembari memandang anaknya lekat lekat.
Max terlihat termenung memikirkan perkataan ayahnya, memang tak dapat di pungkiri jika apa yang di katakan papanya sangat benar.
pekerjaan ilegalnya ini benar benar sangat membahayakan, dia juga sangat merasakan itu selama ini.
Seperti saat di jalan, dia seringkali mendapatkan serangan serangan secara tiba tiba, terkadang dia juga menjadi sasaran Shipper. hidup nya benar benar penuh adrenalin dan sangat dekat dengan jurang kematian.
namun, sangat tidak mungkin dia akan meninggalkan kartel yang sudah ia bangun susah payah demi seorang gadis.
Tidak! Max tidak mungkin meninggalkan pekerjaan ilegalnya, dari dulu dia sudah berambisi menjadi pengusaha bisnis gelap dan menjadikan kartel nya sebagai kartel mafia terbesar dan terkuat di dunia.
walaupun sebenarnya tanpa terjun ke dunia mafia, Max sendiri sudah kaya raya dengan perusahaan retail dan perusahaan mobil listrik yang ia bangun.
namun ambisi max begitu besar, apapun yang orang katakan, max tak pernah mengubrisnya sedikitpun.
" Aku bisa mengurus diri ku sendiri, sebaiknya nikmati saja masa tua mu. " begitulah jawaban dari max ketika ayah nya menasihati nya.
.
.
.
.
12 September 2019
" sayang kau sangat pandai memasak ini.. eumm yummy! Mama suka, apa namanya? " tanya Mama Maria yang sedang mencicipi masakan Andini di dapur.
Andini yang sedang mencuci tangannya, segera berbalik dan menatap Mama Maria yang makan dengan nikmat. gadis itu tersenyum ketika melihat wanita itu suka dengan masakannya.
" itu rendang ma.. masakan khas Indonesia. " ucap Andini sembari menghampiri Wanita paruh baya itu.
" oh ya? wahh.. ternyata enak sekali! aku pernah memakannya dulu, tapi rasanya sangat beda dengan yang ini.. yang kau buat lebih umamy dan empuk! " ucap Mama maria dengan senang.
" kalau Mama suka, nanti Andini akan buatkan lagi. " ucap Andini dengan lembut.
selama Mama Maria di sini, rasanya Andini kembali mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.
mama maria sangat baik pada nya, dia membelikan Andini baju, perhiasan, dan make up mahal dari brand terkenal.
Andini sebenarnya tidak butuh itu semua, mendapatkan perhatian seperti ini saja sudah sangat membuat wanita itu bersyukur.
di tengah perbincangan dua wanita itu, munculah Dua pria dari luar dapur. Max dan papa John, mereka datang untuk pertama kalinya ke dapur mewah itu.
" umm harumnya~~ masakan apa ini? " ucap papa John sembari mendekati Mama maria.
" ini pah.. coba cicipi masakan menantu kita! enak banget!!! " ucap Mama maria excited memperlihatkan masakan Andini.
"oh ya? ayo kita coba! " ucap papa John, dan setelah mencicipinya, ekspresi yang di berikan pria itu tak jauh berbeda dengan Mama maria.
" wah rasanya seperti masakan hotel bintang tujuh! ha ha ha... Ayo ma Kita makan di meja makan.. " ucap papa John yang menarik istrinya itu untuk meninggalkan dapur.
Menantu...
kata kata Mama Maria masih terngiang ngiang di pikiran Andini. wanita paruh baya itu memanggil dirinya sebagai menantu. entah kenapa memikirkan itu, membuat wajah Andini menjadi merah.
sementara max yang masih di ruangan tersebut menatap gadis itu dengan tatapan penuh makna. entah apa yang max pikirkan, namun tanpa di duga pria itu malah mendekatkan tubuhnya ke arah Andini.
" apa kau dengar apa yang Mama bilang? dia memanggil mu menantu.. " ucap max berbisik di telinga Andini.
Tubuh Andini seketika meremang, gadis itu berusaha untuk menghindar, namun naasnya tangan dan tubuhnya segera di tangkap dan di peluk oleh max.
" le-lepaskan aku max.. ayah dan ibu di luar.. mereka, Ah~~"
" Jangan bersuara... mereka tidak akan tau.. "
walau orang tuanya berada di ruang makan, max tetap menjalankan aksinya di manapun dia mendapat kesempatan.
walau hanya sampai 30 menit, tapi itu cukup untuk membuat kaki Andini seperti jely. pada akhirnya gadis itu harus di gendong ke kamarnya oleh max.
Di tengah perjalanan, rupanya max berpapasan dengan orang tuanya dan beberapa pelayan. ayah dan ibunya sedang asik menonton TV di ruang tamu.
Tanpa memperdulikan mereka, max berjalan dengan Andini yang berada di gendongannya ala koala.
" Dasar anak muda, apakah kau tidak bisa mencari tempat yang lebih layak? " sindir papa John dengan mata fokus pada televisi.
PLAK!
Mama maria menampar paha suaminya itu, yang membuat papa John meringis kesakitan.
" kau lupa jika kau sama parahnya dengan anak mu? dasar tidak berkaca! sudahlah max, bawa saja Andini istirahat di kamar, jangan pedulikan orang tua ini! " ucap Mama maria yang di balas senyuman oleh Max.
Sementara papa John hanya bisa meringis mengelus ngelus pahanya yang sakit, namun sedetik kemudian muncul senyuman di wajah pria tua itu.
" Kita coba yuk ma! "
PLAKKK!!
" Aduh.. aduh.. sakittt! " papa John pura pura kesakitan saat di tabok oleh mama maria di lengannya.
" dasar tidak ingat umur! nanti sakit pinggang aja mengeluh.. dasar! tapi boleh deh... "
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
.... ...
...Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!