NovelToon NovelToon

Pemilik Hati Eliza

Bab 1 Belum Move on

Eliza menatap nanar mesin kopi yang sedang bekerja untuk menyiapkan pesanan pelanggannya. Bayangan Aizel saat memutuskan pertunangan semakin membuat lukanya menganga. Bagaimana tidak, sehari sesudah pemutusan sepihak itu, Aizel bertunangan dengan mitra kerjanya yang merupakan pemilik PT Rings, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi detergent dan sudah merambah hingga dunia kosmetik.

Dalam sepinya Eliza masih sering mengingat mantan tunangannya itu, tepatnya Eliza tak percaya ia akan mengalami patah hati yang sedemikian rupa, Aizel terlibat cinta lokasi dan tega memutuskan hubungan, itulah alasan yang Aizel jelaskan padanya.

Eliza yang berstatus yatim piatu hanya lah bermimpi memiliki keluarga kecil yang bahagia bersama orang yang dicintainya,tapi realita tak berjalan sesuai keinginan.

Sebenarnya ia tak benar-benar sendiri di kota ini,ada paman dan bibinya yang masih setia menanyakan kabar di sela-sela kesibukan mereka merintis usaha kuliner yang baru berjalan setengah tahun. Eliza memang sengaja memilih pindah ke kosan untuk menenangkan hatinya yang sedang galau berat.

Baru saja dipikirkan,makhluk menyebalkan itu muncul dari luar bersama kekasih barunya,mereka bergandengan mesra sambil sesekali tertawa.

"Pesanan atas nama Andi." ujarnya memanggil pelanggan,niat hati ingin segera bersembunyi dari mantannya, tapi apalah daya Aizel sudah berdiri di hadapannya untuk memesan kopi,sedangkan Ardini langsung memilih meja yang terletak di pojok kafe.

"Seperti biasa ya Liz, machiato karamel dua dan kentang gorengnya dua." Eliza hanya mengangguk, tak nampak keramahan sedikitpun sebagai karyawan kafe bahkan setelah sepuluh bulan perpisahan mereka.

"Pesanan atas nama Aizel." Hatinya sakit setiap kali menyebut nama Aizel, bagaimana caranya move on ketika mantan tunangan setiap hari datang ke kafe hanya untuk memesan minuman yang sama? Padahal Ada banyak kafe di sekitar perusahaan Aizel.

Sialnya lagi kali ini bukan Aizel yang mengambil pesanan, ia berlenggak lenggok mendekat ke arah Eliza.

"Apa kabarmu,Eliza?" Ardini mengibas rambut lurusnya ke belakang sambil tersenyum sinis.

"Ini pesanan Anda, silahkan diambil." ujar Eliza sambil terus menunduk. melihat Ardini yang tak juga mengambil pesanan,Eliza berniat kembali dengan kesibukannya, tapi tiba-tiba suara gelas pecah menarik perhatian semua pengunjung kafe.

Eliza orang yang paling terkejut, baki yang berisi pesanan Aizel pecah di tangan Ardini, tentu saja hal itu sengaja dia lakukan karena kesal diabaikan oleh Eliza.

"Ups! Tanganku licin, tolong buatin yang baru ya!" ujar Ardini sambil mengibas ujung jemarinya. Aizel bergegas menuju Ardini,ingin memastikan tunangannya itu baik-baik saja.

"Pelayan ini akan mengganti pesanan yang jatuh, Sayang. Sebaiknya kita menunggu di meja saja." sambung Ardini sebelum Aizel sempat bertanya,ia kesal karena netra Aizel menatap lekat pada Eliza yang masih menunduk. Ardini pun segera menarik Aizel menuju meja mereka.

Begitu selesai dengan machiato yang baru, kali ini Eliza sendiri yang mengantarkan pesanan ke meja mantannya itu.

"Ambil ini untuk mengganti kerugian yang tadi,Kau tentu perlu banyak uang untuk merawat wajahmu yang jerawatan itu!" ujar Ardini menyodorkan lima lembar ratusan pada Eliza yang tetap bergeming. Ardini kesal setengah mati karena Eliza terus mengabaikan hinaannya.

"Oh! Apa ini masih kurang? Kupikir Kau juga perlu ke THT. Dari tadi Kau mengabaikanku, ada yang salah dengan pendengaranmu bukan?" Ardini melontarkan uang ke tubuh Eliza sebelum gadis itu sempat beranjak.

"Sudahlah Sayang... Aku hanya ingin menikmati machiato ini dengan tenang, Aku mohon jangan buat keributan,ya? Lagipula tak ada yang perlu dikhawatirkan, Kau dengan Eliza tak ubahnya langit dan bumi. Dari segi kecantikan saja Eliza tak mampu menandingi mu, apalagi dalam hal kekayaan." Aizel membelai rambut Ardini.

"Ambillah uang itu Eliza. Bukankah Kau menyukai uang?" Ardini tersenyum miring saat Eliza memungut uang dengan gerakan ragu, tapi senyum itu hanya sesaat karena Eliza meletakkan semua uang tersebut di atas meja.

"Terimakasih, Ardini. Maaf Aku tak bisa menerima uang dari seorang wanita yang sudah merusak hubungan orang lain, bukankah kKu sudah berhasil memiliki Aizel? Lalu kenapa harus mencerca ku di saat Aizel sudah memilihmu? Apa Aizel masih belum menetapkan tanggal pernikahan? Ini sudah hampir setahun semenjak kalian bertunangan, apalagi yang harus ditunggu? Aku yakin Kalian tak memiliki kendala apapun tentang biaya pernikahan,mengingat Kalian sama-sama berasal dari keluarga berada." Eliza menaikkan sebelah alisnya, tersenyum miring.

"Jangan-jangan Aizel masih ragu untuk menikah denganmu!" sambung Eliza membuat Ardini membeku sejenak, tebakan Eliza tepat. Itu juga alasan Ardini tak puas melihat penderitaan Eliza,bila perlu Ardini ingin Eliza tak pernah muncul lagi di hadapan Aizel.

"Tentu saja tidak Eliza! Aku sudah yakin dengan pilihanku,apapun alasan Kami mengulur pernikahan itu sama sekali bukan urusanmu!" sanggah Aizel sebelum Ardini mengacak-acak barang yang ada di depannya, Aizel harus melakukan itu karena tahu betul Ardini memilik tempramen yang buruk.

"Baguslah! Tolong jaga tunanganmu ini agar tak bersikap seenaknya, kalian juga tak berhak menghina ku bahkan sebiji jerawat pun di wajahku." ujar Eliza berlalu meninggalkan dua sejoli itu. Aizel menahan Ardini yang ingin beranjak mengejar Eliza.

Hari yang menyebalkan! Gumam Eliza sambil membersihkan pecahan gelas.

****************

"Aku butuh bantuanmu!" Ardini melempar tas Gucci nya ke sofa kantor Raiyan. Dadanya naik turun menahan kesal atas tuduhan Eliza yang tepat dan benar.

"Sepertinya Kau sedang kesal,Adikku." ujar Raiyan mengitari meja kerjanya dan berdiri sambil menopang tubuh dengan kedua tangannya ke belakang.

"Aku perlu tahu ini tentang apa dan tentunya imbalan apa yang Aku dapatkan jika menolongmu." sambung Raiyan tanpa basa-basi.

"Sama sekali bukan hal yang susah untuk Kau lakukan,Raiyan. Aku ingin Kau mendekati mantannya tunanganku. Buat dia jatuh cinta padamu,begitu Aku dan Aizel menikah, Kau boleh meninggalkannya."

"Imbalannya?" Raiyan melipat kedua tangannya di dada.

"Lima persen saham PT Rings akan menjadi milikmu."

"No! Aku ingin setengah dari yang Kamu miliki."

"Tak mungkin Raiyan, Aku yang dipercaya Oma untuk mengelola Rings dan Kau ingin setengah sahamku? Mana mungkin!"

"Baiklah,Aku juga tak bisa membantumu kali ini, Ardini." Raiyan kembali ke kursi putarnya,Ardini menghela napas kasar, ia berpikir sejenak, rasanya tak mungkin membiarkan Raiyan memiliki setengah sahamnya. Tapi bukankah Aizel yang dicintainya sejak di bangku SMA lebih berarti dari segalanya? Hanya tinggal satu langkah ia akan memiliki Aizel sepenuhnya.

"Aku hanya bisa berikan sepuluh persen,tidak bisa setengahnya. Kalau Kau menolak permintaanku, Aku benar-benar akan mencari orang lain dan tetap memberikan sepuluh persen itu kepadanya dan Kau tak akan dapat sepersen pun. Bagaimana?" Ardini tahu Raiyan yang selama ini tak memiliki saham apapun di PT Rings pasti bersedia mengikuti permintaannya kali ini.

"Baiklah, sepuluh persen bukan hal yang buruk, tapi Aku ingin hitam di atas putih, siapkan surat perjanjian bahwa Kau akan menyerahkan saham mu setelah misiku selesai!"

"Jangan memerintah ku Raiyan. Ambil ini Dan tandatangani segera!" ujar Ardini menyerahkan map biru yang berisi perjanjian yang sudah ditempeli materai.

"Wow! Ternyata Kau cukup cerdas." Raiyan meraih bolpoin,begitu membaca ulang,ia kembali menyerahkan map itu pada Ardini.

"Tolong bagian ini di perjelas, akan memberikan saham tanpa menyebutkan jumlahnya itu bisa merugikan ku. Aku ingin Kau menuliskan jumlahnya dengan benar,Ardini."

'Sialan! ternyata dia cukup jeli.' Batin Ardini, ia menggunakan printer Raiyan untuk mencetak ulang.

"Satu hal lagi, Kau tak berhak mengatakan pada siapapun atas kerjasama ini, hanya Aku yang boleh membuka rahasia ini." Ardini hanya mengedikkan bahu. Setelah semuanya selesai, mereka saling menandatangani kerjasama licik itu untuk menjauhkan Eliza dari Aizel.

Bab 2 Takdir yang Mempertemukan Kita.

Hasil kesepakatannya dengan Ardini kemarin membuat Raiyan segera melancarkan aksinya. Di sini lah ia sekarang. Duduk di salah satu meja kafe yang dekat dengan sang barista.

Posisi Raiyan saat ini sedang memantau wanita yang persis dengan foto yang Ardini kirim lewat wa barusan. Ia mengamati pergerakan Eliza yang sedang berkutat dengan mesin coffee maker.

Raiyan yang memiliki tubuh jangkung proporsional berhasil menarik perhatian kaum hawa di kafe ini. Apalagi ia memiliki pahatan wajah yang sempurna! Alisnya lebat berhidung mancung,kulitnya kuning Langsat di sertai bulu-bulu di area pelipis hingga dagu.

"Aku pesan espresso dan chiken sandwich nya satu." ujar Raiyan di meja barista,ia sengaja menunggu di situ agar Eliza terpikat dengan ketampanannya.

"Silakan dinikmati." ujar Eliza menyerahkan pesanan Raiyan.

Eliza tidak bereaksi seperti kebanyakan wanita yang Raiyan temui. Eliza terlihat dingin dan acuh atas ketampanannya.

"Jangan dulu bertanya hasilnya,Aku bahkan belum berkenalan dengan wanita itu." ujar Raiyan setengah berbisik di telepon.

"sabarlah Ar. Aku pasti bisa menaklukkannya. Ini baru permulaan,jangan meremehkan ku. Kau cukup duduk manis menunggu hasilnya,oke?" telepon terputus.

Raiyan kembali memutar otak untuk mendekati Eliza karena sepertinya ketampanan saja tak mampu membuat Eliza meliriknya.

"Hai manis. Bisa berikan Aku sedikit senyuman? Espresso ini rasanya terlalu kuat." gombal Raiyan tersenyum simpul sambil menunjuk ke arah gelas yang ia pegang, sedangkan Eliza hanya menarik ujung bibirnya dengan sedikit mengangguk.

"Anda ingin gula aren atau gula pasir?" Eliza pikir Raiyan sedang benar-benar membutuhkan gula di espressonya, padahal Raiyan sedang menggodanya.

"Gula pasir saja Nona. Siapa namamu?" tanya Raiyan pada Eliza.

"Eliza." Raiyan mengajak Eliza berjabat tangan.

"Raiyan. Senang berkenalan denganmu dan terimakasih atas bantuanmu." Raiyan menunjuk ke arah gula yang baru saja ia aduk.

Raiyan berbisik dengan teman Eliza yang bernama Adam, sejenak Adam melirik Eliza yang tengah sibuk dengan pekerjaannya,kemudian ia tak mampu menolak permintaan Raiyan setelah Raiyan mengeluarkan beberapa lembar uang merah.

...****************...

Eliza mendengus kesal melihat ban motornya yang kempes. Sekarang sudah pukul 23.00 wib dan ia menjadi orang terakhir yang pulang. Eliza berniat meninggalkan motor di sini dan memesan ojek online tapi begitu meraba saku celana ia tak menemukan ponselnya. Eliza bahkan memeriksa tas selempangnya. Tapi hasilnya nihil.

"Jangan-jangan ketinggalan di kafe." ujarnya semakin panik.

Tin!

klakson mobil dari arah belakang membuat Eliza terlonjak.

"Hai Eliz! Kau belum pulang?" tanya pria di dalam mobil setelah menurunkan kaca jendelanya.

"Ban motorku kempes dua-duanya. Maaf,boleh aku minta bantuanmu?" Eliza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tentu saja boleh, naiklah Eliza, Aku akan mengantarmu pulang." ajak Raiyan masih dari dalam mobil.

"Bukan itu. Aku ingin kau menelepon ke nomor ku karena Handphone ku hilang."

"Silakan." Raiyan memberikan handphone nya pada Eliza, gadis itu segera menelepon tapi yang terdengar hanya nada dering Kereta api.

"Aku izin bawa hpmu ke depan kafe sebentar ya,untuk memastikan apakah hpku ketinggalan di dalam. Raiyan tersenyum ramah. Ia menunggu dengan sabar.

Ternyata benar dugaan Eliza, sayup-sayup ia mendengar nada dering ponselnya dari dalam kafe. Eliza tak akan bisa pulang di jam segini, ojek pangkalan sangat jauh, bahkan uangnya tak cukup untuk naik taksi, angkutan umum pun sudah sepi kala ini. Mau tak mau ia harus menumpang di mobil pria yang baru tadi siang di kenalnya.

Disinilah Eliza sekarang. Ia duduk di sebelah Raiyan yang sedang mengemudi.

"Kau sudah lama bekerja di sana Eliza?" tanya Raiyan berusaha memecah keheningan di antara mereka.

"Aku sudah tiga tahun kerja di kafe itu. Maaf sebelumnya, sebenarnya Aku lupa siapa namamu, jadi Aku tidak tahu harus memanggilmu apa." jawab Eliza jujur,ia merasa tak enak dari tadi berbicara dengan pria ini tanpa menyebutkan nama bahkan tanpa panggilan mas, atau pak. Ia tak bisa menebak berapa usia Raiyan.

"Namaku Raiyan. Kau boleh memanggil nama lengkap ku, atau Iyan, atau yang,sayang juga boleh,terserah mu saja." ucap nya kembali tersenyum simpul.

"Baiklah, Raiyan. Aku sangat bersyukur bertemu denganmu malam ini, kalau tidak pasti badanku bentol-bentol digigit nyamuk."

"sama-sama Eliza. Sepertinya kita memang di takdirkan untuk bertemu. kapan-kapan boleh kan Aku menghubungimu atau mengajakmu keluar sekedar jalan-jalan?"

Untuk hal yang satu itu, Eliza sedikit ragu. Ada perasaan minder setelah ia patah hati,Eliza masih belum mendapatkan pengganti Aizel. Eliza masih belum membuka hatinya untuk pria mana pun.

Aizel yang ia cintai selama lima tahun dan memperlakukannya seperti ratu saja bisa berubah dalam semalam. Lalu Lelaki seperti apa yang harus ia percaya?

Sadar Eliza! Raiyan hanya mengajakmu keluar,bukan berarti dia akan mengajakmu menikah.

"Kalau aku tak boleh mengajakmu keluar, traktir lah Aku makan kapan-kapan Eliza. Bukankah kau merasa berhutang Budi saat ini?" ujar Raiyan pasrah, sedikit banyak ia tahu karakter Eliza seperti apa setelah mengamati Eliza dari siang tadi. Eliza pasti tipe orang yang selalu merasa tak enak pada orang yang sudah berbuat baik padanya.

"Baiklah, tapi Aku yang tentukan tempatnya,boleh kan?" Raiyan mengangguk, ia senang karena Eliza sudah mulai masuk jebakannya.

...****************...

Raiyan senyum-senyum sambil mengacak rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Ia baru saja mengirimkan ucapan selamat pagi kepada Eliza. hari ini Raiyan berniat memberikan kejutan manis untuk Eliza. Ia sudah mengirimkan buket mawar lewat seorang kurir.

Sementara di kafe Eliza tersenyum kikuk di goda oleh beberapa rekan kerjanya.

Siang nya Eliza kembali tersipu mendapat perlakuan manis dari Raiyan. Kali ini ia mengirimkan box makanan sehat, lengkap dengan kolagen yang berbentuk sachet.

"Kau sudah menerima box nya?" tanya Raiyan di telepon sambil duduk di kursi putarnya.

"Hem.. kenapa Kau melakukan ini?" tanya Eliza masih penasaran.

"Menurutmu? Jika pria melakukan hal-hal yang manis kepada seorang wanita,itu pertanda apa?"

"Entahlah. Aku sudah pernah diperlakukan dengan manis oleh seseorang,tapi pada akhirnya aku di buang. oleh sebab itu zaku ingin tahu apa tujuanmu melakukan ini, Raiyan." ucap Eliza serius, ia memainkan ujung apron yang menempel di tubuhnya.

"Jujur saja. Aku tertarik sejak pertama kali melihatmu, Eliza. Aku tak tahu seburuk apa cerita cintamu di masa lalu. Tapi boleh kah Kau mengizinkanku masuk ke duniamu walaupun hanya sebentar? Mungkin dua bulan, tiga bulan,atau empat bulan. Bolehkah Eliza?" tanya Raiyan dengan rayuan mautnya.

"Maaf Raiyan. Saat ini Aku hanya bisa menerimamu sebagai teman, Kau boleh masuk ke hidupku. Tapi Aku tak bisa memberikan status lebih dari teman.." lirih Eliza sambil membuka box makanan dari Raiyan.

"Baiklah Eliza, Aku terima keputusanmu, bukankah cinta juga berasal dari teman? " sambung Raiyan seakan tak ingin menyerah.

"Boleh aku tanya satu hal lagi? Apa yang kau lihat dari orang sepertiku? Maksudku.. dari segi fisik Aku tak cantik dan menarik,apalagi kesan pertamaku untukmu juga tak terlalu ramah."

"Kadang Tuhan tak perlu memberikan alasan untuk jatuh cinta, bagiku Kau seperti takdir yang di kirim untukku, Eliza." ujarnya mengakhiri telepon. Ia tak boleh membiarkan Eliza bertanya lebih jauh tentang tujuan pendekatan ini.

Bab 3 Pacar Baru Eliza

Sudah dua bulan Raiyan mendekati Eliza. berbagai cara juga sudah ia lakukan untuk membuat Eliza jatuh cinta mulai dari mengajak jalan, mengirimkan makan siang, mengucapkan selamat tidur, bahkan mengajak Eliza ke salon untuk sekedar membersihkan rambut dan wajah.

Raiyan tak setengah-setengah dalam usaha nya kali ini karena Eliza bukan wanita yang mudah di taklukkan. Eliza tidak seperti wanita yang pernah ia temui sebelumnya. Jika selama ini Raiyan mengenal banyak wanita yang menyukai ketampanan bahkan kekayaannya, Eliza kerap kali menolak tawaran Raiyan untuk menghabiskan uangnya bahkan untuk perawatan. Tapi karena usaha gigih Raiyan yang memaksa, Eliza selalu tak bisa menolaknya.

Raiyan memang tinggal di rumahnya sendiri dan tidak tinggal di rumah utama. Raiyan yang memiliki beberapa cabang bengkel sudah bisa dikatakan kaya raya. Rumah besarnya memiliki kolam renang dan garasi yang penuh dengan berbagai koleksi mobil pribadinya.

Semua itu bukan hal yang mudah untuk di dapatkan karena Raiyan memulai semua itu dari modal yang ia pinjam dengan Omanya.

Raiyan dan Ardini adalah saudara tiri, sang nenek lebih percaya pada Ardini karena gadis itu punya karakter yang ambisius. Selain itu, Raiyan merupakan cucu dari istri pertama anaknya. Menantunya itu -ibu Raiyan- adalah menantu yang tidak mendapatkan restu darinya. Berbeda dengan ibu Ardini yang merupakan istri kedua yang lebih neneknya sukai.

Oleh sebab itu Raiyan tak kebagian apapun dari perusahaan keluarganya. Padahal dulu ibu Raiyan lah pemilik asli PT Rings, nenek tidak memberikan restu karena besannya merupakan saingan bisnis suaminya. Begitu usaha suaminya bangkrut, nenek Raiyan menyusun rencana agar bisa menguasai harta menantunya. Setelah berhasil dia membuang menantunya begitu saja dan menikahkan ibu Ardini dengan anaknya, Surya.

"Aku ingin mengajakmu ke mall untuk membeli sesuatu. Boleh kan?"sambung Raiyan lagi.

Mereka pergi ke sebuah mall yang ada di pusat kota. Raiyan menarik Eliza masuk ke sebuah outlet pakaian branded,ia menarik beberapa helai baju dan meminta Eliza mencobanya.

"Untuk apa kau menyuruhku mencoba semua ini Raiyan?" keluh Eliza dari ruang ganti sedangkan Raiyan menunggu di muka pintu.

"Aku tahu Kau nyaman dengan pakaian mu, tapi Kau juga harus mencoba sesuatu yang baru Eliza. Kau hanya perlu mencobanya. Sekarang mau ganti sendiri,atau Aku aku yang gantikan?" ancam Raiyan membuat Eliza langsung bungkam.

Awalnya Raiyan akan memilih dress cokelat dengan leher rendah, tapi Eliza menolak karena itu bukan style nya. Akhirnya Raiyan memilih berbagai kemeja wanita setengah lengan dan jins,itu cocok untuk Eliza yang memiliki tinggi 165 cm. Lagi pula kemeja terlihat lebih baik dari baju kaos yang biasa Eliza kenakan sehari-hari.

Raiyan mengajak Eliza ke sebuah salon yang cukup terkenal, dua Minggu yang lalu ia mengajak Eliza ke dokter kecantikan untuk menyembuhkan jerawat. Wajah Eliza yang biasanya kusam dan berjerawat sekarang terlihat semakin mulus dan cerah,itu karena Raiyan berkonsultasi dengan ahlinya untuk memilih jenis skincare yang berkualitas, sesuai juga dengan isi dompet yang harus ia keluarkan.

"Tolong buat rambut ikal nya menjadi lebih baik. Ah! Pokoknya aku ingin dia terlihat cantik dan mahal dengan pakaiannya yang sederhana ini." Ujar Raiyan mendorong Eliza pelan pada seorang bencis yang dibalas dengan mengangkat kedua jempolnya.

Selagi menunggu, Raiyan menelepon seseorang. Ia sengaja meminta Ardini datang bersama Aizel dengan tujuan untuk untuk memanasi Aizel.

Tak sampai setengah jam Aridni berhasil memaksa Aizel untuk menemaninya ke salon. Raiyan menaikkan Koran sampai menutupi wajahnya, ia akan berpura-pura tak mengenali Ardini. Beruntungnya lagi karena Aizel sendiri tak tahu kalau Ardini memilik saudara tiri. Ardini mengajak Aizel mengantarnya sampai ke depan cermin.

"Sayang, kapan Kita akan fitting baju pengantin?" tanya Ardini tiba-tiba. Tentu pembahasan fitting baju ini menarik perhatian Eliza yang duduk tak jauh dari mereka. Hanya di pisahkan oleh seorang pelanggan antara mereka.

"Bukankah Aku sudah mengatakannya berulang kali? Aku tidak akan menikahi mu sebelum dia menikah, atau minimal Aku akan menunggunya punya pengganti ku. " bisik Aizel memegang pundak Ardini,sebenarnya hubungan Aizel dengan Ardini tidak seperti yang Eliza ketahui.

'Sial! Apa Aku harus jadi perawan tua jika wanita itu tidak menikah?' umpat Ardini dalam hati.

"Bukankah itu Eliza? " ujar Ardini dengan nada bertanya, Aizel secara otomatis menoleh ke sebelah. Eliza yang menyadari dirinya sedang dibicarakan berpura-pura tak mendengar,ia mengucapkan terimakasih kepada mas bencis yang sudah merubah penampilannya. Cepat-cepat ia menuju Raiyan agar kedua sejoli itu tak perlu menegurnya.

"Eliza! " teriak Ardini berhasil menghentikan langkahnya.

"Kau datang sendirian ke sini? Kau tahu kan ini bukan tempat sembarangan? Apa uangmu cukup? " cerca Ardini dengan nada meremehkan, sedangkan Aizel terpukau melihat penampilan Eliza yang berubah seratus delapan puluh derajat. Eliza yang biasanya memakai kaos dan rambut di sanggul sembarangan bagai orang berbeda setelah memakai kemeja dengan bawahan jins,apalagi rambut ikal mayangnya di gerai.

"Aku..datang dengan pacarku."

Deg! Eliza berdebar telah salah bicara, tapi ia juga lelah karena setiap bertemu dengan Aizel ia masih saja berstatus jomblo.

Eliza menunjuk ke arah Raiyan yang menutup wajahnya dengan koran. Kepalang tanggung, sudah basah lebih baik mandi sekalian, pikir Eliza.

"Kau sudah punya pacar?" tanya Aizel dengan nada menyelidik, Ardini membiarkan Aizel menginterogasi Eliza agar ia mendengar sendiri pengakuan Eliza. Sejujurnya Ardini juga tak menyangka Eliza dan Raiyan sudah berpacaran, mengingat setiap kali ia menanyakan kemajuan pendekatannya dengan Eliza, lelaki itu selalu menjawab bahwa Eliza sepertinya sulit untuk membuka hatinya.

"Barangkali calon suamiku ini ingin berkenalan dengan pacarmu, Eliza." ucap Ardini membuka celah bagi Raiyan untuk mengambil perannya, ia menurunkan koran dan tersenyum takjub melihat Eliza yang sudah lebih cantik.

"wow! Sudah Aku duga Kau akan menjadi wanita cantik di tanganku Eliza." puji Raiyan tulus dan Eliza hanya tersenyum kikuk.

"Sayang...kenalkan ini Aizel, mantan tunanganku dan itu Ardini, tunangannya yang baru." Eliza menggamit lengan Raiyan yang tengah menautkan kedua alisnya.

"Berpura-pura lah jadi pacarku sebentar saja." bisik Eliza sangat pelan di telinga Raiyan dan di sambut dengan anggukan darinya.

"Raiyan. senang berkenalan denganmu, dude. Terimakasih sudah melepaskan Eliza, Aku benar-benar beruntung memilikinya sekarang." ucapnya panjang lebar Sambil menyalami sepasang kekasih itu.

"Eliza, Kau benar-benar sudah punya kekasih?" ulang Aizel sekali lagi dan Eliza mangangguk mantap. tatapan nyalang Aizel membuat Ardini tak senang.

"Baiklah. Jangan lupa datang ke pesta pernikahanku nanti, dan aku pasti menantikan undangan kalian jika memang benar sudah saling mencintai." Aizel yang tak bisa menyembunyikan kecemburuannya pergi begitu saja. Ardini mengekorinya sambil tersenyum penuh kemenangan. Inilah yang Ardini tunggu-tunggu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!