NovelToon NovelToon

Jerat Pesona Duda Beranak 1

Bab 1. Proses Transformasi Menjadi Wanita Malam

Hai gais kembali lagi dengan cerita saya 👋. Kali ini berada di cerita yang tak kalah lucunya dengan novel saya yang satu lagi NIKAH DADAKAN DENGAN DOSEN BRENGSEK.

JIKA ADA KESALAHAN KATA ATAU TANDA BACA, TOLONG KRITIK DAN SARANYA YAH🙏🙏

WARNING !!

ADA SEDIKIT ADEGAN DEWASA JADI BIJAKLAH DALAM MEMBACA🙏

HAPPY READING GAIS👋👋

***

**

*

"Semoga bukan bapak-bapak kepala plontos, kulit arang, perut buncit, kumis lele!"Meski pekerjaannya salah, gadis bernama Melissa itu selalu tetap berdoa untuk kelancarannya malam ini.

Ya, Melissa Permata Sari. Gadis berambut panjang sepinggang itu menarik napas dalam-dalam. Nomor kamar hotel yang ia tuju sudah di depan mata, sebentar lagi ia akan kehilangan sebuah mahkota sebagai sandang keperawanannya.

"Ini semua buat hutang Ayah... cuma ini yang bisa aku lakukan," gumamnya pelan, mencoba menguatkan hati. Matanya memandangi angka di pintu kamar itu, seolah memohon keberanian dari benda mati.

"Tenang Melissa , ngangkang dikit ngak ngaruh!"

Nomor kamar hotel itu sudah ada di hadapannya, sekali lagi ia menarik napas sebelum membuka pintu.

"Eh kok gelap!"

Suara tap lampu terdengar dan seketika ruangan menyala terang. Ia tak mungkin salah kamar karena saat ini yang ia hadapi adalah pria tampan, jauh dari ketakutan sebelumnya.

Pria pemilik sorot mata tajam dengan rahang tegas di sana, membuat Melissa menundukkan kepala tak berani melihatnya.

Wajar saja, ini pengalaman pertama, ia tidak ada bakat untuk menggoda pria seperti wanita-wanita lain.

"Hmm... selamat malam, Pak! saya datang untuk melayani bapak, Kebetulan ini pengalaman pertama saya.

Tampak kaku, Melissa terus saja tertekan karena bingun bertingkah seperti apa yang cocok ia peragakan untuk berhadapan dengan pelanggan.

"Bisa ngurus anak? Menyusui?"

Terdengar konyol, cukup membuat tercengang, tetapi itulah yang ia dengar. Baiklah, ia akan menghadapi ini. Pertama-tama Melissa tersenyum sopan, lalu ia mendekati pria itu perlahan-lahan. Sesuai arahan madam Chee tadi, ia harus menggoda tamunya dengan baik.

"Kalau menyusui saya nggak bisa Pak karena belum ada pengalaman beranak, tapi kalau untuk menyusui Bapak saya bisa-eh!"

"Saya sudah besar!" Siapa sangka, sahutan itu membuat Melissa merasa konyol sendiri. "Apa ada pengalaman menjadi baby sitter?"

"Hmm, tapi bentar dulu Pak, ini Bapak mau nyewa saya atau mau cari pengasuh? Terus saya jadi dieksekusi gak?"

Pria itu menatapnya, lalu tersenyum kecil. Yang ditangkap oleh mata Melissa itu sebuah pahatan sempurna milik Tuhan yang sangat tampan. Ya, senyuman dengan lesung di pipinya.

"Sebenarnya saya sedang mencari pengasuh untuk anak saya, dan dengan cara ini saya berharap bisa menemukan perempuan muda yang bisa menjaga anak, atau yang sudah mempunyai anak tidak apa-apa karena saya butuh asi yang cocok untuk anak saya!"

"Istrinya ke mana, Pak?" tanya Melissa .

"Istri saya meninggal setelah melahirkan putri pertama saya!"

"Jadi sekarang Bapak duda?" Pria itu mengangguk, membuat Melissa ingin tahu lebih banyak." Terus, kenapa gak cari baby sitter aja? Cara Bapak ini udah out of topik banget dari kegiatan kita sekarang!"

"Sudah, bahkan sudah ke sekian kali, tapi anak saya gak cocok sama tangan mereka sampai cara ini yang terakhir. Sebelumnya saya juga sudah konfirmasi dengan madam Chee untuk mencarikan saya perempuan yang baru."

"Oh gitu, saya bisa kok jadi baby sitter, tapi untuk ASI saya belum bisa karena saya masih perawan. Tenang aja Pak, nanti saya usahakan anak Bapak mau!" Dengan semangat, Melissa seakan mengajukan dirinya.

"Alasan kamu jadi seperti ini karena apa?"

Pertanyaan itu adalah hal yang ingin didengar oleh Melissa karena dengan adanya pertanyaan tersebut semua orang harus tahu jika ia melakukan pekerjaan ini ada alasannya.

"Hutang ayah. Dia pernah gagal dalam usaha, dan modal usaha itu boleh meminjam. Buntu gak ada ide buat cari uang, jadi ini yang saya lakukan!"

"Berapa?"

"150 juta!"

"Baiklah ... ini sangat pas! Jika kamu berhasil membuat anak saya luluh, maka hutang orang tuamu akan lunas!"

"Serius Pak, langsung lunas?"

Tentu saja Melissa berbinar, padahal dugaannya ia akan melakukan pekerjaan ini sampai melayani beberapa orang untuk mengumpulkan uang sampai cukup.

"Ya, dengan syarat taklukan anak saya!" Pria itu berdiri dan membenarkan kemejanya, tampak siap melangkah.

"Deal! Jadi, Bapak gak jadi geledah saya nih?" Dengan tampang menantang seolah menggoda, Melissa bertanya.

"Gak, saya nggak nafsu!"

jawabnya sambil berjalan.

"Syukur deh, si imut aku nggak jadi turun mesin hehe," gumamnya, lalu ia mengintil pria itu dari belakang.

***

Setelah diajak mutar-mutar dengan mobil mewah, kini Melissa sedang menginjakkan kaki di sebuah mansion yang sudah dipastikan milik pria tadi.

Sebagai perempuan miskin yang dihidupi dengan kesederhanaan, tentu saja ia kagum. Namun, rasa kagum itu cukup ia pendam dalam hati.

"Cakep banget rumahnya, luas lagi. Ini kalau di komplek bisa nampung satu RT."

"Ayo, ikuti saya!"

"Ini rumah Bapak? Nyicil sebulan berapa? Eh, iya saya belum kenal nama Bapak!"

Ya, karena ia belum mengenalnya, maka pertanyaan menyicil terlintas, padahal ia belum tahu siapa pria tersebut.

"Adrian Sutil !"

Pria yang menjadi pemburu kaum perempuan itu adalah seorang miliarder dengan cabang usaha di mana-mana.Perusahaannya melatak, dan jangan ditanya bagaimana kondisi keuangannya.

"Oke pak Adrian, nama saya Melissa !"

"Tetapi?"

"Melissa Permata Sari", Pak.

Jangan di ganti ya, nanti repot dan bikin masalah di jagat raya!"

"Baiklah, ayo ikut saya, Mel!"

Wajah perempuan itu dibuat melongo, tetapi ia kesal karena namanya tidak disebutkan dengan sempurna. Namun, ia hanya mampu menahan sabar.

Setibanya di kamar bayi bernuansa baby blue, lagi-lagi Melissa merasa kagum dengan ruangan sebesar ini hanya untuk anak kecil.

Tiba-tiba seorang pembantu datang menghampiri dengan membawa bayi yang sedang menangis.

"Sini sama aku!" Melissa tentu saja mengajukan dirinya. Menangani bayi sudah biasa karena di rumahnya, banyak sekali ibu-ibu yang menitipkan anak dengan imbalan uang.

Perempuan dengan seragam pembantu itu ragu, tetapi saat majikannya memerintahkan ia langsung menyerahkan bayi bule yang ia gendong.

"Hei ... jangan nangis, Sayang.

.. ya ampun cantik banget!"

Awalnya bayi berusia tiga bulan setengah itu masih terus menangis. Namun melihat ekspresi Melissa yang dibuat-buat konyol, bayi tersebut mulai terdiam seolah sedang mengenali wajah perempuan itu.

"Bhaaa...."

Sedetik kemudian bayi tersebut tersenyum hingga akhirnya mulai tertawa. Bibir ayahnya pun tampak tertarik membentuk senyuman.

"Pak, dia cocok sepertinya!"

bisik pelayan di sampingnya.

"Tapi masih perawan!"

"Belum bisa kasih ASI dong, Pak?"

"Hmm...."

Kini mereka melihat Melissa sudah berhasil membuat bayi cantik itu tertidur dalam gendongannya. Adrian benar-benar tenang saat ini.

Pelayan tadi pun diperintahkan Adrian untuk menggantikan Melissa . Namun, baru sebentar saja bayi tersebut pindah tangan ia sudah menangis kencang seperti baru saja mimpi buruk.

"Astaga, dia gak mau aku lepas!"

"Nona, coba langsung taruh di ranjangnya. Bapak mau bicara dengan Nona katanya!" titah

"Oh, oke baik!" Dengan hati-hati anak itu diletakkan di dalam box, dan ya benar saja anak itu tidak bersuara lagi dan matanya tetap terpejam.

Kemudian, Melissa mengintil Adrian dari belakang. Sampai tiba di sebuah ruangan, mereka duduk saling berhadapan.

"Gimana Pak? Saya bisa kan taklukkan anak Bapak? Saya yakin deh nanti gak akan nangis terus kalau sama saya!"

"Hmm, okey saya akui itu dan mulai besok kamu sudah bisa bekerja, tapi... karena kamu tidak bisa memberikan asi berarti hutang ayahmu saya bayar setengah!"

"Perhitungan amat, orang kaya pelit!"

"Lunasi aja Pak, nanti potong gaji saya!" tawar Melissa .

"Tidak bisa, gaji kamu sudah habis untuk hutang setengah itu."

"Jadi saya gak digaji gitu, Pak?"

"Bisa, asal kamu mau ...."

"Mau apa?"

"Jadi pelacur saya!"

Bersambung ~

Bab 2. Menyusui Sang Ayah?

Pulang dengan selamat, keperawanannya pun bertahan, bahkan justru membawa uang.

Melissa merasa malam ini adalah malam keberuntungannya.

"Aku akan berterima kasih sama madam Chee karena kasih target duren sawit, duda keren sarang duit hehe." Sambil menggenggam beberapa lembar uang, Melissa terus terkekeh dengan kejadian unik malam ini.

Baru ingin membuka, pintu tiba-tiba ia dihadang oleh pria jangkung, bertato. Seketika uang itu ia sembunyikan di belakang.

"Sini!"

"Jangan Bang, ini buat kita makan besok!" Melissa tetap menyembunyikan uang pemberian Melissa , ia tidak mau uang modal kerja dan untuk makan beberapa hari itu, raib di tangan sang kakak.

"Habis jalang di mana lo?"

"Bang, jangan semuanya!"

Akhirnya uang itu tetap saja dikuasi oleh sang kakak.

Mempunyai kakak pemabuk, suka berjudi dan berfoya-foya membuat beban untuk Melissa .

Sebenarnya hutang 150 juta itu bukan bersih dari hutang sang ayah, bahkan hutang modal ayahnya hanya seperempat dan sisanya adalah hutang sang kakak yang harus ia tanggung.

Ibunya sudah tiada, ayahnya pun hanya buruh tani. Sebagai anak satu-satunya yang berpikir waras, Melissa ingin membebaskan keluarganya yang terus dicecar debt collector.

Plak!!!

"Sakit Bang!" Tamparan keras didapat oleh Melissa , ia merasakan panas di pipinya.

"Bodoh, lo bisa jadi babu atau kuli di tempat lain. Bukan begini caranya cariin gua duit!"

Perempuan itu hanya menangis, walaupun sang kakak tidak tahu bahwa apa yang terjadi, dia akan tetap berpikir begitu. Bagaimana tidak, pakaian yang saat ini ia kenakan sudah pasti membuat siapapun berpikir yang sama.

"Baju lo kayak sampah!" Kemudian, dengan sangat lenggangnya pria itu berjalan setelah merampas uang adiknya.

"Mau dapat duit dari mana pun tetap aja diambil, abang sialan!" Melissa hanya mampu menggerutu saat kakaknya sudah pergi jauh. Kini, tinggal penyesalan yang tersisa. "Nyesel majang-majang uang, mana udah seneng banget!"

***

Keesokan paginya, Melissa sudah mengenakan seragam baby sitter yang diberikan oleh kepala pelayan Adrian semalam. Kini, sebelum berangkat bekerja ia menyempatkan untuk meminum air karena hari ini ia tidak bisa memasak sarapan. Uang yang tersisa pun hanya untuk ongkos.

"Mau ke mana, Nak?" Tiba-tiba sang ayah muncul.

"Ayah ... Melissa mau kerja. Kalau mau sarapan hutang dulu ya di warung, nanti pulang kerja Melissa ganti!"

"Kamu kerja apa?" tanya sang ayah.

"Jadi baby sitter Ayah di rumah orang kaya, enggak terlalu jauh kok!"

Tiba-tiba ayahnya berekspresi sedih. Pria itu merasa lemah, tubuhnya masih kekar, badannya pun sehat, tetapi belum mampu menyenangkan sang anak, justru membebani, bahkan anak-anak di usia Melissa sedang menempuh pendidikan, Melissa justru putus sekolah.

"Maafin Ayah ya, Nak. Seharusnya ini pekerjaan Ayah!"

"Apa sih Yah, enggak apa-apa kali. Pokoknya nanti hutang kita lunas, kita hidup tenang lagi!" Melissa pun menyalimi tangan ayahnya. " Melissa berangkat sekarang ya, Yah!"

"Hati-hati!"

"Iya Ayah!"

Berangkat dengan hati riang, Melissa berharap hari ini dapat kelancaran.

***

Sampai ia tiba, perempuan itu tetap tersenyum meski perutnya lapar.

"Nona sudah sampai ...."

Kedatangan Melissa disambut oleh kepala pelayan semalam.

"Iya Mbak!"

Melissa pun diantar olehnya menuju tempat keberadaan si kecil dan ayahnya. Ternyata di sana ada Adrian yang sedang menimang-nimang putrinya dengan tanpa pakaian atas.

"Gila, badannya cakep banget. Duda hot," batin Melissa .

"Mbak, kok bisa si baby gak nangis? Katanya setiap detik rewel !"

"Biasanya kalau bapak lagi di kantor Non, anaknya gak mau diam. Kita juga bingung mau bagaimana, semenjak itu bapak jadi off sementara soalnya cuma sama bapak dia anteng!"

"Kita sama-sama pekerja lho Mbak, jangan panggil Non dong, nama saya Melissa !"

"Ah, baiklah Melissa ya.

Perkenalkan juga, nama saya Yani selaku kepala pelayan di sini!"

"Oke, Mbak Yani."

Mereka asik berbicara, tanpa sadar Adrian sedang berjalan ke arah mereka. "Hmm... sudah sampai kamu, Mel?"

"Iya, Pak Adri!" balas Melissa dengan cengengesan. Mata perempuan itu terus tertuju pada tonjolan di dada bidang pria yang saat ini sudah menjadi majikannya.

Ekspresi wajah Adrian tampak tidak mengenakkan karena tadi Melissa menyebutkan namanya secara singkat. Ya, Melissa termasuk orang yang paling berani. Lihat saja ekspresi kepala pelayan itu, sungguh dia yang merasa tidak enak.

Yani mencoba mengambil anak itu, dan ternyata anak itu masih menangis kencang jika berpindah tangan dari ayahnya.

"Coba sama aku!" Melissa langsung menawarkan diri. Benar saja, anak itu terdiam anteng seperti semalam. Entah ada keunikan apa dengan bayi itu, tetapi inilah yang terjadi. "Enggak nangis lagi... kok bisa si kayak gini?"

"Berarti sama kamu cocok, saya senang deh Nona Chia ada penakluknya," ujar pelayan bernama Yani itu.

"Berarti namanya Chia ya?" Pertanyaan Melissa diangguki oleh Yani.

"Baiklah, kalau begitu saya sudah bisa bekerja kembali," ucap Melissa . Kemudian, pria itu menatap pengasuh barunya." Tolong jangan pulang dulu, sebelum saya pulang!"

"Baik, Pak!" balas Melissa .

Bayi cantik itu mengedip-ngedipkan matanya, lagi-lagi seakan mengenali wajah Melissa . Namun, ia tetap nyaman.

"Tetap susu formula, sudah gonta-ganti merek lain tapi tetap sama, Nona kecil sering diare dan muntah-muntah. Cuma sekarang sudah lebih baik, tapi kasihan aja jadi kurus karena susunya gak cocok. Makanya saya kepengen banget dia cepat-cepat MPASI (makanan pendamping ASI)!"

"Oalah kasihan ya, aku cuma bisa nyusuin bapaknya."

"Hah?!"

***

Adrian sudah berangkat sejak tadi. Sebelum memulai kegiatan kembali, ia sempat melihat sang putri tadi, dan ternyata si kecil tampak anteng dengan pengasuh barunya.

Kini ia sadar, dengan cara menyewa wanita malam ia bisa mencarikan ibu palsu untuk anaknya. Namun, itu karena keberuntungan saja ia dapat dipertemukan dengan gadis konyol seperti Melissa .

Tiba di ruangan, duda anak satu itu menghela napasnya karena sudah melihat wanita di dalam.

"Kau perempuan ke 59 yang dikirim mama untuk menggodaku !"

"Ah, Tuan ... semoga aku yang terakhir ya!" Perempuan seksi itu tampak menghampiri Adrian dengan gaya sensualnya. Namun, Adrian justru menutup hidung sehingga membuat si perempuan mengurungkan niatnya untuk mendekati.

"Berapa abad kau tidak mandi ?"

"Apa maksudmu, Tuan? Aku mandi tiga Minggu sekali!"

Seketika perempuan tersebut mengendus-endus bau badannya, ia masih merasa wangi dan tentunya tidak terima dengan ucapan Adrian itu.

"Jika ingin berkencan denganku seharusnya kau tau apa-apa saja syaratnya. Yang pertama dia harus wangi, kedua aku tidak menyukai wanita sepantaran aku lebih suka wanita yang 10 tahun jauh lebih muda dariku, dan yang ke tiga tidak memiliki rambut pendek!"

Seketika ucapan Adrian membuat wanita kiriman sang mama itu mengoreksi diri. Ia memiliki rambut pendek, dan usianya memang sepantaran dengan Melissa .

"Bahkan, bau kambing saja lebih baik daripada kau!"

"Ini suatu penghinaan, dasar menyebalkan!" Alhasil dia pergi dengan perasaan dongkol hingga merasa tak percaya diri lagi.

Adrian pun menarik napasnya dengan lega. Hanya cara konyol itu upayanya untuk mengusir perempuan-perempuan kiriman sang mama.

"Besok yang ke 60, aku akan siapkan ide lagi!"

Bersambung ~

Bab 3. ADMELSS (Adrian Melissa)

Semua laki-laki sudah dianggap sama saja oleh Melissa . Jika memang takdirnya harus melepaskan keperawanan maka itu lah yang harus ia lakukan.

Adrian bukan pria penyelamat yang ia sangka baik, tetap saja malam ini ia harus melayani pria itu demi uang tambahan.

"Ayah maafin Melissa ya. Melissa harus bayar hutang di warung, jadi harus kayak gini!"

Kini ia sedang berdiri di depan cermin, ia menatap tubuhnya yang memesona dengan balutan dress soft cantik. Ia akui ia memiliki paras yang sempurna, tetapi tetap saja merasa hina jika ia gunakan dengan cara seperti ini.

"Melissa kamu lama sekali di dalam!"

"Ah iya Pak, maaf daging saya nyangkut gigi!" Melissa menyengir di saat sudah berhadapan dengan Adrian di depan pintu. "Eh kebalik, maksud sa-"

"Cepat jalan ke mobil!"

"Lhoo kita gak jadi itu-ituan, Pak?" Melissa menyatukan dua jari telunjuknya dengan tampang polos. "Bapak minta saya dandan begini buat itu, 'kan?"

"Pikiranmu ranjang terus!"

"Lebih ke duit aja si, Pak. Saya butuh uang!"

Adrian tersenyum, lalu ia pegang kedua bahu tanpa balutan kain itu. "Dengarkan saya! Kamu mau tambahan uang 'kan? Kamu harus ikut ke rumah orang tua saya malam ini, dan mengaku jadi pacar! Mengerti?"

"Ini drama apa lagi, Pak?"

"Banyak protes, uang tambahan kamu saya potong!"

"Ah iya Pak siap, jadi anu-nya gimana Pak?"

"Nanti setelah pulang!"

***

Masuk!

Lagi dan lagi Melissa disuguhi pemandangan rumah yang megah.

Kali ini ia tidak ingin kelihatan norak di hadapan Adrian .

Mengikuti arahannya tadi, ia harus anggun seperti wanita kaya.

Kini Melissa sudah berada di hadapan orang tua yang dimaksud majikannya tadi.

Sepasang suami istri terlihat saling menatap setelah anak mereka membawakan sesosok perempuan. Tatap-tatapannya sulit dijabarkan oleh Melissa . Namun, karena merasa ini hanya lah tugas ia tampak biasa saja. Mungkin berbeda jika ia adalah pacar sungguhan Adrian .

"Ngeliatnya kayak aku punya utang," batin Melissa .

Adrian memecahkan kecanggungan dengan berdehem."

Okey karena aku sudah membawakan gadis untuk mama, aku harap tidak ada lagi perempuan-perempuan aneh di kantorku!"

"Jadi ini pacar kamu?" tanya sang mama dengan ekspresi jutek.

"Ya, Tante saya pacar baru Adrian ," sahut Melissa tak lupa dengan cengirannya.

Siapa sangka, perempuan itu langsung tersenyum lebar dan menyambut Melissa ke dalam pelukan. "Maaf ya aku kelihatan galak, aku cuma heran kok kamu cantik-cantik mau sama duda, hehe...."

Hembusan napas lega terdengar lepas dari mulut Adrian . Meski ucapan sang mama sangat menyebalkan, setidaknya upayanya berhasil. Namun, ekspresi sang ayah belum keluar, pria paruh baya itu belum menunjukkan reaksinya.

"Pah ...."

"Orang tua usaha apa?"

Sekalinya berbicara, membuat Adrian panik, tak kalah dengan Melissa . Ia sampai mencubit paha Adrian karena tidak memiliki kosa kata untuk membuat jawaban.

"Pertambangan Om!" jawab Melissa lagi-lagi ia tersenyum menunjukkan giginya. Meski begitu, rasa gugup tetap ada.

"Penambangan apa?" tanyanya lagi.

"Saat ini papa saya sedang menggeluti usaha penambangan batu bara, minyak bumi dan emas!"

Adrian tersenyum puas dalam hati, ia salah mengira jika wanita itu akan buntu jawaban, tetapi dengan cerdiknya Melissa bisa menjawab.

"Hmm... saya ada rekan di bidang usaha tersebut, bisa sebutkan siapa nama orang tuamu? Barang kali kita saling mengenal."

"Mati kau Melissa , bapakmu memang penambang. Ya, penambang ubi-ubian di kebun," batin Melissa .

Merasa Melissa tidak dapat menjawab, Adrian pun bertindak."

Pah, itu tidak penting! Jangan selalu jadikan kekasihku untuk bahan kerja sama. Intinya perempuan yang aku bawa ini tidak sembarangan, dan dia setara dengan kita!"

"Mama juga setuju, dia cantik!" sahut sang mama.

"Papa cuma bertanya, apa salahnya mengenal lebih dekat dengan calon menantu? Baiklah kalau begitu, kapan kita tentukan tanggal?"

"Hah?" Sontak Adrian dan Melissa saling tercengang.

***

Di dalam mobil. Adrian berpikir pertemuan malam ini tidaklah buruk, tujuannya hanya ingin sang mama berhenti mencarikan jodoh dengan cara mengirim perempuan-perempuan tidak jelas ke kantornya.

"Kayaknya tadi saya ada yang kurang deh Pak. Pantas orang tua Bapak kurang setuju gitu lihat saya ," ujar Melissa .

"Kurang apa?"

"Kurang menyebutkan tukang gali kubur, 'kan itu salah satu penambang juga, siapa tau pas lagi gali nemu emas balok!"

Seketika helaan napas terdengar hambar. Malam ini Adrian sudah kenyang menelan ucapan-ucapan konyol dari Melissa .

"Kamu mau langsung pulang?" tanya Adrian . Pria itu merogoh saku di dalam jas-nya, Melissa pun kaget melihatnya mengeluarkan uang banyak. "Ambil, ini untuk imbalan kamu!"

"Banyak banget, Pak. Eh tapi..

"Saya gak minta soal itu. Saya pikir kamu masih terlalu muda untuk melayani saya!"

"Ini serius, Pak? Tapi nanti hutang orang tua saya enggak dilunasi dong? Seusia saya sudah lulus sekolah kok Pak, cuma memang gak lanjut aja. Saya bisa layanin Bapak semampu saya asal hutang-hutang saya lunas!"

Sebenarnya Melissa tidak ingin merendahkan harga dirinya seperti ini, ia juga tidak ingin melepas sesuatu yang paling berharga secepat itu. Namun, demi hutang orang tua dan kehidupan yang tenang, ia harus mengorbankannya.

"Kamu yakin?"

"Demi uang, Pak!" Melissa menunduk.

"Anak sepolos kamu sangat disayangkan jika tau hal-hal dewasa secepat ini. Mungkin yang kamu tau hanya soal berhubungan badan, tapi kamu belum tau bagaimana bisa melayani seorang pria dan bagaimana sisi pria yang harus kamu layani," tutur Adrian .

"Memangnya sisi Bapak kenapa?"

"Hyper sex!"

***

Pulang-pulang Melissa sudah dihadang oleh sang kakak. Seperti biasa, pria itu selalu menggeledah tas yang dibawa oleh adiknya. Namun, kesalahannya saat ini adalah tidak mengganti pakaian setelah pulang dari rumah orang tua majikannya. Melissa pun pasrah jika ia disangka melacur lagi oleh abangnya.

"Masih aja lo ngejalang!"

"Bukan urusan Abang!"

Sang kakak tetap merampas tasnya, di sana ia menemukan uang yang selalu dicari-cari. "

Segini doang?"

"Gak ada lagi Bang, cuma itu!"

"Payah banget, capek-capek jual diri cuma dibayar segini. Sampek badan busuk juga gak bakal kaya lo!" cemoohnya. Sudah mendapatkan uang, mencaci pun sudah, kini ia tinggalkan rumah itu dan mungkin akan pulang di waktu seperti ini lagi.

"Hehe ... untung aku pinter!"

Tidak merengut seperti biasa. Melissa justru tersenyum riang mengeluarkan uang lembar dari dalam dadanya. Pintar bukan, menyisakan uang sedikit di tas tetapi yang di simpan begitu banyak di dalam bra.

Kini PR-nya adalah mengenal apa itu hyper. Bagi perempuan minim pengetahuan, ia tentu tidak tahu apa makna kata tersebut. Melissa bahkan mencari tahu di internet dan setelah mengetahuinya gadis itu menggigit jari.

"Ihh bahaya, pria gangguan seperti itu pasti sering selingkuh! Aku takut...."

Bersambung ~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!