'Huhhh... Huhhh... '
Terdengar helaan nafas yang begitu memburu dari gadis yang saat ini tengah berlari di gelapnya malam yang mencekam, tepatnya di sebuah hutan.
Dengan nafas tersenggal gadis itu beberapa kali menoleh kebelakang, berharap beberapa pria di belakangnya tak lagi mengejarnya. Tanpa menggunakan alas kaki gadis itu terus berlari, tak mempedulikan luka dan rasa perih di kakinya.
Yang ada di pikiran nya saat ini adalah terus berlari sejauh mungkin, menghindar dan lepas dari para penjahat yang beberapa hari ini sudah mengurung dan menyiksanya. Sembari terisak, ia tak menyerah untuk terus berlari mengikuti kemana kaki nya melangkah, kadang ia juga terseok karna kakinya semakin lemah dan rasa lelah yang mulai menyerangnya.
Begitu memprihatinkan, bagaimana tidak? Di malam yang gelap, di tengah hutan dan jauh dari pemukiman penduduk, seorang gadis berlari seorang diri dari kejaran beberapa pria menggerikan di belakang nya. Namun, karna semangat ingin bebas tak membuat dirinya gentar.
'DUAARR!! '
Suara guntur di langit sejenak menghentikan langkah nya, gadis itu terlihat ketakutan. Begitu banyak luka dan lebam di wajah nya. Mata basahnya menatap langit malam, tetesan air mata mengalir dari sudut matanya.
"Kali ini saja.. Aku mohon selamatkan aku Tuhan !" Batin nya pilu penuh keputus asaan.
Sedetik kemudian ia berusaha menguatkan dirinya kembali, ia tidak boleh menyerah, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk kabur. Gadis itu menghapus air mata, yang lagi-lagi membasahi pipinya.
Suara guntur masih bersahutan, angin berhembus kencang, ia yakin jika hujan pasti akan segera turun. Gadis tersebut kembali berlari, saat mendengar teriakan dari beberapa pria di belakang nya. Biarlah, biar malam mengerikan ini ikut menyaksikan seberapa kerasnya ia berjuang hanya demi sebuah kebebasan.
Duuk !
Kaki nya tersandung sebuah batu yang cukup besar, hingga membuat ia terjerambab jatuh tengkurap di tanah yang basah karna hujan. Dengan sisa-sisa tenaganya ia bangkit, tanpa mempedulikan ibu jari kakinya yang berdarah. Gadis itu terus berjalan terpincang-pincang, karna ia masih bisa melihat jika beberapa orang di belakang masih mengejarnya.
Seulas senyum terukir di bibirnya yang pucat, saat ia melihat sebuah lampu jalan. Akhirnya, ia berhasil keluar dari hutan yang sudah mengurungnya beberapa bulan terakhir.
"Hey, berhenti ! " Teriak seseorang yang mengejar nya dari belakang.
Gadis itu kembali berlari kini ia berlari di jalan aspal, ia tersenyum bahagia akhirnya ia keluar dari hutan mengerikan itu. Namun, ini bukanlah akhir gadis itu masih harus berlari dan mencari tempat yang aman. Kakinya terus mengayun di aspal yang basah, walau ia sudah merasa lelah dan kesakitan. Tak akan membuatnya berhenti untuk berlari, ini bukan saat nya untuk berhenti.
Dari arah berlawanan, sebuah mobil hitam mengkilap dibalik deras nya hujan melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. Membelah jalanan yang sepi, sedang gadis itu masih saja berlari beberapa kali ia menoleh ke belakang berharap orang-orang itu tak mengejarnya lagi.
Hingga tanpa ia sadari, sebuah mobil berada di depan nya.
'TIIINN...'
Gadis itu terkejut mendengar suara klakson mobil, pandangan nya berbalik ke depan. Seketika langkahnya berhenti, tatapan nya lurus menatap mobil yang semakin mendekatinya.
Lampu mobil menyorot padanya, matanya membulat saat mobil itu semakin mendekat dan akan menabraknya.
'TIINNN..'
Lagi, suara klakson mobil itu semakin memekik telinga, kakinya seolah sulit di gerakkan. Gadis itu sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, mobil itu melaju dengan kencang dalam jarak dua meter gadis itu memejamkan matanya.
Ckkiittt...
Beruntung mobil tersebut berhenti tepat waktu dengan mengerem mendadak.
Merasa tak ada yang terjadi dan dirinya baik-baik saja, gadis itu perlahan membuka matanya. Jantungnya berdetak cepat, namun ia menghela nafas lega karna mobil itu tak menabraknya.
Karna lelah, tubuh nya pun sudah sangat lemah ditambah guyuran hujan yang membuatnya semakin nampak mengenaskan. Lututnya terasa bergetar, kakinya sudah tak bisa lagi menahan bobot tubuhnya saking jauhnya ia berlari. Nafas tak beraturan, membuktikan jika ia sudah sangat lelah dan lemah.
'Bruukk'
Pada akhirnya gadis itu ambruk di aspal yang basah, tepat di depan mobil tersebut. Ia tak sanggup lagi berlari, kakinya sudah sangat lelah. Namun, gadis itu belum sepenuhnya pingsan ia masih bisa melihat seseorang yang turun dari mobil.
Orang itu membuka payung untuk satu orang lagi yang turun dari mobil. Di tengah derasnya hujan ia hanya dapat melihat sepatu pantofel mengkilap mulai basah itu mendekat ke arah nya. Dua orang, ya gadis itu melihat dengan samar dua orang berjalan ke arah nya.
Pandangan nya mulai kabur, namun gadis itu berusaha untuk tetap sadar. "To-long..! " Satu kata itu lolos dari bibinya.
Walau tak bisa melihat dengan jelas, selain karna hujan pandangan nya juga semakin kabur. Kini, orang itu sudah berdiri di depan nya.
"To-long.. Sa-ya..." Suaranya terdengar samar dan hampir tak terdengar.
Setelah mengatakan dua kata itu, gadis tersebut akhirnya pingsan tak sadarkan diri. Dua pria berjas tersebut hanya menatap gadis itu dalam diam.
*
*
*
Satu bulan kemudian...
Di ruangan yang serba putih, seorang gadis terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan alat bantu pernapasan terpasang di antara mulut dan hidung nya. Tak lupa selang infus yang tersemat di tangan kanan wanita tersebut.
"Apa ada perkembangan suster?" Tanya seorang Dokter yang selama ini merawat gadis itu.
"Kondisinya sekarang sudah lebih baik Dok, tidak seburuk sebelum-sebelumnya."
"Baguslah. Akhirnya setelah satu bulan dia di rawat, akhirnya ada banyak kemajuan " ujar Dokter paru baya tersebut.
"Iyaa Dok. Kasihan sekali, selama ini pasien berjuang sendirian tanpa di dampingi keluarganya." Tambah suster menatap gadis yang terbaring itu prihatin.
Dokter hanya mengangguk dengan bibir di lipat ke dalam. Membenarkan apa yang di katakan suster, ia juga merasa kasihan dengan wanita malang ini.
"Baiklah, biar saya cek dulu kondisinya sekarang."
Dokter tersebut mulai melakukan pekerjaan nya. Ia mengecek satu persatu untuk memastikan kondiri pasien nya.
Saat tengah melakukan pemeriksaan tiba-tiba jari tangan gadis itu bergerak, suster yang melihat itu pun terkejut.
"Dokter, pasien menggerakkan jarinya." Pekik sang suster kesenangan.
Dokter itu mengalihkan pandangannya, menatap jari-jari pasien yang bergerak-gerak. Dokter pun tersenyum, saat gadis itu perlahan membuka mata nya.
Gadis itu membuka matanya sempurna, dan yang pertama ia lihat adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih. Pandangan nya masih kabur, ia mengalihkan nya ke samping menatap dokter yang berdiri di dekatnya. Masih belum jelas, kini beralih pada suster yang tengah menatapnya dengan senyuman merekah.
"Saya.. Dimana?" Ucapnya parau begitu lirih.
"Kamu ada di rumah sakit sekarang." Sahut suster yang umurnya lebih muda dari dokter itu.
Gadis itu berusaha memfokuskan pandangan nya, kini penglihatan nya sudah mulai membaik walau masih sedikit buram, tapi ia bisa melihat dua orang memakai pakaian tugas mereka.
"Kenapa saya bisa ada di sini?" Tanya nya lagi lemah.
Gadis itu berusaha membuka benda yang menutupi mulutnya, "Jangan di lepas dulu. Kamu masih belum pulih," tahan Dokter itu memegang tangan gadis yang berstatus pasien nya itu.
"Saya tanya, kenapa saya bisa ada di sini?" Ulang gadis itu menatap Dokter sayu.
"Jangan banyak bertanya dulu. Kamu belum pulih sepenuhnya, lebih baik kamu istirahat dan jangan memikirkan apapun, yah?" Terang Dokter dengan senyuman hangat.
Gadis itu diam, ia perlahan menutup matanya kembali. Karna memang tenaga nya tak cukup banyak hanya untuk sekedar bicara, otot-otot nya terasa sangat lemah.
"Suster, pantau terus pasien ya. Kalo ada apa-apa panggil saya saja," pesan Dokter tersebut.
"Baik Dok." Mengangguk patuh.
Dokter pamit keluar, sedang suster memperbaiki selimut gadis itu dengan penuh perhatian.
Nadien Mezya Anjani adalah nama lengkapnya, gadis sederhana yang berjuang hidup sendiri di sebuah kota besar, membuat ia menjadi sosok gadis yang mandiri dan tak kenal lelah. Nadine, sudah kehilangan orang tuanya sejak kecil. Ia tinggal di salah satu panti asuhan di sebuah kampung yang jauh dari perkotaan. Berkat kecerdasan nya Nadine mendapat beasiswa dan akhirnya kuliah di Universitas bergengsi di kota ini.
Nadien adalah gadis yang ramah, wajahnya cantik alami. Kulitnya putih bersih tanpa cela, rambut hitam panjang bergelombang, bibir tipis berwarna cherry itu selalu melengkung indah. Maka tak ayal jika Nadien di sukai banyak orang di sekeliling nya, selain baik Nadien juga sangat humble dan mudah sekali bergaul.
Kehidupan nya begitu indah, walau Nadien berjuang hidup sendiri tanpa orang tua, tapi Nadien bisa hidup bahagia. Semua berjalan sesuai rencana nya, Nadine selalu melakukan yang terbaik, dan berhasil lulus dengan gelar sarjana bahkan Nadien menjadi mahasiswa dengan nilai terbaik di Universitas.
Beberapa bulan setelah lulus, Nadien mendapat promosi pekerjaan di salah satu perusahaan yang menduduki posisi lima besar di negara nya. Tentu itu adalah moment yang sangat langka, bahkan Nadien sendiri tidak menyangka jika ia akan di tawari pekerjaan dengan posisi terbaik di perusahaan tersebut.
Hidup Nadien semakin lebih baik, satu tahun ia bekerja di perusahaan tersebut. Berkat kerja keras dan kegigihan nya, Nadien selalu bekerja dengan baik hingga ia selalu mendapat bonus lebih. Kini ia bisa menyewa apartemen bahkan ia juga di beri fasilitas mobil dari kantor.
Namun, nasib baik tak selalu berpihak bagi setiap manusia. Begitupun dengan Nadine, beberapa bulan ini ia sering mengalami kesulitan di hidupnya bahkan dalam pekerjaan nya akhir-akhir ini tak luput dari masalah.
Entahlah, bagaimana semua ini bisa terjadi? Pasalnya Nadien tak pernah melakukan kesalahan. Ketika melakukan pekerjaan pun Nadien selalu mendapat keritikan dari atasan nya, selalu ada saja masalah yang menghampiri nya. Padahal Nadien selalu bekerja dengan tulus, ia selalu berusaha untuk tidak melakukan kesalahan.
Hingga suatu malam, Nadien yang baru pulang dari kantor. Ia terpaksa lembur karna proposal yang ia buat mengalami masalah hingga bos nya meminta Nadien untuk merevisi. Alhasil, sekarang Nadien pulang larut malam.
Terlihat guratan lelah di wajah cantiknya, Nadien juga beberapa kali menghela nafasnya berat. Seolah ia tengah memikul beban yang begitu berat di pundak nya. Di tengah perjalanan, di tempat yang sunyi dan sepi. Sebuah mobil berusaha menyalip mobilnya, merasa ada yang tidak beres Nadien menambah kecepatan mobilnya. Begitupun dengan mobil di belakangnya, Nadien mulai panik karna mobil di belakang terus mengikutinya.
Mungkin karna ini sudah malam, jalanan menjadi begitu sunyi. Ponsel Nadien berdering, ia berusaha meraih ponselnya, berniat untuk meminta bantuan. Tangan Nadien sedikit kesulitan meraih ponsel yang ia simpan di dalam tasnya. Hingga mobil di belakang menabrak samping mobil Nadien dan membuatnya kehilangan arah dan hampir menabrak pohon di samping jalan. Nadien mengerem mobilnya secara mendadak, membuat keningnya terluka karna terbentur stir mobil.
Jantungnya berdetak cepat tak karuan, Nadien berusaha mengatur nafasnya yang hampir saja lenyap, kepalanya terasa sakit dan pusing tapi berusaha ia tahan. Gadis itu menegakkan tubuhnya sembari memegangi kepalanya yang terasa pusing.
'Duk-duk-duk'
"Buka..!" Teriak seorang pria dari luar mobilnya.
Pria itu tak hanya sendiri, ia bersama dua orang teman nya. Nadien semakin panik, ia takut jika orang-orang itu adalah begal dan berniat jahat padanya. Gadis itupun tak lantas membuka pintu mobilnya, dan segera mengunci mobil nya.
"Cepat buka ! Atau gue pecahin kaca mobil Lo!" Sentak orang itu lagi.
Nadien semakin ketakutan, apa yang harus ia lakukan sekarang? Nadien memutar otak, ia tidak akan membiarkan mereka berhasil melakukan tindak kejahatan terhadapnya. Nadien teringat pada ponselnya, ia berusaha mencari-cari ponselnya yang tiba-tiba menghilang.
"Astaga! Kenapa disaat seperti ini hp ku malah ilang?" Rutuk Nadien semakin panik.
Handphone Nadien terjatuh ke bawah jok saat Nadien merem mobilnya secara mendadak tadi. Dan Nadien tidak sadar jika ponselnya jatuh, hingga ia tidak tau dimana ponselnya sekarang.
"Ya Tuhan.. Siapapun, please telfon aku..." Berharap seseorang menelfon nya.
Sedang diluar orang-orang itu terus saja menggedor mobil nya, tanpa Nadien sadari salah satu dari mereka membawa batu yang cukup besar. Orang itu berjalan ke arah mobil Nadien, lalu mengayunkan batu itu ke udara dengan kekuatan penuh ia menghantam benda keras itu pada kaca mobil samping Nadien.
Nadien terhenyak, ia terkejut bukan main begitu mendengar pecahan kaca mobil nya yang begitu nyaring di telinga. Bahkan gadis itu refleks melindungi kepalanya, dan orang itu langsung membuka pintu mobil Nadien.
Mata Nadien yang terpejam seketika terbuka lebar, kala sebuah tangan mencengkram pergelangan tangan nya, tanpa aba-aba pria itu menarik Nadien ke luar.
"Akhh.. Lepas ! Siapa kalian?" Pekik Nadien berontak.
Bukan nya menjawab orang itu malah tersenyum menyeringai, "Bawa dia ! " Titah pria yang berdiri di samping mobilnya.
Nadien tersentak kaget, ia pikir orang-orang ini begal dan ingin mengambil barang berharga miliknya. Tapi kenapa mereka malah membawanya?
"Enggak. Lepaskan! " Teriak Nadien panik, "Kalian boleh mengambil apapun dari ku. Mobil, uang semuanya kalian boleh ambil, tapi aku mohon lepaskan aku..."
"DIAM!! " Bentak pria di depan yang Nadien yakini dia pasti bos dari dua orang di sampingnya.
"Kami tidak membutuhkan harta mu yang tidak seberapa itu. Bos kami hanya menginginkan mu, Nona." Ujarnya menatap Nadien nyalang.
"B--bos? Siapa? Katakan padaku siapa bos kalian? Kenapa dia menginginkan ku? Apa yang aku lakukan? Kenapa kalian melakukan ini pada ku?" Tanya nya beruntun, berusaha untuk melepaskan diri.
PLAAK!!
Pipi Nadien terasa panas dan kebas, saat satu tamparan mengenai wajah nya. Saking kerasnya tamparan pria itu membuat Nadien hampir terhunyung kalau saja tangan nya tidak di pegangi oleh pria satu lagi. Rasa sakit itu menjalar, menyeruak hingga ke otak, Nadien tak bisa membendung air matanya. Sakit? Jelas sakit, hingga tamparan yang di lakukan pria itu meninggalkan bekas di pipi Nadien.
"Itulah akibatnya kalo Lo terlalu berisik. Tutup mulut nya, dia terlalu banyak bicara, bos tidak akan suka." Perintahnya pada anak buah di samping Nadien kemudian pergi lebih dulu.
Nadien masih tak bisa mencerna apapun, ia masih merasakan sakit di pipinya hingga salah satu dari mereka menutup mulut Nadien pun gadis itu hanya diam. Hanya air mata yang menandakan betapa sakit dan ketakutan nya Nadien saat ini.
Dua orang itu menarik Nadien paksa, Nadien berusaha sadar ia tidak boleh lemah. Dada Nadien terlihat naik turun, berani sekali orang itu menampar nya. Tidak! Nadien tidak akan menyerahkan dirinya begitu saja, ia harus pergi dari sini dan mencari pertolongan.
Saat Nadien hampir di bawa masuk ke mobil para penjahat itu, dengan gerakan cepat Nadien menginjak kaki pria di sebelahnya. Pria itu meringis sakit, karna Nadien menginjak kakinya dengan sekuat tenaga membuat tangan nya terlepas dari Nadien.
Nadien dengan mudah berlari, karna salah satu teman nya sudah masuk dan duduk di kursi kemudi. Sedang orang yang menjadi bos dari mereka berdiri di sebrang pintu mobil satunya hendak masuk.
"Sial ! " Umpatnya, menutup pintu dengan keras.
Nadien berlari sekuat tenaga, pria itu mengejar Nadien. Nadien yang menggunakan haig heels sedikit kesulitan, membuat nya hampir terjatuh.
"Akhh.." Nadien berusaha melepaskan sepatunya.
Karna buru-buru dan sedang panik, Nadien menjadi kesusahan membuka sepatunya sendiri.
"CEPAT, TANGKAP WANITA SIALAN ITU !"
Mendengar itu mata Nadien membelalak, gadis itu menoleh ke belakang.
"Astaga! Mereka semakin dekat," ucap Nadien tepat dengan lepasnya sepatu di kakinya.
Nadien beranjak berdiri, ia hendak kembali berlari. Tapi, tiba-tiba...
Bhugh !
Nadien terhenyak, mulut nya sedikit menganga rasa sakit akibat pukulan seseorang dari belakang. Nadien hendak berbalik melihat orang yang memukulnya, namun rasa sakit yang menjalar membuat ia tak kuat dan akhirnya jatuh pingsan sebelum melihat orang itu.
Orang dengan hoodie hitam itu menatap gadis yang saat ini tergeletak di aspal.
"Bos.." Ketiga orang itu menundukkan kepalanya.
"Mengurus seorang gadis saja kalian tidak becus," ucap orang yang membelakangi mereka bertiga itu dengan sorot marah.
"Maaf bos !" Ucap orang yang tadi menampar Nadien.
"Sekarang, cepat bawa dia ke tempat yang saya minta ! " Sambung pria yang hanya terlihat matanya itu dengan tegas.
Mereka semua mengangguk serentak, salah satu dari mereka menggendong Nadien dan membawanya pergi. Dari samping, pria itu hanya menatap Nadien dengan tatapan yang sulit di artikan.
*
*
*
"Haha.. Lihat, gadis ini sangat cantik. Tapi sayang bos tidak mengizinkan kita menyentuhnya," ujar pria setengah mabuk itu.
Nadien membuka matanya perlahan, saat suara-suara berisik mengusik nya. Dimana ini? Pertanyaan itu muncul di benak Nadien, pandangan nya mengedar ke seluruh penjuru.
"Wah.. Dia sudah sadar, " Nadien mengalihkan padangan nya ke arah suara.
Ya. Mereka semua adalah orang yang sama yang ingin membawa Nadien, tapi saat itu.. Pikiran Nadien kembali ke saat dimana ia berusaha melepaskan diri. Namun, seseorang memukulnya dari belakang dan membuatnya pingsan.
"Siapa orang itu? Apa dia komplotan dari mereka?" Ucap Nadien dalam hati.
Nadien yakin sekali saat itu, tiga orang itu masih jauh dari nya. Tapi kenapa tiba-tiba ada yang memukulnya?
"Hey.. Kalian, cepat lepaskan aku ! " Pekik Nadien.
"Kami susah payah menangkap mu Nona, tidak mungkin kami melepaskan mu dengan begitu mudah."
"Ku mohon, lepaskan aku. Aku tidak mengenal kalian, aku juga tidak punya masalah apapun sama kalian. Bisakah kalian melepaskan aku? Aku akan memberikan semua yang aku miliki untuk kalian, dan aku juga janji tidak akan melaporkan kalian pada polisi.." Pinta gadis itu memelas.
"Ahh, gadis ini sangat berisik sekali. Cepat tutup saja mulutnya !" Perintah orang itu pada anak buahnya, kemudian meneguk minuman nya lagi.
"Tidak. Jangan lakukan itu !! Aku mohon aku belum selesai bicara, eumm--" Mulut Nadien langsung di tutup begitu saja dengan lakban.
Seharian ini Nadien tak di beri makan dan minum, padahal ia sangat lapar dan haus. Nadien merasa bingung, sebenarnya apa yang mereka inginkan darinya. Kenapa mereka menculik Nadien dan mengurungnya di tempat seperti ini? Apa mereka ingin menjual nya? Oh tidak. Nadien harus apa sekarang?
"Eumm--" Nadien berusaha memanggil orang-orang itu, ia sudah sangat lemah Nadien butuh makan dan minum.
Kenapa mereka menyiksanya seperti ini? Tiba-tiba pintu ruangan tempat Nadien di kurung terbuka. Seseorang berdiri di depan pintu menatap Nadien tajam.
Nadien berusaha mengenali siapa orang itu, apakan dia pria atau wanita? Orang tersebut sangat misterius, wajahnya tertutup masker, ia juga menggunakan hoodie hitam dengan penutup kepala, tangan nya menggunakan sarung tangan hitam. Dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, semua serba hitam dan Nadien hanya bisa melihat matanya saja.
Orang itu melangkah masuk, menghampiri Nadien. Jujur Nadien merasa ketakutan, namun sebisa mungkin ia menutupinya.
Salah satu dari ketiga orang itu memberikan kursi untuk orang itu, "Silahkan Bos.."
Posisi Nadien yang saat ini duduk di sebuah kursi, dengan tangan dan kaki terikat, dan mulut tertutup lakban. Membuatnya sulit melakukan apapun, Nadien hanya bisa menatap orang itu saja. Kini orang tersebut sudah duduk tepat di depan nya.
"Apa kau suka tempat ini?" Pertanyaan itu lolos dari mulut yang tertutup masker orang tersebut.
Laki-laki. Ternyata orang ini laki-laki, di ketahui dari suara nya yang berat dan bass.
"Heumm.." Nadien berusaha mengucapkan sesuatu tapi tidak bisa.
"Tempat ini memang cocok untuk wanita seperti mu. Kau sama sekali tidak berhak hidup nyaman dan bebas di luar sana ! " Ucapnya menatap Nadien meremehkan.
"Heumm.. Eumm.."
Orang itu mencengkram rahang Nadien dengan kuat, Nadien yang kesakitan tak bisa melakukan apapun. Cairan bening mulai memenuhi matanya.
"Bisa-bisa nya kamu hidup dengan bahagia, setelah menghabisi seseorang." Tekan pria misterius itu menatap Nadien dengan tatapan penuh kebencian.
Nadien tidak mengerti dengan apa yang orang di depan nya itu katakan. Apa katanya, Nadien menghabisi seseorang? Apa orang ini sudah kehilangan akalnya? Kapan dirinya membunuh seseorang?
Itu tidaklah mungkin, Nadien hanya gadis sederhana yang bercita-cita menjadi orang sukses. Ia juga tidak membenci siapapun, musuh saja tidak punya. Bahkan Nadien adalah wanita penyayang, ia sangat sopan dan ramah. Melihat kucing kelaparan saja membuat Nadien tak tega, apalagi jika harus menghabisi nyawa seseorang. Mungkin sebelum melakukan nya Nadien sudah pingsan duluan.
Pria itu semakin menguatkan cengkraman nya, hingga membuat cairan bening yang sejak tadi menggantung, meluncur bebas. Bukan nya kasihan orang itu malah tertawa keras, ia sangat senang melihat gadis di depan nya kesakitan dan ketakutan seperti ini.
Nadien ingin sekali melawan, tapi tidak bisa karna tangan nya yang terikat. Nadien memperhatikan pergerakan orang itu yang merogoh saku hoodie nya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam.
Nadien membelalak saat orang itu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari sakunya, kemudian mengarahkan nya pada Nadien. Mata Nadien mengikuti pergerakan pisau kecil itu, kepalanya menggeleng keras, ia berusaha berontak tapi tidak bisa.
Nadien benar-benar takut sekarang, apa yang ingin pria ini lakukan? Apakah pria ini seorang psikopat? Pikir Nadien.
"Eumm.." Nadien menggeleng kuat saat pisau itu mulai menyentuh kulit pipinya.
Ternyata orang itu hanya mengambil air mata Nadien saja dengan pisaunya.
"Lihat. Baru seperti ini saja kau sudah menangis," menunjukan air mata Nadien yang menggenang di ujung pisau tersebut.
Orang ini benar-benar gila, padahal Nadien sudah ketakutan setengah mati, ia pikir orang ini akan melukai nya, tidak lebih tepatnya membunuhnya.
"Apa kau pernah berpikir akibat yang sudah kau lakukan, hingga membuat seseorang kehilangan nyawanya?" Desisnya tepat di depan wajah Nadien.
"Heumm... Eumm.." Nadien menggeleng, bergerak gelisah.
"Kau ingin bicara?" Tanya nya mengejek.
"Eumm.." Nadien mengangguk.
"Buka! " Titah nya pada anak buahnya.
Rasa nya ia jijik jika harus membukanya sendiri, bahkan menyentuh Nadien pun ia tidak akan sudi.
Salah satu dari mereka membuka penutup yang membuat Nadien tak bisa berbicara lepas.
"Siapa kau?" Ucap Nadien setelah mulutnya terbebas, "Kenapa kau melakukan ini padaku? Aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang kau katakan sejak tadi? " Tukas gadis itu keras.
"Kau tidak perlu tau siapa aku. Karna aku akan menjadi malaikat maut mu ! " Menekan setiap katanya.
"Cukup ! Hentikan omong kosong ini. Sepertinya kau memang sudah gila, SEKARANG LEPASKAN AKU ! " Tariak Nadien kesal.
Sepertinya orang itu salah mengira, ia pikir Nadien hanya wanita lemah. Tapi, ternyata gadis ini sangat berani.
"Jangan mimpi ! " Tegasnya menatap Nadien sinis.
"Pengecut! " Kata Nadien mengejek.
"Apa kau bilang?!" Ujarnya dingin, menatap Nadien dengan tatapan membunuh.
"Aku bilang KAU PENGECUT !!" Sentak Nadien menekan kata- katanya.
PLAAK!
Suara tamparan itu menggema, wajah Nadien seketika menoleh ke arah lain. Orang itu menampar Nadien sangat keras, sampai membuat sudut bibir Nadien berdarah.
Namun, Nadien tidak takut sama sekali ia menatap orang itu nyalang.
"Masih berani kamu menatapku seperti itu, hah? Kau menyebutku pengecut. Padahal kau sendiri hanyalah seorang wanita tidak tau diri, MURAHAN ! " Makinya marah.
Terlihat kilatan amarah di mata Nadien, ia tidak terima dengan apa yang orang itu katakan tentangnya. Siapa dia berani mengatakan itu tentang nya, padahal dia sendiri tidak mengenal Nadien.
"Kau memang pengecut. Laki-laki yang hanya bisa menyakiti seorang perempuan itu hanyalah seorang pengecut. Kau bahkan tidak berani menampakan wajah mu," Nadien mendengus tersenyum sinis.
"Kau menyebutku murahan. Siapa kau, tau apa kau tentang ku?!" Pekik gadis itu tak terima.
Orang itu tersenyum di balik maskernya, "Saya tau semua tentang mu. Kau tidak lain hanyalah seorang PEMBUNUH !" Tekan nya.
"Berhenti menyebutku pembunuh ! Aku tidak pernah membunuh siapapun." Balas Nadien tak terima gadis itu balik marah.
"Kau memang tidak membunuh secara langsung. Tapi, kau sudah membunuhnya secara tidak langsung." Ujar orang itu lagi.
"Katakan, siapa dia? Siapa yang sudah ku bunuh secara tidak langsung itu?" Tanya Nadien menatapnya tanpa takut.
"Dia adalah orang yang pernah ada di hidup mu dan selalu mendukungku dalam hal apapun. Tapi kamu, bukan nya berterimakasih. Kau malah menghancurkan hidupnya." Ujarnya mengepalkan tangan nya.
Setelah perdebatan keduanya, pria misterius itu memutuskan pergi. Muak terus-terusan melihat wajah polos wanita itu, entahlah rasanya ia ingin sekali menghabisinya saat ini juga.
...****************...
Hy.. Tiga episode perdana, gimana suka gak?
Kalau suka tulis di komen ya🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!