NovelToon NovelToon

Cerita KehidupanKu

kelahiran episode 1

Kenalkan namaku Yayang, aku dilahirkan di keluarga yang cukup berada dengan latar belakang kakekku seorang tokoh masyarakat yang disegani pada jamannya.

Aku 4 bersaudara, aku anak ketiga dengan 2 Kakak dan 1 adik. Kakak sulungku laki-laki dan kakak keduaku perempuan sedangkan adikku laki-laki.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan perjalanan kehidupanku dari kecil hingga sekarang ini. Dan problematika yang aku hadapi mungkin juga dihadapi oleh sebagian besar orang lain.

Dahulu, aku tidak menyadari bahwa apa yang aku lalui dimasa kecil akan berdampak besar disaat aku sudah berumahtangga. Salah satu contoh kejadian yang masih aku ingat saat kecil adalah perbedaan pembagian tugas rumah yang diatur oleh orangtuaku terlebih ibuku.

"Yayang, bangun sudah adzan subuh" panggil ibuku dengan menggedor pintu kamar yang aku dan kakak perempuanku huni semasa kecil. Dengan rasa kantuk yang teramat sangat, aku mencoba membuka mata sembari melihat jam dinding yang terpasang di kamar. "Ah masih banyak waktu, tidur sebentar lagi, masih mengantuk sekali" gumamku diantara rasa kantukku.

Tanpa sadar aku memejamkan mata kembali. Dan tak berselang lama BYUUUURRR!!!!!! , aku merasakan air dingin area wajahku. Yaa..ibuku menyiramkan air 1 gayung air ke mukaku. Spontan aku teriak "aaarrrggghh". "kenapa teriak-teriak??!! sana sholat subuh!!" ujar ibuku sembari berlalu tanpa mengindahkan aku yang masih kaget.

Dengan sempoyongan aku mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Selang beberapa menit, saat baru selesai melipat mukena, suara ibuku sudah terdengar kembali, yang ternyata sudah berdiri di belakangku "Yayang, cepetan bikin nasi, terus jangan lupa angetin masakan kemarin" perintah ibuku, belum sempat aku berdiri dari sajadahku, ibu sudah berbalik dan berucap "kalau sudah siap semua sarapannya, kamu cuci piring ya, cucian piring semalam belum diberesi". Namanya anak usia SD, aku spontan berucap ke ibu "buk, itu mbak Diaz belum dibangunin, belum sholat, ku bangunin yaa" ujarku, ibu menjawab "jangan ganggu mbakmu, kasihan semalam belajar sampai larut karena hari ini ada ulangan di sekolahnya". "tapi aku kan juga ulangan Bu hari ini, jadi biar kerjaan rumah cepat beres, aku bagi tugas ya sama mbak Diaz" protes ku.

"Kamu itu yaa, kalau mbakmu sampe nilainya jeblok gimana gara-gara ga konsentrasi nanti waktu mengerjakan ulangan nya?" suara ibuku mulai meninggi. "kalau aku mengerjakan semua, ibu Ndak kuatir nilaiku juga ga maksimal?" bantahku.

"Alaaaah, paling nilaimu ya segitu aja, dari dulu mana pernah dapat ranking 10 besar? Kalau mbakmu kan selalu konsisten dengan juara kelas" sanggah ibuku.

Ayahku datang kekamar saat mendengar ribut-ribut, dan selalu dengan kalimat yang sama yang ditujukan ke aku "sudahlah nduk, biar ga makin rame, buruan dikerjakan yaa, nanti telat lho berangkat sekolahnya"

Daaaaan, akupun sudah tak bisa membantah lagi, kuseret langkah kakiku menuju dapur untuk segera melakukan apa yang ditugaskan oleh ibuku.

Jarum jam menunjukkan pukul 6.15, karena semua pekerjaan yang diperintahkan ibukku sudah selesai semua, aku melangkah menuju kamar untuk bersiap mandi, dan saat melewati meja makan, kakak-kakak ku dan adekku sudah rapi berseragam sekolah dan duduk manis menikmati sarapan mereka. Karena waktu sudah mepet, niatku mau gabung sarapan dulu dengan mereka sebelum mandi. Akan tetapi.....

Keseharianku episode 2

akan tetapi, "mau apa?" tanya ibuku. "ya mau sarapan lah Bu" jawabku. "sarapan apa? Sana mandi dulu baru sarapan" ucap beliau. Dengan terpaksa aku beranjak dan mengambil seragam sekolahku kemudian masuk ke kamar mandi. Selang 15 menit, aku sudah siap dengan seragam sekolahku dan sudah mau memulai sarapan, tetiba ayahku memberi isyarat dengan klakson motornya bahwa sudah siap mengantar ke sekolah. "lho Yah, sebentar aku mau sarapan dulu" ujarku, "kalau kamu sarapan dulu, berarti nanti berangkat sekolah jalan kaki yaa, Karena Ibu baru keinget kalau pagi ini adekmu ada jadwal piket di sekolahnya, jadi ya berangkat lebih pagi" kata ibuku. sedangkan kakak-kakak ku sudah berangkat duluan naik sepeda kayuh.

Dengan jarak sekolah yang memakan waktu 7 menit kalau naik motor, dan hampir 25 menit kalau jalan kaki, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 6.32. Maka bisa dipastikan aku akan terlambat kesekolah kalau berangkat jalan kaki, karena gerbang sekolah akan ditutup pukul 6,50. Mau ga mau, aku harus ikut ayah naik motor bersama adekku berangkat sekolah dan akhirnya aku ga sempat untuk sarapan. Segera aku ambil tas, kucium punggung tangan ibuku, "buk berangkat dulu, boleh minta tambahan uang saku buat beli roti di sekolah, aku belum sarapan" tuturku saat ibu memberi uang saku padaku. "ga ada tambahan, sudah nanti aja makan siang sekalian dirumah, porsinya nanti ambil agak banyak" ujar ibuku.

Karena ayah sudah membunyikan klakson kembali, akhirnya aku hanya menerima uang saku harianku dan berlari menghampiri ayah, lalu naik ke motornya yang kemudian bergegas meninggalkan rumah menuju sekolahku dan adekku, yaa aku dan adekku 1 gedung sekolah karena kami masih sama-sama di bangku Sekolah Dasar , aku kelas 6 adekku kelas 1.

Sampai didepan gerbang sekolah, aku dan adekku turun dari motor, dan berpamitan ke ayah, setelah adekku mencium punggung tangan ayah, dia langsung berlari ke dalam area sekolah, saat giliranku berpamitan ke ayah, ayah membisikkan kalimat "sabar ya nak, yang pinter sekolahnya" akupun hanya mengangguk dan mengucap salam. kemudian berlalu masuk gerbang sekolah.

Saat sampai didalam kelas, aku meletakkan tasku dan duduk dibangku dengan agak lesu karena belum sarapan. Yaaa seperti inilah seringnya aku lalui pagiku, jarang sarapan karena harus menyelesaikan pekerjaan rumah dahulu hingga waktu mepet dan ga sempat untuk sarapan. Tak berselang lama, sahabatku, Riska, yang juga teman sebangkuku masuk ke kelas dan langsung menuju meja bangku kami, sembari menyapa dengan senyum manisnya "Hai Yayang, lesu gitu pasti belum sarapan ya?" ujarnya. Aku mengangguk lemah. Riska tidak kaget, karena memang sesering itu aku melewatkan sarapan. Dan tetiba dia mengeluarkan 2 bungkus roti, "Ni, mamaku tadi suruh bawa 2 roti ini, pesennya yang 1 buat kamu 1 buat aku" kata Riska. Akupun menerimanya, kemudian langsung memakannya "makasih banyak ya Ris, kamu selalu tahu" kataku. Riska tersenyum "mama sudah menduga kalau pagi ini kamu ga sarapan" ujarnya, aku sedikit kaget, kok mamanya Riska bisa tahu kalau aku belum sarapan, "kok mamamu tahu Ris aku belum sarapan?". Riska terkekeh, "dalam seminggu hari sekolah, bisa dipastikan 3-4 hari kamu ga sarapan" ucapnya sembari tertawa. Yaaa, itulah kenyataannya, sering aku ga sempat sarapan, dan berdampak konsentrasi ku buyar dan terkadang aku ga bisa fokus dalam belajar. "terimakasih ya Ris, sampaikan terimakasih ku juga ke Tante ya" ucapku, Riska tersenyum "oke"

Bel sekolah berbunyi pertanda sudah waktunya pulang, dan seperti biasa, saat pulang aku harus jalan kaki ke rumah, sedangkan adekku sudah pulang lebih awal karena masih kelas 1 dengan dijemput ayahku.

Kalau agak siang, motor sudah dipakai ayah untuk bekerja. jadi d rumah ga ada motor untuk menjemputku. Ya sudahlah, mau gimana lagi, inilah rutinitasku tiap hari. Alhamdulillah, siang ini Riska pun juga tidak dijemput sama ayahnya karena katanya ayahnya ada dinas luar kota, jadi aku dan Riska bisa jalan kaki pulang sekolah bareng. tiap pulang bareng Riska, aku pasti menyempatkan waktu buat mampir menyapa ayah mama nya . "Assalamu'alaikum" ucap aku dan Riska barengan saat masuk pekarangan rumah Riska. "waalaikumsalam" terdengar jawaban dari dalam rumah, pintu terbuka dan muncullah Tante Riza, mama nya Riska.

"ayo masuk nak" ramah Tante Riza menyambutku, "iya Tante" jawabku sembari mencium punggung tangannya. "sudah makan nak?" tanya Tante Riza, "belum Tante, nanti aja dirumah" jawabku. "om mana Tante? Saya Ndak bisa lama-lama, soalnya ditungguin dirumah" lanjutku. "om kerja nak, iya kamu langsung mau pulang? Diantar Tante ya?" tawar Tante Riza, "Ndak usah Tante, kan sudah dekat, terimakasih banyak ya Tante, saya pamit dulu, Assalamualaikum" bergegas kucium kembali punggung tangannya dan melangkah keluar rumah Riska, "Ris aku langsung pulang yaa, kapan-kapan aku main kerumahmu lebih lama" tuturku ke Riska yang ikut mengantar sampai depan pintu, "iya Yayang, besok-besok main agak lama ya, hati-hati dijalan" jawab Riska. Akupun melangkah menjauh dari rumah Riska menuju rumahku yang kebetulan memang searah.

Terik matahari siang itu mempercepat langkahku untuk cepat sampai dirumah. Panas menyengat menusuk kulitku sukses membuatku sedikit berlari demi bisa segera berteduh didalam rumah. Bayangan air minum dingin yang akan aku teguk dari dalam lemari es makin memberi semangat untukku segera mencapai rumah. Jarak rumahku dan rumah Riska sekitar 10 menit dengan berjalan kaki.

Dari kejauhan bangunan rumahku sudah terlihat, aaaahhh makin ku percepat langkah kakiku agar segera sampai. Dan begitu mencapai pagar halaman rumah, dengan napas yang tidak beraturan karena kupaksa lari, kubuka pagar halaman berjalan menuju pintu rumahku. Saat selesai melepas sepatu sekolahku, kubuka gagang pintu dan masuk sembari mengucap salam "Assalamualaikum". "Waalaikumsalam, sudah pulang nak?" ibu menyambut ku, "sudah buk" jawabku menuju ke lemari es, ku ambil gelas yang tersedia diatas lemari es, ku buka dan mengambil sebotol air minum dingin, menuangkan ke gelas kemudian buru-buru meneguknya. Ceeeeeeeessssss, legaaaa rasanya tenggorokanku saat dialiri air minum dingin itu. Tanpa sadar ku ucap, "Alhamdulillah segarnya". Setelah puas menghilangkan dahagaku, aku menuju ke kamarku untuk segera berganti baju. Masuk kamar, kuletakkan tas sekolahku, kuganti seragamku dengan pakaian rumah yang santai. Baru selesai menggantung seragam sekolahku, ibu masuk ke kamarku, "nak sudah selesai? Tolong itu ikan lele dimeja dapur tinggal goreng yaa, sudah dibumbui sama ibu, ibu Ndak sempat menggorengnya karena waktu sudah mepet, ibu mau berangkat ke toko material, sudah ditunggu pakdemu untuk gantikan jaga toko" ujar ibuku. Yaa, setiap hari, pada jam-jam waktu sholat wajib, seperti dhuhur dan ashar, ibu akan menggantikan pakde Mari jaga toko agar pakde Mari bisa pulang untuk menunaikan sholat. Aaarrrggghh, tapi kan.....

keseharianku episode 3

Saat aku mau protes, ibu sepertinya sudah menduga aku berkeberatan, cepat ibu melanjutkan titahnya, "adekmu belum makan siang, sebentar lagi ayah pulang untuk makan siang, kakak-kakakmu pun jg akan segera pulang sekolah, kasihan kalau belum ada makanan dirumah". Aku berdecak kesal, tapi tak kuasa untuk menolak perintah ibu. Segera langkah kakiku kuseret kedapur untuk segera menggoreng ikan lele tersebut. Yaaa, diusia 12 tahun, aku sudah bisa melakukan beberapa pekerjaan rumah seperti menggoreng, mencuci piring, mencuci baju, menyapu sekaligus mengepel dan beberapa pekerjaan rumah ringan lainnya.

Ku panaskan penggorengan yang sudah ada diatas kompor, kutunggu sampai minyak agak panas. Setelah kurasa sudah cukup panas, kumasukkan satu persatu ikan lele yang sudah dibumbui ibuku, sedikit takut akan cipratan minyak panas, aku menjauhkan tubuhku dari penggorengan. Setelah semua ikan sudah masuk penggorengan, segera kututup agar saat meletup-letup, minyaknya tidak menciprat kemana-mana. Beberapa saat ku buka tutup penggorengan untuk melihat apakah ikan lele nya sudah bisa dibalik. Saat kurasa sudah cukup matang, ku balik ikan lele dalam penggorengan agar tidak gosong. Kemudian kututup lagi penggorengannya. Setelah beberapa lama dan kurasa sudah matang, ku angkat ikan lelenya dan ku tiriskan. Kemudian kupindahkan ke piring saji dan bergegas ku bawa ke meja makan. Diatas meja makan sudah tersaji nasi dan sambal yang sudah di siapkan ibuku.

Setelah beres dengan pekerjaan menggoreng, aku bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan sholat dhuhur. Ditengah aku sholat kakak-kakak ku terdengar sudah pulang sekolah disusul suara ayah yang terdengar mengucap salam. Selesai menunaikan sholat dhuhur, aku beranjak keluar kamar, dan pemandangan yang selalu kutemukan disiang hari, kakak-kakakku sudah duduk manis di kursi meja makan, tanpa berganti baju, masih memakai seragam sekolah, sudah anteng menikmati makan siang bersama adekku. Sedangkan ayah selalu melaksanakan sholat dhuhur dulu, baru setelah itu menyusul untuk makan siang. Awal dahulu, aku tertegun dengan kebiasaan kakak-kakak ku, tapi sekarang sudah terbiasa karena memang hal ini adalah kebiasaan mereka.

Saat ayah keluar dari kamar beliau, "lho nak, kok belum makan? Itu sudah pada makan semua" tanya ayahku, "aku nunggu ayah, ayah belum makan siang kan?" selorohku. "belum nak, ayo makan bareng ayah yaa" tawar ayahku, "iya yah" jawabku. Saat aku dan ayah sudah duduk di kursi meja makan, kakak-kakak ku dan adekku sudah selesai dengan aktivitas makan mereka dan segera beranjak ke kamar masing-masing. Aku duduk disamping ayahku, ku ambilkan nasi kepiring ayah, lalu kepiringku. Kami makan bersama dengan diselingi obrolan ringan, ayah menanyakan aktivitasku disekolah tadi, dan dengan antusias aku menceritakan kejadian yang terjadi selama aku berada disekolah hari ini. Setelah makanan kami habis, ayah pamit kembali lagi kerja , saat ayah menuju pintu ruang tamu, terdengar suara ibu mengucap salam, "Assalamualaikum", "Waalaikumsalam" kompak aku dan ayah menjawab salam ibuku. "Sudah mau balik kerja Yah? Sudah makan?" tanya ibu, "sudah semua" jawab ayah sembari mengulurkan tangan agar ibu dan aku bergantian mencium punggung tangan beliau. Setelah itu ayah bergegas meninggalkan rumah setelah mengucap salam "Assalamualaikum", "waalaikumsalam, hati-hati dijalan Yah" ucapku dan ibu hampir bersamaan.

Kemana kakak-kakak ku dan juga adekku, kenapa ga ikut melepas ayah yang mau berangkat kerja lagi? Ya begitulah, kebiasaan mereka saat pulang sekolah, makan setelah itu masuk kamar dan ga akan keluar kalo belum sore hari menjelang. Ibu berjalan menuju meja makan, beliau duduk setelah mengambil nasi yang diletakkan dipiring makan. "Segera cuci piring dulu Yang, semua dicuci ya, tadi bekas peralatan masak sudah ibu taruh ditempat cucian piring. Tadi ibu juga sudah merendam cucian baju, sudah 1 jam lebih, jadi bisa segera kamu cuci ya nak" titah ibuku.

"iya buk" jawabku tanpa protes.

Ya inilah kegiatanku dalam keseharian, jangankan untuk menikmati tidur siang, sekadar merileks-kan tubuh ini pun tak ada waktu. Sodara-sodaraku yang lain mungkin sudah berada di alam mimpi mereka.

Aku bergegas menuju tempat cucian piring, ku cuci semua yang ada disana termasuk piring-piring bekas makan kakak dan adekku. Setelah selesai semua pekerjaan mencuci piring, aku bergegas menuju tempat cuci baju. Dan disana memang sudah terendam pakaian kotor milik ayah, ibu, adek dan punyaku. Memang sudah jadi tugasku mencuci pakaian kotor selain pakaian kotor milik kakak-kakak ku, mereka berkewajiban untuk mencuci sendiri. Jangan dibayangkan aku akan mencuci menggunakan mesin cuci, karena saat itu mesin cuci merupakan alat elektronik yang terbilang mahal. Ya, aku mencuci dengan cara mengucek manual, ah pasti banyak yang tidak percaya, anak seusia ku bisa mencuci pakaian secara manual, apakah bersih? Apakah tidak merusak bahan pakaian? Pasti pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terbesit saat orang dewasa lain membayangkan ada diposisiku. Yaaaak, aku sudah terbiasa mencuci pakaian sendiri sejak usia 10 tahun. Awalnya aku hanya mencuci pakaian kotorku saja, tapi saat ibu melihat hasil cucianku cukup bersih, aku mendapat tambahan tugas mencuci pakaian ayah dan ibu, kemudian pakaian adekku pun juga turut serta menjadi tanggungjawab ku.

Setelah hampir 90 menit aku mengerjakan pekerjaan mencuci pakaian, aku beristirahat sebentar dengan mengambil air minum untuk membasahi tenggorokanku yang mengering. Saat kurasa sudah berkurang rasa capekku, aku melanjutkan pekerjaan menjemur pakaian yang sudah dicuci barusan. Bergumul dengan teriknya matahari siang hari, menjelang sore, semua tugasku sudah beres. Baru saja menyimpan bak cucian, terdengar adzan ashar, ibuku yang keluar dari kamar, terlihat bersiap untuk menuju toko material guna menggantikan pakdeku berjaga toko material warisan dari kakek. Saat akan melangkah keluar rumah, kakak-kakak ku juga terlihat keluar dari kamar. Ibu berpamitan pada semua anak-anaknya, "Assalamualaikum"..kami menjawab serentak "Waalaikumsalam".

Aku mengambil air wudhu untuk segera menunaikan sholat ashar, sedangkan kakak-kakak ku masih terlihat bersantai dan mengumpulkan nyawa setelah bangun tidur. Selesai aku sholat ashar, niat hati ingin rebahan sebentar melepas penat sembari menunggu ibu pulang dari menjaga toko. Tetiba terdengar suara adekku menangis kencang, bergegas aku keluar kamar untuk melihat ada apa, ternyata adekku menangis karena diusili kakak laki-lakiku, mereka berebut remote tv. "aku mau lihat kartun mas Levi" teriak adekku, "ga mas mau lihat acara olahraga" balas mas ku. "maanaaaaaaa remote nya, aku mau lihat tv" adekku mulai merengek dan berteriak, dan mungkin karena sebal, mas Levi menaruh remote tv diatas lemari pajang, kemudian meninggalkan adekku yang makin menangis kencang. Aaarrrggghh rasanya gendang telingaku mau pecah....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!