NovelToon NovelToon

Sukses Setelah Dihina Dan Dicerai

Bab. 1.

Di sebuah rumah kecil sederhana di suatu perumahan KPR. Seorang perempuan muda nan cantik tampak dengan sabar dan telaten sedang menyuapi seorang anak perempuan kira kira berusia enam tahun. Meskipun sudah berusia enam tahun namun masih disuapi bukan karena dia manja tetapi karena kedua matanya buta sejak lahir ditambah kedua kaki nya juga lumpuh akibat serangan virus misterius secara tiba tiba, diagnosa dokter menderita sindrom Guillain-Barré, suatu penyakit langka, infeksi virus tersebut menyebabkan sistem imun menyerang sistem syaraf.

“Sayang.. kalau Bunda belum pulang kerja, Arumi makan disuapi Si Mbok ya.. jangan menunggu Bunda pulang, karena kamu juga harus minum obat setelah makan..” ucap perempuan cantik itu yang tidak lain adalah Ariana 29 tahun, Ibu dari anak perempuan buta dan lumpuh itu.

“Iya Bun.. tapi Rumi senang disuapi oleh Bunda, kalau Si Mbok selalu tergesa gesa banyak yang tumpah kuah sayur nya bajuku jadi basah Bun... “ suara imut Arumi setelah menelan makanan nya.. Si Mbok adalah asisten rumah tangga mereka yang sudah berusia setengah baya lebih, matanya terserang katarak karena pengaruh usia tapi takut untuk dioperasi, pendengaran nya pun juga sudah berkurang. Sedang Arumi kadang agak kesulitan untuk menelan makanan karena penyakitnya.

“Bun, nanti habis makan dan minum obat aku diajari membaca lagi ya... “ suara imut Arumi lagi, Ariana juga dengan telaten mengajari Arumi belajar membaca dengan huruf braille.

“Iya Sayang...” ucap Ariana sambil tersenyum menatap puteri semata wayangnya, meskipun buta dan lumpuh Ariana sangat mencintai dan menyayangi nya gajinya sebagai guru honorer dan jualan, dia gunakan untuk pengobatan anaknya, karena biaya pembelian obat dan vitamin tidak sepenuhnya ditanggung oleh asuransi.

Sesaat terdengar suara mobil berhenti..

“Bunda itu ada suara mobil berhenti di depan rumah kita, coba Bunda lihat siapa yang datang.. mungkin Nenek dan Kakek.. Rumi sudah rindu sama Nenek dan Kakek.” Suara imut Arumi.

“Mungkin mobil berhenti di depan rumah tetangga Sayang, Nenek dan Kakek akan mengabari lebih dulu kalau datang ke sini, bunda juga yang harus pesankan taxi buat mereka..” ucap Ariana sambil menyodorkan sendok berisi makanan lagi pada mulut mungil anaknya..

“Bunda percayalah pada ku, mobil itu berhenti di depan rumah kita.” Ucap Arumi yang sebelum melahap makanan nya.

“Iya iya.. ini dimaem dulu baru Bunda lihat..” ucap Ariana setelah Arumi melahap makanan nya, Ariana lalu bangkit berdiri dan melangkah dari ruang makan menuju ke pintu depan. Arumi memang buta dan lumpuh, tetapi pendengaran nya sangat tajam, juga perasaan nya sangat lembut..

Di saat Ariana melihat ke luar dari balik jendela kaca.... betapa kagetnya dia, ada Seorang perempuan setengah baya turun dari mobil taxi on line. bukan Nenek nya Arumi, orang tua Ariana. Tetapi Mama mertua Ariana yang tidak mau menerima kehadiran Arumi, cucu nya yang cacat.

“Mama.. ada perlu apa dia mendadak datang ke sini..” gumam Ariana di dalam hati.

Ariana membuka pintu sambil tersenyum bibir nya untuk menyambut kedatangan Mama Mertua.

“Selamat siang Ma... “ ucap Ariana sambil mengulurkan tangannya. Perempuan setengah baya yang baru datang itu menerima uluran tangan Ariana dengan malas.. dia menarik tangannya sebelum Ariana mencium punggung tangannya..

“Ar, aku mau tanya ke kamu apa kamu juga dapat undangan seperti ini?” ucap perempuan setengah baya itu sambil membuka tas tangannya..

Dia mengambil satu kertas tebal nan indah desain nya kertas tebal berwarna merah jambu.. lalu diulurkan pada Ariana.

Ariana menerima kertas tebal itu, membaca yang tertulis di atas kertas tebal itu..

Jantung Ariana berdebar lebih kencang..

“Respati Rachmat Putra.. “ gumam Ariana saat membaca nama pengantin pria sama dengan nama suami nya nama orang tua pengantin pria pun sama persis dengan nama mertuanya.

“Hmmm iya Respati Rachmat Putra itu anak ku.” Ucap perempuan setengah baya itu sambil tersenyum miring dan cepat cepat menarik kertas tebal undangan pernikahan itu..

Kedua mata Ariana berkaca kaca, tubuhnya mulai gemetar ..

“Ma bagaimana mungkin Ayah nya Arumi tidak pernah mengatakan apa apa..” suara lirih Ariana dengan bibir gemetar..

“Maka aku datang sekarang agar kamu tidak kaget, Respati nanti akan menceraikan kamu. Asal kamu tahu ya, Hani sudah hamil tiga bulan dengan Respati.. maka harus segera menikah. Aku akan punya cucu yang normal tidak cacat seperti anak turun kamu itu. Hani juga anak orang kaya dan terpandang , pekerjaan dia juga mapan gajinya besar dia bekerja di perusahaan terbesar di kota ini. Tidak macam kamu itu sudah anak orang miskin, pekerjaan mu guru honorer dengan gaji lima ratus ribu itu pun dirapel beberapa bulan.. cih! Masih ditambah anak cacat yang menghabiskan uang saja!” ucap Perempuan setengah baya itu dengan sinis..

Gaji Ariana memang sangat kecil hanya lima ratus ribu per bulan dari sekolah tempat dia mengajar ditambah incentif dari pemerintah daerah tiga ratus ribu per bulan tetapi diterima beberapa bulan sekali dengan syarat syarat yang sudah diatur.

Air mata Ariana sudah mengalir dengan deras membasahi kedua pipinya. Leher dan dada nya terasa sangat sakit..

Ariana tidak bisa berkata kata apa apa, dia mulai terisak isak menangis tidak menyangka laki laki yang sangat dicintai nya diam diam sudah mengkhianati dirinya..

“Aku pikir Mas Respati diam selama ini karena memikirkan kebutuhan hidup yang semakin banyak sejak Rumi lumpuh juga karena harga harga pada naik, ternyata dia berselingkuh...” gumam Ariana di dalam hati sambil menghapus air mata nya. Sang Mama Mertua malah menatap nya dan tersenyum miring terlihat sangat bahagia melihat Ariana menangis sedih.

Tiba tiba terdengar suara Arumi memanggil nya..

“Bun....”

Ariana cepat cepat menghapus air matanya..

“Ya.. Sayang.. Oma yang datang..” ucap Ariana agak keras dengan suara parau karena leher dan dada nya masih sakit.

“Aku mau langsung pulang, mau mengantar undangan ke sahabat sahabat ku..” ucap Perempuan setengah baya itu dan cepat cepat membalikkan tubuhnya..

Ariana menghapus air mata yang masih begitu saja terus meleleh..

“Aku harus cepat cepat pergi dari rumah ini..” gumam Ariana sambil menutup pintu..

“Bun.. kenapa menangis?” suara imut Arumi yang masih duduk di kursi makan. Arumi memang tidak bisa melihat tetapi dia bisa mendengar suara isakan tangis Ariana meskipun lirih juga suara Ariana yang berbeda.

Ariana cepat menggendong tubuh Arumi dan dibawa masuk ke dalam kamar..

“Kita harus cepat cepat pergi dari sini Nak.. sebelum Ayah kamu pulang.. “ ucap Ariana.

“Kenapa Bun? Oma marah lagi gara gara Rumi ya? Maaf kan Rumi ya Bun...” suara imut Arumi. Arumi sudah tahu jika keluarga ayahnya tidak suka pada nya karena dia cacat dan menghabiskan banyak uang untuk pengobatan.

“Bukan salah kamu Nak, tapi salah Bunda yang tidak bisa bekerja mendapatkan uang banyak..” ucap Ariana segera mendudukkan Arumi di atas tempat tidur, dan mengganti baju nya.. Dia pun juga mengganti baju nya sendiri dan cepat cepat meringkasi pakaiannya, pakaian anak semata wayangnya, juga barang barang penting lainnya.

Beberapa saat kemudian mereka sudah selesai berkemas kemas. Ariana menggendong Arumi sambil menarik koper nya di atas koper ada tas tas besar pula..

“Ada apa Mbak kok mendadak pulang ke rumah Nenek nya Arumi..” tanya Si Mbok yang baru saja dipamiti Ariana sambil membawakan koper dan tas tas Ariana.

“Si Mbok nanti akan tahu sendiri. Si Mbok jangan pulang dulu sebelum Ayah nya Rumi pulang.” Ucap Ariana sambil menggendong tubuh Arumi. Si Mbok memang asisten rumah tangga paruh waktu, dia tidak menginap di rumah itu, karena Respati dan Ariana tidak kuat mengaji jika kerja full satu hari.

Di saat mereka sudah keluar dari pintu terlihat ada sebuah mobil sedan bagus berhenti di depan rumah mereka..

“Bunda taxi sudah datang ya?” tanya Arumi

“Belum, bunda belum pesan.” ucap Ariana sambil menatap mobil yang berhenti di depan rumahnya..

Jantung Ariana kembali berdetak lebih kencang saat melihat sosok yang ke luar dari pintu mobil itu.. sosok laki laki yang begitu dia cintai tetapi telah mengkhianati nya.. dan tidak lama kemudian Respati membukakan pintu depan sebelah kiri mobil dan muncul sosok seorang perempuan yang cantik dengan make up tebal dan tampak perutnya sudah sedikit membuncit. Kalau dilihat dari wajahnya tampak perempuan itu usia nya lebih tua beberapa tahun dari Ariana tetapi terlihat pakaian dan asesoris yang dikenakan barang barang mahal bermerek.

Air mata Ariana kembali meleleh dan terdengar isakan tangis tertahan..

Bab. 2.

“Itu Mas Respati sudah pulang kok bawa mobil ya Mbak, motor nya ke mana? Apa mau mengantar Mbak Ari dan Arumi.. tapi kok sama wanita hamil tampak orang kaya apa bos nya apa istri bos nya..” gumam Si Mbok yang tidak tahu masalahnya.

Sosok laki laki muda berusia tiga puluh satu tahun nan tampan dan ganteng itu terus melangkah memasuki halaman yang tidak luas.. perempuan cantik yang hamil juga melangkah di sampingnya..

“Mau ke mana kalian?” Tanya laki laki yang tidak lain adalah Respati Rachmat itu dengan nada dingin sambil menatap Ariana.

“Mau pulang ke rumah orang tuaku.” Ucap Ariana sambil menatap wajah Sang suami dan kini sudah pudar sama sekali rasa cinta nya berganti rasa benci apalagi melihat perempuan yang hamil di samping nya..

“Syukurlah kalau kamu tahu diri, aku baru mau mengenalkan Hani pada kamu. Aku harus menikahi nya karena dia hamil anakku. Dan kamu lihat aku sudah punya mobil sekarang .. rumah ini juga akan aku jual, aku akan tinggal di rumah yang mewah dengan Hani..” ucap Respati sambil memeluk pinggang Hani dari samping.. Perempuan itu mengulurkan tangannya pada Ariana.. tetapi Ariana mengabaikannya..

“Percuma juga kita pertahankan pernikahan kita, kondisi kita tidak semakin membaik tetapi semakin parah! Kamu tidak bisa membantu meningkatkan ekonomi keluarga ditambah anak yang kamu lahirkan itu sangat membebani. Aku sudah mendaftar perceraian kita.” ucap Respati dengan ketus pada Ariana.

“Iya memang sudah tidak layak dipertahankan kalau salah satu sudah berkhianat, kamu tidak mau menerima keadaan Arumi dan menuntut aku berpenghasilan tinggi, harus nya kamu itu sebagai suami yang berpenghasilan tinggi tidak menuntut istri yang juga mengurus anak!” Ucap Ariana tidak kalah ketus.

“Ha... ha.. jaman sekarang perempuan juga harus berpenghasilan tinggi, ini buktinya Hani bisa, kamu saja yang memang bodoh! sudah bodoh melahirkan anak cacat pula cih!” suara Respati dengan sinis.

“Masih untung rumah ini tidak jadi disita Bank gara gara anak sialan itu!” ucap Respati masih dengan sinis. Ariana memang pernah meminjam Bank dengan sertifikat rumah sebagai jaminan untuk pengobatan Arumi yang sangat mahal waktu beberapa hari opname di rumah sakit saat awal terserang virus misterius itu, sebelum biaya ditanggung oleh asuransi. Saat itu Respati pun setuju tetapi rumah itu nyaris disita oleh Bank karena ternyata agak lama mengurus klaim asuransi itu pun tidak seratus persen diganti.

Hani terlihat juga menatap Ariana dengan sinis dan tatapan meremehkan..

“Dan maaf Mas Respati memang harus menceraikan kamu, sebab kalau tidak anak kamu itu akan menghabiskan juga uang ku.” Ucap Hani menatap sinis Ariana lalu ke arah Arumi.

“Aku dan anakku tidak akan minta sepeser pun uang kamu!” ucap Ariana membalas menatap Hani dengan tajam, lalu menatap wajah Respati yang masih tersenyum miring ke arah nya.

“Dan aku tidak akan menuntut nafkah buat Arumi meski pun Kamu itu nyata nyata ayah kandung nya!” ucap Ariana dan air mata kembali meluncur begitu saja..

Ariana memeluk tubuh mungil anaknya dengan erat, tangan mungil Arumi pun memeluk erat Ariana sang Bunda, Arumi paham ada sesuatu yang tidak mengenakkan hati Bunda nya..

“Bun.. ayo cepat ke rumah Nenek dan Kakek..” bisik lirih Arumi..

Sedang kan Si Mbok terlihat bingung sambil masih membawa koper dan tas tas Ariana.

“Mas.. Mbak.. ini bagaimana?”

“Si Mbok jangan bingung bisa tetap ikut aku, besok kita pindah ke rumah yang bagus, Si Mbok bisa kerja full di sana aku sudah bisa membayar mahal gaji Si Mbok sekarang.“ ucap Respati sambil masih memeluk pinggang Hani calon istri barunya dan mereka berdua lalu masuk ke dalam rumah, Respati akan mengambil surat surat untuk keperluan urusan cerai.

Ariana cepat cepat memesan taxi on line, rasa rasa nya udara di rumah itu sudah sangat panas tidak nyaman buat dirinya sejak kedatangan Mama mertuanya tadi..

Sesaat mobil taxi sudah datang..

“Arumi duduk di mobil taxi sendiri ya.. Bunda naik motor di belakang.. Bunda harus bawa motor karena untuk bekerja Bunda..” ucap Ariana sambil mendudukkan tubuh mungil Arumi di dalam mobil taxi. Sopir dan Si Mbok tampak sibuk memasukkan barang barang Ariana dan Arumi.

“Bun, tapi Rumi takut sendiri..” suara imut Arumi terdengar ada nada khawatir..

“Jangan takut, Bunda di belakang tidak jauh.. sudah ya Bunda ambil motor agar Pak Sopir tidak terlalu lama menunggu...” ucap Ariana dan cepat cepat membalikkan tubuh nya untuk melangkah mengambil motor tua nya tetapi sangat berguna untuk alat transportasi saat dia bekerja sebagai guru honorer yang gajinya tidak seberapa.

Tidak lama kemudian mobil taxi itu sudah berjalan pelan pelan dan Ariana mengendarai motor tua nya terus mengikuti mobil taxi itu.

Si Mbok berdiri di depan pagar sambil mengalir air matanya, meskipun dia tidak kehilangan pekerjaan nya bahkan akan mendapatkan pekerjaan penuh dengan gaji yang lebih tinggi tetapi ada rasa kasihan pada Ariana dan Arumi macam terusir saja dari rumah itu...

Waktu terus berlalu, setelah perjalanan kurang lebih satu jam, mobil taxi berhenti di depan rumah nan sederhana..

Setelah mematikan mesin motor nya Ariana cepat cepat membuka pintu mobil dan mengeluarkan tubuh Arumi..

“Alhamdulillah sudah sampai ya Bun..” suara imut Arumi terdengar sangat lega..

“Iya Sayang.. alhamdulillah sudah sampai di rumah Nenek dan Kakek..” ucap Ariana sambil memeluk erat tubuh Arumi dia paham kalau Arumi tadi sangat khawatir di dalam mobil taxi sendirian tetapi menurutnya itu lebih aman buat Arumi dari pada membonceng motor nya, mengingat kondisi tubuh Arumi yang difabel, apalagi lalu lintas ramai dan perjalanan agak lama.

Sesaat tampak seorang perempuan setengah baya memakai daster tergopoh gopoh berjalan dari dalam rumah..

“Rumi... kok datang tiba tiba tidak memberi kabar Nenek dan Kakek dulu.... Nenek belum memasak makanan kesukaan kamu Rumi...” teriak suara perempuan setengah baya itu.. Dan cepat cepat mengambil alih tubuh Arumi dan menggendong nya..

“Iya Nek.. Bunda tiba tiba mengajak ke rumah Nenek..” ucap Arumi yang tangannya sudah memeluk tubuh Nenek nya yang dia rindu.

Ariana setelah membayar taxi dia menarik koper besar nya dan tas tas nya...

“Ada apa Ar, kok datang mendadak dan membawa banyak tas besar besar?” tanya Nenek sambil melihat koper dan tas tas yang dibawa Ariana.

“Cerai Bu, Mas Respati akan menikah lagi dan sudah menghamili perempuan lain.” Jawab Ariana lirih..

“Kok bisa? Apa kamu tidak melihat gelagat suami kamu saat dia mulai selingkuh?” tanya Nenek dengan nada kaget.

Ariana tidak menjawab nya dia sangat tidak sampai hati untuk mengatakan jika suaminya berubah saat Arumi diketahui buta. Dan perubahan semakin banyak saat kaki Arumi lumpuh akibat virus misterius yang hampir saja membuat rumah mereka akan disita oleh Bank dan juga status guru honorer nya yang sudah bertahun tahun tidak berubah.. dulu Respati sangat berharap Ariana bisa segera diangkat menjadi guru PNS dan membantu perekonomian keluarga kecil nya tetapi kenyataannya sangat sulit, dan perekonomian semakin memburuk dengan biaya pengobatan Arumi yang tidak sedikit.

Bab. 3.

“Sudahlah Bu jangan tanya itu.. aku dan Rumi mau numpang di rumah ini dulu... “ ucap Ariana selanjutnya sambil terus melangkah masuk, kepala nya pun juga terasa pusing jika memikirkan beban hidup tapi dia harus kuat demi puteri tercinta nya.

“Aku dan Bapak kamu tidak keberatan kalau kamu dan Rumi tinggal di sini. Kalau mau makan seadanya pensiunan Bapak kamu cukup Ar...” ucap Nenek yang masih menggendong cucu nya dan membantu membawakan tas Ariana.

Bapak nya Ariana hanya pensiunan pegawai negeri rendahan, dulu bekerja sebagai penjaga sekolah alias tukang kebun sekolah. Maka orang tua dan juga Ariana sendiri memiliki cita cita menjadi guru, suatu pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat bagi keluarga sederhana itu. Tetapi ternyata Ariana menjadi honorer bertahun tahun dengan gaji yang sangat minim dan terus dihina oleh keluarga suaminya.

“Iya Bu, nanti aku pikirkan buat kerja sampingan, sayang juga kalau keluar dari pekerjaan ku sekarang..” ucap Ariana

“Iya Ar, jangan ke luar sabar siapa tahu tahun ini atau tahun depan kamu diangkat. Jadi guru itu pekerjaan mulia Ar... “ ucap Nenek lalu mendudukkan tubuh mungil Arumi di kursi tamu..

“Bapak kamu dulu juga sabar, Akhir nya juga diangkat jadi PNS, meskipun gaji sedikit tetapi kini dapat pensiunan, sudah tua tetap ada penghasilan pasti setidaknya cukup buat bayar kuliah adik mu, makan dan bayar listrik.” Ucap Nenek, Ariana punya satu adik yang masih kuliah dan numpang tinggal di rumah saudara Bapak nya Ariana.

“Dan semoga kita punya rejeki lebih dan bisa mengoperasi mata Rumi.. kalau ada rejeki aku iklas jika satu mataku dipakai oleh Rumi cucu ku...” ucap Nenek lagi sambil menciumi pipi Arumi dan air mata sudah meleleh di kedua pipinya, dia sangat sedih dan prihatin dengan nasib cucunya itu.

“Iya Bu aku pun iklas untuk menjadi donor mata buat Arumi jika ada biaya.. tetapi saat ini prioritas untuk pengobatan kaki nya dulu Bu, agar Rumi tidak lumpuh permanen.” ucap Ariana

“Bu.. incentif rapelan ku dari pemerintah, sudah habis untuk pengobatan kaki Rumi.. karena Mas Respati sudah tidak mau keluar biaya untuk itu...” ucap Ariana lagi sambil membelai rambut anak semata wayang nya..

“Iya Ar.. kita ikhtiar untuk kesembuhan Arumi, kita usaha lagi cari rejeki.. coba lah kerja sampingan Ar, kalau untuk makan kamu dan Rumi bisa numpang Ibu tapi kamu harus pikir untuk obat dan vitamin Rumi juga uang bensin kamu.. pensiun Ayah kamu tidak cukup kalau untuk itu juga..” ucap Ibu nya Ariana yang tahu jika obat untuk kaki cucunya mahal tidak ditanggung sepenuh nya oleh asuransi.

“Iya Bu.. aku juga membantu menjualkan dagangan teman teman.. nanti aku coba usaha yang lainnya juga Bu. Maaf ya Bu aku yang harus nya bisa membantu biaya kuliah Briana malah masih merepotkan orang tua..”

Detik berganti detik menit berganti menit jam berganti jam... Waktu pun terus berlalu pagi hari Ariana sudah siap siap akan pergi bekerja lebih awal, karena perjalanan ke sekolah tempat dia mengajar lebih jauh dari rumah orang tua nya yang kini dia tinggali.

“Rum, Bunda mau berangkat kerja ya.. Rumi tidak boleh nakal ya, makan tepat waktu dan obat diminum. “ ucap Ariana sambil mencium kening Arumi yang sudah bangun dan sudah tampil cantik karena akan diajak Kakek jalan jalan.. Kini dia duduk di kursi ruang depan di samping Sang Nenek.

“Iya Bun.. hati hati ya Bun...” ucap Arumi sambil tangannya memeluk tubuh Ariana..

“Ayo Rumi.. kita juga berangkat jalan jalan...” suara seorang laki laki yang melangkah mendekati mereka berdua. Laki laki setengah baya tampak membawa kain panjang batik yang akan digunakan untuk menggendong tubuh Arumi cucunya..

“Jangan jauh jauh ya Pak jalan jalan nya...” ucap Ariana sambil melihat Bapaknya mulai menggendong Arumi.. Kedua orang tua nya memang sangat sayang pada Arumi dan tidak malu dengan keadaan Arumi cucu mereka.

“Iya, paling ke pasar cari ikan dan burung.. Rumi ingin makan ikan bakar dan ingin punya burung yang berkicau..” ucap Sang Kakek sambil tersenyum menatap wajah cucunya yang cantik berseri seri.

“Iya Bun.. Kata Kakek ada burung yang merdu suaranya tetapi kurungannya harus ditutup biar tidak bisa melihat luar.. kata Kakek meskipun dia tidak bisa melihat di luar tetapi hatinya bahagia dan terus bernyanyi.. berkicau... aku juga harus begitu Bun meskipun tidak bisa melihat hati ku harus bahagia.. ” suara imut Arumi yang terdengar penuh semangat.. Kedua mata Ariana, Kakek dan Nenek berkaca kaca mendengar nya..

Ariana mengusap usap rambut anaknya, lalu mencium lagi kening nya dia tidak berucap agar Arumi tidak mendengar suara nya yang parau karena tangis yang tertahan.

Sesaat kemudian mereka pun melangkah menuju ke motor nya masing masing, motor Kakek lebih tua dari pada motor Ariana.. dua motor itu berjalan pelan pelan meninggalkan rumah.. Nenek berdiri di depan pintu pagar mengantar kepergian mereka, dan selanjutnya masuk ke dalam rumah..

Motor yang dikendarai Ariana terus melaju di ruas jalan raya.. beberapa menit kemudian Ariana membelokkan motor tua nya ke pom bensin karena memang harus sudah mengisi bensin. Namun betapa kaget nya Ariana karena antrian begitu panjang ..

“Kok panjang banget antrian nya ya..” gumam Ariana di dalam hati. Ariana melihat waktu pada arloji murahan yang melingkar di pergelangan tangannya..

“Kalau ke pom bensin lain nya kuatirnya bensinku ga nyampai malah repot aku.. masih ada waktu lagian aku tidak ada Jadwal jam pertama dan kedua..” gumam Ariana di dalam hati. Akhirnya dia pun memutuskan untuk ikut mengantri di pom bensin itu. Dan Ariana pun mendapat info kalau pom bensin di jalan sebelumnya tutup maka pengendara pembeli bensin pindah ke situ semua.

Setelah selesai membeli bensin Ariana melajukan motornya lebih kencang meskipun motor tua nya tetap saja tidak mau diajak melaju kencang seperti motor motor baru..

Beberapa menit kemudian motor sudah sampai di depan pintu gerbang sekolah dan bersamaan dengan itu terdengar suara..

TEETTTTTT

Bel tanda pelajaran pertama sekolah dimulai.. Pintu gerbang sekolah pun sudah ditutup oleh penjaga pintu gerbang sekolah..

“Pak, tolong buka pintu nya maaf saya terlambat..” ucap Ariana agak keras. Peraturan di sekolah itu memang lima menit sebelum bel berbunyi pintu gerbang sudah ditutup.

“Kok terlambat Bu, motor macet ya?” tanya penjaga pintu gerbang sekolah karena Ariana pernah terlambat masuk karena motor macet.

“Antrian bensin panjang Pak, ada pom bensin yang tutup.” Jawab Ariana jujur dan setelah pintu gerbang sudah dibuka Ariana segera melajukan motornya ke tempat parkir dan cepat cepat melangkah menuju ke ruang guru..

Sebelum sampai di ruang guru, Ariana melihat ada satu kelas yang pintu nya terbuka dan ada beberapa murid yang berada di luar kelas..

Tidak lama kemudian terdengar suara memanggilnya..

“Bu Ariana cepat masuk ke kelas 8 B, itu anak anak sudah mulai ada yang keluar kelas, kalau Pak Kepala Sekolah melihat nanti Bu Ariana akan mendapat teguran, point berkurang incentif Bu Ariana gagal didapat .” Suara seorang perempuan, Ibu guru piket yang berdiri di depan pintu ruang guru.

“Bukan jadwal saya Bu, di kelas 8 B, jadwal saya jam ke 3 di kelas 7 C.” Ucap Ariana sambil mempercepat langkahnya.. Jantung nya berdetak lebih kencang..

“Diminta mengisi jadwal Pak Anton, beliau sedang ikut seminar hari ini, cepat Bu.. ” Ucap Bu Guru piket itu lagi..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!