NovelToon NovelToon

Transmigrasi Menjadi Figuran Di Novel Sendiri

bab 1 awal mulaa

"Siall!. " umpat seorang wanita dengan rambut kusut nya. Ia membenarkan mata kaca bulat nya, dan kembali menatap layar laptop nya.

Di sana berisikan naskah sebuah novel yang ia buat, dan novel nya itu akan di jadikan film oleh salah satu produser ternama.

Tapi sayang nya, mereka mengatakan, jika gadis itu harus merubah sedikit alurnya, untuk membuat bumbu agar novel nya lebih bagus lagi.

Mereka mengatakan untuk membuat sebuah cerita yang cukup membuat para penonton nanti nya kesal dan sedih.

"Apa apaan maksud mereka itu. " gumam wanita itu.

Saat ia sedang kembali menulis naskah baru untuk sosok figuran baru, ia mendapat telpon dari seseorang.

"Ziva! Kamu tau, aktor-aktor yang bakal meranin novel kamu gak. " tanya seorang wanita di sebrang telpon dengan antusias.

"Enggak, aku lagi sibuk. " ucap Ziva datar.

Ziva Antasari nama nya, dia seorang penulis novel yang memiliki banyak penggemar.

Kebanyakan kisah yang dia tulis tentang kisah cinta romantis, ada juga beberapa gendre yang ia coba tulis.

Dan ya cukup banyak orang suka, hanya saja Ziva lebih suka menuliskan kisah cinta romantis.

Padahal dia seorang wanita lajang abadi, ya walaupun cantik, Ziva tidak pernah terlihat di luar sana.

Karena dia lebih suka berdiam diri di kamar nya, dan menulis novel tentu nya.

Ya lumayan lah, penghasilan nya cukup untuk membungkam mulut para tetangga yang terus menanyakan dia kerja di mana, kerja apa, agak sialan tapi gak papa!.

"Sumpah Ziva, mereka good looking semuaa. " ucap sahabat Ziva excited.

Nama nya Mara margareth, dia seorang asisten produser film yang akan memfilmkan novel Ziva,  dia sangat suka berkecimpung di dunia balik layar.

Jadi kemungkinan sahabat tau tentang para pemeran novel nya nanti, jelas sekali kebenarannya.

"Emang siapa aja. " tanya Ziva acuh, ia masih fokus membuat naskah sang figuran itu.

Tingal beberapa part lagi dan selesai...

"Itu loh, yang lagi naik daun sekarang, Nicholas Mahendra masa gak tau. " ucap Mara.

"Oh." ucap Ziva acuh.

Jujur dia kurang suka melihat aktris di negara nya, ia lebih suka k pop Idol, dan membiaskan banyak idol.

"Yah gak seru ah. " rengek mara.

"Lagian, udah tau aku gak tertarik. " ucap Ziva.

"Yaelah Ziva, sekali-sekali kamu harus cari orang buat di ajak pacaran. " ucap mara terkekeh.

"Aku gak suka pacaran, kalo bisa langsung nikah aja. " ucap Ziva melantur.

"Wah bener ya nanti aku jod... " ucap mara terpotong oleh ucapan Ziva.

"Akhirnya, beres!!. " ucap Ziva berseru senang.

"Kamu lagi ngapain . " tanya mara penasaran.

"Itu, buat karakter tambahan. " ucap Ziva menjawab.

"Wah seru, kisah nya gimana. " tanya Mara penasaran.

"Emm aku buat, cukup menyedihkan, lumayan lah buat bumbu di cerita nya nanti. " ucap Ziva.

"Jangan sedih-sedih buat cerita nya, kamu kalo buat yang sad, malah ke bablas an buat karakter nya menderita. " ucap mara memberikan nasihat.

"Iyaa bawel. " ucap Ziva.

"Jangan iya iya aja, kamu kalo transmigrasi kayak novel fantasi mampus si, apalagi jadi karakter yang kamu buat sad itu. " ucap mara tertawa mengejek.

"Sial, mana bisa itu cuma halu, transmigrasi apa nya, aneh. " ucap Ziva tertawa geli.

"Ya mana tau, dunia gak se remeh yang kamu pikiran kan. " ucap Mara memberi tau.

"Iya iya, udah dulu, aku mau serahin naskah nya dulu. "Ucap Ziva pada mara.

" okey, aku tunggu di sini ya. "Ucap Mara pada ziva.

"Oke." ucap Ziva.

Lalu mereka mematikan panggilan telpon itu, Ziva bersiap untuk segera pergi ke pusat kota.

Di mana kantor tempat penerbitan film itu berada, setelah memakai pakaian rapi, juga menata rambut nya

Ziva bergegas keluar dari apartemen nya, dan memesan taxi, untuk pergi ke sana.

Ziva adalah seorang anak yatim piatu, dia dari kecil tinggal di panti asuhan setelah keluarga meninggal karena suatu kejadian.

Ziva tumbuh di lingkungan panti hingga ia berusia 17 tahun, setelah legal, Ziva memutuskan untuk mencari tempat tinggal sendiri.

dan menemukan apartemen yang cukup lah, untuk ia tinggali sendiri, ia membeli nya dengan hasil tabungan.

Dari menulis novel juga, saat sekolah ia sering membaca banyak cerita novel, hingga termotivasi untuk membuat nya.

Dan ya sekarang dia cukup berhasil menjadi seorang author terkenal di balik semua tulisan nya.

Ziva bahagia, ia menikmati hidup nya, ia tidak ingin terlarut dalam kesedihan karena tidak memiliki keluarga atau saudara.

"Dengan mbak Ziva. " tanya driver taxi itu.

"Iya." ucap ziva.

Gadis itu pun masuk ke dalam taxi, ia mengambil HP nya saat mendengar sebuah notifikasi muncul di sana.

Ternyata dari pihak penerbit nya, di sana mereka memberi tau para tokoh yang akan memerankan karakter fiksi nya.

"Jadi dia Nicholas mahendra itu. " gumam Ziva melihat foto seorang laki-laki gagah di sana.

"emm lumayan lah. " ucap Ziva.

Ziva pun mengutarakan pendapat nya para pihak di penerbit di sana, mengatakan ia cukup puas dengan para visualnya.

Setelah 20 menit perjalanan akhirnya dia sampai di gedung tinggi, yang bertuliskan logo Entertainment world.

Salah satu media terlaris tahun ini, Ziva cukup merasa bangga Novel nya di notif mereka.

Apalagi bayaran nya beh, menggiurkan jiwa nya, ah Ziva bahagia saja, semua nya ia syukuri.

Ziva pun masuk ke dalam, ia bertemu dengan sahabat dari jaman sekolah nya, Mara margareth.

"Udah sampe. " ucap Mara mendekati sahabat nya itu.

"Iya, ini file naskah nya. " ucap Ziva sambil menyerahkan laptop nya ke Mara.

"Gak ikut masuk. " tanya Mara sambil menerima laptop nya.

"Engga, di suruh ke ruangan sebelah ketemu sama visual karakternya. " ucap Ziva.

"Oh, okey, eh tapi Ziva, aku yakin kamu bakal ke kecantol si sama Nicholas itu. " ucap Mara terkekeh.

"Mana ada, aku gak akan tertarik sama mereka, udah ah sana. "Ucap Ziva jengah sambil mendorong pelan punggung Mara.

" elah aku do'ain kamu bakal kepincut. "Ucap mara mengejek.

Ziva hanya memutar matanya malas mendengar itu, lalu ia memutuskan berjalan menuju ruangan di mana para visual novel nya berada.

Ceklek~

Ziva membuka pintu setelah mengetuk nya, di sana ternyata masih belum banyak orang, ia kira sudah berkumpul semua.

" oh Ziva, sini. "Ucap seorang wanita yang menyuruh nya duduk di kursi di sebelah nya.

Ziva menganggukan kepala nya dan mendekat lalu duduk di sana, wanita itu dia adalah produser yang akan memfilmkan novel nya.

"Nah Ziva, dia Nicholas mahendra, yang akan menjadi pemeran antagonis di novel kamu, sesuai kan. " ucap Maretha sangat produser itu.

Ziva menatap Nicholas mahendra itu, emm memang sangat cocok sebagai antagonis yang akan di perankan nya.

Karena setelah merubah sedikit alur, antagonis pria lah yang akan sering menonjol nanti nya.

"Oke." ucap Ziva.

Nicholas menatap Ziva dalam, seperti meneliti penampilan penulis novel yang akan dia perankan itu.

'Tidak asing. 'Batin Nicholas.

***

bab 2 sesuatu yang tidak terduga

"Yang lain nya di mana. " tanya Ziva para Maretha.

"Em mereka terjebak macet, jadi datang terlambat. " ucap Maretha.

Ziva hanya menganggukan kepala nya, ia melihat hpnya ya bergetar dan terdengar suara notifikasi di sana.

Saat Ziva lihat ternyata Dari Mara, gadis itu mengatakan jika semua orang suka dengan hasil revisi novel nya.

"Ziva, saya mau ke ruangan sebelah dulu sebentar, kamu tunggu di sini sama Nicholas dulu. " ucap Maretha.

"oh iya gak papa. " ucap Ziva.

Maretha pun pergi dari sana, Ziva menatap Nicholas yang seperti nya memperhatikan dia dari tadi.

"Kenapa." tanya Ziva menatap bingung.

"Tidak ada. " ucap Nicholas menjawab.

Ziva hanya menganggukan kepala nya saja, aneh sekali laki-laki di depan nya itu.

"Kau tidak tertarik pada ku. " tanya Nicholas aneh.

Ziva menyeritkan dahi nya bingung, untuk apa, harus kah dia begitu, memang nya siapa laki-laki itu.

"harus." tanya Ziva bingung.

"Tidak juga, hanya saja aneh melihat mu seolah tidak tertarik pada ku. " ucap Nicholas lagi.

"Memang." ucap Ziva acuh.

"Kau tidak tau siapa aku. " tanya Nicholas bingung.

"Seorang aktor, lalu apa. "Tanya Ziva acuh.

Nicholas hanya terperangah mendengar itu, biasa orang akan langsung tertarik jika berpapasan dengan nya.

Tentu karena visual juga ketenaran nya baik di dunia maya, tapi gadis di depan nya seolah tidak tertarik padanya.

'*Menarik. 'Batin Nicholas menyeringai*.

" mau menjadi kekasih ku. "Tanya Nicholas tiba-tiba.

Ziva yang sedang minum air tersedak langsung mendengar nya, ia menatap Nicholas yang tersenyum menatap nya.

" kau gila. "Ucap Ziva mengumpati laki-laki di depan nya.

"Tidak, aku jelas masih waras. "Ucap Nicholas terkekeh.

" tidak, kau gila, jika tidak kenapa mengajak ku berkencan. "Bingung Ziva.

" apa salah nya, kau berbakat dalam menulis, em juga cantik. "Ucap Nicholas terkekeh.

"Aku." tunjuk Ziva pada dirinya sendiri.

Ia sedikit aneh saat seorang pria mengatakan dia cantik, yang memang banyak yang memuji nya si jika dia memposting foto nya.

Hanya saja itu di dunia maya, bukan asli berhadapan seperti yang terjadi padanya saat ini.

"Aku tidak mau. " jawab Ziva pada akhir nya.

"Kenapa." tanya Nicholas aneh.

"Kau seorang aktor, juga pasti memiliki banyak kekasih, dan aku tidak ingin berpacaran, aku ingin langsung menikah. " ucap Ziva menyeringai.

See, laki-laki jaman sekarang mana ada yang mau di ajak nikah, apalagi sama orang yang baru di kenal nya.

Orang gila kalo ada, dan si Nicholas itu...

"Baiklah, aku akan meminta ijin pada keluarga ku, dan melamar mu. " ucap Nicholas terkekeh.

Memang seperti nya gila.

Ziva tidak sanggup, ia memilih keluar dari ruangan itu, tidak aman bagi nya jika terus berada satu ruangan dengan orang seperti nya.

Namun saat Ziva akan keluarga, sebuah guncang besar terjadi, seperti nya gempa besar.

Ziva ia berniat belari keluar, tapi ia ingat masih ada Nicholas di ruangan itu.

Ziva buru-buru melihat ke belakang di mana pemuda itu masih duduk di kursi nya.

Ziva berlari mendekati laki-laki itu, terlihat tubuhnya bergetar ketakutan.

"Sadar lah, ayo lari. " teriak Ziva panik.

Apalagi ia mendengar orang orang berteriak ketakutan dan berlarian keluar dari gadung itu.

"Takut... Aku takut. " gumam Nicholas sambil meremas kepalanya.

Ziva panik, ia langsung menggandeng Nicholas untuk pergi dari ruangan itu, apalagi mereka sekarang berada di lantai 5 sekarang.

Dan Ziva semakin panik saat mendengar suara ledakan di lantai bagian atas.

"Sial." umpat Ziva panik.

Apalagi ia kesusahan membawa Nicholas yang seolah-olah linglung dan menangis di sana.

"Hey sadar lah, kita harus segera keluar. " ucap Ziva berteriak pada Nicholas untuk menyadarkan pemuda itu.

"Aku tidak ingin matii. " lirih Nicholas.

Ziva melihat pintu lift yang tidak begerak naik, ia langsung memutuskan berlari ke arah tangga darurat yang ada di sana.

"Cepat ayoo. " ajak Ziva pada Nicholas.

Pemuda itu mengikuti Ziva yang menggandeng nya erat agar tidak telepas.

Ia menatap punggung Ziva yang berada di depan nya, rambut panjang nya yang ia ikat terlepas karena sibuk berlari.

Nicholas ingat, kejadian yang sama di masa lalu, dan seorang gadis kecil menolong nya sama seperti sekarang.

'*Ayo ikut iva ayooo*. '

'*Jangan takut iva akan selalu berada di dekat Nico*. '

'*Nico jangan terluka*. '

'*Iva akan selalu menjaga Nico*. '

Ziva terengah-engah ia menatap Nicholas yang mengikuti nya sambil menatap nya dalam.

Mereka sudah berada di lantai dasar, mereka pun berlari menuju pintu keluar.

Namun pintu itu tidak bisa di buka karena ada sebuah bongkahan reruntuhan bangunan di sana.

Ziva sibuk mencari jalan lain, ia melihat sebuah api menjalar mendekati mereka, Ziva panik.

Lalu mengambil batu dan memukul kaca besar yang ada di sana, Ziva memukul nya dengan kencang.

Saat sadar jika di dekat mereka ada sebuah tumpahan minyak tanah yang entah dari mana datang nya.

tangan Ziva sudah lecet dengan luka, ia behenti untuk mengambil napas.

Lalu...

Pyar.

Akhirnya jendela kaca itu pecah, Ziva tidak memperdulikan banyak luka akibat serpihan kaca di lengan nya.

Langsung ia menarik Nicholas yang juga seperti nya terluka akibat kaca itu, dan langsung melompat ke luar dari sana.

Ziva menghela nafa lega saat mereka sudah berada di luar gedung, apalagi melihat banyak orang yang berlari ke arah mereka, Ziva menjadi lega.

Namun suara teriakan memperingati mereka, membuat Ziva menatap mereka bingung,

Mereka menujuk ke arah atas, di mana sebuah reruntuhan bangunan mulai berjatuhan.

Ziva melihat Nicholas yang sudah tidak Bedaya di samping nya, Ziva sekuat tenaga membawa Nicholas menjauh.

Hingga sebuah bongkahan reruntuhan bangunan yang lebih besar jatuh tepat di belakang mereka.

Ziva langsung melindungi Nicholas dan memeluk nya erat, untung saja mereka tidak tertimpa reruntuhan itu.

Namun Ziva terluka karena sebuah batu yang lebih besar menghatam kepala bagian belakang nya hingga berdarah.

Ziva melhat Nicholas yang jauh lebih baik dari nya, pun merasa lega, setidaknya jika dia mati, ada seseorang yang bisa ia selamat nya.

"Jangan tinggal kan aku lagi. " lirih Nicholas pada Ziva yang mulai menutup matanya.

"Jangan." lirih Nicholas menangis.

Ziva tersenyum sendu, ia memeluk Nicholas yang berada di bawahnya dan menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh pemuda itu.

Darah mulai mengalir banyak di kepala belakang Ziva,apalagi ia memakai baju berwarna putih.

Sekarang baju itu tertutupi oleh darah kental dari kepala juga beberapa luka yang ia dapat di tubuh lainnya.

Nicholas menangis lirih, ia memeluk erat Ziva, gadis yang sudah menyelamatkan nya dua kali.

Dalam kejadian yang serupa, dan di saat seperti itu, trauma nya malah kambuh, dan ia tidak bisa membantu gadis yang ia cari selama ini.

"Bagaimana aku bisa hidup, Ziva, kamulah yang aku cari selama ini. " lirih Nicholas lalu ia tidak sadar kan diri.

Menyusul Ziva yang sudah menutup mata nya dari tadi, mereka akhirnya di bawa kerumah sakit dengan luka yang cukup parah.

\*

bab 3 datang di saat yang tidak tepat

Seorang gadis mengeliat dan meringis saat seluruh tubuh nya terasa pegal dan sakit.

"Shh." ia meringis dan membuka matanya perlahan.

Gadis itu menyerit heran, dimana ini, seperti nya bukan kamar nya, jika bukan lalu di mana.

Gadis itu merasakan pergerakan di sisi ranjang yang ia tiduri, ia menatap patah patah ke arah samping.

dan sial, seorang pria, yang memunggungi nya dengan punggung telanjang, tunggu telanjang?!.

Gadis itu dengan cepat melihat ke bawa selimut, di mana tubuhnya yang tertutupi di sana.

Dan...

Deg.

Sial, dia telanjang bagaimana mungkin, gadis itu meringis sakit saat sebuah ingatan muncul tiba-tiba di kepalanya.

"tunggu." gumam gadis itu.

"Agnetta Adeline, dia kan. " ucap gadis itu terkejut.

Dan ia lebih terkejut saat melihat pemuda yang tidur di samping nya membalikan tubuhnya menghadap ke arah nya.

Deg.

Sial, dia kan Nicholas Mahendra, sosok visual yang akan memerankan tokoh antagonis dalam cerita nya.

Tunggu!!

Novel!! Agnetta Adeline!!, diakan tokoh figuran tambahan yang kemarin malam ia buat.

"Sial, jangan jangan. " ucap Ziva merenung.

Jangan jangan ia masuk ke dalam novel nya, tidak mungkin kan, ia salah ia, ini mimpi pasti.

Tapi...

Ziva gadis itu segera duduk, namun kembali meringis saat ia merasakan sakit di area bawah nya.

Ingin sekali rasanya Ziva menangis sekarang, keperawanannya sudah hilang, jelas terlihat noda merah di atas kasur putih itu.

Namun Ziva tersendat saat menatap pemuda yang mirip dengan Nicholas itu, ternyata sudah membuka matanya juga.

Sialan, kenapa ia tidak lari saja tadi, sekarang bagaimana, apalagi tubuhnya masih telanjang bulat sekarang.

Pemuda itu duduk dengan wajahnya yang datar, ia menatap tajam Ziva yang mana juga sedang menatap nya.

'Ini sebuah kecelakaan. 'Batin Ziva menebak apa yang di ucap kan pemuda itu.

Jika pemuda itu mengatakan nya, ini sebuah kesialan yang seperti nya terjadi padanya.

"Ini sebuah kecelakaan. " ucap pemuda itu datar.

Deg.

'Jangan pernah kau mengungkit nya. ' bain Ziva.

"Jangan pernah kau mengungkit nya. "

Deg.

'Kita tidak dekat, dan kau tau aku sudah mencintai seseorang. ' batin nya lagi.

"Kita tidak dekat, dan kau tau aku sudah mencintai seseorang. " ucap pemuda itu lagi.

Sial, sial, sial.

Ziva terus mengumpat dalam hatinya, oke tenang, bayangan ini sebuah mimpi dan ayo kita jalankan.

"Oke." ucap Ziva datar.

Hanya itu, ia tidak ingin bodoh seperti karakter yang ia buat semalam, yang sialnya sekarang ia malah terjebak di sini.

Agnetta Adeline, seorang gadis cantik, dia adalah sosok figuran tambahan yang di buat Ziva untuk menjadi bumbu baru dalam cerita novel nya.

Di cerita kan sosok agnetta Adeline adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga cemara.

Dia di kisahkan sebagai gadis yang baik-baik saja, memiliki banyak teman dan beberapa sahabat.

Agnetta yang sering di panggil netta, adalah Mahasiswa cantik dan pintar.

Dia tidak ada hubungan kan dengan tokoh novel yang ia buat, karena tokoh ini baru di tambah kan sebagai pemanis.

Namun Ziva membuat nya menonjol dalam cerita karena sebuah kejadian yang membuat cerita nya lebih seru seperti yang di harapkan penerbit film nya.

Dalam kejadian Netta tidak sengaja tidur dengan sang antagonis pria yang bernama silas Frederick.

Agnetta di nyatakan hamil akibat malam panas itu, dan agnetta meminta pertanggung jawaban silas.

Yang mana di saat itu silas sedang bucin bucin nya dengan sang protagonis utama wanita, yang bernama Michelle.

Michelle adalah seorang mahasiswa baru di universitas dimana Agnetta berlajar, gadis itu cantik dan juga lugu.

Hal itu menarik perhatian sang protagonis utama pria yang bernama Robert Luther.

Robert adalah sosok pria tampan dan juga seorang ketua Bem di universitas itu.

Ia yang tertarik pada Michelle mulai mendekati nya, begitu juga silas, mereka bersaing ketat di sana.

Seperti novel cinta kebanyakan, dan di sana Agnetta menjadi penghalang untuk silas mendapatkan cinta Michelle.

Apalagi saat Agnetta mengatakan jika dia hamil anak silas, laki-laki itu marah dan mulai merundung Agnetta.

Agnetta frustasi, dia yang awalnya berada di keluarga cemara, keluarga nya hancur berantakan karena sang ayah yang berselingkuh.

Dan dia hamil di luar nikah, dan jauhi banyak orang, bahkan di rundung oleh ayah dari calon anaknya.

Agnetta di cerita kan menyerah dan berakhir bunuh diri karena tidak sanggup dengan semua masalah yang ia hadapi.

Dia meninggal dengan menabrakkan dirinya di jalan raya, dengan membawa mati calon anaknya kelak.

Ziva meringis mengingat alur menyakitkan sang figuran itu, ia tidak ingin mengalami nya, walaupun sebenarnya akan.

"Aku tidak akan mendekati mu, kita akan asing, seperti biasanya. " ucap Ziva lagi.

Gadis itu mengambil selimut itu, dan membungkus tubuh telanjang nya.

Ia meringis sakit saat menampakan kakinya di lantai hotel itu, tapi Ziva ingin segera pergi dari sini.

Ia sungguh tidak nyaman dengan tatapan tajam dari laki-laki yang duduk di atas ranjang itu.

Ziva berdiri setelah membungkus tubuh mungil nya dengan selimut, lalu berjalan tertatih menuju kamar mandi.

Gadis itu terus meringis saat ia berjalan pelan ke arah kamar mandi, sungai benar-benar sangat sakit.

Entah apa yang terjadi semalam, untung ia bangun saat kejadian itu sudah selesai jika tidak menangislah Ziva sudah.

Gadis itu bahkan sesekali menghapus air matanya karena sakit di area bawah nya, benar perih tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata.

Ziva tersentak kaget saat tubuhnya tiba-tiba di angkat oleh silas dan ia di bawa ke kamar mandi.

Pemuda itu menurun kan Ziva dengan pelan, lalu kembali keluar dari sana.

Ziva si masa bodo, mungkin itu bentuk tanggung jawab laki-laki itu, untuk nya, ya walaupun nanti tidak.

Ziva membuka selimut nya, ia menatap tubuh telanjang nya yang penuh dengan tanda merah.

Ia meringis saat melihat darah kering di area kaki nya, seganas itu lah malam tadi.

Ziva menggelengkan kepala nya mencoba mengusir semua pemikiran negatif dalam otak nya itu,

"Apakah ini mimpi. " gumam Ziva sambil menatap cermin di sana.

Itu adalah wajah milik nya, tapi versi terawat nya, memang cantik si, tidak bisa ter elakkan lagi.

Tapi rambut nya hitam panjang, dan Ziva tidak telalu suka rambut panjang, seperti nya ia akan memotong nya nanti.

"Hah, bahkan jika ini benar mimpi, aku akan tetap menjalani nya kan, sialan. " umpat Ziva pelan.

Gadis itu memilih mandi dan membersihkan tubuh nya itu, ia mengosok semua nya untuk menghilangkan noda merah yang menempel di tubuh putihnya.

"Hiks sial, jadi sekarang aku tidak perawan. " ucap Ziva menangis lirih.

"Padahal aku tidak pernah berhubungan badan di dunia ku dulu, bahkan sekarang pun, tapi aku yang menanggung semuanya. " umpat Ziva.

"Enaknya aja si Agnetta, tapi aku yang kena pahit nya. " ucap lirih Ziva.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!