NovelToon NovelToon

Jeratan Ikatan Pernikahan

Bab 1 Pesan

"Ampun Kak! Ampun!" suara gadis yang begitu ceria yang menuruni anak tangga sembari berlari menghindari pria yang mengejarnya itu.

"Nasya pelan-pelan kamu bisa jatuh!" tegur seorang wanita yang berpenampilan muslimah yang memakai jilbab tampak frustasi melihat kelakukan anak gadisnya itu seperti anak kecil.

Sementara di sisi lain seorang pria berusia 60 tahunan berkaca mata yang sejak tadi membaca buku. Dia mungkin sudah sangat terbiasa dengan suasana seperti itu dan tidak lagi menegur.

"Kak Andre yang duluan. Bunda?" jawabnya yang terus berlari yang sekarang berlindung di balik tubuh wanita yang sangat pusing itu.

"Kamu pikir bisa lari!" Andre terus aja berusaha mengejar sang adik.

"Nasya Andre sudah-sudah. Apa yang kalian lakukan!" tegas Bunda yang sekarang berada di tengah-tengah di antara dua anaknya itu yang melerai pertengkaran itu.

"Bunda, Kak Andre yang jahil!" rengek Nasya dengan suara manjanya.

"Bohong Bunda. Dia jahil sekali yang sudah mengganggu pekerjaanku," ucap Andre yang melakukan pembelaan.

"Sudah-sudah. Bunda tidak mau mendengar apapun alasan kalian berdua. Kalian itu sudah dewasa dan jangan ada ribut-ribut seperti ini!" tegas Bunda.

Bunda melihat bergantian kedua anaknya itu.

"Masih ingin lari-larian seperti ini?" tanya bunda yang membuat keduanya menggeleng.

"Bagus. Jadi Bunda tidak ingin melihat seperti ini lagi. Kalian berdua itu adik kakak jadi harus akur!" tegas Bunda dengan penuh penekanan.

Andre menghela nafas dan Nasya juga tidak protes lagi.

"Pusing Bunda!" keluh Bunda.

"Assalamualaikum!" tiba-tiba terdengar salam yang membuat perhatian mereka tertuju pada pria yang baru saja datang.

"Walaikum salam," sahut semuanya dengan serentak.

Melihat pria itu yang tiba-tiba saja membuat Nasya merapikan rambutnya.

"Udah cantik!" goda Andre yang tahu saja jika adiknya itu sengaja rapi-rapi karena kedatangan pria yang bersuara lembut itu.

"Isss apaan sih!" kesal Nasya

Pria menjadi tamu itu terlihat sopan yang langsung mencium punggung tangan Raden dan juga menghampiri Bunda Malika.

"Kamu ingin menjemput Nasya Radit?" tanya Malika.

"Benar Bunda! Kami hari ini ada jadwal untuk bimbingan pernikahan. Sekalian juga ingin menguras beberapa berkas-berkas di KUA," jawab Radit.

"Ya. Ampun lupa ternyata anak manja ini sebentar lagi akan menikah. Hmmmm Radit kamu harus bersabar menghadapi dia," sahut Andre.

"Kak Andre apa-apa sih!" kesal Nasya dengan pipinya yang memerah.

Radit hanya tersenyum saja.

"Sudah-sudah. Andrea kamu sejak tadi tidak henti-hentinya menggoda adik kamu. Nasya sekarang kamu buruan siap-siap. Jangan biarkan Radit menunggu," ucap Bunda.

"Baik Bunda .... Radit aku ambil tas sebentar," ucap Nasya. Radit menganggukan kepalanya. Nasya dengan buru-buru menaiki anak tangga.

Tidak lama Nasya yang akhirnya kembali dan dia tidak lagi mengganti pakaian karena tadi memang sudah cukup rapi. Radit sudah duduk di sofa yang berbicara dengan kedua orang tua Nasya dan juga dengan kakak Nasya.

"Kamu sudah siap Nasya?" tanya Malika.

"Iya bunda," jawab Nasya.

"Baiklah kalau begitu, saya dan Nasya sebaiknya langsung saja pergi!" ucap Radit berdiri dari tempat duduknya dan kembali berpamitan kepada orang tua calon istrinya dengan mencium punggung tangan Raden dan Malika.

"Kalian berdua hati-hati dan setelah selesai dengan urusan kalian langsung saja kembali. Ingat ini menjelang hari-hari pernikahan kalian. Pamali jika terus saja berada di luar. Karena kita tidak ada yang tahu apa yang terjadi dan apalagi cuacanya sangat tidak baik di bulan ini," ucap Malika mengingatkan calon pasangan pengantin itu.

"Baik Bunda. Kami akan langsung pulang setelah menyelesaikan semuanya," sahut Radit.

"Kalian hati-hati. Nasya kamu jangan merepotkan Radit," sahut Raden.

"Iya. Ayah!" sahut Nasya dengan mengangguk. Nasya juga tidak lupa berpamitan dengan kedua orang tuanya dan juga pamit dengan kakaknya yang sangat jahil itu. Pada akhirnya mereka berdua yang keluar dari rumah.

**

Nasya dan Radit yang mengikuti bimbingan pernikahan di salah satu gedung. Bukan hanya mereka berdua yang menjadi pasangan dan juga ada beberapa pasangan yang menduduki kursi tersebut dan mendengarkan beberapa arahan dari Orang yang ahli tentang pernikahan.

Nasya dan Radit memang sudah mengikuti beberapa kali bimbingan, karena itu memang sangat penting untuk mereka berdua menjalani rumah tangga ke depannya. Pernikahan mereka berdua dipersiapkan dengan secara matang baik secara materi, mental dan juga fisik.

"Nathan kamu tidak masalah bukan aku ajak ke tempat seperti ini?" mata Nasya menoleh ke sebelahnya yang terdapat pasangan kekasih. Suaranya sedikit keras yang membuat Nasya harus melihat pasangan itu dan jarak mereka berduduk juga sangat berdekatan.

"Aku tidak tahu kenapa kamu punya pikiran untuk kita berdua datang ke tempat ini," sahut pria yang bernama Nathan.

"Bukankah kita berdua juga akan menikah sebentar lagi. Jadi apa salahnya kita sering-sering datang ke acara seperti ini. Agar kita memahami tentang konsep pernikahan dan itu akan membantu kita berdua untuk meyakini diri kita melangkah terlebih yang serius," ucap Fiony.

"Kamu tidak masalah bukan?" tanya Fiony yang tidak mendapatkan respon dari pasangannya itu.

"Tidak masalah. Jika ini positif," jawab Nathan.

"Hey yang menjadi moderator di depan dan bukan di sebelah. Kenapa malah mendengarkan cerita orang lain!" tegur Radit yang menyadari bahwa calon istrinya itu sedang tidak fokus.

"Tidak apa-apa. Aku hanya tidak sengaja mendengarkan cerita mereka. Aku baru tahu ternyata orang-orang yang datang ke bimbingan pernikahan bukan hanya pasangan yang akan segera menikah. Tetapi mereka hanya sekedar ingin mengetahui saja," ucap Nasya.

"Entahlah mungkin sekarang memang pasangan harus punya pemikiran seperti itu. Karena terkadang pasangan banyak memiliki keraguan untuk menikah. Jadi tidak ada salahnya untuk mengikuti bimbingan pernikahan walau belum memiliki rencana untuk menikah. Itu bisa menjadi bekal dan pelajaran untuk kita," ucap Radit.

"Iya kamu benar," sahut Nasya dengan tersenyum dan kembali menoleh ke arah pasangan itu.

Nasya sedikit kaget yang ternyata Nathan melihat dirinya dan membuat Nasya langsung buru-buru mengalihkan pandangannya.

"Apa dia menyadari kalau aku baru saja menguping pembicaraan mereka? Tidak aku sama sekali tidak sengaja melakukannya," batin Nasya yang sedikit panik dan tidak lagi melihat-lihat ke sebelahnya.

Nasya kembali fokus ke depan yang mendengarkan moderator memberikan arahan walau sebenarnya sejak tadi fokusnya sudah hilang entah ke mana-mana.

Sementara pria yang bernama Nathan itu menghela nafas dan juga melihat ke arah moderator. Kita memang pasti merasa jika ada yang memperhatikan kita. Jadi wajar saja tiba-tiba Nathan melihat ke arah Nasya yang sesuai dengan dugaannya bahwa dirinya dan kekasihnya diperhatikan.

Bersambung....

.

Saya tidak bosan untuk menciptakan karya terbaru lagi. Sama dengan karya-karya sebelumnya besar harapan saya karya ini banyak diterima para pembaca dan juga bisa menjadi karya terpopuler, jadi nomor satu dengan banyak pembaca. Maka dari itu saya terus meminta dukungan kepada semua para pembaca untuk tidak lupa membaca karya Saya dari awal sampai akhir, tidak bolong-bolong dan tidak lupa meninggalkan like, memberi komen sebagai masukan, kritikan dan pasti vote untuk menambah semangat dan subscribe.

Saya ucapkan terima kasih pada para readers yang sampai saat ini masih mendukung saya. Jangan bosan-bosan ya untuk membaca novel-novel saya. Terima kasih.

Bab 2 Kecelakaan.

Nasya dan Radit yang berada di dalam mobil dengan hujan yang deras di malam hari.

"Seharusnya kita tadi pulangnya lebih awal, jadi tidak terjebak hujan seperti ini," ucap Nasya dengan raut wajah yang tampak resah.

"Nasya kita tidak akan tahu kapan hujan akan turun. Cuaca sejak tadi sangat bagus, langit begitu cerah dan tiba-tiba saja malam ini hujan. Kalau kita juga tahu akan turun hujan pasti kita tidak akan berada di sini sekarang. Lagi pula sebentar lagi kita juga sampai dan hujan ini tidak menjadi kendala untuk kita berdua pulang ke rumah," ucap Radit.

"Bukan seperti itu. Sangat berbahaya sekali menyetir dalam keadaan seperti ini, sudah sangat gelap dan hujan turun pula," keluhnya yang terus khawatir.

"Jika kita menunggu hujan reda yang ada kita membuat orang tua kamu khawatir. Aku sudah berjanji pada mereka akan membawa kamu pulang tidak terlalu larut dan bahkan ini sudah melanggar sedikit janji. Tetapi siapa yang tahu kalau memang kita sedikit mendapatkan masalah yang membuat kita harus pulang-pulang telat," ucap Radit.

"Bagaimana kalau kita berhenti sebentar dan aku akan telepon kak Andre dan mengatakan apa yang terjadi," ucap Nasya memberikan saran.

"Tidak perlu Nasya. Kita akan segera sampai. Kamu cemas terlalu berlebihan," sahut Radit.

Nasya hanya menghela nafas yang terlihat kekhawatiran yang begitu jelas dan sementara Radit hanya santai. Tiba-tiba saja macet yang membuat mobil itu berhenti.

"Ada apa lagi ini?" tanya Radit.

Nasya juga kebingungan yang macet itu. Di saat ada seorang pria yang ingin melewati mobil Radit membuat Radit buru-buru membuka kaca mobilnya.

"Maaf pak! Izin tanya. Ada apa di depan?" tanya Radit.

"Ada pohon tua yang tumbang. Jadi membuat macet parah. Macetnya juga sudah panjang sekali," jawab pria itu.

"Astagfirullah..." lirih Radit.

"Terima kasih, Pak," sahut Radit. Pria itu menganggukan kepala dan langsung pergi.

"Ya. Ampun ada-ada saja yang terjadi dan sekarang sudah macet," ucap Nasya yang terlihat semakin panik yang terus saja melihat ke depan.

Tiba-tiba Radit menyalakan mesin mobil dan hendak melajukan mobilnya yang melewati ke arah kiri.

"Radit kita mau ke mana?" tanya Nasya panik.

"Kita tidak mungkin menunggu macet selesai, kita akan lewat jalan potong," jawab Radit yang sudah terlihat memasuki jalanan yang lain.

"Radit apa itu tidak terlalu berbahaya. Setahu aku jalanan itu adalah tempat balap mobil," ucap Nasya yang tampak cemas yang semakin terlihat tidak tenang.

"Hujan seperti ini mana ada orang balapan. Jadi tidak apa-apa kita lewat sini saja," jawab Radit.

"Tapi Radit!" Nasya begitu panik dan sementara Radit tetap saja melajukan mobilnya.

Jalanan yang dijalani Radit dan Nasya memang tampak sepi dan tidak ada balapan yang seperti dikawatirkan Nasya. Tetapi tetap saja Nasya merasa tidak tenang dan apalagi jalanan seperti itu juga sangat rawan dengan belokan yang sangat ekstrim membuat Nasya sangat deg-degan apalagi hujan turun dan takut terjadi sesuatu pada mereka.

Jalanan pasti sangat licin dan kelajuan mobil Radit juga terus saja menambah. Bagaimana Nasya tidak terus kepikiran.

"Nasya kenapa wajah kamu tegang sekali. Kita akan sampai sebentar lagi. Aku tidak akan menepati janji kepada orang tua kamu," ucap Radit yang menoleh ke arah kekasihnya itu.

"Bagaimana aku tidak tegang jika kamu menyetir terlalu kencang, aku bahkan sampai mau mual," jawab Nasya.

"Jika menyetir tidak kencang maka tidak akan sampai," jawab Radit.

Nasya menghela nafas yang melihat ke Radit dengan mereka berdua yang saling menatap. Radit selalu saja punya jawaban.

"Kamu jangan khawatir lagi ya," ucap tadi dengan lembut. Nasya hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Aku tidak percaya jika kita berdua sebentar lagi akan menikah," ucap Radit dengan tatapan yang begitu dalam.

"Aku juga tidak percaya jika pada akhirnya kamulah yang akan menjadi suamiku. Kita akan dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan, pasangan halal yang akan memulai semua dari awal," sahut Nasya.

Radit mengangguk dan mereka sama-sama tersenyum yang terus saja saling menatap.

Tin-tin-tin-tin-tin.

Wajah keduanya tiba-tiba saja terkena cahaya yang begitu terang membuat mereka melihat ke depan dan betapa terkejutnya mereka saat truk besar melaju dengan kencang. Radit dengan mata melotot langsung membanting stir.

"Aaaaaaa!" teriak Nasya.

Selamat dari truk mobil tersebut yang bisa menghindarinya dan naasnya tiba-tiba saja dari depan terlihat mobil BMW berwarna hitam dan Radit kembali dikejutkan.

"Radit awas!" teriak Nasya. Radit yang kembali membanting setir mobil dan pada akhirnya menabrak pembatas jalan.

"Aaaaa!"

Brak

Suara hantaman yang begitu kuat terdengar. Bagaimana tidak mobil tersebut langsung berguling dan sampai terbalik akibat tancapan gas yang sangat kencang yang membuat hantaman keras pada pembatas jalan dan sampai membuat mobil itu terangkat.

Chittttt

Pengendara mobil yang sempat bersenggolan dengan mobil Radit yang juga tadi membelokkan setir mobilnya untuk menghindari kecelakaan yang mana mobil itu menghantam pohon sehingga pintu bagian mesin terbuka.

Nathan yang menjadi pengemudi mobil tersebut mengangkat kepala yang terbentur setir mobil dengan suara nafas naik turun. Nathan melihat dari kaca spion yang mana mobil Radit dan Nasya yang sudah berbalik dengan asap yang keluar.

"Astaga..." lirih Nathan yang benar-benar sangat terkejut.

Nathan yang langsung buru-buru membuka pintu mobilnya, dengan keadaan yang terluka membuat dia berlari menghampiri mobil Nasya dan Radit.

Ternyata kondisi di dalam mobil pasangan calon pengantin itu benar-benar parah dengan kepala Radit yang sudah keluar yang dilumuri darah dan begitu juga dengan Nasya yang terluka parah yang wajahnya dipenuhi dengan darah.

Tetapi Nasya yang masih sadar yang pandangan matanya melihat ke arah calon suaminya yang sudah tidak sadarkan diri. Mulutnya yang tampak berusaha untuk berbicara menyebutkan nama calon suaminya itu.

Tiba-tiba saja Nathan sudah berada di lokasi dan bersusah payah membuka pintu mobil yang terhimpit. Di mana untuk pertama kali Nathan yang mengecek kondisi sang pengemudi.

Nathan mengalami kesulitan saat mengeluarkan Radit dari dalam mobil. Nasya dengan samar-samar hanya melihat pria tersebut karena matanya juga sudah terkena darah yang keluar dari kepala.

Tidak bisa mengeluarkan Radit yang membuat Nathan menoleh ke arah di samping Radit yang ternyata masih melihat mata Nasya terbuka. Nathan mengulur niatnya yang sekarang berpindah ke posisi Nasya.

Dia juga begitu berusaha membuka pintu mobil bagian Nasya yang ternyata jauh lebih mudah dibandingkan Radit. Tanpa membuang waktu Nathan langsung mengeluarkan Nasya dari dalam mobil dengan menggendong ala bridal style.

"Bertahanlah!" ucap Nathan dengan nafas naik turun yang langsung membawa Nasya pergi.

Doarrrr.

Baru beberapa langkah yang tiba-tiba sudah terdengar suara ledakan yang sangat kuat. Hal itu juga sampai membuat Nathan yang menggendong Nasya berlutut di aspal karena terkena sperpat mobil yang terbakar pada punggungnya yang membuatnya tidak sanggup berjalan.

Nasya yang berada gendongan pria itu dengan sangat lemas dan masih sadarkan diri melihat ke arah mobil yang sudah dipenuhi dengan api. Air matanya jatuh yang masih mengingat jika calon suaminya berada di sana.

Apa yang bisa dia lakukan bahkan berteriak pun dia sudah tidak sanggup yang perlahan memejamkan mata.

Bersambung.....

Bab 3 Kenyataan Yang Pahit

1 Minggu kemudian.

Rumah sakit

Di ruangan perawatan terdapat pasien yang berada di atas ranjang. Nasya yang sudah seminggu ini mengalami kritis atas luka-luka parah yang dia dapatkan akibat kecelakaan itu. Kepalanya yang diperban dengan punggung jari-jarinya diberi infus dan juga alat pernapasan di bagian hidungnya.

Suara mesin jantung yang terdengar begitu kencang di keheningan di dalam kamar itu. Kedua orang tuanya dan Andre tidak pernah lepas untuk melihat Nasya.

Selalu memantau dan memang tidak ada larangan dari Dokter yang kapan saja boleh melihat Nasya. Sama dengan hari ini. Mereka bertiga yang berada di ruangan Nasya.

Malika yang duduk di samping Nasya dengan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Mereka juga kerap kali mendoakan Nasya agar cepat siuman.

Dalam situasi itu dengan perlahan kelopak mata Nasya bergerak dan jari-jarinya juga mulai bergerak. Andre yang kebetulan melihat sang adik memperhatikan hal tersebut dengan teliti.

"Nasya sadar," ucap Andre yang mengejutkan Malika dan juga Raden.

"Nasya!" Malika yang langsung berdiri agar bisa lebih dekat lagi dengan Nasya dengan memegang bahu Nasya, wajahnya mendekat yang memperhatikan gerak mata putrinya itu yang memang ingin terbuka.

Andre juga mendekati memperlihatkan gerak-gerik jari Nasya.

"Andre kamu cepat panggil Dokter!" titah Raden dengan cemas.

"Baik!" Andre yang tidak membuang-buang waktu langsung keluar dari ruangan tersebut dan tidak lama Dokter pria sekitar berusia 60 tahunan langsung memasuki ruangan itu.

"Dokter bagaimana anak saya?" tanya Malika.

"Saya akan periksa sebentar," ucap Dokter tersebut yang langsung memeriksa kondisi Nasya. Dokter tersebut mengecek mata Nasya yang sudah terbuka dan juga mengecek detak jantung Nasya.

Keluarga Nasya yang terlihat harap-harap cemas. Andre yang mencoba untuk menenangkan Malika.

"Ya. Allah beri keselamatan ketuk putri hamba," ucap Mallika.

"Alhamdulillah Nasya sudah sadar dari komanya," ucap Dokter tersebut memberikan kabar baik.

"Apa kata Dokter?" tanya Malika yang ingin memastikan agar tidak salah pendengaran.

"Suatu keajaiban dengan Nasya yang sudah melewati masa kritisnya dengan peningkatan kondisinya yang sangat baik," jawab Dokter.

"Alhamdulillah!" sahut keluarga Nasya yang begitu merasa bersyukur dengan mengusap wajah mereka menggunakan tangan.

"Nasya!" Malika langsung mendekati putrinya yang memang perlahan membuka mata. Nasya masih terlihat begitu lemas.

"Alhamdulillah kamu akhirnya siuman juga," ucap Malika yang tidak bisa berkata-kata dengan air matanya yang jatuh.

****

Setalah Nasya di nyatakan bangun dari komanya yang ternyata bukanlah kabar baik bagi Nasya. Nasya yang sekarang masih berada di atas ranjang yang diam seperti patung dengan air mata yang terus saja keluar.

Bagaimana tidak saat mulutnya ingin bersuara tiba-tiba saja tidak bisa keluar dan saat dia ingin turun dari ranjang dan kakinya tiba-tiba saja tidak bisa digerakkan. Nasya harus menerima takdir atas kecelakaan itu yang ternyata merenggut seluruh fisiknya yang membuat Nasya mengalami kelumpuhan berbicara dan juga kelumpuhan pada kakinya.

Mallika, Raden dan Andre sudah menjelaskan semua itu kepada Nasya yang memberikan semangat kepada Nasya jika semua yang dialami Nasya hanya bersifat sementara dan pasti akan sembuh.

Tetapi tetap saja tidak mudah dia menerima kondisi seperti itu yang tidak bisa berbicara dan tidak bisa berjalan.

"Mama tahu ini sangat berat untuk kamu sayang. Tetapi apa yang terjadi memiliki hikmah tersendiri. Percayalah kamu akan secepatnya sembuh.Seperti apa yang Mama katakan jika semua ini hanya sementara dan banyak pengobatan yang bisa membuat kamu kembali bisa berbicara dan berjalan," ucap Malika mengusap-usap pucuk kepala Nasya.

Kepala Nasya yang menoleh serius ke arah Malika seperti dia ingin mengatakan sesuatu.

"Ada apa Nasya, kamu ingin mengatakan apa?" tanya Andre yang sangat peka.

Andre yang bahkan memberikan buku dan pulpen kepada Nasya agar Nasya bisa mengatakan apapun yang dia inginkan. Karena kata Dokter jika segala sesuatu ditahan juga akan mempengaruhi lambatnya kesembuhan Nasya.

Untung saja tangan tangan Nasya masih berfungsi dan walau dia mengalami kesulitan untuk menuliskan apa yang diinginkan dan sampai akhirnya bisa yang menunjukkan kepada keluarganya.

"Di mana Radit?" pertanyaan itu yang membuat dia tiba-tiba saja kepikiran.

Karena sejak dia sadar tidak melihat calon suaminya itu berada sisinya yang seharusnya menjadi orang pertama menemaninya.

Orang tuanya terlihat diam saling melihat. Jantung Nasya sudah merasa tidak tenang yang bergetar begitu kencang. Dia ingin sekali berteriak untuk mempertanyakan semua itu. Tetapi diamnya orang tuanya yang menunjukkan wajah sedih sudah menjawab semuanya.

Tanpa mendengar jawaban itu yang tiba-tiba membuat Nasya menangis tanpa suara dengan gerak tubuh yang sesenggukan.

"Nasya!" Malika yang langsung memeluk putrinya itu merasakan tubuh bergetar putrinya. Dia tahu sekarang Nasya benar-benar sangat hancur.

Bukan hanya kehilangan suaranya kehilangan kakinya dan dia juga telah kehilangan calon suaminya untuk berlama-lamanya. Kecelakaan naas telah merenggut kebahagiaannya dalam sekejap.

***

Setelah kondisi Nasya sudah membaik dan sudah diperbolehkan pulang. Dengan berpakaian serba hitam yang berada di kursi roda. Nasya untuk pertama kalinya mengunjungi makam calon suaminya. Radit yang memang tidak dapat diselamatkan dan bahkan Nasya masih mengingat saat mobil itu mengalami kecelakaan dan melihat di depan matanya bagaimana mobil itu terbakar.

Nasya hanya menangis yang menabur bunga di pusara makam itu. Dia benar-benar tidak percaya jika nasibnya akan seperti ini ditinggal orang yang telah dia cintai di saat hari pernikahan mereka tinggal menghitung hari.

Hanya beberapa hari lagi mereka seharusnya menjadi pasangan suami istri dan ternyata tidak. Mereka bisa melanjutkan hubungan itu yang mana takdir telah memisahkan kehidupan mereka berdua.

Andre mengusap-usap bahu sang adik yang memberikan kekuatan sang adik yang berusaha untuk mengerti perasaan adiknya. Nasya merasa jauh lebih sakit karena tidak bisa mengeluarkan suara untuk menangis yang ingin berteriak dan semua itu hanya bisa dilakukannya di dalam hati. Karena keterbatasan fisik yang sekarang dia alami.

Tiba-tiba di tengah ziarah itu. Terlihat ada yang datang. Dokter yang menangani Nasya di rumah sakit yang di dampingi seorang wanita yang usianya sama dengan Malika.

Dengan diikuti pria yang sangat tidak asing, pria memakai kemeja putih yang berkacamata. Mata Nasya melihat kedatangan tiga orang tersebut. Dia berusaha untuk mengingat-ingat siapa orang tersebut. Karena pria yang tampak tidak asing itu membuat dia merasa sangat pernah melihatnya.

"Untuk apa mereka datang?" tanya Andre membuat Nasya menoleh ke arah sang kakak yang sepertinya orang-orang tersebut sangat dikenali keluarganya

"Assalamualaikum!" sapa pria tua itu yang tak lain Dokter Ibrahim

"Walaikum salam," sahut Malika, Andre dan Raden.

"Dokter Ibrahim ada apa ini?" tanya Raden.

Sementara Nasya hanya fokus pada pria yang berdiri di belakang Dokter yang sejak tadi berbicara itu yang masih berusaha mengenali laki-laki tersebut.

"Maaf jika kedatangan kami mengganggu kalian. Kami datang ke tempat ini juga ingin sekalian berziarah kepada korban kecelakaan tersebut," ucap Dokter Ibrahim.

"Apa urusan mereka?" batin Nasya yang bertanya-tanya.

"Silahkan Dokter. Kami sama sekali tidak punya kapasitas apapun untuk melarang kalian berziarah. Apa yang terjadi sudahlah menjadi takdir tidak ada yang menginginkan kecelakaan ini. Kami hanya ingin mengantarkan putri kami untuk menemui calon suaminya," sahut Malika.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!