Bismillahirrahmanirrahim
Happy reading!
...***...
"Ayo masuk, kayak sama siapa aja lo." ucap seorang anak laki-laki remaja, dengan menggunakan seragam SMA tengah mengajak temannya untuk masuk kedalam rumahnya. Temannya itu juga laki-laki, mengenakan seragam SMA juga, menggunakan masker KF94, dan hanya berbeda lima cm tingginya dari teman didepannya ini.
"Iss... Ayolah! Lo harus gw gendong dulu baru mau masuk?" temannya itu hanya menanggapi dengan tatapan datar. Bukan tidak mau masuk kerumahnya, tapi ia tidak mau terlalu merepotkan keluarga yang sudah menyelamatkannya.
Sedangkan, didalam rumah yang sederhana itu, terlihat seorang wanita yang berumur empat puluh dua tahun sedang menata makanan yang sudah ia masak tadi untuk anaknya dan temen anaknya. Mendengar suara terkesan ribut diluar, wanita itu menatap bingung dan langsung menuju ke sumber suara.
"Eh? Ada nak Biru. Udah lama gak kerumah, ibuk kangen banget." Ternyata, lelaki yang diam itu bernama Biru. Wanita itu dengan segera memeluk lelaki SMA yang bernama Biru itu.
"Iya nih, Buk. Danang sudah sering kali ngajak dia buat main ke rumah, tapi selalu bilang takut ngerepotin," jelas lelaki yang bernama Danang, anak kandung si ibuk pemilik rumah itu.
"Kamu ini, Nak. Bagi kami, kamu itu sudah kami anggap keluarga sendiri. Kamu dan abangmu sudah seperti anak ibuk dan bapak, dan saudara bagi Danang. Jadi, jangan selalu sungkan dan ngerasa tidak enak."
Danang mengangguk setuju, "Bener, tuh. Kayak sama orang asing aja."
Biru hanya tersenyum menanggapi ucapan mereka.
...***...
"Alina, kamu harus menyelamatkan mereka. Kamu tidak boleh menyerah, ya?" Seorang pria paruh baya menggunakan nebulizer tengah berbicara sambil menggenggam tangan seorang gadis yang sedang menangis saat ini. Gadis itu adalah anaknya.
"Kenapa harus aku, Pa ...." Air mata gadis ini sudah membanjir di pipinya. Ia tidak kuat melihat papanya dengan kondisi seperti ini.
"Karena, hanya kamu yang tau semuanya. Hanya kamu yang melihat kejadian itu. Papa yakin kamu pasti bisa. Kamu adalah wanita yang kuat." Sang papa tersenyum memberikan semangat kepada anaknya.
"Tapi, apa aku bisa melakukannya? Aku bukan seperti Papa, dan Mama. Aku lemah, dan tidak seberani Papa dan Mama. Ak-aku ...." Gadis itu bicara terbata-bata. Ia tidak begitu yakin dengan dirinya sendiri. Lalu, bagaimana papanya ini bisa begitu yakin bahwa dirinya bisa melakukan apa yang ia suruh.
"Ti-tidak Ina, ka-kamu tidak seperti itu. Pa-pa per-caya sama kamu. Kamu pasti bisa.
Dengarkan Papa! Kamu sudah melihat bagaimana orang-orang itu menyerang kita. Kamu juga sudah mengenal semua teman-teman Papa yang sudah tewas. Keluarga mereka juga akan terancam seperti kita terutama keluarga Albrando. Keluarga Albrando sudah banyak membantu kita, dan kamu harus melindungi keluarga itu sebagai balas Budi keluarga kita. Kita tidak akan tau kapan orang-orang itu akan kembali. Hanya kamu yang memegang semua rahasia ini. Berjanjilah, kamu akan melakukannya demi keluarga kita." Dengan tenaga yang tersisa, Papanya berusaha menyampaikan informasi yang harus diingat sang anak.
Memang benar, peristiwa tersebut terjadi didepan matanya sendiri. Begitu menyakitkan jika mengingat kejadian tersebut. Ia harus bangkit dan percaya diri bahwa ia bisa melakukannya. Jika papanya saja percaya kepadanya, kenapa dirinya sendiri tidak?
"Iya, Pa. Aku berjanji! Aku berjanji akan melakukannya demi keluarga kita."
Sang papa tersenyum bangga dengan keberanian dan semangat yang ditunjukkan putrinya ini. Meskipun ada kilatan ragu yang terlihat Dimata sang anak, tetapi ia percaya bahwa anaknya ini bisa melaksanakan tugas yang ia berikan.
"Bertahanlah demi kami ...."
...***...
Flashback on
Jakarta,
Tampak seorang wanita sedang berjalan bolak balik diruang tamu dengan perasaan gelisah dan berbicara kepada kakak laki-lakinya yang sedang duduk disofa. Ia sedang mengkhawatirkan adik bungsunya yang saat ini belum pulang juga padahal sekarang sudah hampir mau magrib.
"Bg, si Ina kemana sih? Dari tadi belum pulang juga."
"Sabar ... Bentar lagi juga dia pulang," kata kakak laki-laki tersebut.
Ceklek
"Assalamu'alaikum."
Tampak seorang gadis berumur 16 tahun berdiri didepan pintu rumah dengan penampilan acak-acakan. Baju seragamnya yang putih menjadi kotor dan basah, serta rambut yang tadinya rapi sebelum berangkat sekolah sekarang malah acak-acakan dan kusut.
"Wa'alaikumussalam."
"Akhirnya Lo pulang juga, dek. Lah ini baju kenapa lagi kok basah, perasaan dari tadi gak ada hujan deh. Rambut Lo juga berantakan gini. Lo habis diapain sama orang-orang sok kaya itu disekolah. Kasih tau gue, biar gue kasih pelajaran tu anak. Gak tau aja mereka Lo ini anak siapa."
"Udah kak, Ina gak papa kok. Lagian gue juga yang salah. Gue gak ngelawan mereka," kata Alina menenangkan kakak perempuannya.
Alina Angelica Kwelju Fernandez, anak dari Atwater Klau Fernandez dan Airin Kwelju Fernandez. Dia adalah gadis blasteran Indo-Amrik. Memiliki wajah cantik yang menirukan wajah sang ibu. Memiliki sifat pendiam, lemah lembut, penyayang, baik hati suka menolong.
Hufft....
Terdengar helaan napas panjang dari seorang pria yang berdiri disebelah Ina. Ia adalah kakak laki-laki Ina atau anak pertama keluarga Fernandez, bernama Sea Jeremy Alfridus Fernandez.
"Gue ada kabar baik buat Lo." kata Sea.
"Apa?"
"Beberapa keluarga dari teman papa saat ini ada diBandung. Tetapi, gue masih belum bisa menemukan keluarga Albrando. Begitu banyak halangan untuk mencari keberadaan keluarga tersebut. Salah satu perusahaan Albrando yang ada di Indonesia yaitu Albrando Company. Berdasarkan informasi yang didapatkan, Albrando Company sudah menghilang di media sosial semenjak 3 tahun yang lalu."
"Jadi, bagaimana menurut Lo?"
"Ina, apa Lo mau melanjutkan aksi gila ini. Gue khawatir sama Lo, Ina. Kenapa hanya Lo yang tau semuanya kejadian 3 tahun yang lalu. Tolong berhenti! Ini demi keselamatan elo."
Senja Assafiah Khoirinisa Kwelju Fernandez. Anak kedua dari keluarga Fernandez. Senja adalah mahasiswi tingkat akhir di Institude Teknologi Sumatera (ITERA). Saat ini ia sedang libur kuliah. Senja bisa saja tinggal di Lampung sambil menunggu waktu masuk kuliahnya, tetapi dia khawatir dengan keadaan Ina, adik tersayangnya yang saat ini tinggal di Jakarta.
"Gak bisa kak, gue harus melanjutkannya. Tujuh dari keluarga teman Papa menghilang begitu saja setelah 3 tahun. Aku harus menemukannya terutama keluarga Albrando."
"Tapi, kan--" ucap Senja terputus.
"Kita akan mendukungnya." Sea menepuk bahu Senja pelan guna memenangkan.
"Ok, kalau itu mau Lo. Kita bertiga harus saling melindungi." Senja akhirnya mendukung keputusan Ina.
"Thanks kak, bg. Kalian selalu mendukung keputusan gue."
Ina tersenyum senang, ia bersyukur punya 2 orang kakak yang sangat sayang padanya. Ia akan berusaha untuk mewujudkan keinginan sang Papa supaya ia bisa membahagiakan keluarganya kembali dan hidup dengan tenang tanpa ada gangguan lagi. "Gue akan berusaha mencari keberadaan Albrando dan yang lainnya."
Flashback off
...***...
To be continued!
Bismillahirrahmanirrahim
Happy Reading
***
"Ooh, jadi begitu. Gue khawatir sama Lo Al. Selama ini Lo pasti melalui banyak kesulitan untuk menemukan kami," kata seseorang yang duduk berhadapan dengan Alina.
Saat ini Alina beserta teman-temannya sedang berada di District Cafe & Resto, Bandung.
"Iya, Na. Gue salut sama lo. Gue jadi ingat pertama kali gue ketemu sama Lo. Seorang gadis cupu dengan gampangnya meninju Tante gue dan meninju om gue yang gila harta itu, haha ... Dan pas di pengadilan, semua harta warisan dari orang tua gue jatuh ditangan gue dan Tante dan om gue mendapatkan hukuman yang setimpal. Haha ... Lo lucu kalau lagi cupu kek gitu."
Seorang gadis berpenampilan tomboy yang duduk disebelah kanan Alina sedang mengenang masa lalunya ketika bertemu Alina.
"Eh, Lele! Itu makanan gue ogeb."
Gadis yang tertawa tadi itu bernama Alesha Khumaezah Katherine, salah satu teman Alina yang pertama ia temui 1 tahun yang lalu. Nama panggilan gadis itu adalah Eza, atau Mae. Terkadang guru-guru memanggilnya Alesha, tetapi teman-temannya sering memanggilnya Ale-ale atau Lele, kalau gak Mae, Ica, Ijah, dan masih banyak lagi. Begitulah kalau punya nama panjang, semua kata bisa dipanggil. Alesha juga merupakan anak dari keluarga teman Papanya Ina, yaitu Danuarta dan Buk Gemy.
Alesha itu gadis cantik nan pintar tapi terlihat sedikit tomboy dan juga baik hati. Itu adalah sifat yang ia miliki sekarang, berbeda ketika pertama kali saat Ina bertemu dengannya. Gadis itu dulunya gadis pendiam, takut dengan orang-orang baru dan mudah menangis.
"Ya gue minta dikit napa sih," kata Alesha.
"Lagak Lo minta sedikit. Pokoknya Lo ganti makanan gue yang baru."
"Iya iya, gue ganti kok. Herman deh gue dari tadi lo marah-marah Mulu. Lagi PMS, neng?" Menatap malas teman disebelahnya.
"Heran, Mae ... bukan Herman."
"Iya itu maksud gue, Bela."
Ya, gadis yang makanannya diambil oleh Alesha tadi bernama Bela, lebih tepatnya Bela Mitsal. Anak dari pengusaha terkenal di Surabaya, Mitsal Corp. Bela adalah gadis cerewet yang mudah sekali marah ketika ada yang mengganggunya termasuk orang terdekatnya. Dia juga pintar dan penyayang. Eitsss....penyayang ini versi penyayang kepada anak kecil, jadi jangan mikir yang aneh aneh ya, teman-teman....
"Eh, si Khanza kok lama bener, ya? Dari tadi nungguin gak nyampe-nyampe tu orang."
Seseorang yang sedari tadi diam duduk disebelah Bela mulai mengeluarkan suara.
Khanza yang dimaksud Bela adalah temannya yang juga merupakan anak dari teman Papanya Ina yang menghilang itu. Aliipah Khanza Az-Zahra gadis cantik yang suka sekali nonton drakor, suka halu tapi yang sewajarnya kok. Dia salah satu murid yang pintar di bidang seni.
"Biasa lah, mungkin dia lagi ketemuan sama ayang bebebnya, si Akib." Mae menjawab sambil memakan coki-coki punya Ina.
Akib yang dibicarakan Raina itu sebenarnya adalah saudara kembarnya Khanza. Akib Kanu Rafangga. Mereka semua tidak tau bahwa Khanza dan Akib itu saudara kembar. Yang mereka tau Akib adalah pacarnya Khanza. Hanya keluarga dekat Khanza dan Ina yang tau akan hal itu.
"Apalah daya kita-kita yang Jomblo ini, ya." Bela berkata sambil memainkan handphone pengeluaran terbarunya.
"Lo aja kali yang Jomblo. Gue mah masih single."
"Eleh ... bilangnya single. Itu mantan terindah Lo, si Damian gak lo anggep?" ujar Bela.
"Siapa sih dia, gak kenal gue."
"Sok-sok an gak kenal Lo, Dhara." Menatap malas teman sebelahnya ini.
Dhara Defiza Octarini, gadis yang terkenal akan kebobrokannya, cantik, baik hati? Oh jelas dong. Dia selalu menghibur orang-orang yang sedih atau terpuruk dan selalu ceria. Tetapi, dibalik sifat ceria itu, dia menyimpan kenangan pahit bersama keluarganya. Tidak ada yang tau akan hal itu, kecuali Ina. Oh iya, Dhara adalah anak dari Pak Budi dan Buk Sari yang saat ini sedang mengurus perusahaannya yang ada di Semarang.
"Pesanan datang ...." Seorang gadis seumuran dengan Ina datang sambil membawa makanan.
"Yeeey ... makan-makan." Bela mengambil langsung makanan tersebut.
"Ishh ... lo udah cuci tangan, Ha!" Gadis itu menepuk pelan tangan Dhara.
"Udahlah, kalau belum pasti udah dikeroyok gue sama si Bela." Melirik kearah Bela. Bela yang mendengar hal itu menatap tajam kearah Dhara.
"Nih ...." Terpaksa, gadis yang baru datang tadi terpaksa memberikan makanan itu ke Dhara.
"Thank you, Jihan." Dhara tersenyum menang kearah Bela.
Jihan Andreanita Kayleen. Gadis keturunan Amerika-Indo. Anak dari Tirta Efriandi Kayleen dan Agustinika Hani Kayleen. Memiliki senyum yang menawan, baik, dan jujur. Bisa memainkan semua alat musik terutama biola dan piano. Dan jangan lupakan lesung pipinya. Duh, pengen juga punya lesung pipi☺️
"Bener-bener nih si Khanza. Ditungguin dari tadi gak nongol-nongol." Mae (Alesha) menggerutu.
"Sabar ... Bentar lagi juga dia datang kok," kata Ina sambil memakan pesanannya yang baru datang. Disela-sela mereka makan, datanglah dua orang perempuan yang seumuran dengan mereka dengan membawa tas ransel besar dan menghampiri meja Ina. Dia adalah Khanza dan Chelsea
"Hi guys ...."
Alina dan yang lainnya terkejut melihat Khanza dan Chelsea. Sebenarnya mereka cuma terkejut dengan kedatangan Chelsea bukan Khanza, sebab ini kali pertama mereka bertemu dengan Chelsea semenjak 1 bulan liburan semester.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Chelsea ...."
"Seneng deh Lo datang. Gue kira Lo udah pindah sekolah," kata Bela sambil memayunkan bibirnya.
Chelsea Khaira Griselda, gadis blasteran Inggris. Gadis yang ahli di bidang atletik dan Kimia di sekolahnya. Dia juga salah satu dari tujuh keluarga yang hilang itu.
Tepat enam bulan yang lalu, ketika Alina pergi ke Amerika untuk mengurus sesuatu, ia bertemu dengan Chelsea dan keluarganya yang sedang berada ditepi jembatan Golden Gate. Saat itu Chelsea memanjat dan ingin melompat di jembatan tersebut.
Kedua orang tua Chelsea panik, mereka berusaha membujuk Chelsea untuk segera turun tetapi Chelsea tidak mendengarkan. Ina yang melihat itu pun panik dan akhirnya ia menyusul ke tempat Chelsea dan kedua orang tuanya berada.
Tanpa diduga ternyata orang tua Chelsea adalah teman dekat papanya yang menghilang itu. Alina akhirnya bisa menenangkan Chelsea dan membawanya beserta keluarganya ke Indonesia.
Kejadian itu adalah kejadian mengerikan yang ingin dilupakan oleh gadis itu. Beruntung saat itu Alina datang menghentikan aksi gilanya jika tidak, mungkin ia tidak bisa tau penyebab segala masalah yang terjadi di keluarganya.
Alesha (Mae), Bela, Jihan, Dhara, Khanza dan Chelsea. Mereka berenam adalah 7 dari keluarga yang menghilang tiga tahun yang lalu. Akhirnya Alina bisa menemukan mereka walaupun menghadapi hidup dengan berpura-pura. Mulai dari menjadi cupu, anak nakal, pendiam, dan pembuat onar disekolah, itu bukanlah sifat asli dari seorang Alina Angelica Kwelju.
Tinggal satu keluarga lagi yang belum ia temukan, Albrando. Sebenarnya Alina sudah menemukannya, Gustaf Kurniawan Albrando dan Luthfiani Ayunanda Albrando. Alina kira, ia sudah menyelesaikan misi yang diberikan papanya. Tetapi ia harus menemukan anak dari Tuan Gustaf dan Nyonya Ayu yang berpisah semenjak kejadian itu.
Alina berjanji dalam hatinya, mulai hari ini ia akan terus berusaha mencari keberadaan anak Tuan Gustaf dan Nyonya Ayu, sebelum para psikopat itu mulai menghancurkan keluarga mereka satu persatu.
***
Bersambung...
Bismillahirrahmanirrahim
Happy reading!
***
"Gimana kabar Lo selama disana? Baik-baik aja, kan?" tanya Alina sambil memeluk Chelsea. Chelsea pun membalas pelukan dari sang sahabat.
"Alhamdulillah, gue baik-baik aja kok."
"Alhamdulillah." Syukur mereka semua.
"Oh iya, karena gue baru kembali dari Amrik, gimana kalau gue traktir kalian semua. Setuju?" kata Chelsea dengan memperlihatkan kartu black cardnya kepada mereka.
"Yakin, nih? Kalau gue mesan banyak, gimana?" ucap Alesha.
"Gak papa kok, terserah kalian mau pesan sebanyak apapun. Yang penting hari ini gue yang traktir. Hanya hari ini lho, ya."
"Asyiapppp ...." Serentak mereka semua sambil tertawa terkikik-kikik.
"Ina, gue mau ngomong." Chelsea mendekat ke sebelah kanan Alina.
"Hm?" Melihat Chelsea yang akan menyampaikan sesuatu yang serius maybe, Alina mengkode temannya yang lain untuk duduk.
"Gue punya sedikit informasi mengenai Albrando Family. Mungkin ada sedikit informasi yang udah Lo ketahui," kata Chelsea gugup.
"Gak papa, sebutin aja semuanya." Alina menyentuh bahu Chelsea untuk menenangkan kegugupannya.
Huffttt ...
Chelsea menghela nafas pelan.
"Albrando Family, memiliki perusahaan bernama Albrando Company yang dipimpin dan dikelola oleh Tuan Gustaf Kurniawan Albrando dan istrinya bernama Nyonya Luthfiani Ayunanda Albrando. Mereka mempunyai 2 orang anak laki-laki dan satu anak perempuan. Nama anak mereka diprivasikan dari publik. Albrando Company adalah perusahaan yang terkenal jujur dan bertanggung jawab. Tetapi hal itu hanya bersifat sementara semenjak datangnya sekretaris baru di perusahaan tersebut. Awalnya sekretaris itu baik kepada sesama karyawan disana, sehingga ia selalu disanjung-sanjung. Beberapa bulan semenjak sekretaris baru itu datang, Albrando Company mulai mengalami kerugian. Setiap hari, selalu saja rugi. Uang brankas selalu hilang sedikit demi sedikit, entah siapa yang mengambilnya.
Sampai 1 tahun lamanya, terkuaklah siapa pelaku dibalik hilangnya uang di brankas perusahaan. Sejak saat itu, perusahaan Albrando Company diambil paksa oleh sekretaris itu dan diberi nama Zack Company. Tidak puas dengan hal itu, sekretaris palsunya ini berusaha menculik anak Tuan Gustaf dan Nyonya Ayu, tetapi mereka selalu gagal. Sampai suatu hari terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya membuat keluarga Albrando terpecah belah. Tuan Gustaf dan Nyonya Ayu hilang dan berpisah dengan anak-anaknya, sampai sekarang belum ada yang tau dimana keberadaan mereka sekarang."
Alina yang mendengar penjelasan Chelsea hanya mengangguk, sebenarnya beberapa informasi dari Chelsea sudah ia ketahui tetapi Ina tetap menghargainya. Berbeda dengan teman-temannya, mereka yang penjelasan Chelsea hanya diam melongo. Mereka seperti mendengar pengakuan seorang mata-mata.
"Gila! Lo udah kek mata-mata aja, Chel," kata Alesha yang sedari tadi sedikit terkejut dengan info yang diberikan Chelsea tadi.
"Lo lupa kalau Chelsea itu sekarang udah jadi mata-mata geng kita." Khanza menjelaskan posisi Chelsea setelah masuk kedalam geng mereka.
Sedikit informasi, mereka berenam sudah membentuk geng yang bernama geng Astro girl yang diketuai oleh Alina.
"Gak tau, eh mungkin gue lupa kali,ya?" Mengingat-ingat kembali apakah ia lupa atau tidak tahu tentang posisi Chelsea.
"Eh ... Dasar kue ondel, pelupa." Dhara mengejek Alesha, yang membuat sang empu menajamkan matanya kearah Dhara.
"Apa lo karet terbang," ucap Alesha tak terima dikatakan pelupa.
"Mana ada karet terbang, yang ada itu karpet terbang."
"Suka-suka gue lah, karet terbang."
Alesha dan Dhara memang selalu seperti itu, kadang masalah kecil saja selalu dipermasalahkan padahal itu juga tidak penting. Karena sudah capek mendengar dua gadis itu beradu mulut, Alina mengeluarkan suara.
"Kalian ini, kalau ketemu pasti berantem mulu," kata Alina menatap dua gadis itu malas.
"Diem deh, Olaf." Serentak mereka berdua. Chelsea dan yang lainnya menahan tertawanya melihat teman-temannya beradu mulut, bukannya malah memberhentikan mereka hanya menonton saja. Jangan ditiru ya, teman-teman ^_^
"Lah, kok gue yang kena sih. Awas kalian, gak gue beliin lagi permen milkita," kata Alina.
"Lah, sejak kapan kami suka permen milkita?"
"Hahaha ...." Terdengarlah suara tertawaan dari mulut Chelsea yang berhasil menghentikan pertengkaran mereka. Sebenarnya Chelsea sedari tadi ingin tertawa, tetapi dia berusaha menahannya.
"Kenapa Lo, Chel?" tanya Alesha bingung.
"Kayaknya Lo belum minum obat tadi deh, Chel," ucap Dhara.
"Gak, gak papa kok, hehe ...." Chelsea hanya cengengesan.
"Gue jadi merinding deh kalau dekat-dekat sama Lo," ucap Alesha sambil bergidik ngeri.
***
Pagi ini, Ina masih bergelayut manja diranjang kesayangannya. Dia begitu lelah, dan sangat mengantuk karena dirinya sudah bergadang membuat tugas sekolahnya tadi malam. Sea yang saat ini berada di kamar adiknya tampak menghela nafas berat. Sudah lima menit lamanya ia membangunkan adik bungsunya itu tetapi tidak ada tanda-tanda Alina akan bangun.
Hufftt....
'Gw harus pake cara lain nih,'
Dengan terpaksa Sea menggunakan cara lain untuk membangunkan adiknya. Sea pergi ke kamar mandi, mengambil air dengan gayung dan membawanya menuju tempat tidur. Tanpa ba bi bu, Sea langsung melayangkan air yang ia bawa tadi kewajahnya Ina, dan ...
Byurrrrr....
"Aaaa ... banjir, banjir ...." teriak Ina sambil melompat-lompat tidak jelas di kasur. Melihat itu pun, Sea tidak bisa menahan ketawanya.
"Hahaha .... Astaghfirullah, ekspresi lo lucu banget, dek."
Alina bingung melihat Sea tertawa terpingkal-pingkal, dia mulai berpikiran aneh-aneh.
"Bg, lo kenapa ketawa? Banjirnya gak ada, ya? Atau ... LO NGERJAIN GW, BG?!" kata Alina ngegas.
Bukannya berhenti, Sea malah semakin tertawa melihat wajah adik bungsunya yang polos itu.
"Bwahaha ... Lo baru ngeh, dek. Hahahaha ...."
"Iss ... LO NGAPAIN SIRAM GW, HA? Gw ngantuk lho, bg. Lo mah tega banget sama adek sendiri." Alina berdrama.
"Emangnya kenapa, coba lo liat sekarang jam berapa?" kata Sea sambil menunjuk jam bekker di dekat kasurnya Alina.
"Kenapa juga gw harus liat jam, orang ini masih subuh kok." Alina terpaksa melihat jam bekkernya.
7.15
"Tuh, kan. Baru jam 07.15," ujar Ina polos. Baru saja mau membaringkan tubuhnya, Alina baru sadar.
Eh? Tunggu-tunggu ....
Jam 07.15?
07.15!!
Mata Ina membola! Dia langsung tersadar bahwa berarti dirinya akan terlambat kesekolah.
"AAAA .... BG, GW TELAT! LO KENAPA GK BANGUNIN GW DARI TADI, BG!!!" Teriak Iba membuat seluruh isi rumah menggelegar. Mendengar Alina teriak kepadanya, Sea tidak terima. Dia tidak mau kalah dan akhirnya dia juga ikut teriak.
"APA LO BILANG? GW UDH BANGUNIN LO DARI SUBUH, ITU LO BILANG GK BANGUNIN, HAH!!" Menatap tajam kearah Ina begitu juga dengan Alina.
"KALIAN KENAPA PADA TERIAK, HAH!" Senja akhirnya mengeluarkan suara cemprengnya karena sedari tadi dia sudah lelah mendengarkan teriakan kakak dan adiknya ini.
"DIAM!"
Bukannya berhenti, Senja malah mendapatkan semprotan tajam.
"Astaghfirullah ... Salah gw apasih sama kalian," ucap Senja sambil beristighfar.
"Udahlah, gw mau mandi dulu," kata Ina tanpa mengindahkan kata-kata Senja dan melangkah menuju kamar mandi.
"Gw mau kebawah, sarapan." Sea pun juga sama, dia malah pergi ke ruang tamu. Dan tinggal lah Senja sendirian sambil menatap cengo ke arah mereka.
"Loh, loh. Gw baru datang, kalian malah pergi. Gini amat dah, hidup gw."
***
To be continued!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!