NovelToon NovelToon

Bolehkah Aku Selingkuh?

Bab 1 Kelemahan Alvaro

"Alvaro,hari ini kamu ada janji dengan dokter Beni". Liona mengingatkan suaminya tentang jadwal pemeriksaan Alvaro dengan dokter Beni.

"Aku sudah bosan berobat terus," ucap Alvaro yang jenuh dengan keadaannya,namun Liona terus memberinya semangat agar tetap menjalani pengobatannya. Alvaro tidak sakit,hanya saja Alvaro mengalami sperma encer,dan inilah yang menyebabkan Alvaro sulit memiliki keturunan.

"Sayang,lakukanlah demi aku," Liona berusaha membujuk suaminya agar pergi ke dokter.

"Liona,berjanjilah padaku" Alvaro menatap mata Liona yang bulat dan bersinar itu. Liona heran,baru kali ini Alvaro bicara dengan tatapan mata yang tajam padanya.

"Apapun yang terjadi,jangan pernah tinggalkan aku," ucap Alvaro.

"Kenapa kamu berpikir begitu?" tanya Liona dengan heran. Baru kali ini Liona melihat suaminya meragukan kesetiaan cintanya.

"Liona,berjanjilah". Alvaro memegang kedua tangan Liona,sambil menatap mata Liona yang indah.

"Iya sayang,aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu." jawab Liona yang berusah meyakinkan Alvaro.

"Kita ke dokter ya," pinta Liona yang berusaha membujuk Alvaro. Demi istrinya,Alvaro akhirnya setuju untuk ke dokter. Tak butuh waktu lama,akhirnya mereka sampai di klinik dokter Beni.

"Ini resep vitamin dan obatnya pak" ucap dokter Beni yang sudah setahun ini menjadi dokter pribadi Alvaro.

Obat dan vitamin yang telah ditebus itu kini berada di genggaman tangan Alvaro.

"Kenapa sayang?" Liona tahu,jika Alvaro tidak menyukai obat dan vitamin yang selalu diberikan oleh dokter Beni padanya.

"Liona,sampai kapan sih? Aku rasa ini yang terakhir kalinya aku minum obat". Ujar Alvaro,seolah mengingatkan Liona untuk tidak membawanya lagi berobat. Liona menatap suaminya,ada perasaan iba dalam hati Liona terhadap Alvaro.

"Alvaro,jangan putus asa,kita kan menginginkan seorang anak?" Liona,terus menyemangati suaminya dengan perkataan yang lembut,Alvaro hanya menarik nafas panjang,dia tahu bahwa mungkin selamanya tak bisa memberikan keturunan kepada istrinya. Perkataan lembut dan dukungan Liona hanyalah sebagai pemanis untuk memberinya semangat agar tidak putus asa dalam pengobatannya.

Alvaro kesal dan muak pada dirinya sendiri,juga malu pada Liona. Karena belum bisa memberikan seorang anak,seperti yang selama ini Liona dambakan,sedangkan adiknya yaitu Elvira saat ini sudah mempunyai sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Namun,walaupun Elvira sudah dikaruniai dua orang anak,pernikahannya juga tidak bahagia. Suami Elvira punya kebiasaan buruk yaitu berjudi online,terkadang Alvaro membantu keuangan adiknya untuk biaya kehidupan mereka. Liona,istri yang sangat baik dan berhati lembut,dia tidak pernah mempermasalahkan jika Alvaro sering membantu Elvira. Sore itu,Elvira dan kedua anaknya datang kerumah Alvaro yang sangat besar,seperti biasa jika Elvira datang pasti meminta bantuan Alvaro untuk kedua anaknya yang masih kecil.

"Elvira,sampai kapan kau mempertahankan suamimu?" tanya Alvaro yang selalu menasehati Elvira tentang kebiasaan buruk suaminya. Alvaro juga telah berulangkali menegur Candra suami Elvira,namun Candra tidak pernah mendengar perkataan Alvaro.

"Kalau bukan karena kau,aku sudah menghajarnya" ujar Alvaro dengan kesal,Elvira hanya bisa tertunduk dan menangis.

"Maafkan aku kak,yang selalu menyusahkan kakak" Elvira tertunduk sambil menangis,Liona segera memeluk Elvira mencoba memberinya kekuatan dan penghiburan,kedua anak Elvira yang berumur lima tahun dan tiga tahun itu hanya bisa melihat mamanya menangis tanpa mengerti apa yang terjadi.

"Elvira,sabar ya?" Liona,selalu menghibur adik iparnya dengan penuh kelembutan,dan Elvira sangat dekat dengan Liona.

"Mbak,maafkan aku yang selalu menyusahkan rumahtangga kalian" ujar Elvira yang memegang tangan kakak iparnya

"Elvira,jika bulan depan Candra masih tidak menafkahimu dan kedua anakmu,maka kakak yang akan mengurus perceraian kalian"

Elvira hanya pasrah dengan keputusan Alvaro,sebagai kakaknya dan pengganti kedua orangtuanya itu. Kali ini,Elvira tidak akan membantah perkataan Alvaro lagi,karena sudah beberapa bulan ini,Alvaro yang selalu membantu keuangan Elvira,sedangkan suaminya hanya menghabiskan gajinya untuk berjudi online. Candra,suami Elvira memang sangat kecanduan berjudi online,terkadang Candra tidak masuk kerja beberapa hari hanya untuk menghabiskan waktunya berjudi. Elvira,hanya bisa pasrah dengan keputusan kakaknya yang menyuruhnya berpisah. Alvaro,mengeluarkan sejumlah uang dari saku celananya,lalu memberikannya kepada Elvira sambil berpesan, "Elvira,orang seperti Candra harus kamu tinggalkan" ujar Alvaro lalu menatap kedua anak Elvira dengan penuh rasa iba.

"Terima kasih banyak kak" ujar Elvira,setelah menerima sejumlah uang dari kakaknya. Alvaro memangku kedua keponakannya itu lalu bercanda bersama.

"kak,sepertinya aku harus pulang" Elvira tahu jika suaminya akan segera pulang,karena sudah sore menjelang maghrib. Sebelum Elvira pulang,Liona memberikan beberapa bahan makanan yang diambilnya dikulkas,agar Elvira memasaknya dirumah.

"Terima kasih kak Liona,aku dan anakku pulang dulu" ujar Elvira.

"Iya,hati hati di jalan" Liona mengantar Elvira dan kedua anaknya sampai ke depan pintu,lalu kembali menemani suaminya yang sedang duduk disofa sambil menonton televisi.

"Kasihan Elvira ya?"ujar Liona yang kembali membahas Elvira.

"Menurutmu,apa Elvira harus pisah dengan Candra?" tanya Liona lagi,dan Alvaro menghela nafas panjang. Terlihat jelas dimata Alvaro sedang memikul beban rumahtangga adiknya.

"Iya sayang,Candra tidak akan berubah dan Elvira harus pisah"

"lalu,bagaimana dengan kedua anak mereka?" Liona berpikir jika kedua anak Elvira,masih terlalu kecil untuk bisa memahami keadaan rumah tangga kedua orangtuanya,dan Alvaro mengatakan kepada Liona tentang rencananya yang akan menyuruh Elvira untuk bekerja dikantornya sebagai karyawannya,apalagi Elvira mempunyai keterampilan dalam hal akutansi. Sedangkan untuk kedua anaknya akan tinggal dirumah Alvaro dulu,dan Alvaro meminta pendapat Liona.

"Bagaimana menurutmu sayang?" Alvaro menatap Liona,dan ingin mendengar jawaban dari Liona.

"Aku sih,setuju saja sayang,karena Elvira kan adikku juga" ujar Liona sambil tersenyum

"terima kasih,atas pengertianmu sayang" Alvaro semakin sayang pada Liona,baginya Liona adalah istri yang sempurna yang selalu bisa memahami jalan pikirannya.

Sedangkan,Elvira dan kedua anaknya yang telah sampai dirumah kontrakannya sedang menyiapkan makanan untuk kedua anak dan suaminya. Candra,sepulang dari kerja hanya duduk disofa sambil bermain game online,dan saat perutnya lapar,Candra selalu teriak memanggil Elvira agar makanan disiapkan.

"Elvira,ambilkan makanan untukku" teriak Candra,dan Elvira yang sedang menyuapi anak keduanya itu segera berdiri dan mendekati Candra di sofa

"Candra,untuk kali ini bisakah kau ambil makanan sendiri?" pinta Elvira,karena makanan Candra memang telah disiapkan di atas meja makan,jadi Candra bisa langsung mengambilnya.

"Kau membantahku?" Candra menatap Elvira dengan mata melotot,dan Elvira tahu jika suaminya sangat marah padanya.

Bab 2 Godaan Dokter Nico

Pagi itu seperti biasanya,setelah mengurus sarapan suaminya,dan Alvaro yang sudah berangkat kerja.Liona juga langsung menuju ke toko butiknya. Mereka masing masing mempunyai kendaraan pribadi.

" Liona...," sapa Tante Wanda yang merupakan ibu dari Liona.

"Ma? Tumben,mama datang kesini?" tanya Liona dengan heran.

"Tadi mama ke rumahmu,tapi kalian sudah pergi" ujar tante Wanda,tante Wanda seorang janda. Papa Liona telah meninggal karena sebuah penyakit,kehidupan keluarga Liona memang serba berkecukupan. Almarhum om Hendi,yang merupakan papa Liona meninggalkan kekayaan yang junlahnya cukup besar untuk Liona dan mamanya.

"Apa kau sudah cek ke dokter?" tanya tante wanda. Yang selalu menanyakan perihal kehamilan Liona. Hal inilah yang membuat Liona terkadang sedih.

Tante Wanda sangat menginginkan seorang cucu,agar dapat mewariskan kekayaannya kelak pada keturunannya.

"Sudah ma,tapi hasilnya negatif" Liona tertunduk,tidak mampu menatap wajah mamanya yang kecewa. Liona,juga tidak mengatakan tentang pengobatan Alvaro,karena Liona adalah seorang istri yang menutup aib suaminya,sehingga tante Wanda selalu berpikir jika Liona mempunyai kelainan.

"Liona,kau harus cek kesehatanmu nak" pinta tante Wanda yang tidak tahu tentang pengobatan Alvaro.

"Iya ma,besok aku akan cek"

"ingat nak,usiamu sudah 33 tahun". Tante Wanda cemas dengan usia Liona yang sudah di atas kepala tiga,baginya wanita di atas usia kepala tiga seperti Liona seharusnya sudah memiliki anak. Tante Wanda takut jika usia Liona semakin bertambah dan belum juga mempunyai anak,maka akan sulit untuk hamil dan melahirkan lagi,karena wanita mempunyai batas kesuburan untuk hamil dan melahirkan di usia tertentu.

"Kau harus mempunyai keturunan untuk melanjutkan warisan dari papamu" ujar tante Wanda. Terkadang,Liona ingin sekali mengatakan pada mamanya tentang Alvaro,namun Liona takut,karena menurut Liona pasti mamanya akan menyuruhnya meninggalkan Alvaro yang sampai saat ini belum bisa memberikan keturunan padanya. Sedangkan,Liona tidak ingin meninggalkan Alvaro yang sangat sayang dan baik padanya.

"Mama pulang dulu,nanti kabari mama lagi jika kau sudah cek kedokter ya?" ujar tante Wanda.

"Iya ma,aku akan kabari mama

"kau dan Alvaro harus sama sama cek kedokter" pinta tante Wanda,lalu segera pergi dari toko butik itu. Liona menarik nafas panjang menatap kepergian mamanya,desakan mamanya terhadapnya untuk segera hamil membuatnya terbebani,namun Liona tidak pernah menyalahkan Alvaro suaminya. Liona,memanggil salah satu karyawannya untuk menjaga toko butiknya,karena Liona akan menemui seorang dokter pribadinya yang selama ini selalu dia ajak konsultasi tentang masalah yang di alaminya.

"Riri,tolong jaga toko" pinta Liona.

"Iya Mbak" sahut Riri. Lalu,Liona melangkah keluar dari toko butiknya,lalu mengendarai sebuah mobil pribadinya menuju ke tempat praktek dokter yang selama ini dia ajak konsultasi,namun tak pernah menceritakan kepada suaminya. Liona,selalu menjaga perasaan Alvaro,dia tidak ingin membuat Alvaro semakin terpojok dengan segala kekurangan Alvaro.

"Silahkan duduk dulu Mbak" ujar asisten dokter itu,Liona yang telah sampai di tempat praktek dokter Nico yang merupakan dokter pribadi Liona menyuruhnya duduk,karena masih ada satu pasien yang sedang konsultasi dengan dokter Nico. Sekitar hampir dua puluh menit Liona duduk menunggu,maka tibalah giliran Liona untuk masuk keruangan dokter Nico,asisten dokter Nico memanggil nama Liona dan menyuruhnya masuk.

"Hai Liona,silahkan duduk". Sapa dokter Nico. "tumben kamu baru datang?" tanya dokter Nico

"Iya dok,aku sedang sibuk menjaga toko butik" sahut Liona.

"Ada yang bisa saya bantu,Liona?

"aku ingin meminta saran dokter". Liona menceritakan tentang keadaan suaminya,yang ternyata selama dua tahun terakhir Alvaro tidak mampu memberikan kepuasan batin kepada Liona. Menurut Liona,suaminya kurang bergairah melakukan hubungan suami istri,dan akibatnya Liona tidak mendapat kepuasan batin.

"Apa ada yang salah dengan diri aku?" Liona mencoba intropeksi diri dan mengatakan semuanya pada dokter Nico. Lalu dokter Nico juga bertanya bagaimana sikap Alvaro selama di ranjang,dan Liona mengatakan jika Alvaro lebih dulu mencapai klimaks sebelum Liona mencapai puncaknya. Dokter Nico mendengarkan dengan seksama tentang semua keluhan Liona.

"Apa kamu sudah pernah bicarakan hal ini pada suamimu"? Tanya dokter Nico,namun Liona hanya menggelengkan kepalanya.

"Belum dok,saya tidak mau Alvaro tersinggung,jadi saya pasrah

"tapi,kamu harus tetap jujur Liona". Dokter Nico,menyarankan agar Liona jujur pada Alvaro tentang ketidakpuasan batin yang di alaminya,namun Liona tetap menolaknya karena tetap ingin menjaga perasaan Alvaro.

"Saya tidak ingin melukai hatinya" Liona lalu meminta kepada dokter Nico agar memberikannya obat saja untuk suaminya,obat yang bisa di campurkan ke minuman atau makanan agar tidak ketahuan oleh Alvaro. Dokter Nico berpikir sejenak,lalu berkata kepada Liona.

"Alvaro sudah punya vitamin dan obat dari dokter pribadinya kan?

"iya dok" ujar Liona.

"Selain obat obatan,Alvaro harus menjaga pola hidup sehat" ujar dokter Nico yang menatap Liona penuh rasa iba. Dokter Nico,adalah dokter yang dekat dengan pasiennya,termasuk sama Liona. Hubungan mereka sebagai dokter dan pasien sudah terjalin selama setahun,dan selama waktu setahun itu Liona sering berkonsultasi dengan dokter Nico tanpa sepengetahuan Alvaro. Dokter Nico berdiri dari duduknya,menatap Liona yang duduk di hadapannya itu dengan rasa iba,lalu perlahan mendekati Liona meraba leher Liona yang putih mulus membuat Liona memejamkan matanya karena sebuah sentuhan,lalu dokter Nico berbisik ketelinga Liona.

"Jika kamu ijinkan,aku akan memberimu kepuasan" ujar dokter Nico membuat Liona kaget

"dok,kamu kan dokterku?" sahut Liona sambil menatap dokter Nico yang juga menatapnya tajam. Perlahan bibir dokter Nico mencium leher Liona yang putih dan harum,membuat Liona menutup matanya dan terlena dengan sentuhan bibir dokter Nico. "Ah,dok,ini salah" ujar Liona yang tersadar saat mengingat suaminya,seketika tangan Liona mendorong dokter Nico,namun dokter Nico dengan cepat melumat bibir mungil Liona. Dokter Nico terus melumat bibir Liona dengan sangat bergairah,Liona mencoba melepaskan pelukan dokter Nico,namun pelukan itu terlalu kuat sehingga akhirnya Liona pasrah dengan perlakuan dokter Nico yang memang selama ini tidak pernah Liona rasakan dari Alvaro. Tangan dokter Nico semakin menggila meraba tubuh Liona,dan tiba tiba saja Liona tersadar dan dengan kuat mendorong tubuh dokter Nico.

"Cukup,aku punya suami" bentak Liona,namun dokter Nico tersenyum lalu berkata "suami yang tidak bisa memuaskan istrinya,begitu kan?"

"aku menyesal datang ke tempatmu". Liona segera meninggalkan ruangan dokter nico dengan penuh penyesalan, karena merasa dokter Nico telah melecehkannya.

Bab 3 Penyesalan Alvaro

Tak terpikirkan oleh Liona,jika dokter yang selama ini memberinya arahan,dan dia percayai tega melecehkannya.

"kenapa dokter Nico senekat itu padaku?selama ini aku percaya padanya dan menceritakan masalah rumah tanggaku padanya,tapi dia berusaha memanfaatkan situasi ini". Batin Liona saat berada di dalam mobil menuju toko butiknya. Liona sangat menyesal telah menceritakan keluhannya kepada dokter Nico. Sesampainya Liona di depan toko butiknya,Liona melihat dari dalam mobil,sahabatnya yang bernama Sara sedang duduk menantinya,Liona membuka pintu mobil,lalu masuk ke dalam tokonya menemui Sara yang sudah lima tahun menjadi sahabatnya. Sara adalah seorang janda muda yang telah berpisah dengan suaminya setahun yang lalu.

"Hai Sara". Sapa Liona sambil memeluk sahabatnya itu.

"Hai...,kau dari mana?" tanya Sara. Mata Sara tertuju pada kancing baju Liona bagian atas yang terbuka,dan Liona sadar jika sahabatnya itu memperhatikan kancing bajunya yang belum sempat Liona perbaiki saat terburu buru keluar dari ruangan dokter Nico. Seketika Liona memperbaiki kancing bajunya yang terbuka,lalu mencari alasan yang tepat agar Sara tidak curiga padanya,karena Sara mengenal Liona sebagai wanita yang setia pada suaminya.

"Memangnya,kamu habis melakukan apa?" Liona gugup mendengar pertanyaan Sara.

"A...ku,tadi habis coba baju di butik lain dan lupa memperbaiki kancing bajuku" sahut Liona yang berharap Sara percaya padanya.

"Kamu kan punya toko butik?kok ke toko lain?" Sara yang tidak puas dengan jawaban Liona mencoba bertanya lebih lanjut lagi,namun Liona beralasan bahwa dia ingin mencari model baju lain untuk dijual.

"Sekarang kan banyak model baju terbaru yang keluar,jadi tidak ada salahnya aku cek ke toko lain".

Liona memberi alasan yang masuk akal,sehingga membuat sahabatnya percaya pada perkataannya itu.

"Iya sih, aku juga banyak melihat model terbaru di toko lain" ujar Sara yang setuju dengan perkataan Liona tanpa curiga.

"Oh ya?aku sudah keduluan sama kamu dong" sahut Liona,lalu Sara mengajak Liona untuk bertemu di kafe tempat biasa mereka nongkrong, jika toko butik Liona tutup.

"Bagaimana Liona?kamu mau kan pergi ke kafe idola kita?"tanya Sara sekali lagi,dan Liona setuju.

"Baiklah,tapi aku akan bilang sama Alvaro dulu ya?" ujar Liona,dan akhirnya Sara pamit pulang dari toko butik Liona

"aku tunggu di kafe jam 8.00 malam ya?jangan telat" ujar Sara sambil berlalu meninggalkan toko butik Liona,dan Liona hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum melihat sahabatnya pergi mengendarai mobilnya. Setelah Sara pergi,Liona kembali terbayang dengan sentuhan dan perlakuan dokter Nico. Sebagai wanita normal,Liona sangat membutuhkan sentuhan dari pria seperti dokter Nico yang tahu letak sensitif wanita,namun karena Liona tetap menjaga kesetiaannya pada suaminya,maka Liona mencoba menahan hasratnya itu. Mengapa Liona tidak meninggalkan Alvaro?padahal tanpa Alvaro, kehidupan Liona juga berkelimpahan dari penghasilannya membuka toko butik dan juga warisan yang Liona terima dari almarhum papanya.

Alvaro sangat menyayangi dan mencintai Liona,selama empat tahun mereka menikah,Alvaro tidak pernah memperlakukan Liona dengan kasar,dan inilah yang membuat Liona nyaman dekat dengan Alvaro walaupun Liona akui jika suaminya itu adalah pria yang kaku,dan kurang romantis terhadapnya,ditambah lagi Alvaro yang tidak bisa memuaskan hasrat Liona di ranjang. Liona tetap bertahan hidup bersama Alvaro.

"Titi,ini sudah jam 5.00 sore,tutup saja tokonya" Liona menyuruh karyawannya yang bernama Titi untuk menutup tokonya karena sudah waktunya pulang.

"Baik mbak,hari ini banyak pembeli loh Mbak" ujar Titi senang,karena jika toko butik Liona ramai,maka Liona biasanya memberi tip pada karyawannya.

"Oh ya?bagus dong,kalian dapat bonus lagi nih" sahut Liona.

"Hehe...terima kasih Mbak" ujar Titi senang. Setelah membagikan bonus kepada kedua karyawannya,Liona bersiap untuk pulang kerumah menemui suaminya yang mungkin sudah pulang dari kantornya. Liona dan Alvaro memang sama sama punya penghasilan sendiri,mereka hidup berkecukupan dan serba mewah,hanya sayangnya mereka belum dikaruniai seorang anak.

"Alvaro mungkin sudah di rumah" Liona yang berada dalam perjalanan menuju rumahnya memikirkan Alvaro yang menunggunya di rumah. Benar saja,saat mobilnya memasuki halaman rumahnya yang cukup luas itu,Liona melihat mobil Alvaro terparkir di depan rumahnya yang besar. Liona keluar dari mobilnya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya,disofa Liona melihat Alvaro yang sedang duduk di depan televisi.

"Alvaro,kamu sudah makan?"

"belum sayang,aku menunggumu"

Alvaro berdiri dari duduknya,mendekati Liona lalu memeluk istrinya itu.

"Kamu lelah sayang?" memeluk dan mencium istrinya dengan manja,Liona heran dengan perlakuan Alvaro yang menurutnya cukup romantis,biasanya Alvaro sangat kaku dan tidak pernah memeluknya saat Liona pulang kerja atau dalam hal apapun.

"tidak juga,aku masak untukmu ya?kamu pasti lapar" ujar Liona.

"Tapi,kamu jangan lupa untuk tidak menaruh bubuk cabe dalam masakanmu ya?"pinta Alvaro yang menjaga perut dan lambungnya terhadap makanan pedas,Liona mengangguk sambil tersenyum kepada suaminya.

Liona masuk kedapur melakukan tugasnya sebagai istri,memasak dan menyiapkan makanan buat Alvaro. Sambil memasak didapur Liona mengatakan tentang Sara,yang mengajaknya ke cafe jam 8.00 malam. Kebetulan dapur Liona sangat dekat dengan sofa, tempat Alvaro yang sedang duduk,dan ternyata Alvaro mengijinkannya keluar bersama Sara. "Tapi,kamu jangan pulang terlalu malam ya?" pinta Alvaro.

"Iya sayang,sekitar jam 10.00 aku sudah pulang" sahut Liona. Setelah memasak dan menyiapkan makanan untuk suaminya,Liona segera bergegas kekamar mandi untuk mandi. Alvaro juga tidak ingin terlalu keras terhadap istrinya itu,Alvaro hanya ingin Liona nyaman didekatnya tanpa menekannya. Mungkin,Alvaro juga tahu kekurangannya sebagai pria yang tidak bisa memuaskan Liona diranjang. Alvaro takut kehilangan Liona,karena menurutnya Liona adalah wanita dan istri yang sanggup menerima kekurangannya sebagai pria.

"Apa kamu sudah selesai makan?"

Liona,melihat piring Alvaro yang sudah bersih tanpa sisa makanan

"iya,aku sudah kenyang sayang" Alvaro menatap istrinya yang sudah selesai berganti pakaian dan berdandan.

"Aku pergi ya sayang?" Liona mencium kening Alvaro, "hati hati dijalan sayang" ujar Alvaro sambil menatap Liona sampai masuk kedalam mobilnya. Ada perasaan bersalah yang dirasakan oleh Alvaro terhadap istrinya,walaupun Liona tidak pernah menyalahkannya dan selalu menjaga perasaan Alvaro.

"Maafkan aku Liona,aku tahu kekuranganku sebagai pria. Tapi,kenapa kamu tidak pernah marah atau kesal padaku?kamu malah mengurusku dengan baik,sedangkan aku tidak bisa memberimu nafkah batin" . Airmata Alvaro menetes dikedua pipinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!