"Malam Pak," sapa seorang gadis kepada penjaga gedung. Penjaga gedung itu mempersilahkannya masuk.
"Tumben neng datengnya malem?"
"Kebetulan Nay sedikit sibuk, Pak. Ohya apa ada yang datang ke tempat ini, Pak?" tanyanya penuh harap.
"Tidak ada, Neng" jawab sang penjaga gedung.
"Nay masuk sebentar ya Pak, pengen lihat-lihat,” dengan sopan gadis itu meminta izin.
" Silahkan Neng!" sang penjaga mempersilahkannya untuk masuk.
Gadis itu mulai berjalan masuk kedalam gedung yang pernah menjadi tempat tinggalnya dulu.
"Tidak ada yang berubah,” batinnya.
Nay masuk kesebuah gudang, tempat dulu dia sering bertemu dengan pangeran kecilnya.
Dia menatap ruangan itu, sambil membayangkan kejadian beberapa tahun lalu sebelum sang pangeran pergi meninggalkan dirinya.
Hari itu adalah hari terakhir sang pangeran tinggal di kota ini, dia sengaja menemui Nay untuk mengucapkan salam perpisahan.
"Besok aku akan pergi lama, jadi jaga dirimu baik-baik ya putri cengengku. Aku harap saat aku kembali nanti, kau sudah menjadi orang yang tegar dan tidak mudah menangis."
Tapi tangis Nay semakin kencang setelah mendengarnya.
"Pangeran, memangnya kau mau pergi kemana?" tanya Nay kecil. Dia memang suka memanggil teman kecilnya itu dengan sebutan pangeran.
"Aku harus ikut orang tuaku.Tapi aku janji saat ulang tahunmu yang ke 20, aku akan pulang dan menikah denganmu," tutur Pangeran.
" Menikah? Apa itu menikah?" tanya Nay yang memang tidak tahu artinya.
Pangeran menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"E...aku juga tidak tahu, tapi yang aku dengar kalau dengan menikah kita bisa tinggal bersama selamanya. Dan saat kita menikah nanti, aku berjanji aku akan selalu menjagamu dan membuatmu bahagia."
Nay, si putri cengengpun mengangguk.
"Ohya ini untukmu," ujar sang pangeran sambil memberikan sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang.
"Apa ini?" tanya Nay polos.
"Itu adalah kalung yang akan membuat aku mengenalimu. Jadi jagalah kalung itu sampai aku menjemputmu dan menjadikanmu istriku," kata sang pangeran sungguh-sungguh soalah mengerti dengan apa yang dia ucapkan.
"Tuan muda, Nyonya mencari Anda," panggil seorang wanita, dia adalah pengasuh pangeran.
"Sebentar, Bi," jawab pangeran.
"Lihat, ini adalah kalung milikku. Jadi kau juga harus mengenaliku saat melihat ini."
Sang pangeran memperlihatkan kalungnya. Kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit. Kemudian dia memakai kalung tersebut.
"Ayo tuan muda, Nyonya sudah menunggu anda!" ajak sang pengasuh.
"Ingat, kau harus menjadi anak yang tegar dan jangan menangis lagi. Aku akan datang menjemputmu saat usiamu 20 tahun. Berjanjilah bahwa kau akan selalu menungguku!" ucap sang pangeran sebelum akhirnya dia pergi bersama sang pengasuh.
Nay menatap kalung yang dia pakai, kalung dengan liontin berbentuk bintang.
"Apa kau sudah lupa padaku? Kenapa sampai saat ini kau tidak datang menemuiku?" batin Nay, tanpa terasa air matanya meleleh di kedua sudut matanya.
"Nay, jangan menangis. Ini bukan waktunya kamu menangis, kamu harus tegar seperti janjimu pada pangeran," Nay menyemangati dirinya sendiri.
Nay, segera keluar dari gedung tersebut.
"Pak, apa bus terakhir sudah lewat?" tanyanya pada sang penjaga.
"Belum Neng, inikan belum jam 9," jawab pak penjaga memberitahu. Nay, melihat ke arah jam yang ada di pos penjaga. Jam menunjukkan pukul 8.45.
"Masih ada waktu 15 menit," kata Nay dalam hati.
"Pak, terimakasih ya sudah ngizinin Nay masuk. Nay pulang ya Pak," pamit Nay sopan.
"Hati-hati ya, Neng" jawab pak penjaga lagi.
Nayla berjalanan ke halte terdekat. Dia segera naik kedalam bus saat ada bus yang berhenti. Ketika bus akan berjalan meninggalkan halte terdengar suara orang menghentikan bus tersebut.
"Tunggu!" teriak orang itu yang kemudian ikut naik.
"Untung masih sempat," gumam orang tersebut dengan nafas ngos ngosan karena tadi dia berlari agar tidak ketinggalan bus. Nay hanya meliriknya sebentar, kemudian dia kembali dengan pikirannya sendiri.
"Ongkos-ongkos," sang kernet mulai meminta uang pada penumpang baru.
"Turun di mana, Neng?," tanya sang kernet pada Nay.
"Halte terakhir, Pak" jawab Nay sambil memberikan uang 50 ribuan.
"Kembaliannya sebentar ya mbak,"
Kini giliran orang yang baru naik tadi yang di minta.
"Tujuan?" tanya kernet tersebut kepada penumpang yang baru naik tadi.
"Halte terakhir," jawab orang itu sambil merogoh sakunya.
Orang itu sedikit panik ketika tidak menemukan dompet di sakunya.
"Pak, bisakah saya bayar nanti saat tiba di tujuan?" kata orang itu.
Mendengar itu sang kernet menatapnya sinis.
"Hei, Nak kalau tidak punya uang jalan kaki sana! Ga usah pura- pura kehilangan dompet segala," kata sang kernet.
"Beneran, Pak dompet saya hilang. Saat tiba di tujuan nanti, saya bayar 10 kali lipatnya. Saya janji," jawab orang itu.
"Kalau tidak punya uang turun sana,jangan modus," kata sang kernet dengan emosi.
"Maaf Pak, biar saya yang bayar," kata Nay karena memang dia tidak suka keributan. Akhirnya kernet itu berlalu dari tempat duduk mereka.
"Terimakasih ya, nanti begitu tiba di tujuan aku akan mengganti uangmu 10 kali lipat," ucap orang itu pada Nay. Nay menatapnya sebentar kemudian kembali menatap ke arah jendela.
Setelah satu jam mereka tiba di pemberhentian terakhir.
"Tunggu, sebentar lagi asistenku datang. Tadi saya sudah janji padamu akan mengganti uang mu itu, jadi tolong tunggulah sebentar!" pinta orang itu dengan sopan.
"Tidak usah, aku harus segera pulang. Kalau aku kemalaman temanku akan mengkhawatirkan aku. Permisi," pamit Nay.
Nay berjalan meninggalkan tempat itu.
Beberapa menit kemudian sebuah mobil mewah berhenti di depan orang itu.
"Sorry Bro, tadi sedikit macet," kata orang yang baru keluar dari dalam mobil.
"Gara-gara Lo nih, gua hutang budi sama cewek," gerutu orang itu.
"Maksudnya?" tanya orang yang baru keluar dari dalam mobil.
"Dompet gua hilang, jadi tu cewek yang bayarin gua naik bus. Tadinya gua mau ganti uang tu cewek 10 kali lipat, tapi Lo telat."
"Al,Al. Lo kan punya mobil, ngapain repot-repot naik bus. Dasar!!"
"Lo kan tahu Fan, nyokap gua ga suka kalau gua masih datang ke tempat itu," kata orang yang di panggil Al.
Ya mereka adalah Alvin dan Fandi. Alvin adalah seorang CEO sekaligus pemilik perusahaan terbesar di negara X, sedangkan Fandi adalah asisten, sekertaris sekaligus sahabat Alvin.
Alvin dan Fandi kemudian masuk ke dalam mobil sport berwarna hitam tersebut.
" Gimana, apa Lo ketemu sama dia?" tanya Fandi.
Alvin menggelengkan kepalanya.
"Sampai kapan lo akan nyari dia?" tanya Fandi lagi.
"Entahlah, gua jaga ga tahu," jawab Alvin.
"Sudah cepetan, gua pengen tidur," kata Alvin yang menyuruh Fandi untuk segera melajukan mobilnya. Mobil itupun berjalan meninggal halte tersebut.
Nay, tiba di kosannya jam 10.30 malam. Dia sedikit heran kenapa kosannya gelap karena biasanya temannya tidak akan mematikan lampu sebelum dia pulang.
"Vita,kok gelap sih?" tanya Nay begitu masuk ke kosannya. Namun tidak ada jawaban.
"Vita...kamu dimana," panggil Nay sedikit berteriak.
'BYARRR..' Lampu pun menyala.
Vita dan anak-anak panti keluar dengan membawa kue ulang tahun. Mereka menyanyikan lagu ulang tahun untuk Nay.
Selamat ulang tahun
Selamat ulang tahun
Selamat ulang tahun, Nayla
Selamat ulang tahun.
Vita dan anak-anak panti menyanyikan itu sambil bertepuk tangan. Seketika air mata Nay meleleh.
"Ayo, tiup lilinnya. Aku sudah tidak sabar ingin memakan kuenya," canda Vita.
Nay meniup lilin angka 21 yang ada di atas kue tersebut.
" Terimakasih ya ,Vit. Kamu memang sahabat terbaikku," ucap Nay kemudian memeluk sahabatnya itu.
"Kau juga sahabat terbaikku, Nay", ucap Vita yang juga memeluk Nay.
"Kakak, kapan kuenya akan di potong?" tanya Cia, salah satu anak panti yang usianya paling kecil.
Nay dan Vita melepaskan pelukan mereka dan menghampiri Cia.
"Cia sayang, kamu sudah lapar ya?" tanya Nay sambil mencubit hidung Cia.
Dengan polosnya Cia mengguk.
Nay memotong kue tersebut dan memberikan kepada adik-adik pantinya. Meskipun sederhana, Nay merasa sangat bahagia karena di hari ulang tahunnya, dia bisa merayakannya dengan orang-orang yang dia sayangi.
Untuk sesaat dia lupa akan kesedihannya.
*****
"Kenapa masih disini?" tanya Vita yang melihat Nay duduk sendirian di depan kosannya.
"Apa mereka sudah tidur?" tanya Nay
"Sudah, kelihatannya mereka semua bahagia," jawab Vita sambil mendudukan dirinya di samping Nay.
"Apa dia tidak datang lagi?" tanya Vita, Nay menggelengkan kepalanya.Dari matanya terlihat kalau dia sangat sedih.
"Sampai kapan Nay, kamu akan terus menunggunya?" tanya Vita.
"Entahlah," jawab Nay yang terdengar pasrah.
"Ohya Nay, ini hadiah dari kakakku," ucap Vita sambil memberikan sebuah kotak pada sahabatnya itu.
"Kak Ifan sangat baik ya, setiap tahun dia selalu memberiku kado," kata Nay sambil menerima kotak tersebut dari tangan Vita.
"Coba buka apa isinya," seru Vita penasaran. Mereka pun membuka kado tersebut. Nay terlihat sangat bahagia ketika melihat isi kado tersebut. Kotak kado itu ternyata berisi kotak musik dengan boneka salju di dalamnya.
"Aneh, kakak bilang isinya jam tangan kenapa jadi boneka?" gumam Vita dalam hati. Dia merasa bingung karena isinya tidak sesuai dengan yang di katakan oleh kakaknya. Tapi dia tidak perduli saat melihat senyum di wajah Nay sahabatnya.
"Ayo tidur, aku sudah ngantuk. Besok aku ada kuliah," ajak Vita yang di angguki Nay.
Nay membaringkan tubuhnya sambil terus menatap kotak musik pemberian Ifan. Dia menganggap kalau kotak musik tersebut adalah pemberian pangeran kecilnya.
Nay kecil, manangis sesegukan karena dia ingin bertemu dengan orang tuanya yang sudah meninggal. Semua pengurus panti sudah berusaha membujuknya,namun dia tetap saja menangis.
Hingga pangeran kecil datang dan membujuknya.
"Apa kau merindukan orang tuamu?" tanya pangeran.
"Iya, Aku ingin melihatnya, Aku ingin bertemu dengan mereka," jawab Nay dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya.
"Kau lihat itu," kata pangeran sambil menunjuk ke arah langit.
Nay mengikuti arah yang di tunjukkan oleh sahabat kecilnya itu.
"Orang tuamu ada disana, mereka bahagia disana. Mereka akan bersedih saat melihatmu menangis, jadi berhentilah menangis," kata sang pangeran.
"Tapi, ayah dan ibuku berjanji akan mengajakku melihat salju. Dan aku ingin melihat salju sekarang," jawab Nay kecil.
"Tunggu disini!" suruh pangeran
Beberapa menit kemudian sang pangeran datang dengan membawa sesuatu di tangannya.
"Apa itu?" tanya Nay yang sudah berhenti menangis.
"Ini adalah kotak musik. Kau lihat, di dalamnya ada boneka salju dan juga bintang. Apa kau ingin mendengar musik di dalamnya?" tanya pangeran sambil menunjukkan benda yang dia bawa.
Nay mengangguk.
Kemudian keduanya mendengarkan musik sambil melihat boneka salju didalamnya bersama-sama.
Nay terus menatap dan mendengarkan kotak musik tersebut sembari tersenyum hinggaga akhirnya dia tertidur.
*****
Sementara itu di tempat lain, Alvin mengacak-acak isi kopernya.
"Dimana benda itu ya? Perasaan aku taruh di koper kanapa tidak ada," batin Alvin sambil mengingat- ingat.
"Apa mungkin tertinggal di bandara? Tapi masa iya sih tertinggal di bandara." Alvin terus berbicara pada dirinya sendiri.
Karena benda yang dia cari tidak kunjung ditemukan, Alvin memutuskan untuk tidur. Apalagi hari itu, dia memang sudah sangat merasa kelelahan.
Hari ini Alvin baru saja tiba dari luar negeri. Ketika turun dari pesawat, dia langsung pergi ke tempat dulu, dia bertemu dengan teman masa kecilnya untuk menepati janji. Meskipun akhirnya dia harus kecewa karena tedak berhasil bertemu dengannya.
Hari itu Nay dan Vita pergi ke subuah supermaket untuk membeli kebutuhan bulanan mereka. Sebenarnya Nay lebih suka berbelanja di pasar karena harganya yang murah, tapi Vita memaksanya dan mengatakan akan membayar semuanya sebagai hadiah ulang tahunnya. Vita memang berasal dari keluarga yang cukup berada, tapi dia tidak pernah melihat seseorang dari hartanya. Bahkan kakak dan keluarganya juga menyayangi Nay. Mereka menanggap Nay adalah bagian dari keluargan mereka.
Sejak pertama kali Vita membawa Nay kerumahnya, orang tua Vita ingin mengadopsinya. Tapi Nay selalu menolak karena dia ingin selalu tetap berada di panti.
"Katanya ada kuliah pagi?" tanya Nay sambil memilih barang yang akan dia beli.
"Sebenarnya aku malas kuliah hari ini.Apalagi jika ingat dosen hari ini itu killer," jawab Vita seraya mengambil barang yang sedang Nay pilih dan memasukkannya ke troli.
"Hei, itu semua mahal," kata Nay sambil mencoba mengambil barang yang Vita masukkan barusan.
"Kan sudah aku bilang tadi, hari ini aku yang bayar. Jadi tidak usah lihat harganya, kalau suka dan memang butuh ambil saja," kapok biar gumo sendiri Vita sambil mengambil beberapa barang dan memasukkan ke dalam troli.
"Tapi tetap saja sayang kan uangnya. Mending tadi kita ke pasar, disana jauh lebih murah," kata Nay lagi.
Vita tidak memperdulikan ucapan Nay, dia memasukkan semua barang yang sekiranya temannya itu butuhkan dan baru berhenti saat troli sudah penuh.
Mereka segera menuju ke kasir, tapi disana terlihat ada sedikit keributan.
Ada seorang wanita yang menyerobot antrian dan marah-marah pada penjaga kasir.
"Maaf mbak, tapi ibu ini duluan. Silahkan Anda mengantri," kata sang penjaga kasir
"Heh, kamu nggak tahu siapa saya?" tanya wanita itu dengan meninggikan suaranya.
"Maaf mbak, siapapun mbak tetap harus mengantri," kata penjaga kasir itu lagi.
"Aku adalah kakasih dari direktur perusahaan grup H,aku bisa membeli supermarket ini dan juga membelimu jika aku mau," kata wanita itu dengan sangat angkuh. Mendengar nama direktur grup H membuat nyali penjaga kasir itu menciut, apa lagi supermarket itu berada dibawah naungan grup H.
"Maaf ya Bu, saya harus melayani mbak ini dulu," ijin penjaga kasir kepada seorang ibu yang di serobot antriannya tadi.
"Pacar grup H ternyata tidak punya sopan santun, tidak punya etika, apalagi moral," gerutu ibu itu dengan suara lirih, tetapi masih terdengar oleh orang di sekitarnya.
Ketika penjaga kasir hendak memulai menghitung belanjaan wanita itu, tiba-tiba seseorang mencegahnya dengan memegangi tangan penjaga kasir.
"Hitung dulu milik ibu ini," suruhnya kepada penjaga kasir.
"Tapi...",penjaga kasir itu melihat ke arah wanita yang marah-marah tadi.
"Dan kau, kau bilang kau adalah kekasih dari Direktur grup H. Kalau begitu aku adalah calon istrinya," katanya sambil menatap wanita itu tajam.
"Kau pikir keluarga grup H,searogan dirimu? Pimpinan grup H, meskipun dia kaya dia tidak pernah berbuat semena-mena. Bahkan mereka selalu memperlakukan orang dengan sangat baik," katanya tegas.
"Sebaiknya kau introspeksi dirimu, apa kau pantas menjadi kekasih Direktur Grup H?"
mendengar hal tersebut membuat wanita itu geram. Ditambah sorak sorai dari pengunjung lainnya. Dengan perasaan dongkol wanita itu akhirnya pergi.
"Nay, apa maksud perkataanmu?" tanya Vita,karena wanita yang barusan ikut berbicara adalah Nay.
"Perkataan yang mana?" tanya Nay
"Bahwa kamu adalah calon istri Direktur Grup H?"
"kau ini, aku hanya menggertak tadi," jawab Nay.
"Aku hanya tidak suka ada orang yang mempermalukan keluarga dari direktur Grup H. Karena dulu pemilik Grup H, sering datang ke panti dan memberikan banyak sumbangan.
Mereka juga yang membantu Bu Retno lepas dari tuduhan penggelapan uang. Bahkan setelah kematian Direktur utama Grup H setahun yang lalu, anaknya masih datang memberikan bantuan ke adik-adik panti. Makanya aku tidak suka jika ada orang yang merusak nama baik keluarga mereka," jelas Nay panjang lebar.
"Eh, giliran kita."
Mereka berdua menurunkan semua barang yang ada troli.
" Totalnya 2 jt,mbak." lkata sang penjaga kasir.Vita mengeluarkan kartu kreditnya dan memberikannya kepada penjaga kasir.
"Makasih, mbak" ucap penjaga kasir.
"Kau lihat tadi,hanya untuk barang segini saja 2 jutaan, orang kaya memang aneh. Tapi trima kasih ya", ucap Nay pada temannya itu.
"Sama-sama Nay ku sayang," awab Vita.
"Nay, tapi Maaf ya aku nggak bisa mengantarnu ke panti. Soalnya aku ada kuliah pagi," pamit Vita.
"Tidak masalah," jawab Nay.
"Hari ini kamu nggak kerja?" tanya Vita,
"Aku sudah minta ijin untuk datang terlambat," jawab Nay
"Aku duluan ya Nay, kamu hati-hatilah" kata Vita sebelum pergi.
Nay sedikit kesusahan untuk berjalan, karena banyaknya barang yang dia bawa.
"Akhirnya aku bertemu denganmu," suara itu mengejutkan Nay.
"Kenapa kamu ingin bertemu denganku?" tanya Nay tidak mengerti.
"Hei nona, apa kamu benar-benar lupa padaku?" tanya orang itu sambil menunjuk hidungnya sendiri. Nay menatapnya sebentar kemudian dia mencoba mengingat-ingat.
Beberapa saat kemudian ,"tidak tahu" jawab Nay cuek.
Orang itu menghela napasnya .
"Kamu tahu,biasanya orang akan selalu mengingatku hanya dalam sekali melihat. Tapi kamu sama sekali tidak mengingatku."
"Aku Orang yang semalam naik bus,yang ongkosnya kamu bayar," kata orang itu kemudian.
Nay menatap kembali orang di depannya tersebut.
"Oh...iya aku ingat," jawab Nay.
"Ini uang yang aku janjikan," kata orang itu sambil memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu. Nay, hanya menatapnya sebentar.
"Tidak usah," jawab Nay.
"Terimalah,aku tidak suka berhutang budi pada orang lain," orang itu memaksa Nay untuk menerima uang di tangannya.
"Aku bilang tidak usah!" jawab Nay yang kembali menolak uang tersebut.
"Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang bagaimana?"
"Aku tidak mau diantar oleh orang yang tidak aku kenal," jawab Nay lagi.
Orang itu mengambil tangan Nay dan menjabatnya.
"Aku Alvin,biasa di panggil Al," orang itu memperkenalkan diri.
"Sekarang kita sudah kenalankan? Jadi aku bisa mengantarkanmu pulang," kata Alvin.
Tanpa menunggu jawaban dari Nay, Alvin lansung mengambil bawaan Nay dan memasukkan kedalam mobilnya.
"Masuklah!," suruh Alvin sambil membukakan pintu mobilnya.
Nay masih tetap diam.
"Cepatlah!" suruhnya lagi.
Akhirnya Nay menuruti perkataan Alvin.
"Kenapa belum jalan?" tanya Nay.
"Kamu belum bilang tujuan kita kemana," jawab Alvin.
Nay tersenyum karena kebodohannya. Alvin terpesona melihat senyum manis gadis di sebelahnya.
"Ayo jalan,nanti biar aku yang memberimu petunjuk," kata Nay.
"iya..." jawab Alvin lirih.
Sepanjang perjalanan Alvin selalu mencuri kesempatan untuk menatap senyum manis gadis di sebelahnya.
"Stop..stop..stop!" Alvin menghentikan mobilnya.
" Aku turun disni," kata Nay.
Alvin melihat sekelilingnya.
"Bukannya ini masih jalan raya?" tanya Alvin bingung.
Nay,memanggil tukang becak yang tidak jauh dari merka.
"Pak, antar ini ketempatnya Bu Retno ya.Ini uangnya," kata Nay sambil menyerahkan uang 50 ribuan kepada tukang becak tersebut.
"Terimakasih tumpangannya,mulai dari sini aku jalan kaki saja," kata Nay.
"Aku masih bisa mengantarmu kok."
"Tidak usah, aku tidak mau orang-orang salah paham nanti," jawab Nay sopan.
"Tapi aku boleh tahukan siapa namamu?" tanya Alvin.
"Nayla, biasa di panggil Nay. Akhinya mereka berpisah di tempat itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!