NovelToon NovelToon

Sekar

WARISAN KAKEK BUYUT

“Sekar... Sekar... Sekar…."

Sekar seperti terbangun dari tidurnya.

Dia kaget dengan keberadaannya sekarang,

“Dimana aku, dan siapa yang manggil manggil namaku."

Sekar datanglah kesini Nak."

Sekar  menoleh  ke kiri  dan  ke kanan  mencari  siapa  yang  memanggilnya. 

“Maaf Anda  siapa ya, dan Saya ada dimana?”

“Kesini Nak, Saya Kakek Buyutmu."

Kemudian  Sekar  melangkahkan     kakinya sambil melihat sekelilingnya.   

Dia  berada  disebuah taman yang indah.

Banyak bunga-bunga bermekaran di sana, terasa asri dan udara segar masuk kedalam rongga dadanya. 

Dia belum bisa melihat siapa yang memanggilnya.

“Kesini lah Nak, ini Kakek Buyutmu."

Tiba-tiba di depannya sudah berdiri seorang kakek tua berambut panjang, beruban dan berjanggut putih menatapnya dengan penuh kasih sayang,

“Kesini lah Nak." panggil kakek itu.

“Kamu pasti bingung siapa Kakek,  Kakek  adalah  salah satu Kakek Buyutmu."

"Kakek  ingin  memberikan ini, kalung dan cincin untuk bekal kamu menemukan orang tuamu, dan juga jati dirimu."

“Pakailah Nak,   dengan  kalung  ini kamu  akan  terlindungi." 

"Setelah kamu  pakai  kalung dan  cincin ini, kamu akan langsung  mendapat warisan  ilmu  langka yang  akan membantumu,  agar tidak ditindas orang."

" Kamu akan bisa ilmu bela diri."  

"Jika  kamu  sentuh  cincin  itu,  kamu  bisa  mendengar orang yang bercakap-cakap."

"Meskipun itu jaraknya tidak dekat denganmu atau orang itu berbisik-bisik."

"Konsentrasi  pada orang yang menjadi obyeknya."

"Kamu juga bisa membaca isi hati  orang di  sekitarmu."

'Satu lagi,  kamu  juga  bisa  menyerap  ilmu   apapun,  pada  orang-orang  di dekatmu tanpa   orang   tersebut   berkurang  ilmunya."   

"Terimalah  ini  sebagai   bekal   mencari   keluargamu,  dan   gunakan untuk kebaikan."

“ Siap Kakek, tapi orang tua saya yang mana ?”

"Bukankah yang disini adalah orang tua saya?”

“Bukan, orang yang kamu ikuti sekarang itu adalah orang yang disuruh memelihara kamu."

“Ada orang jahat yang telah mencelakakan keluargamu."

“Jadi orang tua kandung saya sekarang ada di mana Kek."

"Sabarlah Nak, nanti kamu akan menemukan keluargamu."

“ Hari ini kamu akan  dijemput  orang."

"Orang   tua angkat mu   sudah menjual kamu kepada  germo."

"Jangan takut Sekar, Kakek akan  selalu mendampingi mu."

"Ikuti saja  yang  jadi  rencana orang jahat itu."

" Disana lah awal perjalanan hidupmu Nak."

“Saya takut Kek."

“Jangan takut."

"Bukankah Kakek sudah memberi bekal kalung dan cicin?"

"Gunakan nanti jika dibutuhkan."

"Ingat ya Nak, hanya untuk membela diri dan membela kebenaran."

“Ya Kek terima kasih."

“Ya Nak, siapkan mental dan hati kamu ya, tetap semangat."

“Siap Kakek, semoga Sekar diberi jalan keluar dan Allah selalu melindungi Sekar, aamiin yra."

Tiba-tiba diluar kamar bu Asih teriak-teriak memanggil Sekar.   

“Sekar… Sekar … Sekar …., tok tok tok, bangun!"

"Sarapan paginya  mana Sekar,  tidur dah kayak  kebo!"

"Bangun... bangun Sekar…!"

“Siapa sih,  berisik  banget, ah ternyata  aku  bertemu Kakek  hanya dalam  mimpi."

"Tadi nama kakek siapa ya, saya kok lupa, , eh iya kakek  Arya kalau tidak salah,"

"Ternyata hanya mimpi, tapi kenapa  ini  kalung dan cicin yang kakek Arya berikan kok ada di leher dan jariku."

"Tadi itu ngimpi apa beneran sih, bingung jadinya," batin Sekar."

“Sekar …. Sekar …Sekar..., woi bangun pemalas!”

“Iya Bu sebentar."

Pelan-pelan Sekar keluar dari kamar.

“Ada apa  ya Bu?"

“Ada apa, ada apa, sudah jam berapa sekarang?"

"Orang-orang sudah pada ribut mau sarapan, kamu malah baru bangun."

"Dasar pemalas, tukang tidur, cepet masak!”

“ya Bu, maaf."

Dengan lesu Sekar berjalan ke dapur menyiapkan sarapan untuk keluarga ibu angkatnya.

Mereka terdiri dari ayah, ibu dan kedua adik angkatnya.

Sementara Sekar masak bu Asih dan pak Wawan sedang terlibat pembicaraan yang serius.

“Pak, gimana tuan Thomas, jadi mau jemput Sekar?”

“Jadi Bu, nanti siang nona Cyndi yang diperintah ke sini."

"Tolong bilang sama Sekar, suruh siap-siap biar nona Cyndi tidak lama menunggu."

“Bilangnya ke Sekar mau diajak kemana Pak?”

“BIlang saja mau dikasi pekerjaan di kota."

"Daripada dia di rumah menganggur, dan jadi beban kita, mending dia kita suruh kerja biar bisa menghasilkan uang."

“Tapi uang untuk penggantian Sekar sudah ditransfer kan Pak?”

“Sudah, kemaren tuan Thomas mentransfer seratus juta."

"Bilangnya sih mau ditambahi lagi kalau sudah melihat orangnya."

"Kalau orangnya cantik dan sesuai yang diinginkan, akan ditambah lagi."

“Sukur deh, uang seratus juta kan bisa buat beli rumah sederhana, dikampung ini dapat dua rumah."

"Nanti satu bisa untuk Sandi, satu lagi buat Intan."

"Nah kalau ada tambahan, Ibu pengin beli baju."

"Sudah lama lo Ibu tidak beli baju."

“Atur saja, Bapak tidak masalah."

"Sekarang cepat kasih tahu Sekar."

"Oh ya sarapan  sudah siap belum?, bapak sudah mau berangkat kerja ni."

“Ya Pak sebentar, Ibu mau lihat ke dapur dulu."  

Bu Asih langsung menuju dapur.

“Sekar, sudah selesai belum masaknya?”

“Sudah Bu, Sekar masak nasi goreng, tinggal Sekar bawa ke meja makan."

“Ya sudah, cepet taruh di meja makan."

"Bapak, Sandi sama Intan sudah menunggu."

“Ya Bu."

“Ibu..., sarapannya lama sekali sih, aku sudah lapar dan sudah kesiangan juga," teriak Intan tidak sabaran.

“Iya Bu, Sandi juga nih mau ada ulangan pagi, jadi harus berangkat pagi, cepetan, nanti Sandi terlambat."

“Cepat Sekar,  lihat itu,  gara-gara kamu tidur  tidak tahu aturan, semua  jadi  kesiangan,"

Sekar hanya diam sambil membawa nasi goreng ke meja makan.

“Kak, kamu itu lelet amat sih jadi orang, saya kesiangan tahu!”

“Iya  nih  tidak bisa  diandalkan,  suruh pergi  saja Bu  bikin  beban  keluarga  kita."

Sekar sangat  geram mendengar celotehan adik-adik angkatnya, 

Kemudian Sekar pura-pura kepleset, dan nasi goreng yang ada ditangannya lepas jatuh tumpah semuanya."

Karena waktu jatuh tangan sekar sengaja membalikkan tempat nasi  gorengnya, sehingga tertumpah semuanya.   

“Sekar...! apa-apaan kamu, lihat ulah mu,  nasi  gorengnya  tumpah semua, sekarang kami makan apa!, teriak bu Asih.

“Makan angin," Sekar nyaut dengan cuek.

“Apa katamu?”

Bu Asih sudah siap menampar pipi Sekar, tapi keburu dicekal tangannya oleh pak Wawan.

“Bu ingat ya, jangan  ada  bekas luka di  tubuh Sekar."

"Apalagi ada bekas tamparan di pipi  Sekar."

"Apa  Ibu mau  ditegor nona Cyndi?”

“Ah sialan kamu Sekar."

“Sudahlah,  tidak  usah diributkan,  Bapak  makan di warteg saja nanti."

"Sandi dan Intan sarapan di kantin sekolahan."

'Ibu bisa masak mi dulu ya."

"Ayo anak-anak kita berangkat."

“Pak duwit jajannya tambahi buat sarapan."

“Ya sudah ini Bapak tambahi."

Mereka  bertiga  segera  berangkat.

Sandi  dan  Intan  berangkat  sekolah. 

Sandi kelas 2 SMA, Intan kelas 1 SMA.

Sedangkan  pak  Wawan  jadi  supir  ojek  online  motor.

Sandi dan  Intan naik motor berboncengan, karena kebetulan sekolahnya  sama.  

Sedang  Sekar  tahun  ini sudah  lulus SMA.

Kepenginnya melanjutkan kuliah, tapi pak Wawan tidak mau membiayainya.

Sepeninggalan mereka bertiga bu Asih mencari Sekar di dapur.

“Sekar!, puas kamu pagi-pagi sudah bikin ulah?"

“Bu, kenapa sih Ibu itu selalu marah-marah sama Sekar?”

“Apa Ibu dan Bapak tidak sayang sama Sekar?”

“Sayang  katamu?,  untuk   apa  kami   sayang   sama  kamu." 

" Kamu  itu   ya,  sudah  beruntung  Ibu  sama   Bapak menyekolahkan kamu sampai SMA."

"Kamu harusnya berterima kasih."

“Lah  kan  memang  sudah  jadi  tanggung  jawab Ibu dan Bapak,  menyekolahkan anak-anaknya."

"Termasuk aku, kan anak Bapak Ibu juga."

“Bukan,  kamu  bukan anak kami."

"Kamu itu anak  yang dibuang oleh keluargamu."

" Karena kebaikan kami saja, kamu kami pelihara dan kami sekolahkan hingga sampai SMA."

"Kamu harusnya balas budi pada kami."

“Dengan cara apa?”

"Nanti siang ada yang mau menjemputmu untuk kamu kerja di kota."

“Kerja apa Bu?"

“Kerja apa saja yang penting dapat uang."

“Apa saja Bu?, termasuk jadi pelacur?”

“Kenapa tidak, mukamu tidak jelek, pasti gampang dapat duwit banyak."

“Ibu ngomong begitu, apa Ibu tidak takut dosa?"

"Tobat Bu, tobat, mengapa Ibu jadi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, dosa Bu, dosa."

“Lo yang jadi pelacur kan kamu, kok Ibu yang dosa."

“Tapi Ibu yang menjual Sekar."

“Ya itu kan bentuk balas budi kamu sudah Ibu besarkan dan sekolahkan."

"Balas budi kan bisa dengan cara lain."

“Ibu, tega sekali Bu sama Sekar."

Sekar  terasa diiris -iris hatinya mendengar semua perkataan bu Asih.

Meskipun dia anak angkat,  tapi dari kecil kan  sudah dia pelihara. 

Apa tidak  ada rasa  sayang dihatinya. 

Dengan  perasaan kecewa Sekar berniat meninggalkan dapur, tapi bu Asih menahannya.

“Sekar  tunggu,  sebentar  lagi nona  Cyndi datang."

"Kamu  siap-siap dan berangkat ikut dengannya."

"Bekerjalah biar dapat uang, kemudian kirim ke Ibu, dari pada di sini jadi beban.'

Sekar  hanya  diam dan  langsung pergi  masuk kamar untuk siap-siap meninggalkan rumah yang penuh drama dan penyiksaan. 

Selama ini bukan  hanya  omelan  dan  makian  tiap  hari  yang  didapat  Sekar.

Tapi pukulan,  jambakan dan tendangan  yang  selalu menemani  hari-harinya. 

Ada rasa sukur yang dia rasakan bisa pergi meninggalkan rumah ini.

Entah  bagaimana takdir  dia nanti, yang jelas dia percaya dengan takdir baik yang akan Allah berikan padanya.  

Juga ada Kakek Arya yang akan selalu mendampingi dan menjaganya

SEKAR DIJUAL

Di  keluarga  bu  Asih  sudah  terbiasa  Sekar  diperlakukan  beda  dengan  kedua  adiknya.

Kata-kata  pedas  dan bentakan sudah jadi makanan sehari-hari.

Bahkan kalau bu Asih atau keluarga lain  kurang puas dengan masakannya atau kerjaan yang lain tak segan-segan mereka melakukan KDRT.

Semalam terjawab sudah semua pertanyaan yang selama ini ada  di  hati Sekar.

Setelah  bertemu dengan  kakek Arya.

Kenapa  dia  diperlakukan  tidak  manusiawi, yah karena dia bukan anak kandungnya pak Wawan dan bu Asih.

Anak yang hanya menjadi beban.

Mengetahui kenyataan ini hati Sekar sangat sakit dan sedih.

Siapa orang yang sudah membuat keluarganya porak poranda begini.

“Ya   Allah  semoga  Engkau  cepat   memberi  petunjuk,  siapa   orang  yang   sudah  menyakiti  keluargaku."

"Pertemukan lah hamba dengan keluarga hamba, ayah bunda hamba Ya Allah."

"Semoga mereka masih selamat dan sehat-sehat selalu, aamiin yra."

“Sekar, kamu sudah selesai belum berkemasnya, sebentar lagi nona Cyndi datang."

“Ibu beneran Sekar harus pergi ke Jakarta?"

“Ya, memang Ibu main-main?”

“Ibu benar-benar menjual Sekar kepada orang kota itu?”

“Bukan menjual Sekar, hanya mencarikan pekerjaan buat kamu."

"Kamu kan sebentar lagi mau meninggalkan rumah Ibu, Ibu doakan mudah-mudahan setelah sampai kota, hidupmu berubah menjadi orang kaya."

"Kamu pasti tidak  akan kembali lagi ke rumah ini."

" Jadi anggap saja uang dari nona Cyndi sebagai tanda balas budimu pada keluarga Ibu."

"Dari pada di rumah Kamu nganggur."

"Kalau kamu kerja kan dapat  uang."

"Di rumah kamu juga cuma bengong-bengong doang, hanya jadi beban kami saja."

“Ibu tega ngomong begitu sama Sekar Bu."

"Biarpun Sekar bukan anak kandung Ibu, tapi dari kecil kan Sekar sudah ikut Ibu, apa tidak ada sedikitpun  rasa sayang Ibu untuk Sekar?"

"Disini Sekar juga bukan hanya diam saja ya Bu, semua kerjaan rumah Sekar yang menyelesaikan."

"Sudah kayak pembantu saja."

“Kamu sudah berani melawan Ibu ya Sekar?"

"Sudah berani hitung-hitungan sama Ibu?"

"Asal kamu tahu saja ya, kamu itu anak pungut, anak yang dibuang orang tuamu."

"Kamu hutang budi sama Ibu dan Bapak."

"Kami sudah membesarkan dan menyekolahkan kamu hingga  SMA."

"Harusnya kamu bisa bales budi sama kami."

"Kerja, nanti tiap bulan harus kirim uang buat kami."

“Sekar tidak janji ya Bu."

"Sekar malas memberi uang sama keluarga tosix kayak keluarga di sini."

“Kurang ajar kamu Sekar."

Bu Asih berdiri mau memukul Sekar.

Sekar hanya diam sambil memandang bu Asih dengan sinis.

“Ayo  pukul,  pilih yang  mana, muka, badan atau  mau yang mana yang Ibu suka, pukul saja."

"Kalau Sekar luka kan nona Cyndi tidak jadi bawa Sekar."

"Sekar bisa selamat sementara waktu."

"Ibu pikir semua yang Ibu lakukan kepada Sekar tidak akan ada karmanya?”

"Sekar ingatkan sama Ibu ya, karma itu ada Bu."

"Ibu menjual Sekar, tapi nanti bisa saja yang rusak anak Ibu, Ibu tidak  ingat punya  anak  perempuan?"

"Kalau  anak perempuan  Ibu  diperlakukan  seperti ini bagaimana  perasaan Ibu?”

“Sudah  cukup  jangan  banyak  ngomong kamu,  cepat  kemasi pakaianmu dan mandi."

"Nona Cyndi sudah dalam perjalanan, sebentar lagi sampai."

Dengan langkah malas Sekar masuk ke kamarnya.

Kamar sempit yang pantasnya digunakan untuk gudang.

Tapi dia masih  tetap  merasa   bersukur.

Sampai  sekarang  masih  diberi  kesehatan  dan  panjang  umur.

Jadi masih punya kesempatan untuk bertemu keluarganya kembali.

Tepat pukul satu siang Cyndi datang dikawal oleh lima orang laki-laki seram yang semua berpakaian hitam.

"Assalammualaikum Bu Asih."

"Waalaikumsalam siapa ya?"

"Saya Cyndi Bu Asih."

"Eh Non Cyndi sudah datang, ayo Non masuk, kesasar tidak?"

"Nyasar kemana-mana Bu, muter-muter."

"Pakai map juga malah tambah jauh."

"Kebanyakan  orang  yang baru datang ke  desa kami memang selalu muter-muter."

"Pakai map malah diputer jauh."

"Padahal ada jalan tembus yang dekat."

"Ya sudah, ayo istirahat dulu sini di dalam."

"Saya di teras sini saja Bu, adem."

"Ya sudah, Ibu masuk dulu ya mau bikin minum."

" Kalian mau minum apa?"

"Kalau ada es mau Bu, haus dan panas."

"Ya Non ditunggu ya."

Bu Asih langsung menuju dapur, sambil  memanggil Sekar.

"Sekar, nona Cyndi sudah datang, cepat bikinkan minum."

"Ya Bu." Jawab Sekar.

"Tidak pakai lama."

Sekar tidak menjawab, dia langsung menuju dapur untuk membuat minum.

"Sekar bikinnya minum tujuh teh es."

"Ya."

Kemudian Sekar membuat minuman es teh tujuh gelas dan di bawa ke ruang tamu.

"Non Cyndi, kenalkan ini Sekar anak angkat saya."

"Ternyata kamu cukup cantik juga."

"Kamu sudah siap Sekar?"

"Sudah," jawab Sekar sinis.

“Sekar jangan tidak sopan kamu," kata Bu Asih mengingatkan.

“Apa masih perlu saya berbasa basi disini?”

"Sudah pinter ngomong kamu Sekar."

"Cepat masuk, beberes apa yang mau kamu bawa."

Sekar langsung pergi dengan acuh tak acuh.

"Memang Sekar orangnya dingin begitu ya Bu?"

"Tadinya  anaknya  penakut  dan  penurut  Non."

"Tidak ngerti itu anak, kenapa setelah tahu dia mau diajak ke Jakarta kok sifatnya jadi berubah begitu."

"Apa dia tahu kalau Ibu jual?"

"Kayaknya sih iya, oh ya gimana cantik kan?"

"Cantik sih cuman judes."

"Nanti kan Non Cyndi bisa mengaturnya."

"Non Cyndi jadi nambahi uang lagi kan buat Ibu?"

"Ini saya tambahi lima juta."

"Setelah ini Ibu tidak ada lagi hak terhadap Sekar."

"Ya  Non, semua terserah  Non Cyndi untuk mendidiknya."

"Terima kasih  Non,  ayo diminum es tehnya."

Cyndi dan para pengawalnya tanpa sungkan langsung meminumnya.

Sekar Pergi Ke Kota

Setelah  menaruh  minuman di  ruang tamu,  Sekar pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke Jakarta. 

Bu Asih melihat punggung Sekar dengan kesal.

“Untung kamu menghasilkan uang, kalau tidak sudah saya getok kepalamu."  

Setelah Cyndi selesai istirahat, sekitar pukul tiga sore Sekar dibawa Cyndi ke Jakarta.

Dalam perjalanan Cyndi berusaha mencairkan kecanggungan. 

“Hmm cantik juga kamu, siapa namamu tadi?”

“Ga  penting  siapa  namaku,  kau  bisa  merubah namaku sesuka hatimu, bukankah itu yang sering kamu lakukan?, jadi untuk apa namaku kau ketahui."

“Dari nada omonganmu,  kamu pasti sudah  tahu untuk apa kamu saya bawa ke kota, baguslah."

"Kamu tinggal sedikit belajar, modal sudah ada, kecantikanmu akan dapat menghasilkan uang banyak."

“Masa bodoh, aku tidak peduli."

“Sekar  kamu  jangan  kurang  ajar ya sama saya, bersikaplah sopan pada saya."

"Mungkin saya yang akan merubah hidupmu di kota menjadi orang yang sukses."

“Sukses katamu?, yang ada rusak masa depanku."

“Aku tidak mau berdebat denganmu, kamu diam dan terima nasibmu!" bentak Cyndi kesal.

“Kamu yang diam, saya tidak peduli dengan apa yang akan kamu rencanakan, saya mau tidur."

“Sialan  kamu Sekar, baru kali  ini saya  bertemu  wanita yang saya beli tidak ada rasa takutnya sama sekali."

"Kamu itu bener-bener perempuan bar-bar."

“Masa bodo dengan penilaian mu, yang jelas saya tidak bisa seenaknya kamu atur."

“Ha ha ha, pede sekali kamu, memang kamu siapa?”

“Kamu itu perempuan yang sudah saya beli, lihat saja.'

"Akan Saya bikin kamu melayani banyak laki-laki hidung belang dalam semalam."

Sekar pura-pura tidak mendengar omongan Cyndi, dia pejamkan matanya dan berusaha tidur.

“Heran,  punya  ilmu  apa  dia,  berani  sekali  dia  ngelawan  saya."   

"Awas  saja,  saya  bikin  bonyok  kamu." 

"Kamu bakalan  nangis darah dan berlutut minta ampun kepada saya nanti."

"Saya Cyndi, pantang dilawan sama ayam-ayam peliharaan saya sendiri," batin Cyndi. 

Kemudian suasana hening.

Sekar benar-benar  tidur,  dia  memanfaatkan  waktu  untuk istirahat.

Karena dia tidak tahu, di tempat barunya nanti nasib  apa yang  akan menimpanya.

Dia  tetap  percaya  dengan kebesaran Allah yang akan menolongnya.

Juga ada Kakek Arya yang akan selalu mendampingi serta menuntunnya kemana kaki Sekar harus melangkah.

Sekar  memejamkan  matanya  sambil  memikirkan  apa  yang  akan  terjadi  di  kota  nanti,   

Dia  juga belum punya rencana  kalau  dia  bisa  lepas  dari  tangan  germo  yang  menjadi  bosnya  Cyndi,  dia  terus mau tinggal di mana.

Masalah uang, Kakek Arya sudah membekali untuk  hidup dalam jangka panjang.

Tapi dia belum pernah ke Jakarta, bisakah  dia  menaklukkan  ibukota  yang  besar  ini. tanpa  ada  pengalaman  hidup  di  luar  kampung  tempat  dia dibesarkan.

“Ah sudahlah, nanti juga akan ketemu jalannya sendiri, saya selesaikan masalahnya satu persatu."

“Sekar kamu tidak usah tegang begitu, apa yang akan terjadi tidaklah seburuk yang kamu pikirkan."

Cyndi  berusaha  untuk  menyambung  tali  persahabatan kembali dengan  Sekar.

Dia  berharap dikemudian hari kalau dia bersikap manis, Sekar akan bisa dia kendalikan.

“Jadi menurutmu hidupku akan bahagia begitu?”

“Ooo tentu, semua tergantung  bagaimana kamu menyingkapinya,"

"Kalau kamu menikmati apa yang kamu dapat ya hidupmu akan bahagia."

“Bahagia katamu?, dengan menumpuk dosa kamu bilang bahagia?”

“Apa yang  terjadi padamu sudah  ditakdirkan Sekar."

"Suka atau tidak kamu pasti akan menjalani."

"Tapi terserah kamu saja, kamu  mau  bagaimana,  yang  jelas  Tuan  Thomas  itu  orangnya baik."

"Kalau anak buahnya nurut, dia akan baik, baik banget malah,  tapi  jangan  sampai kamu  bikin dia marah,  kamu  akan disiksa sampai setengah mati, tidak akan dibiarkan mati sebelum dia puas menyiksanya."

“Aku ga peduli."

“Ok, aku sudah mengingatkan kamu, tapi kalau kamu mau melawan juga bukan urusanku, silahkan saja."

“Cyndi  sebaiknya  kamu diam,  kamu urus saja diri kamu sendiri."

Sambil ngomong Sekar kembali  memejamkan  matanya lagi.  

Tentu  saja  Cyndi  kesal,  dia harus menahan hatinya untuk tidak mencelakai Sekar, karena dia asetnya Tuan Thomas yang mahal.

Lecet sedikit saja pasti dia kena hukuman.

“Sialan kamu Sekar, awas kamu ya jika ada kesempatan akan saya bunuh kamu,  batin Cyndi."

Perjalanan  akhirnya  sampai  di  sebuah  bangunan  megah,  kediaman tempat Thomas tinggal.

Bangunan yang tertutup pagar rapat,  tinggi  menjulang  tingkat tiga, besar dan  mewah.

Satpam membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan Cyndi masuk, mereka berhenti di depan rumah.

“Sekar bangun, tidur mulu."

“ya, sebentar," jawab Sekar.

Cyndi dan Sekar langsung masuk ke rumah, para pengawal langsung menuju ke posnya masing-masing.

“Bibi Ani tuan Thomas ada?”

“Ada Non, Non sudah ditunggu Tuan."

“Ok Bi saya masuk dulu ya."

“Silahkan Non, tuan ada diruang kerjanya."

Cyndi  dan Sekar langsung mencari Thomas.  

Sampai di ruang kerja Thomas, Cyndi mengetuk pintu tok tok tok.

“Masuk."

Cyndi dan  Sekar masuk.

Dalam ruangan duduk seorang pria tinggi kekar berkulit putih bersih sedang melihat Sekar dengan tatapan tak berkedip.

Dia tidak menyangka  gadis desa yang baru datang kecantikannya luar biasa, hatinya langsung berdesir.

“Tak kusangka, gadis yang harus saya lindungi secantik ini, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan dia dari rumah  neraka ini."

"Tak akan kubiarkan  gadis   lugu  dan secantik  ini akan dinikmati banyak laki-laki hidung belang."

"Kurang ajar Alek, saya harus membuat perhitungan."  batin Thomas.

“Siapa namamu?”

“Sekar," jawab Sekar singkat.

“Bisakah kamu tersenyum?”

“Tidak."

“Hah…, kamu berani menjawab tidak sama saya?”

“Sekar  ingat  kata-kataku  tadi,  jangan  cari  masalah dengan  tuan Thomas,  yang  ada  siksaan yang akan kamu dapatkan."

Kata Cyndi mengingatkan, Sekar hanya diam cuek.

“Cyndi  antar  dia ke kamarnya,  suruh istirahat,  jam tujuh malam nanti saya ingin dia sudah siap, dandan yang cantik untuk menemani saya bertemu klien."

“Siap Tuan."

“Ayo  Sekar  ikut  saya."  

Cyndi  membawa  Sekar  ke  sebuah  kamar  yang  sangat  mewah.

Di dalam kamar sudah tersedia  tempat  tidur  King  Bed,  lemari  pakaian,  sofa  untuk  santai, dan meja rias yang di atasnya sudah komplit dengan  perlengkapan  dan  peralatan  make up.

Kamar  Sekar  ada  di  lantai  dua,  kamar  mandi didalam, benar-benar mewah.

“Kamu boleh istirahat, jam tujuh nanti kamu harus sudah siap tampil cantik."

“Saya tidak bisa dandan."

“Nanti ada yang membantumu."

Sekar   langsung  pergi  begitu   saja  masuk  ke  kamarnya  dan  juga  langsung  menuju   ke  kamar  mandi  tanpa mengucapkan sepatah katapun, sehingga membuat Cyndi  menahan kesal.

“Sial,  terima  kasih  kek  sudah  dianterin,  dasar  perempuan  kampung tidak punya tata karma dan sopan santun." 

Cyndi keluar dengan menutup pintu kencang, 

Sekar hanya tersenyum mendengar bantingan pintu.

“Emang enak, saya bikin makan hati kamu."

Tanpa  berkata-kata  Sekar  langsung  masuk  ke  kamar  mandi.

Dengan kemampuannya menerawang, dia periksa seluruh CCTV di rumah besar tersebut, dan mulai mengingat-ingat letak kameranya.

“Ternyata  banyak  juga  CCTV  di  rumah ini, hampir setiap sudut ada, di kamarku pun dipasang juga, bahkan kamar mandi dan balkon pun kalian pasang, kurang ajar."

“Akan saya kasih pelajaran kalian, akan saya rusak semua CCTV di rumah ini."

Kemudian  Sekar  memejamkan  matanya  untuk  berkonsentrasi,  das….ada  bunyi seperti kabel putus, tapi hanya pelan, jadi tidak menimbulkan keributan, mungkin mereka tidak  menyadari.

Dengan mata batinnya Sekar menelusuri tiap ruangan dan kamar.

Ternyata di rumah  ini banyak  terdapat kamar-kamar, dan ada beberapa kamar  yang ditempati wanita-wanita muda yang cantik.

Mereka  masih tampak lugu,  ada yang merasa senang menikmati kemewahan yang ada di depan matanya.

Tetapi ada juga yang merasa takut,  mereka yang takut  sudah punya firasat akan  jadi  apa  mereka  di  sini.  

Mereka  hanya bisa berdoa,  semoga  sebelum  terjadi  nasib  buruk  menimpanya ada keajaiban  yang  menolong  keluar  dari  penjara ini.

Yah,  rumah  yang  dijadikan  penyekapan memang  bagus  dan mewah, tapi mereka terkurung dan terpenjara di dalamnya.

Mata  batin  Sekar  melanjutkan  penelusurannya  ke kamar-kamar  lainnya.

Tampak ada perpustakaan, ruang kerja Thomas  dan  ada  juga  ruang gym dan  masih  banyak  ruangan  lain. 

Ada halaman dan taman yang sangat luas.  

Sekar mengakhiri pencariannya.

“Sebaiknya aku segera mandi dan bersiap-siap."

Setelah selesai sholat magrib para juru rias langsung merias Sekar dengan hati-hati.

Sesuai pesanan Thomas untuk merias   Sekar  secantik  mungkin,  natural  tapi  elegan.  

Selesai   dirias  tim  perias  meninggalkan  Sekar  sendiri.

Sebelum  Sekar turun  kelantai  dasar  dia  memeriksa  bekal  yang  harus  dibawa  dalam kalung ajaibnya.

Di dalam kalung ajaib Sekar ada ruang untuk menyimpan barang-barang.

Di ruangan tersebut banyak barang-barang  yang  belum  sempat  Sekar  periksa,  salah  satunya  adalah   uang,  perhiasan  dan ada juga banyak jenis senjata.

Senjata  andalan  Sekar  adalah  jarum perak  dan jarum emas.

Dengan Sekar memakai kalung dan cincin, juga  ilmu-ilmu  yang  sudah  Sekar   kuasai,  sekar   merasa  aman.   

Sekar   juga  mewarisi ilmu  pengobatan  dan pengetahuan  akupuntur  yang  bisa  untuk  mengobati.

Di samping  untuk  pengobatan  ilmu  akupuntur Sekar juga bisa untuk melumpuhkan dan membuat orang menjadi cacat dengan tusukan jarumnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!