NovelToon NovelToon

Permaisuri Tidak Mungkin Jahat

Bab 1: Peti Mati Permaisuri

"Uh...."

Han Ziqing melenguh saat ia merasakan sakit kepala yang hebat menderanya. Ketika dia membuka matanya, pandangannya menjadi gelap.

Tidak, ini bukan karena dia buta, tapi karena ruangan ini benar-benar tidak memiliki cahaya. Han Ziqing mengangkat tangannya, menyentuh benda keras berukir yang menjadi penyebab kegelapan itu.

"Peti mati?" tanyanya mencoba menganalisis.

Dia yakin itu. Dengan tenaganya yang tidak seberapa, tutup peti mati itu berhasil disingkirkan setelah beberapa menit.

Seketika cahaya yang tidak terlalu terang menembus ke dalam retina matanya, membuatnya melihat sebuah langit-langit berbatu berwarna gelap. Ada aroma cendana yang tercium dari jarak yang sangat dekat.

Han Ziqing melompat keluar. Benar saja! Dia memang berada di dalam peti mati!

Saat pandangannya mengedar ke sekeliling, Han Ziqing menangkap sebuah pemandangan yang sangat asing baginya. Ada kain putih dipasang di sana-sini, dekorasi ruangan ini tampak seperti sebuah aula, besar, megah dan mewah.

Aroma cendana itu berasal dari tempat pembakaran dupa di samping kanan peti mati. Han Ziqing menatap tubuhnya yang menjadi lebih kecil dari sebelumnya.

"Ah sial!"

Han Ziqing mengumpat keras. Suaranya menggema. Sialan! Dia telah memasuki dunia yang salah!

"Mengapa aku harus masuk ke dunia yang ini?"

Tidak, ini tidak bisa dibenarkan.

Beberapa jam lalu Han Ziqing masih berada di dalam laboratorium. Mesin waktu yang diciptakan sahabatnya perlu diuji coba, dan dia memilih menjadi peserta uji coba. Han Ziqing meminta sahabatnya untuk mengirimnya ke dunia kultivasi, atau ke dunia yang bisa membuatnya menjadi seorang pahlawan super.

Di tengah perjalanan, kerusakan mesin waktu terjadi. Laboratorium tiba-tiba meledak sebelum Han Ziqing berhasil mencapai dunia yang diinginkannya.

Han Ziqing tidak mencapai dunia yang diinginkan dalam rencananya. Transformasi ruang dan waktu tidak dapat dibatalkan meskipun tubuh asli Han Ziqing hancur bersama laboratorium. Sepanjang perjalanan, jiwanya melayang melewati banyak ruang waktu.

Ada banyak ingatan datang padanya melalui ruang itu. Tiba-tiba saja, dia terbangun dalam peti mati seorang permaisuri yang telah mati satu hari lalu. Permaisuri ini sudah menikah dengan seorang kaisar sebuah negara selama lima tahun.

Permaisuri Han adalah putri dari Keluarga Han yang bernama asli Han Ziqing. Keluarga Han menjadi abdi setia Kekaisaran Wei Agung selama beberapa generasi. Ayah Han Ziqing adalah Adipati Yongyi, Han Song, seorang jenderal besar pelindung negara.

Sayangnya, Adipati Yongyi tidak cukup puas pada Kaisar saat ini, sehingga Kaisar mengusirnya pergi menjaga perbatasan dan tidak akan kembali jika tidak ada dekrit resmi. Adipati Yongyi mau tidak mau harus meninggalkan putrinya di istana tanpa tahu seperti apa kehidupannya setelah menjadi Permaisuri Han.

Karena latar belakang keluarganya kuat, Han Ziqing dapat berdiri kukuh di harem. Dia sangat mencintai Kaisar dan seringkali mengganggunya.

Sayangnya hati Kaisar itu seperti batu es yang dipendam di Benua Antartika, keras dan dingin. Han Ziqing tidak disukai Kaisar dan karena sering mengganggunya, Kaisar secara bertahap menjauhinya dan membatasi interaksinya.

Cinta yang tidak terbalas itu kemudian membuat Han Ziqing menjadi pemarah. Dia sering memarahi para selir dan menghukum mereka setiap kali mereka memakai riasan berlebih dan pakaian yang menggoda iman. Secara bertahap pula dia menjadi permaisuri yang ditakuti.

Menjadi permaisuri yang dipandang jahat, tidak disukai kaisar dan cintanya bertepuk sebelah tangan, bukankah itu sangat menyebalkan?

Tapi masalahnya adalah, mengapa ruangan tempatnya berada ini terasa sangat hening?

Umumnya ketika seorang permaisuri meninggal, akan ada banyak pelayan, kasim, dan juga anggota keluarga kerajaan yang datang untuk menjaga dan bersembahyang.

Mengapa tidak ada satu pun suara yang terdengar?

Han Ziqing tiba-tiba merasakan punggungnya menjadi dingin. Itu bukan berasal dari luar, karena ini baru saja mulai memasuki musim gugur. Hawa dingin itu sepertinya berasal dari sesuatu yang lebih dingin dari sekadar tumpukan es di kutub utara dan selatan.

Dengan ragu ia berbalik, dan....

Ada banyak pasang mata menatapnya bersamaan. Bukan ekspresi kekaguman, ia jelas tahu bahwa puluhan pasang mata ini baru saja mendapatkan sebuah kejutan yang membuat jantung mereka berhenti berdetak selama beberapa saat.

Jiwa mereka sepertinya telah meninggalkan tubuh mereka. Tubuh pemilik puluhan pasang mata itu semuanya menghadap Han Ziqing, tapi mereka begitu kaku. Kelopak mata mereka masih berkedip, tapi kata-kata yang mereka miliki sudah musnah.

Ada seorang pria yang usianya kira-kira tiga tahun lebih tua darinya, sedang duduk di barisan paling depan dengan jubah duka. Kepala pria itu dihiasi dengan sebuah mahkota khas kerajaan zaman dulu, yang membuat rambut mereka harus disanggul rapi.

Dia tampan. Ekspresinya juga sama seperti yang lain: terkejut, tapi lebih ada kesan dingin dan kejam.

Han Ziqing menyadari situasi canggung ini. Yah, bagaimanapun, tubuh yang berdiri di depan mereka saat ini seharusnya sudah mati satu hari lalu.

Dengan tawa canggungnya, Han Ziqing kemudian berkata kepada mereka dan suaranya penuh keraguan, "Ah, maaf mengganggu prosesi berduka kalian. Silakan lanjutkan, silakan lanjutkan."

Tidak tahan dengan situasi canggung dan membingungkan itu, Han Ziqing kemudian bergerak untuk masuk kembali ke dalam peti mati. Kali ini, ia bisa menutup pintu petinya dengan mudah. Dia berbaring di sana seperti sedia kala, menunggu dengan mata terpejam akan sesuatu yang akan terjadi kemudian.

Beberapa saat kemudian, jiwa salah seorang pelayan kembali ke dalam tubuhnya. Matanya masih membelalak, tapi napasnya sudah sesak dan ia juga tersedak. Setelah itu, dia berteriak dengan suara yang cukup keras hingga mengagetkan semua orang.

"HANTU!!!"

Si pelayan berlari terbirit-birit keluar dari aula. Ketakutan di wajahnya jelas tidak bisa digambarkan oleh kata dan meskipun Han Ziqing tidak bisa melihatnya, dia bisa membayangkannya. Terdengar suara langkah lain yang acak, ia menebak jika semua orang yang ada di dalam aula sekarang sedang berlari ketakutan juga.

Astaga, ini kacau! Bagaimana ia akan menjelaskannya nanti?

Pria berjubah paling tampan di barisan depan – Wei Shiqi, sang Kaisar Wei menatap tanpa emosi pada kasim pribadinya. Ekspresinya begitu datar seolah-olah semua emosi yang seharusnya ia punya telah lama menghilang. Jin Bao, kasimnya berkeringat dingin. Ditatap sedemikian rupa oleh kaisarnya, seluruh tubuhnya kehilangan jiwanya lagi.

"Apa maksud semua ini?"

Suara berat dan dalam Kaisar mengguncang atmosfer aula. Di dalam peti mati yang tertutup, Han Ziqing menunggu dengan pasrah. Kedua tangannya terjalin di perut, mulutnya komat-kamit mengumpati sahabatnya yang membuatnya tersasar ke dunia lain.

Dia tidak menjadi pahlawan super, tapi menjadi permaisuri tidak disukai yang hidup kembali setelah satu hari mati! Tanpa melihat pun, Han Ziqing tahu kalau semua orang di aula sekarang pasti ketakutan dan kebingungan. Tapi yang lebih menakutkan baginya adalah peti ini dibuka oleh orang yang tidak seharusnya ditemui!

Bab 2: Berkelahi

“Mengapa kalian diam saja? Cepat panggil tabib untuk memeriksa Yang Mulia Permaisuri!”

Jin Bao menginstruksikan kasim bawahan untuk bertindak. Orang yang diperintah sebetulnya satu orang, tapi situasi ini membuat yang lainnya tidak tahan berada di aula. Dalam sekejap, para pelayan dan kasim yang tadi ikut berjaga lari tunggang langgang meninggalkan aula.

“Beraninya kalian kabur!” Jin Bao kesal. Cambuk bulu di tangannya dikibaskan dan dia ragu-ragu menatap Wei Shiqi, sang Kaisar sekaligus suami Han Ziqing.

Wei Shiqi masih menatap dingin Jin Bao. Dahinya berkerut dan di benaknya tersimpan banyak pertanyaan. Wanita itu jelas sudah mati sehari yang lalu. Mengapa dia tiba-tiba hidup lagi? Apa yang sebenarnya terjadi?

“Buka peti matinya!”

Beberapa penjaga dari luar bergegas memasuki aula. Tutup peti mati yang beratnya setara dengan sekarung beras itu dibuka, menampilkan sosok Han Ziqing yang pura-pura menutup matanya. Wei Shiqi berdiri di samping peti mati, menatapnya dengan alis sebelah yang terangkat.

“Apa dia mati lagi?”

Han Ziqing tidak berani membuka mata. Kaisar nyata di depannya ini seperti matahari yang cahayanya menyilaukan, tapi juga seperti bulan yang sendirian di malam hari. Dingin dan terlihat kejam. Jika Han Ziqing membuka mata, Kaisar Kekaisaran Wei Agung bernama Wei Shiqi pasti langsung menyeretnya dan menginterogasinya.

Jin Bao juga berdiri di sana dan memperhatikan. Dia melihat Han Ziqing masih bernapas karena dadanya naik turun dengan stabil.

“Kalau dia mati lagi, tutup saja peti matinya!”

Saat pengawal hendak menutup peti matinya lagi, Han Ziqing tiba-tiba membuka mata dan bangun. Dia dalam posisi setengah duduk, tangannya merentang mencegah para pengawal.

“Tunggu-tunggu! Aku belum mati!”

Tatapan Wei Shiqi perlahan semakin menajam.

“Apa kau sudah cukup bermain-main?” Wei Shiqi berkata dingin. “Sekarang jelaskan!’

“Ah? Jelaskan apa?”

“Apa setelah pura-pura mati, otakmu jadi bodoh? Han Ziqing, kau tahu kekacauan apa yang sudah kau perbuat hari ini?”

Tidak terima disebut bodoh, keberanian Han Ziqing muncul dan sifat keras kepalanya tiba-tiba bangkit. Dia balik menatap tajam Wei Shiqi, berdiri dan berkacak pinggang. Han Ziqing bahkan menunjuk Wei Shiqi dengan jarinya secara langsung, membuat Jin Bao seketika membelalak.

“Siapa yang kau marahi? Aku pikir otakmu justru yang bodoh! Siapa yang pura-pura mati, hah?”

Nada bicaranya naik beberapa oktaf, suaranya nyaring memecah keheningan di dalam aula. Dia, Han Ziqing, adalah peneliti alat-alat mutakhir masa depan dengan reputasi bagus.

Harga dirinya tinggi. Atas dasar apa dia pura-pura mati? Jika ingin menarik perhatian pun, dia tidak perlu merendahkan dirinya sendiri!

“Kau! Beraninya kau berteriak padaku!”

“Aku tidak akan berteriak kalau kau tidak berteriak!” balas Han Ziqing dengan sengit.

“Kau! Pengawal, Permaisuri sengaja membuat kekacauan dan tidak sopan padaku! Kurung dia di istananya dan jangan biarkan dia keluar sampai mengakui kesalahannya!”

Han Ziqing tersulut emosi lalu melompat turun dari peti mati. Ternyata, tingginya hanya mampu menjangkau bahu Wei Shiqi.

Han Ziqing menengadah dan masih berkacak pinggang. Dia melupakan kenyataan kalau pria yang dilawannya sekarang adalah seorang Kaisar, suaminya sendiri. Han Ziqing terlalu marah.

“Jika kau berani, ayo bertarung denganku! Jangan hanya menyuruh pengawalmu untuk menggertakku!”

Walau dia peneliti yang sehari-hari berada di laboratorium, Han Ziqing juga mengembangkan beberapa keterampilan. Seni beladirinya tidak buruk.

Kemampuannya cukup untuk menjatuhkan sepuluh orang pria sekaligus. Dia tidak terima seseorang menggertaknya, siapapun itu, terlepas dari apapun identitasnya.

Wei Shiqi merasa diremehkan. Permaisurinya memang sangat mengganggu, tapi dia tidak pernah melihatnya seperti ini. Dulu, Han Ziqing selalu menatapnya penuh cinta dan pengharapan. Setiap hari, dia pasti akan datang ke istananya dan menanyakan banyak hal sampai Wei Shiqi kesal.

Itu sangat berbeda dengan sekarang. Han Ziqing tidak hanya tidak menatapnya dengan penuh cinta, bahkan tersirat kemarahan di dalam matanya yang jernih. Han Ziqing berani menaikkan suaranya dengan tegas, meremehkannya, bahkan mengajaknya bertarung. Wei Shiqi adalah Kaisar, dia dihormati semua orang dan sangat agung.

Seorang wanita, permaisurinya sendiri, berani menantangnya. Bagaimana bisa dia tidak emosi?

Kematian Han Ziqing yang misterius dan tiba-tiba telah menggemparkan seluruh istana kekaisaran dan beritanya sudah menyebar ke segala penjuru. Sekarang dia justru bangun dan menantangnya. Sebagai Kaisar, jelas dia merasa dipermainkan!

Jin Bao menilai situasi semakin tidak memungkinkan. Ini adalah aula duka, tidak pantas bagi mereka berdebat dan marah-marah seperti ini. Apalagi, Permaisuri baru saja kembali dari kematian dan seharusnya menjadi rasa syukur paling besar.

Situasi saat ini, harus segera diatasi. Jika tidak pertumpahan darah mungkin terjadi. Dengan temperamen Kaisar, dia yakin Permaisuri tidak akan diampuni.

“Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri, tenangkan diri, tenangkan diri. Jangan emosi, itu akan merusak kesehatan,” Jin Bao berkata. Tapi, keduanya malah berteriak serempak, “Diam!”

Jin Bao jadi diam.

“Baik, karena kau menginginkannya, ayo bertarung! Aku ingin melihat seni beladiri seperti apa yang diajarkan Adipati Yongyi pada putrinya!”

“Siapa takut!”

Terlanjur marah, Wei Shiqi mengambil gagang pedang pengawal di sampingnya dan menariknya. Han Ziqing melakukan hal yang sama, dia merebut pedang pengawal satunya lagi.

Pasangan Kaisar-Permaisuri itu sama-sama memiliki pedang tajam di tangan mereka. Bilah pedang memantulkan cahaya, tajam dan sangat mematikan. Tergores sedikit saja, maka lukanya akan parah.

“Yang Mulia, itu berbahaya!” Jin Bao mengingatkan lagi, tapi dia hanya meneriakkan kata yang sia-sia. Wei Shiqi dan Han Ziqing sama-sama dikuasai api amarah yang membara.

Wei Shiqi dan Han Ziqing kini bertarung di tengah aula. Satu demi satu batang lilin yang sumbunya menyala padam dan hancur akibat pertarungan.

Han Ziqing melompat ke sana kemari menghindari serangan, pada beberapa kesempatan dia berbalik menyerang Wei Shiqi. Itu seperti pertarungan dua pendekar, begitu silau dan memanjakan mata bagi para pecinta seni bela diri.

Tapi, ini adalah istana dan orang-orang sebagian besar hanyalah orang biasa. Pertarungan semacam ini hanya menjadi hal yang berbahaya.

Jin Bao menggigil dan wajahnya memucat, dia meminta para pengawal menghentikan pertarungan tersebut. Pengawal tidak bisa membantu karena yang ingin mereka tolong adalah Kaisar dan Permaisuri. Sedikit saja melakukan kesalahan, nyawa mereka yang akan berakhir oleh pertarungan tersebut.

“Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri, tolong hentikan! Astaga! Siapapun cepat hentikan keduanya!”

Di tengah aula, suara Jin Bao seperti serangga yang mengganggu. Wei Shiqi sudah terlanjur marah, dia tidak peduli lagi dengan siapa dia bertarung. Toh jika Han Ziqing mati pun, itu tidak masalah.

Han Ziqing sendiri yang menyerahkan nyawanya. Jika memperhatikan hukum, wanita ini memang pantas mati karena telah menyinggungnya sebagai Kaisar dan sangat kurang ajar. Adipati Yongyi juga tidak akan bisa berkata apa-apa. Kebetulan, dia bisa sekalian menyingkirkan serangga yang mengganggunya.

Serangannya jadi lebih kuat. Han Ziqing berhasil mengimbanginya. Pertarungan mereka bertahan lama di dalam aula, menghancurkan segalanya dari segala sisi.

Kain putih yang seharusnya menjadi lambang duka, sekarang jatuh di lantai, berubah menjadi potongan-potongan kecil. Batang-batang lilin berjatuhan, bekas sabetan pedang membekas di tiang-tiang aula.

“Dasar gila! Tidak semudah itu membunuhku!” Han Ziqing berseru. Dia merasakan hawa membunuh yang kuat terpancar dari mata Wei Shiqi.

“Wanita gila! Kau akan menyesal karena telah melawanku!” Wei Shiqi juga berseru.

“Aku yang akan gila jika tidak melawanmu!”

Saat ini, seorang wanita paruh baya yang rambutnya sudah sebagian memutih berjalan memasuki kawasan istana tempat berduka, diiringi beberapa pengawal dan pelayan. Dia memakai jubah sutera berwarna merah tua, dengan sulaman burung pegar di ujung jubah dan sulamannya sangat halus.

Ekspresinya menyimpan kemarahan. Begitu mendengar suara pertarungan, dia semakin bergegas.

Saat tiba beberapa langkah menuju tangga istana, dua orang yang sangat dia kenal melompat keluar dan mendarat di taman. Matanya membelalak melihat pedang di tangan kedua orang itu, dan mereka bertarung lagi tanpa memperhatikan siapa yang telah mereka lewati.

Ekspresi wanita itu menjadi suram, pelayan di dekatnya menunduk takut.

“Hentikan!”

Bab 3: Ibu Suri Agung

Suara wanita paruh baya tersebut mengganggu konsentrasi Han Ziqing. Dia menoleh sesaat untuk mengetahui siapa yang telah berteriak mengganggunya.

Saat lengah itulah, Wei Shiqi mengarahkan pedangnya ke jantungnya. Han Ziqing terkejut dan tidak dapat bereaksi cepat, tubuhnya tiba-tiba membatu. Matanya menatap kosong pada ujung pedang yang semakin mendekati jantungnya.

Wei Shiqi terkejut melihat Han Ziqing tidak menghindar. Dia segera memutar pedangnya dan gagang pedang itu mengenai dada Han Ziqing.

Tapi karena tenaganya tidak terkontrol, pukulan itu terlalu keras menghantamnya. Han Ziqing terhuyung ke belakang. Wei Shiqi segera menyimpan pedangnya di tangan dan berjalan mendekat.

“Apa kau benar-benar ingin mati?”

Han Ziqing mengatur napas dan menyeimbangkan tubuhnya. “Kau gila! Mengapa kau memukulku sangat keras? Kau ingin aku mati?”

Wanita paruh baya yang tadi berteriak menatap keduanya dengan tajam dan ekspresinya suram. Atmosfer malam itu sangat dingin dan udara terasa sangat sesak.

Bahkan para pelayan dan pengawal menjadi kesulitan bernapas. Tapi dua orang itu, sepertinya masih belum menyadari keberadaannya.

Han Ziqing terlalu emosi. Ditambah dengan pukulan keras di dadanya, aliran darah di dalam tubuhnya jadi kacau. Han Ziqing tiba-tiba memuntahkan seteguk darah segar dari mulutnya.

Darah tersebut membasahi bajunya. Wei Shiqi membelalakkan matanya. Melihat bahwa tubuh Han Ziqing mulai limbung, dia segera melompat dan menahannya di tangannya.

“Apa kalian sudah puas bermain-main?” Wanita paruh baya itu berkata kembali. Kali ini, dia menghampiri Han Ziqing dan Wei Shiqi. Ada emosi yang tertahan di matanya, juga sesuatu yang lain yang tidak dapat didefinisikan.

“Huangzhumu?” Wei Shiqi berkata dengan nada terkejut.

Huangzhumu? Maksudnya, orang tua itu adalah neneknya?Han Ziqing membatin, seharusnya benar. Wanita paruh baya yang sebagian rambutnya memutih itu adalah Ibu Suri Agung, nenek dari Wei Shiqi.

Dia adalah janda permaisuri dari dua generasi kaisar sebelumnya. Dalam ingatannya, Ibu Suri Agung adalah orang yang memiliki kuasa tinggi di kekaisaran, usianya lebih dari enam puluh tahun. Dia adalah orang yang mendidik Wei Shiqi dan terus mendampinginya dan mengawasi pemerintahannya sampai sekarang.

Ibu Suri Agung berasal dari Keluarga Zhao, nama aslinya Zhao Min. Dia masih kerabat jauh Keluarga Han dan berhubungan baik dengan Adipati Yongyi.

Di seluruh istana ini, jika semua orang tidak menyukai Han Ziqing, maka orang yang masih peduli padanya adalah Ibu Suri Agung. Han Ziqing ingin menyapanya, tapi entah mengapa tubuhnya sangat lelah padahal ia tidak pernah merasa selelah ini saat bertarung.

“Chong Lin, apakah kau ingin membunuh permaisurimu sendiri?”

Chong Lin adalah nama kecil Wei Shiqi yang diberikan oleh Ibu Suri Agung. Mendengar neneknya memanggilnya dengan nama kecilnya, segala keangkuhan dalam diri Wei Shiqi seketika runtuh.

Di hadapan Ibu Suri Agung, dia sedikit menundukkan kepalanya. Wanita tua itu adalah orang yang paling dia hormati, dia menyesal tidak menyadari kehadirannya lebih awal.

Ibu Wei Shiqi, alias Janda Permaisuri Mu, Mu Yuan, serakah akan kekuasaan dan tidak memiliki kualifikasi sebagai ibu suri. Dia dipenjara di Istana Dingin dan menjadi gila.

Setelah ayah Wei Shiqi meninggal, Ibu Suri Agung mengambil alih hak asuh dan mendidik Wei Shiqi sebagai kaisar dan melanjutkan pemerintahan.

Ibu Suri Agung menukarkan sisa hidupnya sebagai ganti ketenangan dan kecakapan Wei Shiqi, hingga Wei Shiqi bisa menjadi kaisar yang agung seperti sekarang ini.

“Tidak, aku tidak bermaksud untuk membunuhnya,” ucap Wei Shiqi.

Han Ziqing mendecih lemah. Padahal jelas tadi pria itu sangat ingin membunuhnya.

“Lalu mengapa kau bertarung dengannya?”

“Permaisuri berpura-pura meninggal dan mengacaukan harem. Dia tidak hanya tidak introspeksi, juga mengajakku bertarung. Aku adalah suaminya dan pemimpin negara, jika tidak mendisiplinkannya, bagaimana bisa aku menjelaskannya padamu dan semua orang?”

“Bukankah situasi sekarang juga sulit untuk dijelaskan?”

Wei Shiqi terdiam sesaat. Han Ziqing masih ditopang di tangannya, kakinya lemas. Di sisa kesadarannya, dia melihat Kaisar arogan bernama Wei Shiqi ini kesulitan menghadapi neneknya. Dia diam-diam tersenyum, setidaknya selain dirinya, masih ada orang yang tidak takut padanya.

“Kau hanya perlu menghukumnya, tidak perlu sampai bertarung.”

“Permaisuri yang lebih dulu menantangku, bukan aku yang ingin bertarung dengannya.”

“Chong Lin, sudah umur berapa kau? Mengapa terhadap istrimu sendiri, kau tidak dapat menahan emosi?” tanya Ibu Suri Agung.

“Itu karena tindakannya sungguh keterlaluan. Cucumu adalah kaisar, tapi dia berani menaikkan suaranya, marah, dan menantangku. Jika dia bukan permaisuri, dia sudah mati berkali-kali sejak awal.”

Ibu Suri Agung menggelengkan kepalanya pelan. Jika dia tidak datang lebih awal, cucu dan cucu menantunya mungkin sudah terluka parah karena bertarung.

Dia masih melihat api kemarahan di mata Wei Shiqi, tapi perilakunya justru menunjukkan hal lain. Sampai saat ini, Wei Shiqi masih menopang tubuh Han Ziqing yang mendadak lemah setelah dipukul di bagian dada.

“Jin Bao, apakah itu benar?” Kali ini Ibu Suri Agung bertanya pada Jin Bao.

Kasim tersebut segera berlutut. Dengan suara bergetar, ia menjawab, “Benar, Yang Mulia. Yang Mulia Kaisar tersulut emosi karena Yang Mulia Permaisuri menaikkan suara saat berbicara padanya.”

“Lalu mengapa kau tidak menghentikannya?”

“Hamba-hamba sudah berusaha menghentikan, namun Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Permaisuri tetap ingin bertarung.”

“Aku tidak berbohong padamu,” ucap Wei Shiqi.

Atmosfer buruk malam itu perlahan membaik. Pada saat itu, semua orang hanya dapat menyaksikan pembicaraan para tuan agung dengan napas tercekat.

Mereka tidak pernah menduga, Permaisuri Han yang telah meninggal selama sehari bisa tiba-tiba hidup lagi. Penderitaan mereka sebagai pelayan, sepertinya masih belum berakhir. Kembalinya Permaisuri Han, itu membuat hidup mereka menjadi tertekan lagi.

Pasalnya, selain para selir, Permaisuri Han juga kerap melampiaskan amarahnya kepada pelayan dan kasim istana. Jika dia tidak senang namun tidak memiliki tempat untuk melampiaskan kemarahannya, maka kesalahan kecil yang tidak seberapa pun akan berakhir menjadi sangat fatal. Permaisuri Han di mata para pelayan dan kasim adalah orang yang sangat menakutkan.

“Permaisuri, kau memuntahkan banyak darah. Bagaimana keadaanmu?” tanya Ibu Suri Agung.

Han Ziqing yang mendadak tubuhnya menjadi lemas, sekarang berpura-pura sakit parah dan terlihat sangat kasihan. Ia perlu sebuah momen untuk membebaskan dirinya, menjauh dari Kaisar arogan yang masih menopang tubuhnya ini.

Seandainya saja refleks Wei Shiqi lambat, maka Han Ziqing mungkin sudah berpindah ke dunia lain tanpa perlu menggunakan mesin waktu lagi.

Ia ingin memberi Wei Shiqi sedikit pelajaran setelah pertarungan ini.

“Aku-aku baik-baik saja. Terima kasih atas perhatian Ibu Suri Agung,” dia mengucapkannya dengan suara pelan yang lemah dibuat-buat. Wei Shiqi bergidik lagi, wanita ini mulai menunjukkan sifat aslinya.

“Aku hanya terpancing emosi karena Yang Mulia Kaisar mengataiku bodoh. Aku tidak bermaksud bertarung dengannya.”

“Lalu mengapa kau pura-pura mati? Apakah kau benar-benar ingin mengacaukan istana ini?” tanya Ibu Suri Agung lagi. Han Ziqing menggeleng lemah.

“Tidak, aku bukan ingin pura-pura mati, apalagi mengacaukan istana. Ibu Suri Agung, sebelum menikah dengan Yang Mulia Kaisar, aku pernah mengikuti ayahku  melatih pasukan di pegunungan. Aku mengerti beberapa jurus beladiri. Seorang master pernah mengajariku teknik napas kura-kura, yang bisa membuat seseorang berhenti bernapas selama beberapa waktu. Aku sedang mencobanya, tapi para pelayan dan tabib salah menyimpulkan dan mengira aku sudah meninggal,” Han Ziqing menjawab seolah-olah semua perkataannya benar.

Wei Shiqi mencibir dan ekspresinya mencemooh. “Kau sungguh pandai beralasan!”

“Jika Yang Mulia Kaisar tidak percaya, kau bisa mengirim seseorang untuk bertanya langsung pada ayahku. Yang Mulia, kau juga memahami seni beladiri, apakah kau tidak tahu teknik seperti itu?”

Pertanyaan Han Ziqing seperti anak panah yang langsung melesat menusuk ulu hati Wei Shiqi. Ia tahu teknik napas kura-kura ada, tapi dia tidak percaya kalau Han Ziqing mampu melakukannya.

Han Ziqing hanya mengada-ngada dan menciptakan alasan yang meyakinkan untuk meloloskan dirinya sendiri. Dia bahkan sampai mengarang kebohongan sebesar itu. Selama lima tahun menikah, Wei Shiqi tidak pernah melihat Han Ziqing menggunakan seni bela diri. Maka itu cukup aneh mengapa dia tiba-tiba sangat pandai bertarung hari ini.

Apakah wanita itu masih Han Ziqing, permaisurinya yang menyebalkan?

“Tidak peduli alasan apa yang kau buat, kau tetap bersalah karena telah mengacaukan istana. Ibu Suri Agung, aku akan menyerahkan hukumannya padamu.”

Kemudian, Wei Shiqi dengan kasar melepaskan topangannya pada tubuh Han Ziqing dan sedikit mendorongnya. Para pelayan dengan sigap menahan tubuh Han Ziqing, sementara Wei Shiqi langsung melenggang pergi begitu saja. Sikap tidak hormatnya membuat Ibu Suri Agung menghela napas lelah.

“Kaisar benar. Permaisuri, kau juga bersalah. Renungkan kesalahanmu baik-baik di istanamu dan jangan lupa memulihkan diri.”

Han Ziqing mengira setelah bertarung dengan Wei Shiqi, dia dibebaskan dari ancaman kurungan. Nyatanya, dia tetap saja tidak dilepaskan dari hukuman!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!