NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Tuan Muda Kejam

Arthur Dhanurendra Bratajaya

Seorang pemuda sedang berbicara dengan ibunya dari ujung telepon. "Tidak, Bu! Aku tidak akan pulang sebelum ayah mau mengurungkan niatnya untuk menikah lagi."

"Bukankah kamu tahu betul bagaimana kerasnya ayah mu? Tidak ada yang berani untuk menentangnya ketika dia telah mengambil keputusan."

"Aku tahu. Tapi tidak bisakah untuk kali ini Ibu menolaknya? Ayah sudah mengkhianati Ibu dua kali, dan kali ini aku tidak akan membiarkan ayah menyakiti hati Ibu lagi."

"Jangan gegabah, Arthur. Jangan melakukan tindakan yang bisa membuat ayah mu murka."

"Aku tidak peduli! Tidak cukupkah ayah memiliki tiga istri, kenapa dia harus menikah lagi? Sebenarnya apa yang ayah cari? Padahal Ibu adalah seorang wanita yang paling sempurna seharusnya Ibu tinggalkan saja ayah."

"Arthur, kau tidak akan bisa mengerti."

"Kenapa aku harus mengerti ayah? Coba Ibu pikir apa sekalipun ayah pernah mengerti bagaimana perasaan kita? Ayah itu egois, dia hanya mementingkan kebahagiaannya sendiri tanpa mau memikirkan bagaimana perasaan kita."

"Cukup Arthur, kamu tidak perlu menjelek-jelekan ayahmu lagi! Sekarang Ibu minta sebaiknya kamu pulang karena Ibu sangat merindukanmu." Terdengar suara tangis di ujung telepon.

"Maafkan aku Bu, aku belum siap untuk pulang sekarang." Arthur memutus sambungan, dia pun menyimpan ponsel di meja lalu berbaring menatap langit-langit kamar sahabatnya.

"Arthur, di luar ada Calista yang ingin bertemu denganmu," ujar Chris.

"Bilang saja aku tidak ada," sahut Arthur.

"Mana bisa begitu! tadi aku sudah mengatakan kalau kau ada di kamar."

"Bilang saja aku sedang tidur," sarannya.

"Sampai kapan kau akan menghindarinya?" Chris mulai geram dengan kisah percintaan antara Arthur dan Calista.

"Sampai dia berhenti memintaku untuk menemui kedua orangtuanya."

"Memangnya apa yang salah dengan kedua orang tua Calista?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu, kau tahu betul bagaimana perasaanku terhadap Calista, aku hanya sekedar bermain-main dengannya."

"Apa aku harus menyuruhnya untuk pulang?"

"Terserah! kalau kau mau, kau saja yang menemaninya."

"Kau mau kemana?" Tanya Chris saat melihat Arthur mengambil jas dan kunci mobil.

"Aku akan keluar lewat jendela. Tolong alihkan Calista agar dia tidak sampai melihatku."

Arthur pun memutuskan menginap di hotel untuk menghindari Calista. Dia menghubungi pelayanan dan memintanya untuk mengantar b*r ke kamarnya.

*

"Aku tidak mau menikah Bu, tolong jangan paksa aku." Alea menangis tersedu-sedu dan berharap Ibu angkatnya mau mengasihaninya.

"Tidak ada pilihan, kau harus tetap menikah! karena kalau tida nyawa Ibu yang akan menjadi taruhannya."

"Kenapa Ibu tega menerima lamaran laki-laki itu Bu?" Alea tak habis pikir.

"Alea dengarkan Ibu baik-baik!" Tutur Aleta. "Dia itu orang nomer satu di kota ini, tidakkah kamu berpikir jika menikahi pria sepertinya kehidupan kita akan berubah, dan kamu tidak perlu capek-capek bekerja sebagai office girls di hotel lagi."

"Tapi Bu, pria itu sudah tua. Bahkan dia lebih cocok sama Ibu dari pada aku."

"Kalau dia mau sama Ibu, tentu Ibu juga tidak akan menolaknya. Sayangnya dia lebih tertarik dengan anak kecil sepertimu ketimbang Ibu yang sudah jauh lebih berpengalaman."

***

Dua pelayan hotel yang baru saja mengantarkan makanan ke dalam kamar nomor 102 tiba-tiba lari berhamburan keluar, Alea yang tidak tahu apa-apa tetap berusaha tenang melanjutkan pekerjaannya untuk membersihkan kamar itu.

Bel di tekan, tak lama kemudian seorang laki-laki keluar dari kamar itu.

"Ada apa?" tanyanya dengan tatapan yang sedikit menakutkan karena dia sedang mabuk.

"Apa kamarnya perlu ku bersihkan sekarang?"

Laki-laki itu pun melihat sekeliling kamarnya yang tampak berantakan, serta berserakan beberapa botol bekas dia minum, "ya, kau harus membersihkannya karena aku tidak akan bisa beristirahat dengan nyaman jika berantakan seperti ini."

"Permisi, Tuan." Alea melewati pria itu seraya menundukkan pandangan dan mulai memunguti botol yang berserakan.

Arthur mengamati lekuk tubuh Alea, entah setan apa yang kini telah merasukinya sehingga kini dia begitu bernaf*su ingin menikmati keindahan tubuh wanita yang sekarang ada dihadapannya, padahal baju yang Alea kenakan pun cukup tertutup ketimbang para wanita yang sering dia temui di tempat-tempat hiburan malam.

"Ehm." Arthur berdehem dan seketika Alea pun terkejut, namun dia kemudian mengabaikannya dan lebih memilih untuk kembali fokus membersihkan kamar itu.

Melihat Alea tak bergeming Arthur pun mendekatinya. "Sudah berapa lama kau bekerja di sini?" tanyanya melepas keheningan di kamar itu.

"Sudah sekitar satu tahunan, Tuan." Sahut Alea tanpa menoleh, dia lebih memilih untuk tetap fokus agar secepatnya bisa keluar dari kamar itu.

"Apa kau sudah terbiasa keluar-masuk ke dalam kamar laki-laki?" Arthur pun duduk di sofa menghadap ke wajah Alea.

Alea terdiam mendengar pertanyaannya, dia pun mulai merasa tidak nyaman berdua di dalam kamar bersama laki-laki itu. Biasanya Alea bertugas berdua membersihkan setiap ruangan bersama temannya, namun karena hari ini temannya tidak masuk dia pun terpaksa harus mengerjakannya sendiri.

"Maaf kalau pertanyaanku membuatmu merasa tidak nyaman," ucap Arthur, "aku hanya ingin tahu, apa saja yang kau lakukan selama berada di dalam kamar laki-laki."

"Tidak ada. Aku hanya mengerjakan tugasku untuk membersihkan tempat peristirahatan mereka."

"Apa kau yakin hanya itu saja?" tanya Arthur dengan tatapan merendahkan.

Mendengar itu Alea berusaha meredam amarahnya dan tetap berusaha tenang, "memangnya apa yang Tuan pikirkan?" Alea berusaha untuk tetap tersenyum.

Arthur berdiri dari duduk lalu mengambil sebuah cek dan menandatanganinya. "Ini uang 20 juta untukmu. Ambillah!" Arthur menyodorkannya.

Alea terperangah lalu berdiri menatap lembar cek itu. "Uang apa?" Alea tidak segera mengambil cek itu.

"Anggap saja sebagai tips karena kau sudah membersihkan kamarku," ujarnya.

"Tidak usah menghambur-hamburkan uang, Tuan. Karena atasanku juga sudah memberiku gaji," kata Alea agak ketus.

"Kenapa? apa uangnya kurang?" Arthur mengganti nominal ceknya menjadi 50 juta.

"Kamar Tuan sudah ku bersihkan, aku harus segera pergi." Alea melangkahkan kakinya untuk pergi.

"Tunggu!" Arthur menghentikan langkah kaki gadis cantik itu.

"Kenapa, Tuan?" Alea menoleh kebelakang tepat dimana Arthur berdiri.

"Bisakah kau membantuku untuk mengisi bathtub dengan air hangat? Aku ingin membersihkan tubuhku."

"Baik, Tuan." Alea menuruti kemauan laki-laki itu walaupun sebenarnya dia tidak ingin melakukannya. Setelah bathtub terisi penuh dia pun mematikan aliran airnya. "Apa ada lagi yang bisa saya bantu?"

"Tentu saja! Tolong temani aku mandi disini."

Deg. Alea langsung terperangah, perasaannya semakin was-was dengan gelagat aneh yang dilakukan pria asing yang ada di hadapannya. Dan benar saja saat hendak keluar dari kamar mandi tiba-tiba saja pria itu menarik tangannya.

"Mau kemana?"

"Tolong lepaskan aku, Tuan. Aku harus pergi." Raut wajah Alea kini tampak sedikit ketakutan.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan." Arthur menarik tangan Alea dan membanting tubuhnya keatas ranjang lalu menindihnya.

"Apa yang Tuan lakukan? Tolong lepaskan aku!" Alea berusaha berontak saat Arthur memegangi kedua tangannya serta terus menghimpit tubuhnya.

"Aku tidak peduli siapa dirimu, karena malam ini kau harus menjadi milikku!"

Arthur berusaha mencium Alea dengan paksa, namun Alea tak akan membiarkan siapapun untuk berani menyentuhnya sehingga dia terus berontak dan berteriak berharap seseorang akan datang untuk menolongnya.

"Tolong!!! Tolong aku!!!"

Alea Alkhaleena

Meskipun tubuhnya mungil tapi tenaga Alea lumayan kuat sehingga membuat Arthur sedikit kesulitan menghadapinya. "Diam! atau aku tidak akan segan-segan untuk menyakitimu!" bentaknya seraya memegangi kedua pipi Alea dengan kasar.

"Ku mohon, Tuan. Tolong lepaskan aku!"

"Kau tidak akan pernah berani untuk menolak, seandainya kau tahu siapa aku," ucap Arthur menatapnya.

"Siapapun dirimu, tolong lepaskan aku dan biarkan aku pergi dari sini!"

"Tapi sayangnya aku tidak suka penolakan! Diam dan nikmati saja kebersamaan kita malam ini! Kau adalah wanita yang paling beruntung karena telah berhasil menarik perhatianku."

"Kau salah! Aku bukan perempuan ja*lang," pekik Alea dengan bola mata yang berkaca-kaca menahan air matanya.

"Sungguh?" Arthur menyunggingkan senyumnya, "aku malah semakin bersemangat untuk mencobanya." Dia pun melepas paksa baju office girl yang di kenakan Alea sehingga tampak menonjol kedua gunung kembar Alea yang tertutup b*h berwarna merah muda. Refleks Alea langsung menyilangkan tangan di dadanya.

Arthur berusaha menyingkirkan tangan yang sudah menghalangi pemandangannya dengan cara menekan kedua tangan Alea di atas kepalanya.

Arthur terlihat masih berusaha untuk menyambar ranum bibir tipis Alea walau dia terlihat kesulitan, karena Alea menggerakkan kepalanya ke kanan-kiri untuk menghindari ciuman pria itu. Merasa kesal Arthur langsung ke inti titik kelemahannya, langsung membuka resle*ting celana Alea lalu membuka keseluruhan secara paksa, hingga terlihatlah kini paha mulus Alea terpampang nyata di hadapannya.

Saat tubuhnya tak dihimpit lagi oleh Arthur, Alea kembali berontak beranjak dari tempat tidur dan hendak membuka pintu, namun lagi-lagi Arthur menariknya dan mendorongnya kedinding lalu kemudian menciumnya.

"Emmph... Emmphh..." Alea kesulitan berteriak saat mulut Arthur telah berhasil melahap bibirnya dengan rakus.

Arthur mulai menggunakan tangannya, masuk kedalam c*d Alea dan mengelus benda yang hanya di tutupi oleh kain tipis berbentuk segitiga itu sehingga membuat sekujur tubuh Alea kini meremang.

Alea yang sedari tadi berontak kini perlahan luluh diam tak berkutik mendapati perlakuan Arthur terhadap tubuhnya. Seraya terus menciumi bibir serta melumat*nya, tangan Arthur bergerak menyentuh kedua benda kenyal itu dan memainkan tangan di pu*tingnya.

Merasa Alea sudah kehabisan nafas Arthur melepaskan ciumannya beberapa saat, dia pun mengarahkan tubuh Alea ke tempat tidur dan saat Alea terjatuh tepat di atas ranjang dia pun melucuti semua dalam*an Alea lalu menindihnya.

Arthur kembali menyambar ranum bibirnya dan memperdalam ciuman serta gerakan lidahnya, tapi kali ini dia bermain dengan sangat lembut. Tak hanya sampai disitu Arthur juga mencium daun telinga dan lehernya lalu turun kebawah dan mengulum serta menghisap kedua gunung kembar itu dengan rakusnya.

"Ah... Tuan stop, tolong hentikan!" rintihnya. Alea men*desah ketika telunjuk tangan Arthur masuk kedalam lubang intinya dan menggerakkan jarinya didalam sana, merasakan kalau area inti Alea sudah mulai basah dengan cepat Arthur menenggelamkan kepala si junior kedalam sarangnya.

"Begitu sempit! Sepertinya aku harus membayar mahal atas semua yang sudah aku lakukan kepada gadis ini," batin Arthur.

Alea tampak merintih kesakitan saat benda itu semakin tegang dan mencoba menerobos masuk ke dalam dinding pertahanannya. "Aahh..." Teriaknya. Alea terlihat mencengkram sprei dan mengepalkan kedua tangannya, dan seketika itu pun Alea langsung menitikkan air mata ketika junior si brengsek itu telah berhasil membobol gawang pertahanannya.

Arthur mendiamkan senjata miliknya terlebih dulu di dalam sana, ingin membuat Alea terbiasa menerima benda keras tak bertulang itu sebelum dia menghentakkan nya, dan beberapa saat kemudian dia perlahan menggerakkan pinggulnya dengan gerakan maju mundur.

Arthur menatap lekat wajah sayu gadis malang yang berada dibawah kungkungannya.

"Maafkan aku, karena sudah melampiaskan kemarahanku kepada ayah, terhadapmu," batin Arthur saat melihat raut wajah Alea yang tampak sudah tidak berdaya akibat perbuatannya.

Tubuh keduanya semakin terasa bergema saat benda tak bertulang itu semakin masuk menembus kedalam denyut nadi intinya. Arthur semakin mempercepat gerakannya saat merasakan himpitan kuat dari goa Alea, dia dan Alea pun mengerang panjang saat berada di puncak kenikmatan dengan peluh yang membasahi di sekujur tubuh mereka.

keesokan harinya.

Arthur sengaja bangun lebih dulu sebelum Alea. Setelah membersihkan tubuhnya dia mengambil kertas dan menulis surat untuk Alea lalu menyimpannya di atas laci, dia pun pergi dengan tergesa-gesa.

Selang dua puluh menit setelah kepergian Arthur perlahan Alea membuka matanya. "Kemana laki-laki itu? apa dia sudah pergi?" batin Alea seraya menarik nafas panjang lalu membuangnya secara kasar. Dia tidak pernah menyangka kalau akan mengalami kejadian itu, hatinya hancur berkeping-keping saat laki-laki yang tidak dikenalinya telah berhasil merenggut mahkotanya. Saat hendak beranjak dari tempat tidur pandangannya terkunci pada secarik kertas di atas laci dia pun meraih dan segera membaca isi dari surat tersebut.

(Aku harap uang 100 juta ini cukup untuk menebus kesalahan yang sudah aku lakukan kepadamu semalam, minumlah pil KB ini untuk mencegah sesuatu yang tidak kau inginkan. Aku harap pertemuan kita akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir kita)

Alea mengepalkan kertas itu dan melemparkannya ke tong sampah. Namun ketika dia ingin melangkahkan kaki tiba-tiba, "akh..." Alea meringis saat merasakan sesuatu yang sangat perih di area intinya.

Semenjak kejadian di malam itu sikapnya kini menjadi pendiam dan murung. Dia tidak berani untuk menceritakan kejadian itu dan lebih memilih untuk menyimpannya sendiri sebagai kenangan pahit yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidup.

"Dari mana saja kau? Mengapa semalam tidak pulang?" tanya Aleta.

"Semalam aku lembur Bu," Alea terpaksa berbohong.

"Baru tahu kalau office girl ada lemburnya juga," gumam Aleta. "Mana uang gajimu?" tanyanya menadahkan tangan.

Dengan cepat Alea mengeluarkan amplop dari tas lalu memberikannya pada Ibunya.

"Mulai besok kau tidak perlu bekerja," ucap Aleta seraya menghitung lembaran uang yang ada di tangannya.

"Memangnya kenapa, Bu?"

"Acara pernikahan mu di percepat besok lusa."

"Apa?" Alea terkejut. "Kenapa Ibu tidak konfirmasi aku dulu sebelum mengambil keputusan?"

"Bukannya lebih cepat lebih baik!" ucap Aleta dengan entengnya.

"Berapa hutang Ibu pada tuan Carlos?"

"Memangnya mau apa? Kau tidak akan sanggup untuk membayarnya."

"Aku akan berusaha untuk melunasinya, kalau perlu aku akan bekerja siang malam agar aku tidak menikah dengan tuan Carlos."

Alea tidak bisa memberi tahu Aleta soal cek yang telah di berikan oleh pria asing yang semalam sudah menidurinya, karena dia pasti akan bertanya-tanya.

Aleta menatap wajah Alea. "Apa kau belum tahu bagaimana sikap tuan Carlos?"

Alea menggelengkan kepalanya.

"Sekali dia mengutarakan keinginannya, maka dia harus mendapatkannya. Karena kalau tidak, nyawa kita yang akan menjadi taruhannya," jelas Aleta.

***

Setelah resmi menyandang status sebagai nona Brata Jaya, Carlos langsung memboyong Alea ke kediamannya untuk berkenalan dengan istri pertama, istri kedua dan istri ketiganya, bahkan Carlos mengajak Alea untuk tinggal bersama dengan semua istri-istrinya.

"Kau tunggu di sini, aku akan mengambil beberapa obat kuat dikamar utama," ucap Carlos saat membawa Alea masuk kedalam kamar yang akan di tempati nya.

Deg. Jantung Alea dag dig dug ser tidak karuan dibuatnya. Jangankan untuk melakukan hubungan suami istri dengan Carlos, bahkan melihat wajahnya saja Alea tidak mau.

Alea menatap ke sekeliling kamar itu memikirkan cara agar malam ini dia bisa melarikan diri dari Carlos.

Mansion

Semua jendela kamar itu berpagar besi sehingga membuat Alea kesulitan untuk melarikan diri dari Carlos.

"Aku harus keluar dari sini. Aku tak mau pria tua itu menjamah ku," gumamnya seraya mondar-mandir mencari solusi.

Ceklek.

Tak lama kemudian pintu terbuka. Carlos masuk dengan penuh percaya diri.

"Sayang, apa kau sudah siap?" tanyanya lalu mendekati Alea dan duduk di sampingnya. Dia menatap Alea penuh has*rat membuat jantung Alea berdebar-debar tak karuan. Alea tidak ingin menikmati malam ini bersama pria yang bahkan lebih pantas menjadi ayahnya itu.

"Maaf Tuan, tapi aku sedang datang bulan," Alea sengaja berbohong untuk menghindarinya, sehingga terlihat raut wajah kekecewaan di wajah Carlos.

"Kenapa kau tidak memberi tahuku dari tadi? Padahal aku sudah meminum dua obat kuat sekaligus untuk pertempuran kita malam ini."

Glek, Alea menelan ludahnya susah payah.

Carlos menatap wajah Alea yang tampak sedikit ketakutan, namun apa pedulinya. Alea sudah resmi menjadi miliknya, dia bebas melakukan apapun terhadap gadis itu.

"Tunggu, Tuan!" Alea mencoba menghentikan ketika Carlos ingin menciumnya.

"Ada apa sayang?" Carlos menatap wajahnya.

"Aku ingin ke kamar mandi sebentar," Alea terus mencari cara untuk bisa menghindar. Dia berdiri dari duduknya lalu bergegas ke kamar mandi.

"Kau membuat kesabaranku mulai habis," gumam Carlos seraya mengusap-usap kumis tipisnya menatap punggung Alea yang berjalan menuju ke kamar mandi.

"Tenang Alea, kau harus tenang oke! tidak akan terjadi apa-apa antara kau dan Tuan Carlos malam ini," gumam Alea seraya menatap wajahnya dari pantulan cermin. Tiba-tiba dia pun teringat akan sosok laki-laki yang pernah merenggut kesuciannya secara paksa, sehingga menyisakan luka dan trauma yang mendalam baginya.

Tok tok tok.

Pintu kamar mandi pun di ketuk Carlos.

"Alea, kau sedang apa?"

Deg. Suara Carlos membuyarkan lamunannya, "sebentar, Tuan," sahutnya setengah berteriak. Alea segera keluar dan di sambut oleh senyuman mesum laki-laki yang baru menikahinya beberapa jam yang lalu.

Tanpa aba-aba Carlos langsung merengkuh tubuh Alea dan mendekapnya. "Jangan membuatku menunggu terlalu lama."

Alea tampak sangat gugup, dia pun berusaha melepaskan tangan Carlos yang melingkar sempurna di pinggulnya. "Tu-tuan Carlos, bukankah aku sudah mengatakan kalau aku sedang datang bulan."

"Memangnya kenapa? Kita bisa melakukan yang lainnya."

"Ta-tapi, Tuan. Bukankah tadi Tuan bilang kalau Tuan sudah minum dua obat kuat sekaligus, bagaimana kalau Tuan tidak bisa mengendalikannya."

"Semampuku aku akan berusaha untuk menahannya." Carlos pun langsung menyambar ranum bibir Alea sehingga membuatnya terkejut.

"Tidak, Tuan!" Alea langsung mendorong tubuh Carlos.

"Apa kau menolak ku?" sentak nya.

"Tolong beri aku waktu, aku tidak siap dengan semua ini," pinta Alea.

"Tidak bisa!" bentaknya, "malam ini kau harus jadi milikku." Carlos mendorong tubuh Alea dengan kasar hingga tubuhnya terpental ke ranjang empuk.

Alea berusaha berontak saat Carlos hendak menindih tubuhnya. Carlos pun berusaha untuk menyambar bibir Alea yang tampak begitu sangat menggoda, namun lagi-lagi dia tidak dapat meraih keinginannya karena Alea yang terus memberontak. Dengan sangat berani Alea pun menendang selang-kangan Carlos hingga mengenai burung nya.

"Arghh..." Carlos berteriak seraya memeganginya. Melihat itu Alea langsung beranjak lalu keluar untuk melarikan diri.

Alea berlari menuruni anak tangga sehingga membuat seisi penghuni di mansion itu berhamburan keluar dari kamar masing-masing.

"Ada apa ini?" tanya salah satu istri Carlos kepada Alea namun tidak mendapatkan jawaban, Alea malah terus berlari keluar dari mansion.

"Para penjaga, tangkap dia!" Carlos menunjuk kearah Alea, "dan jangan biar kan dia lolos!" teriaknya dari atas tangga.

Saat di halaman salah satu penjaga berhasil menangkap Alea. "Mau kemana kau?"

"Tolong lepaskan aku..." Alea memukuli otot besar anak buah Carlos yang tentu saja pukulannya tidak akan mempan di tubuh pria itu.

Tak lama kemudian Carlos datang dan langsung menamparnya. "Gadis tidak tahu di untung! Aku sudah membayar mahal atas dirimu. Berani sekali kau melarikan diri dariku!"

"Aku sudah mengatakan kalau aku pasti akan melunasi semua hutang ibuku pada Tuan, tapi tolong biarkan aku pergi."

"Hutang apa yang kau katakan?"

"Bukankah Ibu pernah meminjam uang kepadamu dan tidak sanggup untuk membayarnya, makanya Ibu terpaksa harus menikahkan aku dengan Tuan?"

"Heh, sepertinya Ibumu telah menipumu," desisnya. "Asal kau tahu, dia itu telah menjual mu padaku!"

"Apa?!" Alea sangat terkejut mendengar pernyataannya. "Itu tidak mungkin, ibu tidak mungkin menjual ku!"

"Kalau kau tidak percaya, kau bisa menanyakannya langsung pada ibumu," ujar Carlos, "seharusnya kau berterima kasih padaku karena aku telah menjadikan mu nona muda di istana ku ini. Karena kalau aku mau, aku bisa saja menikmati tubuhmu tanpa status perkawinan! tapi aku tidak melakukannya karena aku lebih menginginkan mu menjadi permaisuri di istana ku."

"Aku tidak percaya! Tuan pasti membohongiku." Alea hendak pergi namun penjaga itu kembali mencengkram pergelangan tangannya.

"Lepaskan aku! Ibuku tidak mungkin menjual ku." Alea lagi-lagi memukuli tangan anak buah Carlos dan berontak.

Tak lama para penjaga yang lainnya datang menghampiri.

Bugh bugh bugh.

Carlos menghajar wajah ketiga penjaga yang baru saja datang sehingga membuat Alea terkejut. "Kemana saja kalian? apa kalian tidak mendengar teriakkan ku!" bentaknya.

"Maaf tuan besar, saya mengantuk dan tidak sengaja ketiduran."

Bugh.

Carlos kembali melayangkan kepalan tangannya tepat di hidung pria berbadan besar itu hingga darah segar mengalir di hidungnya.

"Bawa dia ke kamarnya!" sentak Carlos kepada penjaga yang sedari tadi mencengkram Alea. Penjaga itu pun menyeret tubuh Alea masuk.

"Sepertinya gadis itu terpaksa menikah dengan tuan Carlos."

"Kau benar!"

Semua orang yang ada di mansion hanya menatap iba kepada Alea tanpa ada yang berani membantunya ketika tubuh mungilnya di seret beberapa pria berbadan kekar itu.

"Itulah akibatnya karena kau telah berani merebut ayah dari ibuku." Seorang gadis yang tampak seusia dengan Alea menatap sinis kearahnya.

Carlos menghampiri istri ketiganya. "Temani aku malam ini."

Seketika wanita itupun tersenyum menyeringai. "Bagus, ini menguntungkan untukku jika gadis itu tidak mampu melayani tuan Carlos dengan baik," batinnya.

Buk buk buk.

"Buka pintunya, aku harus menemui ibuku!" Alea terus menggedor pintu berharap seseorang mau membukanya.

"Aku tidak menyangka kalau tuan Carlos akan menikahi gadis yang seumuran dengan putrinya," gumam Chamela mengiba saat mendengar suara teriakan Alea yang meminta tolong.

"Iya, kasihan sekali gadis itu," ujar Samantha istri pertama Carlos.

Merasa teriakannya di abaikan setiap orang yang ada disana, Alea pun pasrah, dia menyandarkan kepalanya di balik pintu itu dan perlahan duduk dan menangis meratapi nasibnya yang begitu buruk.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!