NovelToon NovelToon

Shattering Heart

Aleandra

Awan hitam menggantung di langit.Angin bertiup dengan kencang disertai suara petir yang menggelegar saling bertautan.Terlihat cahaya kilatan  seperti membelah langit kota Moskow.Orang-orang berusaha untuk segera berlindung, karena badai akan segera datang dan dalam hitungan detik kota Moskow telah diguyur hujan deras.

Dimitri sedang duduk disalah satu kafe disekitar kantornya sambil menikmati secangkir kopi hitam yang uapnya masih mengepul.Dia ditemani oleh sahabatnya yang baru saja datang dari Amerika bernama Richard. Dia datang ke Rusia atas permintaan Dimitri untuk menghadiri acara pertunangannya dengan aktris pujaannya, Aleandra Elena Ivanov yang akan diadakan besok siang di hotel Four Season.

"Aku sudah lupa kapan kita terakhir berbicara seperti ini. Minum kopi dan berbicara sambil menikmati makan siang. Sayangnya hari ini cuaca tidak mendukung perjumpaan kita."

Dimitri tersenyum tipis dan menyesap kopinya lagi lalu meletakkan cangkirnya pelan-pelan di atas tatakannya."Sudah 12 tahun kita tidak bertemu dan berbicara santai seperti ini. Aku senang kamu dapat memenuhi undanganku untuk menghadiri acara pertunanganku. Percayalah!Aku sangat menghargai kedatanganmu kali ini." Dimitri menopangkan dagunya dengan kedua tangannya di atas meja.

"Aku ingin tahu seperti apa wanita yang telah berhasil merebut hatimu itu sampai-sampai kamu membatalkan pertunanganmu dengan Sofia Hendrikova cucu dari seorang pengusaha terkenal di Rusia dan yang menurut kabar perusahaan mereka sangan berpengaruh dalam perekonomian Rusia.’’ Richard menghisap rokoknya  lalu meminum kopinya.

"Kamu akan tahu besok seperti apa calon istriku itu.Bagiku dia sangat mempesona.Tanpa aku sadari hatiku sudah terbawa oleh kehangatan dalam dirinya. Semangatnya dalam berakting yang tidak pernah padam.Gerakan tubuhnya yang spontan tanpa diduga, senyumannya yang selalu membuatku jantungku berdebar. Itu semua telah membuat hatiku tertawan olehnya. Dia memang bukan berasal dari keluarga kaya yang dia miliki di dunia ini hanyalah akting selain itu dia tidak punya apa-apa lagi, tapi sekarang dia memiliki aku."

Wajah Dimitri terlihat lembut dan senyumannya selalu menghiasi wajahnya ketika menceritakan kekasih hatinya. Richard pun terlihat agak sedikit terkejut melihat ekspresi wajahnya, karena selama ini Dimitri selalu memasang wajah dingin kepada siapa pun.

"Ternyata dia sudah mempengaruhi dirimu begitu besar.Coba sekarang lihatlah dirimu! Kamu tidak sedingin yang dulu.Kamu sudah banyak berubah sahabatku.Aku rasa semua ini karena Aleandramu itu.’’

Richard menepuk bahu Dimitri lalu mencondongkan tubuhnya dan membisikkan sesuatu padanya.’’Kamu harus jaga kekasihmu dengan baik apalagi dia sekarang sudah menjadi aktris terkenal dan akan ada banyak pria yang menyukainya."

Richard mengedipkan sebelah matanya dengan jenaka dan perkataannya membuat hatinya menjadi resah. Dimitri harus mengakui semenjak Aleandra terkenal dan sukses semakin banyak orang yang mengaguminya bahkan fans prianya semakin bertambah. Ia saat ini harus dipusingkan oleh setiap lirikan para pria pada kekasihnya, oleh karena itu dia ingin segera mengikat Aleandra untuk selamanya dan mengumumkan pada dunia ia adalah miliknya seorang.

"Aku tahu itu. Aku akan menjaganya dengan baik dan tidak akan ada seorang pria pun mendekatinya." Tangannya mencengkeram telinga cangkirnya dengan sangat erat menahan rasa cemburunya.

Hujan masih saja turun dengan deras dan waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Minuman mereka sudah habis dan dari arah belakang muncul seoarang pelayan wanita menawarkan untuk mengisi kembali cangkir mereka. "Tidak terima kasih. Kami akan segera pergi."

Dimitri mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya pada pelayan. Wajah pelayan itu merona merah, ketika Dimitri tersenyum manis kepadanya.

"Aku harus kembali ke kantor sekarang, pasti sekarang sekretarisku sedang marah-marah, karena aku tidak kunjung datang juga. Bagaiamana dengan kamu? Apa kamu akan kembali ke hotel atau masih akan tetap disini sampai hujan berhenti?"

"Sepertinya aku juga akan pulang dan berisitirahat.Apa kamu membawa payung? Kalau tidak membawa payung di mobilku ada payung. Aku bisa meminjamkannya padamu."

"Baiklah.Terima kasih."

Richard berdiri dan segera keluar,  sedangkan Dimitri duduk menunggunya di dalam kafe.Tidak membutuhkan waktu lama pria itu datang membawa sebuah payung besar dan memberikannya pada Dimitri.

Mereka berdua pergi dari kafe. Dimitri mengantar Richard terlebih dahulu ke tempat parkir dimana temannya itu telah memarkirkan mobilnya.

"Sampai ketemu besok, Richard,’’katanya sambil meninggikan nada suaranya, karena harus mengalahkan suara hujan yang deras.Mobil Richard sudah pergi dari hadapannya dan ia kembali berjalan di bawah guyuran hujan menuju kantornya.Lampu merah telah menyala Dimitri dan para pejalan kaki harus menunggu untuk menyebrang, kemudian matanya menangkap sesosok orang yang dikenalnya sedang berjalan dengan seseorang di bawah payung.

Mereka berjalan sambil berpelukan dan si pria memegangi payungnya, mereka begitu terlihat sangat akrab dan juga mesra. Matanya membelalak ketika wajah wanita itu terlihat jelas, karena si pria meninggikan payungnya. Dimitri tidak dapat mempercayainya apa yang dilihatnya. Jantungnya berdebar tidak karuan, tangannya mencengkeram kuat payungnya menahan rasa marah . Pria itu kemudian mencium kening si wanita dan hal itu menambah kemarahannya dan rasa cemburu yang meluap dalam dirinya.

"Aleandra, kenapa kamu bersama dengan seorang pria? Siapa pria itu?’’ gumamnya.

🌻🌻🌻

Anastasia bersenandung ria sambil membersihkan apartemennya yang sudah agak kotor, karena selama beberapa hari tidak sempat dibersihkan. Aleandra seharusnya membantunya, tapi dia mendadak ada keperluan untuk mengunjungi salah satu temannya jadi terpaksa Anastasia bekerja sendirian.

Beberapa jam yang lalu Aleandra memohon-mohon untuk diizinkan keluar untuk menemui temannya yang baru saja datang dari luar negeri.Dia memohon dengan wajah yang memelas dan akhirnya Anastasia mengizinkannya keluar di tengah hujan deras.

Keasyikan Anastasia membersihkan apartemen sambil mendengarkan musik sedikit terganggu dengan suara bunyi telepon."Siapa sih yang menelepon?"gerutunya.

Anastasia mengecilkan suara tapenya, kemudian setengah berlari ke arah  telepon.

"Selamat sore!’’

"Anastasia, ini aku Dimitri Romanov."

"Pak Romanov, ada apa?’’tanya Anastasia dengan ekspresi terkejut.

"Aleandra, ada ?’’

"Aleandra tidak ada disini. Dia sedang pergi keluar untuk menemui temannya."

"Temannya?’’tanya Dimitri dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Apa Anda punya pesan untuknya?’’

Tuuuut....tuuuttt....tuuutttt. ‘’Halo...halo...Pak Romanov !"

Anastasia setengah berteriak dan memandangi gagang telepon dengan wajah kesal. Ia menutup teleponnya . "Apa-apaan sih dia menutup telepon seenaknya."

Anastasia kembali membesarkan volume suara tapenya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

🌻🌻🌻

Dimitri menahan kemarahannya, karena merasa telah dikhianati oleh Aleandra. Secara diam-diam dia mengikutinya yang masih berjalan sambil berpelukan. Rasa marah dan cemburu sudah menguasai dirinya. Dia ingin sekali menghampiri mereka berdua dan menangkap basah mereka.Tangannya semakin kuat mencengkeram payungnya dan berusaha menahan diri untuk tidak memukul pria itu. Mereka berdua memasuki sebuah restoran yang berada di ujung jalan.

Dimitri pun ikut masuk dan duduk tidak jauh dimana mereka duduk sehingga dia dapat melihat gerak-gerik mereka dengan jelas. Matanya menatap dingin ke arah mereka yang terlihat begitu sangat akrab dan juga mesra.Pria itu mulai memegang tangan Aleandra dan menciumnya bibirnya.Wajah Dimitri mulai memerah menahan rasa amarahnya dan rahangnya menegang sampai-sampai urat nadinya muncul dipermukaan kulit wajahnya yang tampan.

"Aleandra, apa yang sudah membuatmu tertarik kepadanya? Kuakui dia memang pria yang tampan berambut pirang, bermata biru dan juga tinggi dan apakah cinta yang aku berikan belum cukup untukmu? Kamu tega sekali mengkhianatiku padahal aku begitu mencintaimu dan memujamu."

Tanpa diketahui oleh Dimitri seseorang sedang mengambil beberapa foto dari pasangan tersebut.Orang itu tersenyum senang .Beberapa kali Hpnya terus mendapatkan panggilan dari Sabrina, sekretarisnya, tapi Dimitri selalu mengabaikannya.Beberapa detik kemudian Hpya kembali berbunyi dengan perasaan kesal dia menerima panggilan sekretarisnya.

"Ada apa ?’’tanyanya kesal dan pandangannya tidak pernah lepas dari Aleandra.

Dengan suara setengah berteriak bercampur kesal dan marah Sabrina berkata,"Pak Romanov, sebenarnya Anda sekarang ada dimana? Bukannya Anda akan keluar sebentar. Sekarang lihat ini sudah jam 6 sore. Pekerjaan Anda disini masih banyak dan Anda harus menyelesaikannya sekarang. Ada beberapa proposal pembangunan hotel yang harus diperiksa, karena mereka membutuhkan jawaban besok pagi sebelum acara pertunangan Anda."

"Aku akan pergi ke sana sekarang juga. Kamu tidak perlu berteriak seperti itu, karena aku tidak tuli,’’kata Dimitri dengan nada marah. Ia langsung menutupnya dan segera pergi meskipun hatinya tidak rela meninggalkan Aleandra berduaan dengan pria lain.

🌻🌻🌻

"Ivan, ini kedua kalinya kamu datang ke Rusia menemuiku. Aku senang."

"Aleandra ,aku senang dapat bertemu denganmu disini. Kamu tahu aku begitu merindukanmu dan bagiku kamu tetap cantik seperti dulu." Wajah Aleandra langsung memerah dan terasa panas.

"Aku juga  rindu dan senang bertemu denganmu lagi. Ketika kamu mengatakan akan datang kesini, aku sangat senang "

"Terima kasih sayang."

Mereka tidak menyadari kalau orang-orang disekitar mereka sedang memperhatikannya dan membicarakannya.Hujan masih saja menguyur kota Moskow walapun beberapa menit yang lalu sempat reda.Mereka berdua terlihat sangat senang sambil menikmati makanan yang ada dihadapannya.Sesekali terdengar suara tertawa yang keras dari arah mereka.Tidak berapa lama Ivan menggeser tempat duduknya.

"Kamu mau kemana?’’

"Aku mau pergi ke toilet dan akan segera kembali."

Ivan mengedipkam sebelah matanya pada Aleandra dan gadis itu menanggapinya dengan senyuman manis. Ivan merasa ada yang aneh dengan beberapa orang di dalam restoran ini, ketika dia akan menuju toilet hampir semua orang menatapnya dan wajahnya tampak kebingungan.Dia cepat-cepat masuk ke dalam toilet dan langsung berdiri di depan cermin.Beberapa saat dia memandangi wajahnya dicermin.

"Tidak ada yang salah dengan wajahku, tapi kenapa mereka melihatku terus, seperti ada sesuatu yang salah denganku. Ah mungkin ini hanya perasaanku saja."

Terdengar suara bisik-bisik diantara tamu restoran dan ketika Ivan kembali berada di tengah-tengah mereka , suasana kembali menjadi hening. Ia berjalan dengan langkah cepat menuju mejanya.

"Aleandra, sepertinya orang-orang disini terus melihatku dan juga sepertinya mereka sedang membicarakanku."

"Mungkin kamu pria tampan jadinya mereka terus melihatmu."

"Itu mungkin saja. Sebaiknya kita cepat pergi dari sini. Aku sudah tidak tahan lagi mereka terus melihatku. Sepertinya aku ini adalah makhluk asing yang datang dari luar angkasa."

Mereka berdua beranjak pergi dari mejanya melewati beberapa tamu restoran dan para pelayan yang masih terus menatapnya. Di luar masih hujan dan mereka kembali berpayung berdua di tengah hujan deras. [ ]

Kemarahan Dimitri

Dimitri memasuki kantornya dengan wajah dingin dan menyeramkan. Para pegawainya yang sedang kebetulan lewat di depannya segera melangkah mundur. Harapan untuk memiliki atasan yang lebih ramah dan baik sepertinya akan sulit terwujud lagi. Mereka sangat senang ketika Dimitri akan segera bertunangan dan menikah.

Semenjak ia memiliki kekasih sikap dinginnya mulai melumer, lebih ramah, dan sering tersenyum pada setiap pegawai yang berpapasan dengannya. Tapi sekarang sikapnya berubah seperti dulu lagi bahkan sekarang lebih dingin dari yang sebelumnya.Perubahan sikap Dimitri yang tiba-tiba tentu saja membingungkan semua pegawainya.

Pintu lift terbuka beberapa pegawainya yang hendak masuk lift terpaksa mundur ketakutan ketika melihat atasannya memasang wajah dingin dan menakutkan yang hendak keluar dari lift. Para pegawainya memberikan jalan kepadanya. Dimitri berjalan cepat menuju ruangannya berada dan mereka masih memperhatikan atasannya pergi sampai menghilang di belokan yang mengarah ke ruangannya, lalu mereka masuk ke dalam lift.

"Aku rasa kita akan bekerja keras lagi kalau dilihat sikap atasan kita tadi,’’kata salah seorang pegawai laki-laki.

"Benar. Sepertinya kita harus sudah bersiap-siap menerima banyak pekerjaan darinya. Sebenarnya ada apa lagi dengan pak Romanov. Aku kira , setelah dia memiliki kekasih sikapnya akan sedikit melembut, tapi kenyataannya tidak sama sekali. Kapan kita pada akhirnya akan memeiliki atasan yang baik dan ramah?’’ kata salah satu pegawai wanita.

"Kita berdoa saja semoga tidak terjadi apa-apa dengan kita dan juga pak Romanov."

Sabrina terlihat senang dengan kedatangan Dimitri, tapi raut wajahnya langsung berubah tidak senang, ketika melihat wajah menakutkan dari atasannya.Dia terlihat suram dan ada gurat kelelahan di wajahnya. Ia mengikutinya dari belakang sambil membawa beberapa laporan dan proposal.

Dimitri menghempaskan tubuhnya dikursi dan mengusap-usap wajahnya. Sabrina langsung menyimpannya di atas mejanya. Ia hendak keluar, tapi niatnya tertahan, karena Dimitri memanggilnya.

"Iya pak Romanov, apa masih ada perlu dengan saya?’’tanyanya seramah mungkin, karena Sabrina tahu sekarang atasannya sedang ada masalah dan yang jelas masalahnya bukan berkaitan dengan masalah pekerjaannya tapi masalah yang berkaitan dengan Aleandra. Ia sudah mengenal baik atasannya kalau dia bersikap menakutkan dan dingin seperti ini pasti Aleandralah penyebabnya.

Sabrina merasakan ada firasat sesuatu yang buruk akan terjadi pada hubungan mereka berdua.

"Besok batalkan pertunanganku dengan Aleandra?’’katanya dingin.

Sabrina bagaikan disambar petir mendengar perkataannya. Matanya membelalak karena terkejut.

"Apa kamu tidak mendengarkanku, Sabrina?’’tanyanya setengah berteriak.

"A...aku dengar. Tapi kalau boleh saya tahu kenapa Anda tiba-tiba membatalkan pertunangan Anda besok? Padahal Anda sudah susah payah mendapatkannya sudah 2 tahun lamanya Anda mencintainya diam-diam dan akhirnya dia menerima cinta Anda."

"Aku rasa Aleandra tidak pernah mencintaiku sedikit pun. Dia hanya mempermainkan perasaanku saja."

"Kenapa Anda bisa seyakin itu kalau dia tidak mencintai Anda? Setahu saya dia sangat mencintai Anda."

"Aku juga dulunya berpikir seperti itu. Hari ini aku melihat pengkhianatannya di depan mataku. Dia bersama dengan selingkuhannya."

"Mungkin itu hanya teman saja."

"Teman. Katamu teman."

Suara Dimitri mulai meninggi dan emosinya mulai keluar."Mana mungkin pria itu hanya teman biasa saja. Aku lihat pria itu memeluknya, mencium di bibirnya dan hatiku tidak bisa menerima semua itu. Aku kira bibir itu hanya milikku seorang, tapi sekarang bibir itu sudah dimiliki lagi oleh seorang pria.Aku tidak tahu sejak kapan dia mengkhianatiku."

Sabrina tidak mempercayai ucapannya, karena dia tahu kalau Aleandra tidak mungkin mengkhianati bosnya.

"Sebaiknya Anda jangan mengambil keputusan yang tergesa-gesa.Anda harus membicarakan hal ini dengannya dan meminta penjelasan darinya."

"Keputusanku tidak akan berubah dan aku tidak perlu meminta penjelasan darinya lagi, karena bagiku apa yang aku lihat tadi semuanya sudah jelas."

Sabrina menghela nafas panjang sudah tidak ada gunanya untuk membujuk bosnya untuk merubah keputusannya.

"Saya harap keputusan yang Anda ambil tidak akan ada penyesalan dikemudian hari. Kalau begitu saya permisi dulu."

Sabrina berlalu pergi dengan perasaan iba pada atasannya. Dimitri masih duduk berdiam diri. Air matanya mulai menetes. Hatinya seperti tersayat-sayat melihat kekasihnya bermesraan dengan pria lain.

🌻🌻🌻

Hujan telah reda. Semua jalanan menjadi basah dan terlihat berkilau tertimpa cahaya lampu. Aleandra terlihat sangat senang sambil membawa sekantung belanjaan.

"Aku pulang."

"Selamat datang, Aleandra."

Anastasia menatapnya dengan pandangan marah, sedangkan Aleandra masih sibuk melepas sepatunya yang basah.

"Kamu kenapa?’’

"Apa kamu tahu ini jam berapa?’’

"Aku tahu ini jam 10 malam."

"Kenapa kamu pergi lama sekali? Kamu tahu aku begitu mencemaskanmu takut terjadi sesuatu padamu. Hpmu juga tidak aktif.Besok adalah hari pertunanganmu dengan pak Romanov kalau sampai terjadi sesuatu padamu bagaimana?’’tanyanya marah.

Aleandra menyimpan barang belanjaannya di bawah, lalu memeluk kakak perempuannya."Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir hanya saja tadi aku lupa waktu, karena kami sudah lama tidak bertemu. Dia baru saja datang dari Spanyol. "

Anastasia menatapnya dengan penuh selidik.’’Benarkah yang kamu katakan tadi?’’

"Tentu saja benar. Bukannya aku tadi siang mengatakan akan bertemu dengan temanku."

"Ya sudah sekarang ganti pakaianmu. Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu."

"Terima kasih."

Anastasia mengambil barang belanjaan adiknya yang disimpan di lantai dan membawanya kedapur. Semua isinya di keluarkan dan di tata rapi di dapur.Tidak lama Aleandra keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap, lalu menuju meja makan.

"Tadi sore pak Romanov menelpon kesini."

"Ada apa Dimitri menelepon?’’

"Dia menanyakan keberadaanmu."

"Apa yang kamu bilang padanya?’’

"Aku bilang kamu sedang keluar untuk bertemu dengan temanmu dan dia langsung menutup teleponnya."

"Aku akan meneleponnya kembali setelah selesai makan.Terima kasih."

"Sepertinya telah terjadi sesuatu padanya."

Aleandra menatap Anastasia dengan cemas. Ia makan dengan cepat sekali kemudian pergi menuju kamarnya.Di dalam kamar ia mengaduk-aduk isi tas untuk mengambil Hpnya, tapi tidak ditemukan akhirnya dia menumpahkan seluruh isi tasnya. Ia segera mengisi baterai Hpnya dan langsung menyalakannya.

Dimitri masih terlihat menyibukan dirinya dikantor. Sabrina sudah pulang lebih awal.Hpnya berbunyi beberapa kali tapi dia mengabaikannya.

"Kenapa dia tidak menerima telepon dariku? Apa dia sudah tidur?Ah tidak mungkin. Jam segini dia pasti belum tidur."

Gadis itu memandangi Hpnya dengan wajah heran."Ada apa dengannya ya?’’

Aleandra mengerutkan dahinya dan kembali menelepon Dimitri kembali.

Dimitri sudah terlihat sangat kesal mendengar suara Hp yang terus berbunyi.Dia mengambil Hpnya dari dalam saku celananya dan melihat siapa yang telah meneleponnya.

Wajahnya seketika marah melihat nama Aleandra di layar Hpnya dan dikepalanya masih melekat bayangan kemesraan kekasihnya dengan pria lain.Dia menerima panggilannya, lalu menutupnya kembali dengan perasaan kesal dia mencabut baterai Hpnya.

Tuuuut...tuuuutttt.....

"DIMITRI..."Teriaknya.’’Aku yakin dia tadi menerima teleponku tapi dia mematikannya kembali. Tapi kenapa?’’

Perasaannya mulai cemas dan takut terjadi sesuatu padanya.Berkali-kali Aleandra meneleponnya ,tapi selalu tidak aktif. Ia pun menyerah untuk meneleponnya kembali.Dia akan menanyakannya besok, karena pada akhirnya mereka berdua besok akan bertemu.[ ]

Hari terburuk

Fajar pagi telah datang Aleandra merentangkan kedua tangannya dan meluruskan badannya dengan matanya yang masih mengantuk dia turun dari tempat tidurnya , pergi ke kamar mandi dan membasuh mukanya.Dia mulai menyibukkan dirinya di dapur menyiapkan makan pagi.

"Pagi!’’kata suara yang berada dibelakangnya.

Aleandra tersenyum senang .’’Pagi!’’

Antastasia membuka pintu apartemennya dan keluar untuk mengambil koran dan sebotol susu.

"Ada berita apa pagi ini? ‘’tanya Aleandra sambil mengaduk-aduk orak-arik telurnya setelah Anastasia masuk. Ia membuka korannya dan wajahnya menegang, matanya membulat melihat gambar yang berukuran besar terpampang di halaman muka koran.

"Ada berita apa? Kenapa kamu diam saja?’’

Aleandra melihat kakaknya sedang berdiri terpaku memandangi koran. Rasa penasaran menghampirinya. Tangannya langsung merebut koran darinya.’’Sebenarnya apa yang kamu lihat di koran ini?’’

Aleandra segera melihatnya dan seketika itu juga dia sangat terkejut. "Ini tidak mungkin. Ini pasti suatu kesalahan. Aku sama sekali tidak mengenal pria ini. Sungguh."

Anastasia menatap curiga kepadanya."Kemarin siang sebenarnya kamu pergi kemana? Apakah teman yang kau maksud adalah pria itu?’’tanyanya penuh selidik.

" Kamu tidak percaya padaku. Pria ini bukan temanku. Percayalah padaku!’’

"Lalu kenapa fotomu ada dikoran ini. Lihat foto wanita ini. Dia benar-benar sangat mirip denganmu, kalau bukan kamu siapa lagi?"

"Aku tidak tahu. Sama sekali tidak ada ide siapa dia? Mungkin saja di dunia ini ada orang yang mirip satu sama lain."

"Itu tidak mungkin. Meskipun di dunia ini ada orang yang mirip tapi tidak sama persis seperti ini kecuali kalau orang itu kembar."

"Kembar? Maksudmu aku punya kembaran ?’’

"Iya mungkin saja. Waktu orangtuaku mengadopsimu dari panti asuhan mungkin saja kamu punya saudara kembar."

"Itu juga tidak mungkin aku punya kembaran. Kamu kan sudah mengenalku cukup lama kalau aku tidak punya saudara kembar. Aku adalah anak tunggal, seandainya aku punya saudara kembar pasti aku akan tahu dan kami akan tumbuh bersama. Ibu tidak mungkin memisahkan kami berdua dan membuangku."

"Bisa saja kamu mempunyai saudara kembar, tapi keberadaanya tidak diketahui."

"Sudahlah jangan bicara omong kosong lagi."

"Mungkin foto ini hasil rekayasa,’’ Aleandra berusaha untuk membela dirinya sendiri.

 "Hmmm...itu bisa saja,’’kata Anastasia, lalu ia membuka jendela yang berada di ruang utama semilir angin musim semi memasuki ruangan utama apartemen itu.

"Aku rasa hari ini akan menjadi hari yang panjang bagimu,’’kata Anastasia sambil memandang ke arah luar jendela.

"Hah?’’

"Para wartawan sudah berkumpul di bawah. Apa yang akan kamu lakukan untuk menghadapi mereka sekarang?’’

Aleandra mendekati jendela dan memandangi satu persatu wartawan yang sudah berkumpul di depan apartemennya.

"Sepertinya beberapa hari kedepan kamu akan terus diburu oleh mereka dan kehidupanmu tidak akan tenang sampai berita perselingkuhanmu mereda."

Aleandra memelototi kakaknya yang sedang asyik menikamati makan paginya.

"Bagaimana perasaan pak Romanov sekarang ya? Pasti dia akan sangat marah,’’sindir Anastasia. Aleandra melonjak terkejut seperti diingatkan akan sesuatu.

"Kamu benar. Aku harus menjelaskan semua ini pada Dimitri. Aku tidak ingin terjadi salah paham diantara kami." Aleandra langsung melesat pergi ke kamar mengambil tasnya.

" Makan pagi dulu."

‘’Aku sekarang ini tidak ada nafsu makan."

Para wartawan langsung menyerbu Aleandra ketika ia keluar dari apartemennya.Sinar blitz dan berbagai macam mikrophone mengarah kepadanya.

"Maaf. Permisi.Aku mau lewat,’’kata Aleandra pada wartawan-wartawan itu.

"Nona Ivanov, tolong konfirmasi kami. Apa benar berita yang ada dikoran pagi ini?’’

"Siapa pria yang sedang bersama Anda?’’

Aleandra bermaksud untuk mengabaikan pertanyaan-pertanyaan dari wartawan, tapi mereka menghalangi jalannya dan ia tidak bisa bergerak karenanya.Ia akhirnya menjadi gerah dan menatap galak wartawan.

"Baik-baik aku akan memberitahu kalian. Wanita yang ada di koran itu bukan saya. Itu artinya aku tidak kenal dengan pria itu. Sekian dariku. Selamat pagi!’’

Aleandra pergi dengan penampilan yang agak berantakan. Rambutnya terlihat kusut setelah dikerumuni oleh wartawan. Selama berjalan orang-orang melirik ke arahnya dan terdengarlah bisik-bisik dari mulut mereka sambil memandang jijik ke arahnya.’’Aku tidak percaya dia berani mengkhianati kekasihnya."

"Ketenaran membuat dia lupa diri."

‘’Dari luar dia kelihatan seperti wanita lugu dan baik, tapi siapa sangka dia wanita yang tidak tahu aturan. Kasihan sekali calon suaminya."

Aleandra pun berlari tidak ingin mendengarkan pembicaraan orang tentang dirinya. Dia berusaha untuk tidak mempedulikan mereka. Butiran-butiran airmatanya tumpah dari kedua pelupuk matanya. Ia berlari sambil menangis.Namanya jadi tercoreng gara-gara foto wanita yang mirip dengannya di koran itu.

Dia ingin sekali menemukan wanita itu dan menyuruhnya untuk menjelaskan semuanya. Tapi ia sama sekali tidak memiliki informasi apa pun tentangnya. Aleandra berhenti berlari dan berjalan sambil menundukkan kepalanya.’’Siapa kamu sebenarnya,’’katanya dalam hati.

🌻🌻🌻

Dimitri terlihat sangat sibuk di kantornya dan tampak begitu serius memeriksa semua dokumen dan beberapa laporan harian tentang perusahaannya. Sabrina tidak berani untuk menganggunya. Sepertinya bosnya sangat serius membatalkan acara pertunangannya hari ini begitu saja tanpa ada masalah yang jelas. Sabrina keluar dengan membawa beberapa cangkir kopi dan terkejut melihat kedatangan Aleandra.

"Dimitri ada di dalam?’’

"Dia ada. Masuklah! Sepertinya kalian perlu bicara serius."

"Apa telah terjadi sesuatu yang serius?’’tanya Aleandra yang mulai kelihatan sangat cemas.

"Sebaiknya kamu masuk saja dan bicaralah padanya." Tanpa aba-aba lagi Aleandra langsung mengetuk pintu.

"Masuk!’’suara Dimitri terdengar dari dalam.Perlahan-lahan Aleandra berjalan mendekatinya di dalam dirinya ada rasa takut yang besar kalau Dimitri akan marah besar padanya dan sepertinya ia belum menyadari kedatangannya, karena dia terlihat sibuk memandangi beberapa kertas di atas mejanya.

"Apa kamu sedang sibuk?’’tanyanya.

Dimitri langsung mendongkakkan wajahnya, terkejut melihat Aleandra berada di kantornya.Dia menatapnya dengan pandangan tidak suka. Aleandra menyadari itu.

"Aku kesini untuk menjelaskan berita yang beredar hari ini. Semua itu tidak benar. Foto itu bukan diriku."

Aleandra terus bercerita panjang lebar, tapi Dimitri malah mendiamkannya seolah-olah ia tidak berada di sana.Hal itu membuat hatinya sedih. Air matanya sudah mendesak keluar, tapi Aleandra berusaha menahannya agar tidak jatuh.

‘’Dimitri, bicaralah! Kenapa diam saja?’’

"Karena tidak ada yang perlu aku bicarakan lagi denganmu,’’katanya tanpa menoleh sedikit pun padanya.

"Apa kamu lebih mempercayai berita itu daripada aku?’’

"Iya,’’jawabnya dingin.Rasanya sakit kekasihnya lebih percaya pada berita bohong daripada dirinya.

"Percayalah padaku! Aku tidak pernah mengkhianatimu."

Dimitri masih saja diam dan terus berkonsentrasi pada pekerjaannya.’’Aku mohon bicaralah!’’

" Hari ini kita tidak jadi bertunangan. Aku sudah membatalkan semuanya."

"Apaaa...’’

Aleandra tidak mempercayai apa yang didengarnya sekarang.Dia tidak ingin mempercayai setiap perkataan yang terucap dari mulutnya.’’ Kamu bercandakan? kamu tidak bisa melakukan ini padaku. Apa salahku padamu?’’

Aleandra sudah tidak tahan membendung air matanya lagi. Dimitri menatap kesal padanya.Ada perasaan marah, benci dan juga cinta yang bercampur aduk dalam diri Dimitri.

"Sekarang katakan siapa pria yang bersamamu kemarin?’’suaranya mengandung kemarahan.

"Sudah aku katakan aku tidak mengenalnya harus berapa kali aku mengatakannya agar kamu percaya padaku." Aleandra menangis terisak-isak melihat kekasihnya tidak mempercayai lagi dirinya.

"Kamu bohong."

"Aku tidak bohong. Aku mengatakan yang sebenarnya."

" Kenapa kamu masih terus saja menyangkal atas pengkhianatanmu padaku. Kamu tahu hati ini rasanya sakit melihatmu bermesraan dengan pria lain di belakangku.Entah sudah berapa lamu kamu mengkhianatiku."

"Aku belum pernah sekali pun mengkhianatimu dan apa maksudmu kamu melihatku bermesraan dengan pria lain?’’

Aleandra menghapus air matanya dan memandang pria yang ada dihadapannya dengan perasaan marah.

"Kemarin sore aku melihatmu bersama pria yang ada dikoran itu. Pria itu seenaknya memeluk dan menciummu di depan mataku. Tapi Kamu malah membiarkan hal itu terjadi. Kamu terlihat begitu menikmatinya atas sentuhan pria itu. Rasanya waktu itu aku ingin sekali menghajarnya. Tapi aku berhasil menahan diriku. Aku rasa kamu tidak benar-benar mencintaiku. Sebaiknya akhir saja hubungan kita sampai disini. Pergilah kesisi pria itu."

"Kenapa kamu tidak mempercayaiku sama sekali? Aku merasa sangat sedih melihatmu lebih mempercayai perkataan orang lain daripada perkataanku. Aku akan tetap menyangkalnya, karena aku tidak bersalah. Kalau kamu ingin putus denganku selamanya, aku menerimannya dan jangan harap aku akan kembali lagi padamu,’’Katanya dengan penuh kemarahan.

Dimitri hanya diam mendengarkan perkataan Aleandra. Ia dengan terpaksa merelakan wanita yang dicintainya pergi dari sisinya. Aleandra beranjak pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi. Ketika akan membuka pintu ia teringat sesuatu dan kembali mendekati Dimitri.

"Ini ku kembalikan." Aleandra melemparkan cincin pertunangan di atas meja kerjanya. Ia pun kembali pergi tanpa berkata apa pun lagi.

Dimitri terlihat begitu sedih. Hatinya sedih dan terluka. Wanita yang dicintainya kini telah terbang sangat jauh dan sudah tidak terjangkau lagi untuk menangkapnya kembali. Dimitri pun akhirnya menangis.

Sabrina yang melihat semua itu merasa sedih. Kisah cinta atasannya harus berakhir sampai di sini. Ia ingin sekali menolong mereka agar hubungan mereka baik kembali. Tiba-tiba terlintas dipikirannya untuk memeriksa keaslian foto itu, karena Sabrina percaya kalau Aleandra tidak akan pernah mungkin mengkhianati Dimitri.

Aleandra pulang lewat pintu belakang, karena para wartawan masih berkumpul di depan pintu masuk utama kantor. Terdengar langkah-langkah cepatnya disepanjang lorong menuju pintu belakang.Wajahnya telah basah oleh airmatanya. Saat ini dia benar-benar sangat kecewa dan marah pada Dimitri. Hatinya telah hancur berkeping-keping.

Rasa cemburunya sudah benar-benar menyakitinya. Hanya karena seorang wanita yang mirip dengannya, mereka harus memutuskan pertunangannya. Seharusnya ini menjadi hari bahagia bagi mereka berdua, tapi sekarang telah menjadi hari terburuk mereka. Aleandra berjalan dengan langkah gontai, tatapannya kosong, berkali-kali dia menabrak orang dan meminta maaf.

Saat ini Aleandra tidak ingin kembali ke apartemennya.Dia ingin pergi kesuatu tempat untuk menenangkan diri dan menjernihkan pikirannya.’’Dimitri, kamu jahat sekali.Aku akan pergi dari sisimu kalau ini keinginanmu.Selamat tinggal kekasihku." [ ]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!