NovelToon NovelToon

Tak Ada Jalan Untuk Kembali

Cincin Dalam Lemari

Killa Okta Brahmana dan Salpa Raudhatul Brahmana merupakan saudara kandung, setelah lulus kuliah di luar negeri sebagai Desainer profesional, Killa menjadi satu-satunya penerus perusahaan peninggalan mendiang sang Ibunda. Sementara Salpa masih menempuh pendidikan tinggi dengan profesi yang sama dengan kakaknya, Killa.

Setelah Killa di sah kan sebagai penerus perusahan keluarga besar Brahmana, akhirnya Killa menikahi Diantoro Sultan yang tak lain merupakan keturunan dari sahabat sang ayah, Joko Brahmana.

Tak menjelang lama setelah pernikahan Killa dan Diantoro, Joko Brahmana jatuh sakit dan meninggal dunia akibat serangan jantung.

Setelah 3 tahun pernikahan, Killa dan Diantoro tak kunjung dikaruniai momongan, Diantoro lebih sering menghabiskan waktu diluar daripada bersama dengan Killa.

Pagi hari yang cerah ...

"Sarapan dulu, Mas?" ajak Killa pada Diantoro.

"Aku buru-buru ada meeting dadakan, nanti aku sarapan di kantor aja!" sahut Diantoro dengan terburu-buru meraih tas kemudian bergegas pergi.

"Loh, Mas ... tunggu!" seru Killa sedikit heran.

Tak banyak berpikir, Killa segera bergegas menyusul suaminya hingga ke teras depan.

"Mas?" panggil Killa.

Diantoro hanya menoleh tanpa menjawab panggilan Killa.

"Hati-hati di jalan, Mas! Jangan ngebut bawa mobilnya ya?" pesan Killa dengan santun.

Diantoro mengangguk seraya tersenyum kecil. "Iya."

Setelah Killa mencium tangan suaminya, Diantoro segera bergegas pergi.

Killa tak mau berpikir negatif, karena tak biasanya suaminya bersikap dingin.

"Mungkin Mas Toro lagi ada masalah kerjaan,"

pikir Killa.

Setelah sarapan pagi, Killa segera bergegas pergi ke perusahaan miliknya.

"Pagi, Bu Direktur?" sapa Fany sambil tersenyum nakal.

"Apaan sih kamu, Fan! Sok cool banget deh!" cetus Killa pada sahabat karibnya itu.

Kemudian Killa menghempaskan diri di atas kursi kerja miliknya.

"Ya elah, bete bener tu muka! Kenapa sih pagi-pagi udah semrawut aja? Curhat dong curhat ...." Goda Fanny dengan senyumannya yang nakal.

"Enggak kenapa-kenapa, Fan! Gue lagi gak mood aja. Udah deh jangan gangguin gitu ah, gak lucu tau!" sahut Killa dengan raut tanpa ekspresi.

"Hadeh ... ni emak-emak ketus bener pagi-pagi! Padahal gue kan cuma nanya!" Fanny menggerutu sambil memalingkan wajah.

"Enak aja gue dikatain emak-emak! Kayak nya bulan ini gak perlu ada bonus ya?" gertak Killa. Kesal dengan kelakuan sahabat nya yang sering bertingkah tengil.

"Widih, Bu Bos marah nih ... jangan gitu dong, Bu Bos! Gak ada bonus gue gak bisa shopping dong! Bu Bos mau dibikinin teh hangat?" tanya Fanny berubah bersikap manis.

"Kagak! Gue gak mood. Eh by the way, tadi gue lihat adek gue kayaknya habis dari sini deh! Habis ngapain dia?" tanya Killa mengakhiri candaannya dengan Fanny.

"Oh ... adik Lo, si Salpa?" balas Fanny.

"Lah iya, emang adik gue yang mana lagi Fanny surani ...." Killa menggerutu.

"Iya ... iya gue tau, Kil! Gitu aja sensi bener!" cetus Fanny. "Salpa tadi habis lihat-lihat gaun, katanya buat acara pesta." Lanjutnya menjelaskan.

Killa sedikit terheran. "Gaun pesta? Kok dia gak bilang apa-apa sama gue ya? Biasanya itu anak minimal nanya-nanya ke gue dulu kalau mau ngapa-ngapain!" Killa merasa ada yang aneh dengan perilaku adiknya, Salpa.

"Ya gue kagak tau sih ... ya udahlah gak usah dipikirin, paling dia belum sempet ngomong sama Lo, Kill!" cetus Fanny.

"Iya juga sih! Well, mending gue beresin kerjaan deh! Oh iya desain gue yang baru gimana perkembangan nya?" tanya Killa mengalihkan pembicaraan.

Killa tak mau ambil pusing dengan urusan yang tidak jelas.

"Nah gitu, kan gue adem jadinya lihat muka Lo! Hihi ...." Fanny tertawa kecil. "Pokoknya aman deh, Lo gak usah khawatir! Besok udah bisa Lo lihat hasilnya." Lanjut Fany.

"Bisa aja Lo, Fan! Ok, thanks banget ya Fan? Pokoknya Lo besty gue yang ter the best sejagat raya ...." Cetus Killa seraya mengacungkan jempol.

"Gue gitu loh!" sahut Fanny, sambil menarik-narik alisnya.

Kemudian keduanya segera kembali menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing.

Menjelang sore Killa kembali ke rumah lebih awal dari biasanya, kemudian langsung bergegas masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di atas tempat tidurnya.

'Mas Toro pasti pulang larut malam lagi!' pikir Killa dalam lamunannya.

Tok tok tok

"Siapa?" suara ketukan pintu membuat Killa tersadar dari lamunan.

"Maaf, Non! Ini cucian Den Bos udah selesai, mau di simpan langsung?" tanya Bi Tina dari balik pintu.

Killa segera bergegas membuka pintu dan melihat Bi Tina membawa sekeranjang pakaian yang sudah rapi.

"Oh ... sini, Bi! Biar aku aja yang simpan, makasih ya, Bi?" ucap Killa dengan santun sambil mengambil alih keranjang pakaian milik Diantoro.

"Sama-sama, Non! Kalau gitu bibi mau ke belakang lagi ya, Non?" sahut Bi Tina langsung pamit kembali.

Killa hanya mengangguk setuju sambil tersenyum manis.

Kemudian Killa kembali masuk ke dalam kamar untuk menyimpan pakaian itu ke dalam lemari milik Diantoro.

Killa menyusun pakaian milik suaminya satu persatu ke dalam lemari, tapi Killa menemukan sebuah kotak perhiasan berisi cincin mewah yang sempat Killa idamkan, tersimpan di dibawah tumpukan pakaian.

'Mas Toro ternyata udah siapin kejutan buat aku, aku gak nyangka suamiku ternyata diam-diam masih mikirin aku! Kayaknya cincin ini sengaja Mas Toro sembunyikan disini buat dikasihkan ke aku nanti di hari ulang tahun pernikahan kita ....' Gumam Killa sambil tersenyum bahagia dengan bayangannya saat Diantoro memberikan cincin itu untuk dirinya.

Kemudian segera menyimpan kembali kotak perhiasan itu ke tempat semula.

'Ah iya ... aku juga mau siapin hadiah buat Mas Toro! Tapi hadiah apa ya?' pikir Killa.

Usai merapikan pakaian suaminya, Killa kembali ke tempat tidur sambil memikirkan hadiah yang akan dia berikan untuk suaminya nanti saat perayaan ulangtahun pernikahan mereka.

Mimpi Buruk

*** Flashback ***

Beberapa bulan yang lalu ....

"Kamu lagi apa Sayang?" tanya Diantoro melihat istrinya sibuk memainkan handphone saat waktu luangnya.

"Eh, Mas! Ini, Mas aku lagi lihat-lihat cincin, ini bagus gak, Mas?" Killa memperlihatkan gambar cincin yang terpampang di layar handphone nya.

"Emmm ... itu bagus, Sayang! Kayaknya cocok deh dijari manis kamu!" ucap Diantoro.

"Ah bisa aja kamu, Mas! Lagian aku cuma lihat-lihat aja kok ...." Killa terkekeh.

Kemudian Killa segera menaruh handphone nya di atas meja. "Ya udah aku buatin minuman dulu ya buat kamu, Mas!" lanjutnya.

Diantoro hanya mengangguk, kemudian Killa segera bergegas pergi ke dapur membuatkan teh hangat untuk suaminya.

Tak butuh waktu lama Killa datang membawa secangkir teh yang masih hangat dan memberikannya pada Diantoro. "Ini, Mas! Teh nya diminum dulu mumpung masih hangat!" tawarnya pada Diantoro.

Diantoro tersenyum. "Makasih ya, Sayang?"

Killa mengangguk, lalu duduk di samping suaminya. "Oh iya, Mas! Nanti ulangtahun pernikahan kita yang ketiga di rayain ya, Mas? Kamu mau kan, Mas?" tanya Killa sedikit merayu.

Setelah menikah, Killa dan Diantoro selalu di sibukkan dengan pekerjaan masing-masing dan tak sempat merayakan hari pernikahan mereka.

Killa bahkan sudah memikirkan desain gaun untuk Diantoro dan dirinya yang akan dia kenakan saat perayaan nanti dari jauh-jauh hari, sebelum menyampaikan keinginan nya untuk merayakan hari ulangtahun pernikahan nya pada suaminya.

Diantoro menoleh. "Ulang tahun pernikahan?" tanya Diantoro.

"Iya, Mas! Kita kan gak pernah ngerayain hari pernikahan kita, sebulan lagi, Mas! Kamu lupa ya?"

"Oh iya, Sayang! Mana mungkin aku lupa! Ya udah nanti kita rayain aja, Sayang! Nanti kamu yang atur semuanya ya? Bisa kan, Sayang?" pinta Diantoro sambil tersenyum manis pada Killa.

"Ok deh, makasih ya, Mas? Nanti biar semuanya aku yang atur, aku gak mau ganggu waktu kamu, Mas! Aku tau kamu pasti sibuk sama kerjaan kantor, jadi kamu tinggal tunggu waktunya aja!" sahut Killa.

Killa sama sekali tak keberatan, walaupun dia harus mempersiapkan acaranya sendirian.

*** Flash back selesai ***

****

Killa kembali tersadar dari lamunan. Tak terasa hari sudah semakin gelap.

Tak pikir panjang, Killa segera bergegas pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri, selepas berdandan Killa langsung menuju meja makan untuk makan malam.

"Mas Toro masih belum pulang! Dia pasti pulang larut malam!" gumam Killa.

Karena tak mau makan malam sendiri, akhirnya Killa memanggil Bi Tina dan memintanya makan bersama.

"Bibi ... Bi Tina?" panggilnya pada Bi Tina.

Mendengar panggilan Killa, tak lama Bi Tina datang menghampiri. "Iya, Non! Ada apa Non?" tanya Bi Tina.

"Enggak apa-apa, Bi! Sini duduk dulu temenin aku makan ya, Bi?" pinta Killa.

"Aduh, Non! Bibi makan di dapur aja ya, Non?" Bi Tina tak berani berbaur dengan majikannya di meja makan.

Walaupun sejak Killa masih bayi, Bi Tina yang membantu mengurus segala keperluan Killa dan Salpa hingga saat ini. Bagi Killa Bi Tina juga sudah seperti orangtuanya sendiri.

"Loh ... Bibi kok gitu ah! Ayok, Bi? Aku gak mau makan sendirian ah!" Killa memaksa. "Kalau Bibi gak mau makan disini, aku juga gak makan."

"Iya udah deh, Non! Kalau gitu Bibi temanin Non Killa makan ya?" akhirnya Bi Tina ikut duduk dan makan malam bersama dengan Killa.

"Ayo makan, Bi?" Killa tersenyum dan menyodorkan beberapa lauk pauk untuk Bi Tina.

Sejak setahun terakhir Diantoro memang sudah jarang di rumah, Diantoro tak punya quality time untuk Killa.

Pukul 22:00 malam hari ...

Tok tok tok

Killa terbangun mendengar suara ketukan dari balik pintu kamar.

"Apa itu kamu, Mas? Buka aja gak dikunci kok!" seru Killa dari dalam kamar.

Tak lama, Diantoro datang menghampiri Killa. "Kamu udah pulang, Mas?" Killa segera bergegas melayani Diantoro, membukakan jas dan mengambil tas kerja milik suaminya.

"Aku capek, pengen langsung tidur!" cetus Diantoro sambil menghempaskan diri di atas tempat tidur.

"Loh ... kamu udah makan belum, Mas?" tanya Killa.

"Aku udah makan." Jawabnya sambil menarik selimut dan segera menutup mata.

Killa tak mau ambil pusing, setelah menaruh tas, Killa kembali ke tempat tidur.

Dilihat suaminya sudah tertidur pulas. 'Mas Toro semakin hari seperti orang yang berbeda, kamu kenapa, Mas?' Killa bertanya-tanya dalam hatinya. 'Mungkin Mas Toro capek dan lagi banyak kerjaan ...' lanjutnya. Killa tak mau berprasangka buruk terhadap suaminya. Killa hanya menatap lama paras Diantoro yang sudah tertidur pulas, hingga akhirnya perlahan kesadarannya memudar dan matanya terpejam.

Mimpi

"Loh ... kamu kok tidur disini, Sal?" tanya Killa pada Salpa.

Killa merasa heran melihat adiknya tiba-tiba tidur di atas tempat tidur miliknya.

"Aku mau tidur disini, Kak! Boleh, kan?" pinta Salpa.

"Emmm ... bukannya gak boleh, Sal! Cuma, kan ini tempat tidur aku sama kakak ipar kamu!" Killa menolak permintaan Salpa dengan santun.

"Loh ... emang kenapa, Kak? Suami Kak Killa juga kasih ijin kok aku tidur disini!" cetus Salpa dengan acuh.

"Bukan gitu, Sal! Maksud aku, kan gak baik kita tidur disini bertiga! Kamu sekarang udah dewasa, apalagi Mas Toro sebentar lagi datang ...." Tutur Killa berusaha menjelaskan pada adiknya. "Kamu tidur di kamar kamu aja ya, Dek? Soalnya Mas Toro sebentar lagi pulang, dia pasti capek mau istirahat!" pinta Killa.

"Aku gak mau, Kak! Kamu aja yang tidur di kamar lain, aku mau disini!" Salpa bersikeras ingin tidur di kamar Diantoro dan Killa.

"Loh ... kamu kok jadi keras kepala gini, Sal? Kamu jadi aneh gini, kenapa? Aku udah minta baik-baik ya sama kamu, Sal! Kamu harusnya paham dong!" Killa mulai geram melihat tingkah laku adiknya yang tak punya sopan santun, tidak seperti biasanya.

"Kamu yang harusnya tau diri, Kak! Kamu udah mengambil segalanya dari aku!" bentak Salpa, kemudian bergegas pergi ke luar dari kamar.

"Apa maksud kamu Salpa? Apa yang udah aku ambil dari kamu? Tunggu Salpa ... jangan pergi dulu!" seru Killa sambil menyusul Salpa keluar dari kamar.

Sikap Dingin Diantoro

*****

Killa terbangun dari mimpinya yang aneh. 'Astaga ... mimpi apa aku tadi?' pikirnya.

Dilihat waktu sudah menunjukan pukul 03.00 dini hari, Diantoro juga masih tertidur lelap sekali.

Killa kemudian bangun dan bergegas pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya.

'Kenapa aku mimpi aneh ya?' gumam nya didepan cermin. 'Udah seminggu ini, Salpa juga gak pernah hubungin aku! Kemana anak itu?' lanjutnya.

Karena Killa tak bisa tertidur kembali, Killa mengisi waktu luangnya dengan membuat desain gaun terbarunya.

Tak terasa waktu sudah semakin pagi. 'Ah ... sudah pagi aja! Hari ini aku mau cari hadiah buat Mas Toro nanti di acara ulangtahun pernikahan kita.' Gumamnya.

Killa bersemangat untuk mempersiapkan acara ulangtahun pernikahan nya dan tak sabar ingin segera pergi ke butik untuk mencoba gaun terbaru yang sudah dirancang nya secara khusus sejak beberapa bulan yang lalu.

Suasana pagi mulai hangat, sarapan sudah tersedia di meja makan.

Killa segera bergegas ke kamar untuk mengajak Diantoro sarapan pagi bersamanya.

"Mas, kamu udah siap? Sarapan dulu yuk?" ajaknya pada Diantoro.

"Aku buru-buru! Nanti aku sarapan di kantor aja!" sahut Diantoro sembari merapikan lengan bajunya.

"Ya udah kalau gitu aku siapkan bekal buat kamu ya, Mas? Sebentar aja kok ...." Tutur Killa sambil terburu-buru pergi ke dapur, namun ditahan oleh Diantoro.

"Gak usah! Aku udah bilang nanti aku sarapan di kantor." cetus Diantoro.

"Kamu kenapa sih, Mas? Selalu terburu-buru pergi, pulang larut malam! Kalau ada masalah kamu kan bisa cerita sama aku, Mas!" ucap Killa menyampaikan apa yang selama ini membuatnya tak merasa nyaman.

"Emangnya kamu bisa apa? Bisa gak kamu ngertiin aku sedikit? Aku lagi buru-buru kamu gak dengar?" bentak Diantoro.

Kemudian mengambil tas dan segera bergegas pergi.

Killa hanya terdiam membeku, tak sangka Diantoro tega membentaknya. Selama 3 tahun pernikahan baru kali ini Diantoro bersikap kasar terhadap Killa.

'Sekarang kamu seperti orang yang berbeda, Mas! Kamu udah berubah!' gumam Killa. Tak terasa air mata Killa mulai berjatuhan.

Tok tok tok

Suara ketukan dari balik pintu kamar.

Killa segera menghapus air matanya. "Siapa?" tanya Killa, dengan suaranya yang sedikit serak.

"Ini Bibi, Non! Ayo sarapan dulu Non Killa? Nanti sarapan nya keburu dingin ...." Ajak Bi Tina.

"Oh iya, Bi! Sebentar lagi aku kesana!" sahut Killa.

Setelah sedikit merasa tenang, Killa akhirnya pergi ke ruang makan untuk sarapan pagi. Tak lupa, seperti biasa Killa mengajak Bi Tina menemaninya sarapan pagi.

****

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB.

Killa segera bergegas pergi ke butik dengan mengendarai mobil mewahnya.

"Widih ... tumben nih Bu Bos pake mobil itu? Biar gue tebak! Kayaknya Bos gue lagi galau nih, ya kan?" cetus Fanny menggoda sahabatnya yang baru saja datang.

"Bisa gak jangan gangguin gue sehari aja Fanny?" pinta Killa dengan wajah lesu.

"Eh ... tunggu deh! Kayaknya sahabat gue beneran lagi galau nih! Cerita napa sama gue kalau Lo lagi ada masalah ...." Tutur Fanny mulai memasang wajah serius.

"Gue bingung sama sikap dia akhir-akhir ini, Fan! Gue rasa ada yang beda dari sikapnya, terus dia udah mulai berani ngomong kasar sama gue, Fan!" Killa tak tahan lagi memendam perasaannya yang tak karuan.

"Maksudnya suami Lo, Kill?" tanya Fanny.

Killa hanya mengangguk membenarkan pertanyaan Fanny.

"Emang dia gak ada cerita apa gitu sama Lo, Kill? Siapa tau dia lagi punya masalah, atau mungkin dia capek sama kerjaannya!" lanjut Fanny.

Killa menggeleng. "Dia gak pernah cerita apa-apa sama gue, selama ini dia gak pernah bentak gue, tapi ...." Air mata Killa sudah mulai tak terbendung lagi.

Melihat mata Killa yang mulai berkaca-kaca, Fanny segera memeluknya. "Lo yang sabar ya, Kill? Gue yakin mungkin suami Lo punya alasan kenapa dia sampai sebegitu nya sama Lo! Pokoknya Lo tenang dulu ya? Apapun masalah Lo, selama Lo butuh gue dan gue bisa bantu, gue pasti bantu semampu gue, ok?" Fanny berusaha menenangkan Killa yang mulai terisak.

Killa mengangguk lalu keduanya saling melepaskan pelukan. "Makasih ya, Fan? Lo emang sahabat gue yang paling bisa ngertiin gue ...." Ucap Killa.

"Ya udah, Lo harus tetap semangat, Lo harus selalu optimis, kalau ada apa-apa Lo jangan sungkan cerita sama gue, ok?" tutur Fanny sambil menghapus airmata yang mengalir di pipi Killa.

Killa hanya mengangguk dan tersenyum.

Setelah merasa jauh lebih tenang, Killa mulai menceritakan tentang rencananya untuk merayakan hari ulang tahun pernikahannya bersama Diantoro pada Fanny.

Killa kembali ceria setelah melepas beban hatinya, mereka berdua asyik berbincang-bincang mengenai apa yang perlu dipersiapkan untuk acara ulang tahun pernikahan Killa dan Diantoro nanti.

Killa juga meminta saran Fanny tentang rencananya ingin memberikan hadiah kecil untuk Diantoro pada saat perayaan nanti.

"Menurut Lo, gue kasih hadiah apa buat suami gue ya, Fan?" tanya Killa.

"Kalau soal itu sih gue gak tau juga, Kill! Mungkin Lo bisa kasih malam yang spesial gitu misalnya wkwk ...." Sahut Fanny sambil terkekeh.

"Ah bisa aja Lo, Fan! Tapi ide Lo bagus sih hihi ...." Killa pun ikut terkekeh dengan ide yang diberikan oleh Fanny.

Killa membayangkan saat malam spesial nanti dirinya akan menerima hadiah dari Diantoro. Killa tahu Diantoro sudah mempersiapkan hadiah kecil untuknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!