"Uhg... Uhg... Uhg..
" Tolong.. Jangan tinggalkan aku. "......
"Sakit.... "....
Ucap seorang pria yang saat ini sedang berbaring lemah tak berdaya di sebuah kamar mewah. Dia adalah Bisma Nugraha Admaja, pria tampan, berkulit putih, dengan jambang dan kumis tipis menghiasi wajahnya. Sudah setengah tahun dia hanya bisa terbaring dan duduk di kursi roda. Semua aktivitas yang ia kerjakan selalu membutuhkan bantuan.
" Sayang, kamu kenapa? " ucap seorang wanita paruh baya yang tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar sang putra.
"Umi, " ucap Bisma dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
"Kamu mimpi buruk lagi. " tanya sang Aisyah ibu dari Bisma.
"Iya, Umi. mimpi yang selalu menghantuiku selama beberapa bulan terakhir. " ujar Bisma yang mengusap peluh di dahinya.
"Istri kamu ke mana? Gak pulang lagi!" tanya sang Aisyah yang melihat ke samping sang Putra tidak ada menantunya di sana.
"Belum Mi," ujar Bisma dengan suara yang lemah.)
"Bisma, kamu sebagai seorang suami harusnya bersikap tegas sama istri kamu. Karena semakin kamu biarkan, maka akibatnya tidak baik untuk rumah tangga kalian. " nasehat sang ibu.
"Iya, Mi. Nanti akan Bisma nasehati. " ujar Bisma sambil menatap kosong langit-langit kamar.
Sesungguhnya ia juga sudah lelah menghadapi sang istri yang tidak bisa di atur. Hidupnya hanya bisa berfoya-foya dan bersenang-senang di luaran sana tanpa mau menjalani kewajibannya sebagai seorang istri. Tapi karena rasa cintanya yang mendalam kepada istrinya membuat Bisma hanya bisa pasrah.
"Ya sudah, sekarang kamu tidur lagi. Umi juga mau istirahat. " pamit, Bu Aisyah pada putranya.
Bu Aisyah pun keluar dari kamar Bisma setelah ia meyakini Putranya baik-baik saja. Semenjak kecelakaan enam bulan lalu, Bisma berubah menjadi pria yang tempramental dan Introvert. Kesehariannya hanya mengurung diri di kamar. Setelah Dokter memvonis bahwa kakinya mengalami kelumpuhan, Bisma tidak lagi mau bergaul dengan orang lain. Sedang sang istri tidak pernah mau mengurus kebutuhannya. Dia malah sibuk dengan dunianya sendiri.
********
"Hosh...
Hosh...
Hosh...
"Aduh gawat, aku terlambat... " gumam seorang gadis sambil berlari. menyusuri koridor di salah satu kampus islam di kota metropolitan. Hari ini adalah hari yang paling bersejarah baginya setelah menempuh pendidikan 4,5 Tahun akhirnya dia bisa mendapatkan gelar sarjana Keperawatan.
"Selanjutnya....... Shanum Diya Syakira dari jurusan S1 Keperawatan dengan Indeks Prestasi kumulatif 4,00." kata pembawa acara, tepuk tangan bergemuruh memenuhi ruangan gedung megah itu ketika Shanum naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan sebagai Mahasiswa terbaik.
Ya hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Shanum karena dipanggil sebagai mahasiswa berpredikat Cumlaude. Iya seorang gadis yang dibesarkan di keluarga sederhana tentu hal itu membuatnya bangga atas prestasi yang ia dapat. Shanum bisa mengenyam pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi itu juga karena kepintarannya, sehingga ia mendapatkan beasiswa dari perusahaan di mana ayahnya bekerja.
Setelah lulus kuliah, tak lantas membuatnya tenang. Justru setelah ini lah kehidupan yang sesungguhnya bagi Shanum, dan akan dia jalani.
Saat ini Shanum sedang menikmati sore di teras rumah, selepas pulang dari acara Wisuda kelulusannya. Sambil memikirkan bagaimana ia dengan cepat mendapatkan pekerjaan setelah ini.
"Shanum," tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Dan shanum pun menoleh, ke arah suara tersebut. Ternyata dia adalah Rihana tetangga Shanum yang sudah ia anggap seperti kakak oleh Shanum, karena usia mereka terpaut 5 tahun.
"Mbak Rihana, " teriak Shanum dan Rihana yang berlari kecil menghampiri Shanum.
Sore ini angin bertiup begitu kencang sehingga daun dan rerumputan begitu lincah bergoyang. Mereka memilih menghabiskan waktu sore di bawah pohon mangga yang ada di halaman rumah Shanum. Mbak Rihana sengaja menghampiri Shanum untuk mengucapkan selamat atas kelulusan dan mendapatkan gelar S.Kep. dengan predikat cumlaude. Sebenarnya cita-cita Shanum ingin menjadi Dokter Anak, atau minimal Bidan. Tapi ia cukup tau diri, ia bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah saja sudah Alhamdulillah.
"Selamat, ya Num atas kelulusan kamu. Katanya kamu mendapatkan predikat cumlaude, Mbak cukup bangga lho mendengarnya!" kata Rihana bersemangat. Rihana memang sudah menganggap Shanum seperti adiknya sendiri.
"Makasih Mbak, ini juga berkat bimbingan dari Mbak. Mbak yang selalu membantu ku kala aku mengalami kesulitan." Ucap Shanum.
"Karena kamu sudah lulus, terus bagaimana rencana kamu kedepannya? " tanya mbak Rihana dengan nada serius.
"Aku masih bingung mbak, rencananya aku mau langsung cari kerja aja. Kasian Bapak yang sudah tua, dan masih harus memikirkan biaya sekolah adik-adik ku yang masih SMA. setidaknya jika aku bekerja aku bisa sedikit membantu mereka.
Rihana mengangguk Faham. " Oh ya, di Rumah sakit di tempat mbak bekerja saat ini sedang merekrutmen karyawan baru. Apa kamu berminat? jika ia, besok kamu bisa langsung kirim surat lamaran ke Rumah Sakit. " jelas Mbak Rihana.
"Rumah Sakit Bhina Admaja! Ucap Shanum terkejut. "Tempat, di mana dulu aku pernah magang itu ya mbak?
"Iya 100% betul. Gimana, kamu berminat gak? Kalo iya besok ke Rumah sakitnya bareng Mbak aja. " tawar Mbak Rihana.
"Iya, Aku mau banget mbak. " jawab Shanum dengan penuh semangat.
Tak terasa senja pun telah kembali ke peraduannya. Cukup lama Shanum dan Rihana ngobrol di selingi dengan canda tawa mereka. Kini Rihana pun pamit pulang kerumahnya. Sedangkan Shanum gadis cantik itu pun melangkah masuk kedalam rumah sederhana mereka.
Dengan langkah ringan Shanum menghampiri sang Bunda. Lasmi yang kini masih sibuk di dapur menyiapkan makanan malam untuk mereka sekeluarga.
"Shanum, kamu dari mana saja ndok jam segini kok baru pulang. " Tanya Lasmi yang menyadari kedatangan Shanum. Lasmi memang asli orang Jogja yang merantau tinggal di Jakarta bersama suaminya. Walaupun lingkungannya orang asli jakarta. Namun logat bicara Lasmi bahasa Jawanya masih medok.
"Aku tadi habis dari teras depan. Bun " ucap Shanum dengan rona bahagianya, di hempaskan tubuhnya di kursi dekat dapur, dimana Lasmi sedang sibuk dengan aktivitasnya.
"Anak Bunda ini kenapa? kok kelihatannya lagi bahagia banget!" tanya Lasmi pada sang putri. Kemudian ia menghentikan aktivitasnya, lalu menghampiri Shanum dan duduk di sebelahnya.
"Bunda, tadi Mbak Rihana menawarkan ku untuk memasukkan lamaran pekerjaan di Rumah Sakit di mana dia di tugaskan. Katanya saat ini Rumah sakit tersebut sedang merekrut karyawan baru. Do'akan aku ya Bunda bisa lolos dan cepet dapat kerja. " ucap Shanum penuh harap.
"Iya sayang, Bunda selalu mendo'akan yang terbaik buat kamu. " Lasmi mengelus lembut kepala Shanum yang tertutup hijab.
"Terimakasih Bunda, " ucap Shanum sambil memeluk sang Bunda, namun seketika wajahnya menjadi murung, "Tapi setelah ini, mungkin aku akan jarang bisa bantu Bunda buat ngurusin pekerjaan rumah dan bantu ibu jualan, karena nanti pasti aku akan sibuk sekali di Rumah sakit." keluh Shanum dengan wajah sedihnya.
Lasmi memang memiliki warung nasi sederhana di depan rumahnya. Ia setiap pagi menjual aneka sarapan di lingkungan rumahnya. Walaupun warungnya kecil namun cukup laris. Karena memang Lasmi pintar memasak.
"Kalo untuk masalah itu kamu tidak perlu khawatir, ibu bisa kok ngatasinya sendiri. Kamu fokus saja dengan pekerjaan kamu. " ucap Lasmi dengan bijak.
Usai berbincang, Shanum membantu sang Bunda menata masakan yang sudah matang di atas meja makan. Namun sebelum makan malam, mereka melaksanakan sholat magrib terlebih dahulu di ruang khusus sholat yang ada di rumah mereka, sedangkan sang Ayah dan adik laki-laki Shanum terbiasa sholat berjamaah di masjid dekat rumah.
Pukul tiga dini hari, di saat semua penghuni rumah masih terlelap, terdengar suara alarm dari ponsel Shanum yang membangunkannya. Ia meraih ponsel tersebut dan mematikannya. Kemudian Shanum bangkit menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu. Rutinitas yang tak pernah Shanum tinggalkan adalah menjalankan sholat malam. Karena di Saat-saat seperti itulah ia bisa mengadu kepada sang Khalik tentang segala masalah yang ia hadapi.
Usai sholat malam, Shanum langsung menuju ke dapur untuk membantu Bundanya menyiapkan menu jualan pagi ini.
"Ndok kamu kok, sudah bangun? " tegur Lasmi yang terkejut melihat Shanum yang sedang meracik bumbu untuk bikin toping nasi uduk. Menu andalan di warung nasi Lasmi. Selain ada nasi uduk. Lasmi juga menyediakan sayuran matang beserta gorengan.
"Iya Bunda, aku bangun pagi-pagi agar nanti ke Rumah Sakitnya tidak kesiangan. Soalnya kalo siangan dikit takut kena macet." terang Shanum.
Hari ini rencananya dia akan memasukkan surat lamaran di Islamik Hospital yang merupakan rumah sakit terkenal di kota Metropolitan. Surat lamaran yang akan di masukkan sudah ia siapkan sejak tadi malam.
Tak butuh waktu lama untuk menyiapkan menu jualan, kini nasi uduk beserta topping buatan Shanum pun matang, dan aromanya begitu menggoda hingga memenuhi ruangan. Usai menyiapkan masakan untuk jualan, Shanum pun membersihkan diri. Dan melaksanakan sholat subuh berjamaah bersama ibu dan adik perempuannya. Sedangkan Ayah Shanum selalu berjamaah di Masjid dekat rumah.
Tepat pukul lima pagi Shanum mulai menata menu jualan ibunya di warung. Satu persatu, pelanggan mulai berdatangan. Mereka mencari sarapan yang enak dan murah. Shanum yang di bantu Riska melayani pelanggan satu persatu. Begitu lah aktivitas keduanya setiap pagi sebelum berangkat kesekolah.
"Sudahlah, ndok tinggal saja. Ibu bisa sendiri. Kalian siap-siaplah sebentar lagi jam setengah tujuh. " tegur Lasmi pada kedua putrinya.
"Nggeh, Bun. Kami siap-siap dulu, ibu gak papa kan kita tinggal sendiri."
"Gak papa, ndok. Lagian dagangannya juga tinggal sedikit, insyaallah ibu bisa ngatasinnya sendiri. Kalian jangan lupa sarapan. Tadi nasi uduknya udah ibu siapkan di etalase." ujar Lasmi sambil melayani pembeli.
Shanum dan Riska pun langsung pamit pada ibunya untuk siap-siap. Shanum langsung menuju ke kamarnya untuk mengambil peralatan mandi. Karena memang di rumah Shanum tidak ada kamar mandi di dalam kamar. Kamar mandi di rumah yang mereka miliki yaitu hanya satu, dan tempatnya berada di dapur.
Setelah siap, Shanum pun sarapan sarapan bersama keluarga kecilnya, yang terdiri dari Ayah, Riska dan Zaki. Mereka menikmati sarapan dengan khidmat, tanpa ada satu orang pun yang berbicara. Yang terdengar hanyalah suara detingan sendok yang saling beradu dengan piring. Begitulah tradisi di keluarga Shanum.
"Ndok, mau kemana kamu? Kok kayaknya sudah rapi gitu!" tanya Rohman pada putrinya.
"Shanum mau melamar pekerjaan, Yah.... " jawab Shanum sambil tersenyum.
"Kamu gak pengen istirahat dulu barang beberapa hari! Bukannya kamu baru lulus kemarin?"
"Gak Yah, Shanum pengen cepet-cepet dapat kerja, kebetulan kemarin dapat tawaran kerja di tempat Shanum magang dulu, Shanum gak mau kehilangan kesempatan ini, Yah. Siapa tau ini adaaa Rezeki Shanum." ucap Shanum.
Usai sarapan Shanum pun pamit pada ayahnya, ia berangkat ke Rumah Sakit bersama Rihana. Pagi ini Shanum cukup menggunakan kemeja putih dengan setelan rok warna hitam serta jilbab lebar yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Dan tak lupa Shanum menggunakan cadarnya. Sejak awal kuliah Shanum memutuskan untuk menggunakan penutup wajah. Karena ia ingin mempersembahkan kecantikan yang ia miliki hanya untuk suaminya.
"Wah ternyata adik ku sudah siap, " tegur Mbak Rihana. Yang menghampiri Shanum.
"Iya Mbak, " ucap Shanum sambil tersenyum.
"Ayo Num, kita berangkat, " ajak Rihana.
"Iya Mbak, Shanum ambil tas dulu di kamar. " dengan semangat Shanum melangkah ke kamar untuk mengambil berkas yang sudah ia siapkan tadi malam.
"Bun, Yah, Shanum berangkat dulu ya. Do'akan Shanum bisa di Terima di Rumah Sakit besar itu ya bun. " Shanum meminta do'a restu pada Ibu dan Ayahnya.
"Iya ndok, restu Bunda selalu menyertai anak-anak Bunda. Semoga kalian bisa sukses semuanya. " Do'a Bu Lasmi.
"Ayo yang semangat ya kak Shanum semoga bisa cepat dapat kerja. " ujar Riska adik perempuan Shanum yang kini Duduk di bangku SMA.
"Iya sayang, terimakasih atas suportnya, kamu juga belajar yang rajin di sekolah biar kelak bisa jadi orang sukses. " pesan Shanum pada adiknya.
"Ayo Num, udah telat nih. Rihana berangkat dulu ya Bun. " Pamit Rihana dan menyalami tangan Bu Lasmi dengan takzim.
"Iya kalian hati-hati di jalan. " pesan Ayah Shanum yang juga sudah siap mau berangkat ke kantor menggunakan motor Bututnya. Ayah Shanum adalah seorang OB di sebuah perusahaan besar di kota itu.
Shanum dan Rihana pun berangkat dengan menggunakan motor metik milik Rihana. Dengan kecepatan sedang mereka menyusuri jalanan Ibu Kota yang sudah mulai terlihat di padati anak sekolah dan para pekerja yang akan menuju ke sekolahan dan ke tempat kerja.
Butuh waktu satu jam menyusuri jalanan macet akhirnya mereka tiba di Rumah Sakit yang mereka tuju. Rihana langsung saja masuk ke gerbang Rumah Sakit dan menuju ke parkiran motor. Setelah mendapatkan tempat yang tidak jauh dari pintu masuk Rihana pun memarkirkan motornya di situ.
Rihana dan Shanum berjalan beriringan masuk ke dalam Rumah Sakit. Dengan ramah keduanya menyapa para pegawai yang ada di sana.
"Hai Han, sama sapa tu? " ucap salah satu pegawai yang belum mengenali Shanum.
"Oh ini adek gue, dia mau ngelamar kerja di sini. " Jawab Rihana.
"Emang Rumah Sakit ini mau nerima pegawai pake pakaian ninja kayak gitu. " ledek pegawai tersebut.
"Ya pasti mau lah, lawong dulu adek gue udah pernah magang di sini, waktu masih kuliah. " tegas Rihana.
"Sok tau lu, emang yang punya Rumah Sakit ini elu. Bisa yakin kalo adek lu bakal ketrima di sini. " ejek wanita itu.
"Udah ayo Num, kita masuk. Gak ada habisnya kalo ngelayan orang yang sirik sama kita. " Rihana menarik tangan Shanum dan. Mengajaknya masuk ke dalam.
Shanum yang merasa jadi bahan perbincangan tadi hanya diam saja. Dia memang sudah terbiasa diremehkan seperti itu di masyarakat. Namun bagi Shanum selagi ia tidak pernah berbuat jahat, ia yakin semua pasti akan baik-baik saja. Dan untuk masalah pakaian yang ia kenakan itu adalah haknya. Dia hanya ingin menjaga dirinya dari kemundaratan.
Rihana mengajak Shanum masuk ke ruang ganti. Karena peraturan di Rumah sakit tersebut semua pegawai di larang menggunakan baju Dinas di luar. Di sanalah Shanum berada bersama Rihans, ia menemani Rihana menggantikan pakaiannya, sekalian menunggu Bagian HRDnya buka. Usai berganti pakaian Rihana mengantarkan Shanum menuju ke ruang HRD.
Setibanya di Ruang HRD ternyata sudah banyak sekali yang mengantri untuk memasukkan lamaran. Shanum merasa pesimis, tapi ia tidak mau menyerah. Berbagai do'a dan sholawat ia lantunkan dalam hati untuk mengusir kegugupannya. Saat giliran nama Shanum di panggil Shanum berusaha untuk tenang.
"Atas Nama Shanum Diya Shakira." ucap HRD.
"Iya saya Bu. " Jawab Shanum tersenyum di balik cadarnya.
"Bukannya kamu dulu pernah magang disini ya? Kamu juga kan yang dulu pernah menyelamatkan nyawa Direktur Rumah Sakit ini! " Bu Ningsih mengingat kenangan atas jasa Shanum saat magang dulu. Yang pernah mendonorkan darah untuk Direktur Rumah sakit tersebut.
Shanum mengangguk. "Itu sudah menjadi tanggungjawab saya Bu, sebagai petugas kesehatan. " ujar Shanum.
"Ternyata kamu sudah lulus, dan mendapatkan predikat cumlaude. Hebat kamu Shanum, saya kagum dengan perjuangan kamu. Sekali lagi selamat ya. " ucap Bu Ningsih.
"Terimakasih Bu, " ucap Shanum
"Kamu saya Terima bekerja di sini, karena sejak awal saya sudah menyukai kinerja kamu. Mulai besok kamu sudah bisa masuk. Selamat bergabung kembali di Rumah Sakit ini Shanum. " ucap Bu Ningsih sambil menjabat tangan Shanum.
"Ibu seriuskan saya di Terima di Rumah Sakit ini. " Shanum mencoba meyakinkan pendengarannya. "Alhamdulillah, " ucap Shanum dan langsung sujud syukur.
Shanum keluar dari ruang HRD dengan senyum bahagia. Sebelum pulang Shanum pun menghampiri Rihana untuk memberitahu bahwa dia sudah di terima di rumah sakit yang sama dengan Rihana.
"Assalamu'alaikum mbak, " ucap Shanum.
"Wa'alaikumsalam, eh Num. Gimana tadi wawancara, berhasil gak? " tanya Rihana antusias.
"Alhamdulillah aku di terima mbak. " ucap Shanum dengan senyum bahagianya.
"Syukur deh, berarti besok kita bisa berangkat bareng. "
"Iya mbak, y udah aku mau pamit pulang dulu ya mbak. " pamit Shanum.
"Ok hati-hati di jalan ya. Maaf mbak gak nganterin ya. " ucap Rihana.
"Gak papa kok mbak, tadi aku sudah pesa taxi online. " Shanum pun meninggalkan Rihana yang sedang sibuk dengan pasiennya.
Satu jam menempuh perjalanan Shanum tiba di Rumah. Saat turun dari taxi yang ia tumpangi, Shanum di kejutkan dengan adanya sebuah mobil mewah yang terparkir di halaman rumah, Dengan langkah tergesa-gesa ia masuk ke dalam. Perasaannya begitu khawatir karena takut terjadi sesuatu ke pada orang tuanya.
"Assalamu'alaikum, " ucap Shanum setibanya di depan pintu. Kedua wanita paruh baya yang sedang ngobrol pun serentak menoleh ke arah Shanum.
"Wa'alaikumsalam, eh ndok, kamu sudah pulang? " tanya Lasmi dan menghampiri anak perempuannya.
Lasmi menggandeng Shanum mengajaknya masuk dan menyuruhnya untuk duduk di sebelah dirinya.
"Ndok kenalkan ini Bu Aisyah, Bos yang punya perusahaan di mana Ayahmu bekerja. " terang Bu Lasmi. "Dialah yang sudah memberikan beasiswa waktu kamu kuliah dulu. " tambahnya lagi.
"Ibu apa kabar?Terimakasih ya Bu, sudah memberikan kesempatan untuk saya mengenyam Pendidikan di Perguruan Tinggi " Shanum mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Alhamdulillah sehat nak. jawab Ibu itu. " Semua itu saya lakukan karena kamu memang anak yang cerdas, jadi sayang jika kamu tidak meneruskan pendidikan kamu." Ucapnya lagi dan menerima uluran tangan dari Shanum.
Dengan takzim Shanum menyalami tangan Bu Aisyah. Bu Aisyah menatap Shanum tanpa berkedip sedikit pun. Ia kagum dengan keramahan dan sopan santun yang dimiliki Shanum. Walaupun ia di besarkan di lingkungan keluarga yang sederhana, tapi memiliki attitude yang baik.
Usai berkenalan secara langsung dengan Shanum, Bu Aisyah pun langsung pamit pulang. Lasmi dan Shanum mengantarkan beliau hingga menuju ke pintu mobil.
Setelah kepergian Bu Aisyah, Shanum dan Lasmi masuk ke dalam rumah.
"Gimana wawancaranya tadi Ndok? " tanya Lasmi.
"Alhamdulillah Shanum di terima Bunda. " ujar Shanum dengan bangganya.
"Syukurlah jika kamu sudah di terima, Ibu senang mendengarnya. Kamu pasti capek kan, sekarang kamu istirahat dulu gih. Sebentar lagi akan masuk waktu zuhur. " titah Lasmi
"Baik Bun, Shanum ke kamar dulu ya." pamit Shanum.
Lasmi pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke dapur untuk melanjutkan aktivitasnya kembali, yaitu memasak makanan siang untuk anak-anaknya yang sebentar lagi pulang dari sekolah.
Di sela-sela aktivitasnya Lasmi lebih banyak diam dan melamun. Sesekali terdengar suara tarikan napas yang panjang dari Lasmi, menandakan saat ini Lasmi sudang memendam suatu masalah yang berat. Iya bingung bagaimana caranya menyampaikan amanah Bu Aisyah pada Shanum dan suaminya.
*******
Di dalam mobil mewah saat ini Aisyah sedang termenung, memikirkan tentang keputusannya. Bukan karena dirinya yang egois, tapi ini semua ia lakukan demi kebaikan sang Putra. Melihat keadaan sang Putra yang semakin terpuruk, membuat Aisyah merasakan sakit hati yang luar biasa. Sedangkan Istri dari Bisma sama sekali tidak perduli dengan keadaan sang suami. Kerjanya setiap hari hanya bisa berfoya-foya dan melupakan tanggungjawab serta kewajibannya sebagai seorang istri.
"Maafkan Ibu Shanum, Ibu tidak bermaksud merusak masa depan mu, tapi hanya kamu satu-satunya harapan Ibu demi kesembuhan Bisma. " ucap Bu Aisyah lirih.
Tak terasa air matanya luruh begitu saja tanpa bisa di tahan. Iya begitu iba pada Shanum seorang gadis sederhana, dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Yang seharusnya punya masa depan yang cerah terpaksa harus menjadi istri ke dua dari anaknya.
"Kita mau ke mana lagi Bu? " tanya pak supir yang memecahkan lamunan sang majikan
"Kita langsung pulang kerumah saja Pak! " sahut Bu Aisyah.
"Baik Nyonya. " supir pun melanjutkan perjalanan menuju ke mention mewah milik Bu Aisyah.
Setibanya di mention mewah Bu Aisyah mendengar ada keributan di dalam. Dengan langkah tergesa-gesa Bu Aisyah menuju ke asal suara tersebut.
"Ada apa ini Bisma? " ucap Bu Aisyah yang terkejut melihat Bisma yang sedang memarahi asisten rumah tangganya.
"Ini nih Umi, punya ART kerja kayak gini aja gak becus. " tunjuk Bisma pada sebuah gelas yang pecah di bawah kakinya.
"Lha, kenapa kamu harus marah-marah dengan Intan. Harusnya yang Melani kamu kan tugas Stevani, dia istri kamu dimana dia sekarang? Kamu punya istri tapi seperti bujangan saja!". Tegur Aisyah pada putranya.
"Sudah Intan sekarang silahkan kamu bersihkan pecahan kaca itu, takutnya nanti keinjak anak-anak lain. " perintah Bu Aisyah.
"Baik Bu, " jawab Intan sang Asisten rumah tangga, yang masih merasa ketakutan karena habis mendapatkan amukan dari tuan mudanya. Intan segera mengambil peralatan bersih-bersih. Lalu membersihkan serpihan pecahan kaya yang berserakan.
Bu Aisyah mendorong kursi roda Bisma dan mengajaknya ke taman belakang. Bisma hanya diam saja menuruti Ibunya. Begitu sifat Bisma yang menjadi tempramental sejak kecelakaan waktu itu. Hampir setiap hari ia cuma bisa marah-marah tanpa alasan pada Asisten rumah tangganya.
"Bisma, Umi mau ngomong sesuatu sama kamu. Umi harap kamu turuti kemauan Umi, Umi lakukan ini semua demi kebaikan kamu. " ujar Bu Aisyah setibanya di taman belakang.
"Ngomong ap Mi, kayaknya kok serius amat, " Bisma tersenyum kecut. Iya faham jika Umi nya sudah berbicara seperti ini, itu tandanya perintah Uminya sudah tidak bisa di bantah.
"Umi ingin kamu mencari istri yang bisa merawat kamu! " Aisyah menatap tajam Putranya.
"Maksud Umi apa, bukankah aku sudah punya istri! " tolak Bisma.
"Istri apa! Istri yang tiap hari kerjaanya hanya foya-foya dan keluyuran saja tanpa mau menjalankan kewajibannya mengurus suami. Itu yang kamu sebut istri. Buka mata kamu Bisma. Perempuan seperti itu tidak pantas kamu sebut Istri. " Aisyah sedikit emosi mendengar perkataan sang Putra.
Memang dari awal Bu Aisyah tidak merestui pernikahan Bisma dan Stevani. Karena pergaulan Stevani yang menurutnya tidak baik
"Maksud Umi, apa Stevani tidak baik untuk ku? Stevani sering keluar rumah itu karena dia bosan Mi, dan aku juga memberikannya kebebasan. Masalah dia tidak mau mengurus kebutuhan ku itu karena aku bisa ngurus diri ku sendiri Umi. " Bisma menolak keras rencana Umi nya.
"Tapi Bisma, kelakuan Stevani itu sudah di luar batas. Karena cinta kamu yang buta sehingga menutup mata kamu. Pokoknya Umi pingin kamu menikah dengan pilihan Umi. Dia wanita baik-baik dan yang pastinya dia nanti mau merawat mu. " Bu Aisyah menatap tajam Putranya.
"Semua orang tua ingin kebahagiaan untuk anaknya. Ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, tapi kenapa? justru Umi ingin aku berpoligami. Itu tidak masuk akal. Istri satu saja aku tidak bisa memberikannya nafkah batin apa lagi istri dua. "Bisma tertawa sinis. ia tidak habis pikir dengan keputusan Umi nya yang mintanya untuk berpoligami.
" Pokoknya Umi tidak mau tau, setuju atau tidaknya kamu. Umi akan tetap menikahkan kamu dengan pilihan Umi bulan depan. " kekeh Bu Aisyah.
"Terserah Umi mau bilang apa. Tapi yang pasti jangan salahkan aku jika nantinya aku tidak bisa bersikap adil pada perempuan itu. Karena cinta ku hanya untuk stevani. "
Aisyah tetap pada keputusannya. Ia akan menikahkan Bisma dengan Shanum. Aisyah yakin suatu saat Shanum pasti bisa merubah Bisma dan menjadikannya lebih baik lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!