"AAWWWAAASSSS!!!"
Xander hanya merasa tubuhnya dipeluk seseorang dan terguling diatas aspal. Setelahnya dirinya melihat seorang wanita cantik menatap dirinya panik.
"Are you oke ?" tanya gadis bermata coklat itu.
"I ... I'm fine," jawab Xander bingung.
"Wait here ( tunggu disini )!"
Gadis itu pun berdiri dan menghampiri pengendara motor yang berhenti untuk melihat kondisi dirinya.
"Heh! Matamu picek opo ! Opo kowe ORA weruh Ono bocah lewat ( apa kamu tidak lihat ada anak lewat )! Makane tho mas, matamu Ojo ndelok hape, wedhus ( makanya mas matamu jangan lihat handphone, kambing )!" amuk gadis itu ke pria yang dikerumuni bapak-bapak tukang parkir dan tukang jualan makanan.
"Nyuwun ngapurane mbak ( mohon maafnya mbak )," pinta pria itu.
"Ngapurane ... Ngapurane ! Ora Ono! Ganti rugi !" bentak gadis itu. "Jek Bejo ora Ono sing modyar ( masih untung tidak ada yang mati )! Nek nganti modyar jek njaluk ngapurane ( kalau sampai mati masih minta maaf )?"
"Wis mas, ganti rugi ! Deloken, kathok jeans mbak e nganti suek ( Lihatin, celana jeans mbaknya sampai sobek )," ucap tukang parkir. "Timbang sampeyan digowo Ning kantor polisi, Soyo akeh pengeluaranne ( daripada kamu dibawa ke kantor polisi, malah banyak pengeluarannya ). Pungline akeh ( punglinya banyak ) !"
Pria itu menatap wajah cantik gadis yang masih berkacak pinggang. Cantik sih cantik tapi bajunya lusuh. Apa dia anak jalanan ya ?
"Kasih nggak kamu ? Apa aku panggil polisi disana ?" ancam gadis itu sambil menunjuk polisi yang berdiri di pos.
"I ... iya mbak." Pria itu lalu mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang 200ribu ke gadis itu. "Mbaknya pakai BPJS kan?"
Gadis itu langsung mencengkram kaos pria itu. "Bukan masalah gue pakai BPJS atau tidak tapi etika elu naik motor Bambaaannnggg ! Matamu itu lihat mana kalau naik motor? Ke depan ! Bukan kesini!" Gadis cantik tersebut menunjuk handphone yang dipegang pria itu. "Paham?"
"I ... Iya mbak. I ... Ini mbak buat ganti jeansnya. Saya cuma punya itu soalnya tadi saya ribut sama pacar saya .... "
"Gue nggak perduli elu lagi ribut sama pacar elu tapi keselamatan elu dan orang lain elu pikirin! Kalau tadi benar-benar kecelakaan, meh opo Kowe ( mau apa kamu )?" Mata coklat gadis itu berkilat marah. "Ora yakin pacarmu bakalan belani Kowe nek nganti mateni bocah ( tidak yakin pacarmu akan belain kamu kalau sampai bunuh anak kecil )!"
Orang-orang disana tersenyum simpul mendengar ucapan random gadis cantik itu. Setelah mendapatkan uang 200ribu, dan pengemudi motor itu pergi setelah bersalaman damai lalu pergi, tukang parkir itu menatap gadis yang masih kesal.
"Mbak, yang di pos polisi disana itu patung pak pol, tidak ada yang jaga," ucap tukang parkir itu.
"Lha kalau dari sini kan seperti ada polisi yang jaga," jawab gadis itu cuek sambil memasukkan uang 200ribu ke dalam saku jeansnya. Lumayan buat beli pecel. "Monggo pak."
Gadis itu bergegas menuju ke bocah bule yang masih menunggunya. "Hai, sorry to make you wait ( maaf membuatmu menunggu ). My name is Sasa. You?"
"Xander. "
"Where's your parents ( dimana orang tuamu )?" tanya Sasa.
Xander hanya menunjuk ke arah sebuah komplek yang masuk dari pinggir jalan raya daerah Gombel Semarang. "Just my Dad ( cuma papaku )."
"How about your mom ( bagaimana dengan ibumu )?" tanya Sasa sambil mengajak Xander ke sebuah mini market dekat situ untuk membeli minuman dingin
"She's in heaven."
Sasa tertegun. "I'm so sorry."
"My mother died while giving birth to me ( ibuku meninggal saat melahirkan aku )," jawab Xander.
"Sorry."
Xander menggelengkan kepalanya. "It's okay."
"So, which one do you want ( yang mana yang kamu mau )?" Sasa menunjukkan isi kulkas di mini market itu.
"Chocolate milk, please."
Sasa mengambil dua botol air mineral, satu kotak susu coklat, satu Oreo dan membayarnya di kasir menggunakan uang yang didapat dari pria bodoh tadi. Setelahnya mereka berjalan ke depan gerbang komplek perumahan itu.
"Kok kamu bisa berpisah sama papamu itu gimana ceritanya?" tanya Sasa sambil minum air mineralnya dan duduk di gazebo dekat pos satpam bersama Xander. ( Mereka pakai bahasa Inggris )
"Aku bosan disana, Sasa. Oh, kamu tadi sangat keren. Bisa terbang menolong aku." Xander baru menyadari jaket dan celana jeans lusuh Sasa robek serta kotor akibat tadi berguling di aspal. "Kamu tidak apa-apa?"
"Apa? Ini ? Bukan apa-apa," jawab Sasa cuek.
"Apa tidak merasa sakit ?" tanya Xander.
"Masih sakit jika memikirkan beratnya hidup ini termasuk kenapa jarum timbangan kok senangnya ke kanan bukannya ke kiri atau tetap di tengah-tengah," jawab Sasa sambil minum air mineralnya, membuat Xander tertawa. "Kamu umur berapa ?"
"Sembilan tahun. Sasa ?"
"Well, kamu harusnya manggil aku aunty lah. Aku 25 tahun."
"Ah, hanya beda 16 tahun, tidak terlalu jauh," jawab Xander cuek.
"Hei, hei, hei, bocah ! Apa maksud kamu ?" pendelik Sasa judes membuat Xander tertawa.
***
Keduanya masih menunggu ayah Xander di gazebo itu.
"Kamu keturunan mana? Kok bisa ganteng gitu ?" tanya Sasa.
"Papaku Turki Norwegia dan mamaku asli Norwegia."
"Seriously? Viking dan Ottoman? Benar-benar perpaduan yang keren!" ucap Sasa.
"Sasa sendiri ?" Xander menatap gadis cantik yang tidak seperti wanita Indonesia yang dilihatnya semenjak datang ke Indonesia seminggu lalu.
"Papaku Jawa, ibuku campuran Arab Jawa jadilah aku," jawab Sasa. "Apakah kamu tahu sejarah Ottoman?"
"Tidak terlalu."
"Kekaisaran Ottoman, Kesultanan Ottoman, Kesultanan Turki, Kekaisaran Utsmaniyah atau Turki Utsmani adalah kekaisaran lintas benua yang didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan Osman Bey di barat laut Anatolia pada tahun 1299. Dan setelahnya di negara modern abad sekarang, pecahannya menjadi negara-negara seperti Albania, Rumania, Turki, Tunisia, Bosnia Herzegovina dan Yaman," ucap Sasa. ( Sumber Wikipedia ).
"Woah. Sasa kok tahu?"
"Karena aku suka membaca. Buku kertas bukan di iPad meskipun kadang suka cari juga disana kalau susah carinya di perpustakaan," jawab Sasa.
"Xander!"
Keduanya menoleh dan melihat seorang pria matang yang tampan berlari ke arah mereka berdua.
"Papaaaa!" Xander pun turun dari gazebo dan menghampiri pria itu. Mereka saling berpelukan dan Sasa pun berjalan ke arah ayah dan anak itu.
"Papa dengar kamu hampir tertabrak ! Maafkan papa tadi tidak tahu kamu pergi !" ucap pria itu sambil berlutut dan memeriksa kondisi putranya. "Kamu tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa. Aku ditolong Sasa," jawab Xander sambil menoleh ke arah Sasa yang datang.
Pria itu memandang Sasa dari ujung rambut hingga ujung sepatu Converse belelnya.
"Kamu yang menolong Xander?" tanya pria itu dingin dan berdiri di depan Sasa. Tunggu, kok aku tidak merasa panik atau keringat dingin melihat gadis lusuh ini?
"Iya. Aku Sasa." Sasa mengulurkan tangannya ke pria yang ia perkirakan berusia 35 tahun.
Pria itu hanya memandang tangan Sasa. Tetap saja aku masih belum bisa bersentuhan tapi aku tidak merasa panik.
"Xavier," jawab pria bernama Xavier itu tanpa membalas uluran tangan Sasa.
Gadis itu hanya tersenyum maklum. Salahku juga dandan macam gembel.
"Terima kasih sudah menolong Xander. Gubuk kamu dimana?"
Sasa mendelik. Apa? Gubuk?
***
Visualnya Sasa dan Xavier
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Akhirnya anaknya pak Sagara Hadiyanto, cucunya pak Dewa Hadiyanto launching ya. Ceritanya macam gado-gado ala Bu Savitri dan pak Jaehyun ya. ( kan buyutnya )
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Sasa menatap sebal ke arah pria yang mengaku namanya Xavier. Sial@n ! Gubuk? Memangnya gubuk derita nya Hamdan ATT? Duh, gara-gara cari kontrakan dekat kampung jadinya ikutan dengar dangdut tetangga deh ! Jangan sampai Eyang Dewa dengar ... Bisa diajak bicara baik-baik nih orang !
"Ehem, gubuk saya tidak jauh dari sini. Saya tinggal di daerah Jatingaleh situ." Sasa menoleh ke Xander. "Besok lagi jangan Meleng ya ! Sekarang kamu sama papa kamu. Hati-hati, kamu kan turis disini."
"Oke Sasa." Xander memberi tanda salut ke Sasa yang dibalas gadis itu sambil tersenyum.
Xavier menatap interaksi Xander dengan Sasa yang sepertinya sudah kenal lama. Dan aku juga tidak ada keinginan kabur atau gugup saat melihat gadis ini. Apa dia kryptonite gynophobia aku? Macam Iffah dulu yang menjadi satu-satunya wanita yang bisa bersama aku?
"Kalau begitu saya permisi dulu. Bye Xander, bye Mr Cold Refrigerator eh ... Mr Xavier." Sasa pun berbalik .
"Tunggu! Kamu naik apa?" tanya Xavier.
"Mercykill!" jawab Sasa sambil menoleh ke arah Xavier.
"Mercy ... What ?" Xavier celingukan. Mana mobil Mercy nya ? Apa itu Mercy keluaran terbaru?
"Mercykill itu Mercedez Sikil, Mercedez kaki ! Ini dua kaki aku kan harga tidak ternilai melebihi Mercedez." Sasa menunjukkan dua kaki jenjangnya dengan jeans robek-robek plus ada darah kering disana. "Kata lainnya jalan kaki biar sehat!"
"Kamu terluka," ucap Xavier.
"Tenang ... Aku wanita tangguh suka makan pecel ! Permisi semuanya !" Sasa pun berjalan meninggalkan ayah dan anak itu.
Xander cekikikan mendengar istilah baru dari Sasa. "Papa, Sasa itu lucu dan pintar lho."
"Iya. Tapi miskin."
***
Rumah Kontrakan Sasa daerah Karangrejo Jatingaleh
Sasa akhirnya tiba di rumah kontrakannya dan setelahnya berteriak kesakitan.
"Aduuuh duh duh ... Kau tak percaya ... Lha kok malah Harry Mukti. Duh, lara ndes ! Betadine mana Betadine ?" Sasa mengunci pintu kontrakannya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mulai mengobati luka-lukanya dengan obat yang diambilnya dari kotak obat.
Namanya Salasika Hadiyanto, putri sulung Sagara Hadiyanto dan Khadijah Al Khafi, cucu dari Dewa Hadiyanto dan Alina, pemilik Bank Artha Jaya, salah satu bank swasta terbesar di Indonesia. Salasika berarti wanita pemberani dari bahasa Sansekerta dan jadinya Salasika pemberani overload. Salasika punya adik laki-laki beda dua tahun bernama Shandilya yang berarti pria bijak.
Gara-gara namanya antik, jika kumpul keluarga, mereka hobi menistakan namanya terutama Hana dan Seiya yang sering memanggilnya tepung Sasa lah, salah berapa, salsa dressing lah, tari salsa lah padahal mereka berdua pun juga sama punya nama burik. Terkadang Sasa gemas sendiri dengan otak para sepupunya. Giliran kasih nama burik cepat, giliran suruh baca doa acara keluarga ribut tunjuk-tunjukan.
Sasa, begitu biasa dipanggil, sudah tinggal di kota lumpia ini sekitar enam bulan. Dirinya memang bosan di Jakarta dan pilihannya hanya ada dua, Semarang atau Solo karena dirinya ada rumah disana, rumah keluarga Pratomo Hadiyanto yang dulu dipakai eyang buyutnya, Savitri Pratomo. Tapi Sasa memilih ke Semarang karena menurutnya berbeda.
Gadis berusia 25 tahun itu adalah lulusan sastra Inggris dan Jerman dari UI. Sasa menang suka bahasa dan mengakui otaknya bukan otak bisnis macam adiknya tapi kalau soal cari diskonan, dia paling cepat hitung-hitungannya. Sasa pun meminta ijin pada eyang dan papanya untuk minggat ke Semarang. ( gimana konsepnya ? Minggat tapi bilang ).
Meskipun kedua eyang dan papanya ngereog, tapi eyang Alina dan ibunya, Khadijah, sangat mendukungnya apalagi dulu Khadijah seusia Sasa sudah kenyang keliling dunia karena berprofesi sebagai pramugari Garuda Indonesia. Sasa mengakui ibunya sangat cantik dan tidak heran kalau ayahnya sudah ngejar dari SMA.
Karena eyang Kakung dan papanya tidak bisa melawan ucapan dua wanita yang sudah terbiasa keluar rumah dari remaja untuk kuliah dan bekerja, akhirnya mereka mengijinkan Sasa ke Semarang sebagai guru bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta internasional daerah Semarang Atas.
Sasa sengaja tidak mau tinggal di apartemen yang ditawarkan ayahnya dan memilih kontrak rumah biasa dengan lingkungan yang ramai dimana ada mahasiswa, pekerja dan area makan yang banyak jadi dirinya tidak bingung kalau malas masak. Area tempat Sasa tinggal memang dekat dua kampus disana, Universitas Katolik Soegijapranata dan Universitas Tujuh Belas Agustus. Naik dikit ke daerah Tembalang, sudah ada Universitas Diponegoro.
Sasa melepaskan semua atribut putri dan cucu keluarga Hadiyanto, memilih memakai nama Sasa Kim, diambil dari Eyang Kim Jaehyun. Sasa juga tidak mau memakai nama Pratomo karena nama itu terlalu beken. Sasa ingin hidup biasa-biasa saja meskipun papa dan eyang kakungnya macam singgat karena terlalu over thinking.
Stasiun Gambir Tujuh Bulan Lalu
"Pokoknya Sasa bumbu tepung serba guna, kalau kamu bosan bercosplay jadi anak miskin, pulang ya nduk," ucap Dewa ke Sasa saat dirinya mau ke Semarang.
"Idiiihhh Eyang tuh ! Nggak boleh ngenyek ( menghina )! Mboten patut !" tegur Sasa gemas dengan eyangnya yang sering asal njeplak. Dan kebiasaan itu menurun ke dirinya.
"Pokoknya kalau ada apa-apa, laporan ! Oke !" ucap Sagara tegas.
"Njih papa .... "
"Yakin kamu naik kereta? Nanti kalau ada Ultraman gelut sama Gomora gimana? Kan ada tuh episode berkelahi di dekat stasiun," ucap Dewa asal dan langsung mendapatkan pelototan Alina.
"Mas Dewa!"
Sasa menggelengkan kepalanya. Dirinya memang senang naik kereta dibandingkan pesawat apalagi sekarang kereta juga keren-keren. Sasa pun memilih kereta compartment buat satu orang jadi tetap luxury kan?
Dan sekarang, dirinya cukup betah tinggal di Semarang. Sasa juga punya mobil yang disimpan di parkiran Bank Artha Jaya di jalan pahlawan. Sementara untuk hari-hari, Sasa lebih suka naik motor Vario yang sejuta umat.
Sasa lalu membuka kulkasnya dan mengambil pizza sisa semalam lalu memaksakan di air fryer. Pikirannya kembali ke tadi saat dirinya menolong Xander yang tidak melihat-lihat jalan dimana ada pria bodoh nyetir motor malah lihat handphone. Entah apa jadinya tadi kalau dirinya tidak menolong Xander.
"Eh tapi, kok papanya menghaina sekali ya... Bilang gubuk ...." Sasa melihat rumah kontrakannya yang memang tidak dibongkar apapun olehnya tapi tetap kebersihan terjaga. "Ya dibandingkan rumah Jakarta ... Ini gubuk sih ..."
Tak lama pizzanya matang dan Sasa menuju dapur minimalisnya sambil berdendang.
Pagi Makan Sore Tiada
Takkan Luntur Cintaku Padamu
Baju Satu Kering Dibadan
Takkan Pudar Sayangku Padamu
Walau Hidup Ini Di Gubug Derita
***
Sementara itu di sebuah hotel bintang empat area simpang lima, Xavier masih terbayang-bayang dengan gadis dengan baju lusuh dan belel itu.
Cantik tapi kayaknya dia cuma mampu beli baju bekas deh. Apa ....
Xavier tersenyum licik.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
"Kira-kira kita ketemu Sasa lagi nggak ya Pa?" tanya Xander sambil manyun.
"Entah. Kan kota ini lumayan besar dan lebih ramai dari Oslo," jawab Xavier sambil mencari-cari sekolah untuk Xander. "Boy, kamu sementara sekolah disini selama enam bulan ya. Papa ternyata masih harus menyelesaikan banyak hal di Semarang. Opa buyut kamu itu punya banyak aset disini dan semua proses balik nama ke Papa."
"Lama ya?" Xander sendiri mengira mereka akan pergi sebentar seperti liburan tapi ternyata lama. "Sekolah lama aku?"
"Pindah sementara. Papa sudah bilang sama kepala sekolah dan mereka juga tidak mau kamu tertinggal sekolah. Semua berkas sudah di email dan besok kita cari sekolah buat kamu, mumpung mau masuk tahun ajaran baru." Xavier menoleh ke putranya yang manyun. "Sekolah internasional, Xander."
"Ya lumayan jadi aku tidak gagap budaya." Xander menatap papanya. "Papa kok ketemu sama Sasa tidak gugup, tidak pengen lari dan berani menatap dia?"
Xavier tertegun. Xander memang tahu kelemahan ayahnya jadi tidak heran kalau di perusahaan keluarga mereka di Oslo kebanyakan pria karena dia mengalami gynophobia atau phobia terhadap wanita. .
Note
Gynophobia atau gynephobia (/ˌɡaɪnəˈfoʊbiə/) adalah ketakutan yang tidak wajar dan tidak rasional terhadap wanita, sejenis fobia sosial tertentu. Hal ini ditemukan dalam mitologi kuno dan juga kasus-kasus modern. Sejumlah kecil peneliti dan penulis telah berusaha mencari kemungkinan penyebab gynophobia.
Gynophobia secara umum tidak boleh disamakan dengan misogini, kebencian, penghinaan dan prasangka terhadap perempuan, meskipun beberapa orang mungkin menggunakan istilah tersebut secara bergantian, mengacu pada aspek sosial, bukan aspek patologis dari sikap negatif terhadap perempuan.
Antonim dari misogini adalah filogini, cinta, rasa hormat, dan kekaguman terhadap wanita. Gynophobia dianalogikan dengan androphobia, ketakutan ekstrim dan/atau tidak rasional terhadap laki-laki. Salah satu bagian darinya adalah caligynephobia, atau ketakutan terhadap wanita cantik.
Sumber Wikipedia
Xavier tahu kenapa dia mendapatkan gynophobia karena dulu waktu kecil, dia hampir dilecehkan oleh nanny nya. Untung ibunya memergoki tapi setelahnya dia mengalami trauma tanpa kedua orangtuanya tahu karena dia bersikap biasa. Baru setelah dia masuk sekolah, Xavier tidak bisa berteman dengan teman perempuannya. Bahkan dia bisa menunduk terus supaya tidak melihat teman-teman perempuannya.
Kedua orangtuanya pun mendapatkan laporan dari gurunya dan awalnya mereka mengira dia g@y karena tidak bisa bersama wanita tapi setelah dibawa ke psikolog, Xavier mengalami gynophobia. Orang tuanya baru sadar dari kejadian itu Xavier mengalami phobia. Beruntung Xavier tidak takut dengan ibunya tapi tidak dengan anggota keluarga lainnya yang wanita.
Karena itulah, Xavier dijauhi dari sepupu perempuannya karena bisa langsung panik dan histeris. Kehidupan remaja Xavier juga tidak lebih baik. Xavier lebih oke dikira g@y dibandingkan dia mengalami gynophobia. Hingga saat kuliah, dia bertemu dengan Iffah, gadis muslim Norwegia yang mampu membuatnya tidak takut terhadap perempuan. Xavier pun dengan ikhlas mualaf demi bisa bersama Iffah. Mereka menikah saat Xavier berusia 23 tahun dan Iffah 22 tahun.
Setahun menikah, akhirnya Iffah dinyatakan hamil dan Xavier adalah pria yang paling berbahagia akan mendapatkan anak sekaligus membuktikan bahwa dia normal. Iffah juga yang membuat Xavier mulai bisa pelan-pelan menghadapi wanita. Namun kebahagiaan Xavier pun seolah menghilang ketika Iffah akhirnya pergi usai melahirkan Xander. Xavier sempat mengalami depresi berat akibat ditinggal istri yang sangat dia cintai.
Xavier akhirnya bisa menata emosinya dan perlahan mulai bangkit, mengingat ada putranya yang masih membutuhkan dirinya. Xavier pun menikmati menjadi ayah sekaligus ibu bagi Xander dan dia bersyukur, putranya bukan tipe anak yang susah dididik.
Hingga bulan Maret lalu dirinya didatangi oleh seorang pengacara dari Semarang yang menemukan berkas-berkas milik kakeknya yang seorang pengacara. Rupanya ada wasiat dari kakek buyut Xavier yang membeli beberapa aset saat tinggal di Semarang selama beberapa tahun untuk menyepi.
Ayahnya memberikan surat kuasa padanya untuk mengurus semuanya dan sekarang Xavier berada di kota lumpia ini untuk menyelesaikan berkas-berkasnya. Ternyata asetnya banyak hingga harus tinggal lebih lama dan mau tidak mau, Xander harus sekolah disini.
"Ini ada sekolah bagus dekat dengan tempat aset-aset papa. Jadi kita bisa sekalian jalan Boy."
"Terserah papa deh. Tapi aku berharap, bisa bertemu dengan Sasa. Siapa tahu bisa bantu aku buat suka sama kota yang panas ini." Xander kembali asyik dengan rubiknya.
"Sasa itu cewek miskin, Xander. Susah cari dia karena pasti dia tinggal di gubuk yang berdempetan."
"Pa, bagaimana kalau Sasa kita ajak tinggal bersama ? Kayaknya cuma dia deh wanita yang tidak bikin papa panik."
Xavier tersenyum. Memang itu rencana aku tapi cari cewek belel itu dimana?
***
Sekolah Internasional
Sasa menguap dengan gaya anggun padahal biasanya lebar macam beruang kutub, karena hawa kantuk mulai melanda. Sasa mendapatkan giliran jaga untuk menerima calon siswa baru meskipun masih junior. Kepala sekolahnya memberikan kepercayaan pada Sasa karena kemampuan berbahasanya. Seperti halnya anggota keluarga Pratomo lainnya, poliglot itu hukum wajib Tak heran jika Sasa fasih berbahasa Jepang dan Korea selain Inggris dan Jerman. Hanya Mandarin yang masih amburadul karena Sasa sudah pusing menghapalkan 20,000 huruf.
Sasa merasa dirinya butuh kopi dan mulai memesan via online. Gadis itu tidak menawarkan ke yang lain karena guru - guru lain sering egoisnya. Dulu awal Sasa bersikap baik dengan membawakan makanan tapi saat mereka membawa makanan, tidak berbagi pada Sasa dengan alasan daging babi. Sasa tahu, itu hanya akal-akalan saja karena ada temannya yang muslim dibagi dan ternyata bukan daging babi.
Sasa tahu dirinya sedang bercosplay menjadi orang missqueen dan dari situ dia bisa melihat siapa yang tulus dan siapa yang Brutus musuhnya Popeye. Sasa akhirnya bersikap bodo amat. Baik sama gue, gue bisa baik. Jahat sama gue, dikira gue takut !
Tidak ada yang tahu siapa Sasa sebenarnya karena dirinya menyembunyikan rapat-rapat jatidirinya demi tidak ada teman-teman oportunis. Yang penting kerjaan gue beres!
Sasa sedang menunggu kopinya datang di taman ketika melihat sebuah mobil Lexus hitam masuk ke dalam halaman sekolahnya. Gadis itu hanya duduk sambil membaca novel yang dibawanya karena si penumpang mobil tidak turun turun hingga dirinya mendengar suara yang dikenalinya.
"Sasaaaaaaa!"
Sasa mendongakkan wajahnya dan melihat bocah laki-laki yang beberapa hari lalu dia selamatkan, muncul di tempat kerjanya.
"Xander?" Sasa meletakkan novelnya diatas meja dan Xander langsung menghambur dan memeluk gadis itu.
"Akhirnya ketemu Sasa !" seru Xander senang.
"Tunggu, kamu ngapain disini?" tanya Sasa bingung.
"Sasa kerja disini?"
Sasa mengangguk.
"Jadi apa?"
"English Teacher for fourth and fifth grade."
"Yaaayyyy ! Papa ! Aku mau sekolah disini ! Sasa guruku !"
Sasa melongo. Eh? Eh? EEEEEHHHHH???
Mata coklat Sasa lalu melihat ke arah Xavier yang berjalan menghampiri dirinya.
Kok jadi beginiiiii????
Xander Horance
***
Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!