NovelToon NovelToon

CEO AND ME

Episode 1 Prolog

Tania Salsabila

Seorang gadis ceria, dan mandiri. Ia lahir dari keluarga kaya. Umurnya sekarang sudah menginjak 25 tahun. Ibunya bernama Leta, namun meninggal dunia saat Tania dilahirkan, dan ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita bernama Maya ketika Tania berumur 14 tahun. Maya adalah seorang wanita yang hanya menginginkan harta keluarganya, ia memiliki putri yang seumuruan dengan Tania bernama Belinda.

Belinda Gunawan.

Belinda adalah seorang gadis sombong dan suka iri terhadap Tania yang selalu mendapatkan perhatian semua orang. Baginya, ia gadis yang sempurna di bandingkan Tania yang hanya biasa - biasa saja, menurutnya. Apalagi ketika ia jatuh hati dengan Ikrar, lelaki yang selalu berada di samping Tania. Ia berusaha mencari perhatian Ikrar ketika lelaki 17 tahun itu selalu datang ke rumahnya untuk bertemu dengan Tania.

Ya, Ikrar memang sangat dekat dengan Tania semenjak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan sejak pertama kenal, ia berkeinginan untuk bisa bersama dengan Tania selamanya. Itu karena ia hanya bisa nyaman dekat dengan Tania, gadis yang selalu membuatnya tersenyum. Begitu pun dengan Tania, ia sangat menyukai Ikrar yang selama ini ia anggap sebagai malaikat pelindungnya. Bahkan Ikrar memberikan nama panggilan kecil untuk Tania yang sering ia sebut An an saat gadis kecil itu tengah ngambek padanya.

Mereka saling menjaga satu sama lain membuat saudara tiri Tania iri dengan kedekatan mereka. Apalagi Ikrar tak pernah bicara sekalipun dengan Belinda. Senyumnya hanya ia berikan pada Tania.

***

Ikrar Abraham.

Seorang pria yang baik, disiplin, dewasa dan penyayang. Umurnya sekarang sudah menginjak 27 tahun. Semua sifatnya itu ia dapatkan dari didikan kedua orang tuanya yang sangat menyayanginya. Di umur 27 tahun ini, ia sudah mewarisi bisnis keluarganya di seluruh Asia. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ia memiliki adik perempuan bernama Gressia Abraham.

***

Gressia Abraham

Gressia Abraham, seorang gadis ceria dan tomboi berumur 25 tahun. Ia berteman dengan Tania semenjak mereka kecil, namun sebuah kejadian membuat ia berpisah dengan Tania sahabatnya. Kini ia berteman dengan Belinda, saudara tiri Tania. Mereka berteman sangat baik dan akrab, bahkan Gressia bisa melupakan kejadian yang menimpa Tania dengan kehadiran Belinda.

***

Axel Delvino

Teman masa kecil Tania. Ia adalah sepupu dari Ikrar Abraham, anak dari Darel dan Nerissa. Ia sudah berumur 22 tahun. Kuliah di salah satu universitas ternama di Indonesia. Ia salah satu teman dekat Tania dan Ikrar semasa mereka kecil.

***

Galang Winata

Seorang pria dewasa yang sangat menyayangi Tania. Dengan berkedok sebagai kakak angkat, ia memberikan banyak perhatian pada Tania sehingga Tania dengan perlahan melupakan masa kelamnya.

Cerita perjodohan Tania dan Ikrar.

Saat umur 15 tahun, ayah Tania berencana menjodohkan putri sulungnya pada seorang rekan bisnisnya bernama Reqy Abraham. Perjodohan pun terjadi, kedua keluarga sama - sama bahagia dengan perjodohan mereka berdua. Mereka berencana meresmikan pertunangan mereka ketika Tania berumur 25 tahun.

Saat itu, Ikrar yang masih berumur 17 tahun sangat bahagia mendengar ia akan di jodohkan dengan Tania. Akhirnya ia bisa bersama dengan gadis yang selalu membuatnya tersenyum bahagia. Tidak ada kata yang bisa melukiskan rasa bahagia dari lelaki remaja itu. Begitu sukanya ia dengan Tania, gadis yang selalu ia panggil dengan sebutan An an kecil.

Setelah perjodohan mereka di bicarakan, Ikrar berencana berangkat ke Inggris untuk melanjutkan pendidikannya. Ia ke Inggris bersama keluarganya. Sebelum pergi, ia memberikan sebuah kalung yang sudah ia pesan sejak lama. Kalung itu hanya satu - satunya di dunia. Ia khusus membuatkan untuk Tania sebelum ia berangkat ke luar negri.

Satu tahun kepergian Ikrar ketika Tania berumur 16 tahun, Ayah Tania kecelakaan mobil membuat ia harus menelan pahit akibat kematian ayahnya. Ibu tirinya mengambil semua harta milik keluarganya bahkan mengusirnya dari rumah besarnya.

Keluarga Ikrar tidak tahu hal itu, karena mereka semua tinggal di Inggris dan jarang berkomunikasi, bahkan mungkin bisa dikatakan tidak pernah. Jika Tuan Reqy kembali ke Indonesia, ia hanya datang mengurus bisnis lalu kembali lagi ke Inggris tanpa peduli dengan kabar mereka. Ya, dia memang orang yang sangat cuek pada orang lain.

Untung saja ada seorang wanita baik hati yang bersedia menampung Tania, menganggapnya sebagai anak kandungnya sendiri. Wanita baik hati itu bernama ibu Kristin, ia memiliki seorang putra bernama Galang yang kini berumur 27 tahun.

Delapan tahun kemudian, setelah kejadian yang menimpa Tania, Ikrar kembali ke Indonesia bersama keluarganya untuk menepati janji pertunangannya dengan Tania.

Semuanya telah berubah, tidak ada lagi Tania, cinta masa kecilnya yang ia temui. Hanya ada Belinda dan ibu tiri Tania ia dapatkan di rumah besarnya. Ibu Maya yang merupakan ibu tiri Tania mengatakan pada Ikrar kalau Tania sekarang sudah meninggal dunia bersama dengan suaminya. Tentu saja, Ikrar percaya dengan kata - kata Ibu Maya, karena ia sama sekali tidak menemukan Tania di sana. Pantas saja Tania tidak pernah membalas email atau pun surat yang selama ini ia kirimkan, ternyata Tania sudah tiada. Begitu hancurnya hati Ikrar mengetahui kabar mengejutkan itu. Ia sangat terpukul kehilangan kekasih masa kecilnya.

Dengan terpaksa, ia harus bertunangan dengan Belinda mendengar Ibu Maya mengatakan kalau wasiat Tania adalah Ikrar harus bertunangan dengan Belinda. Ibu Maya juga mengatakan pada Ikrar kalau Ikrar harus menyayangi Belinda seperti ia menyayangi Tania semasa ia remaja. Tentu saja Ikrar menuruti kemauan Ibu Maya, mengingat yang di katakan Ibu Maya itu adalah wasiat Tania, wanita yang sangat ia cintai.

Demi melancarkan rencana Ibu Maya menjadikan anaknya sebagai istri pengusaha kaya, ia bahkan membuat makam palsu Tania agar Ikrar bisa mempercayai ucapannya.

Apa yang terjadi pada Ikrar ketika ia bertemu kembali dengan Tania yang berpenampilan culun, tidak seperti Tania yang anggun, dan cantik. Apalagi saat itu, Tania bekerja di perusahaan Abraham. Ikrar selalu membentaknya, menganggap Tania sebagai gadis bodoh dimatanya. Tidak ada hal baik yang bisa ia lihat dari Tania yang sekarang. Menurutnya, kehadiran Tania hanya bisa mengacaukan hidupnya.

Apakah Ikrar akan mengenali cinta masa kecilnya itu atau akan menganggap Tania sebagai pengganggu dalam hidupnya?

"An an, maafkan aku. Aku salah karena tidak bisa mengenalimu dengan baik. Harusnya aku mengenalimu sejak awal. Maafkan aku An an, aku selalu membentakmu, memarahimu, menganggapmu bodoh, menganggapmu sebagai wanita pengganggu, dan wanita penggoda. Aku sungguh menyesal melakukan itu semua."

.

.

INFO: Ini merupakan sekuel dari novel Pernikahan Paksa Tuan Arogan. Kisah cinta putra pertama Tuan Reqy. Tapi kisah anaknya beda dari kisah ayahnya ya.

.

Selamat Berhalu

.

.

Episode 2 Kepulangan Ikrar

Seorang lelaki bertubuh tinggi, badan atletis sedang berjalan keluar dari bandara sambil menarik kopernya. Ia berjalan tegak dengan langkah kaki cepatnya keluar dari sana. Beberapa gadis menatapnya dengan penuh kekaguman melihat penampilannya yang terlihat sempurna. Menurut mereka, kalau lelaki itu sangatlah sempurna.

Apalagi lelaki tampan itu memakai setelan jas yang menghiasi tubuh atletisnya, ditambah kacamata hitam yang ia pakai membuat dirinya semakin terlihat tampan dan cool. Lelaki itu tak lain adalah Ikrar Abraham, seorang pewaris dari Keluarga Abraham.

Meskipun lahir dari keluarga kaya, namun ia sama sekali tidak pernah sombong dengan semua yang ia miliki, bahkan ia sudah biasa bepergian dengan pesawat biasa yang sekarang ia tumpangi. Kalau ada hal mendesak, baru ia akan menggunakan jet pribadi milik keluarganya.

Kini ia berdiri menunggu Emir menjemputnya kembali ke Mansion Abraham. Asisten ibunya itu sekarang sudah menjadi kepala rumah tangga di kediaman Abraham. Ia yang mengurus semua Mansion Abraham selama majikannya pergi. Ia tinggal disana bersama dengan istrinya yang bernama Lumi. Lumi sendiri merupakan dokter pribadi keluarganya meneruskan ayahnya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Ikrar berdiri di pintu keluar Bandara, tepatnya di pinggir jalan yang di lewati beberapa taksi bandara. Ia menyaksikan beberapa taksi lalu lalang di depannya sambil memegang koper disampingnya.

“An an ... aku kembali!” dalam hati Ikrar sambil tersenyum memperbaiki kacamata hitamnya.

Beberapa menit kemudian, ia berdiri menunggu disana, namun Emir tak kunjung datang menjemputnya.

“Kenapa paman Emir lama sekali sih? Aku harus menemui An an secepatnya!” keluhnya sambil terus menatap jam tangan yang disematkan di pergelangan tangan kirinya.

Tak lama setelah ia mengeluh tentang Emir, Emir pun datang dengan mobil mewah yang ia kendarai bersama kedua pengawalnya.

Ia turun dari mobil setelah mobilnya berhenti, tepat di depan Ikrar. Ia berjalan cepat menghampiri Ikrar yang berdiri menatapnya dengan kesal.

Emir langsung membungkukkan tubuhnya di depan Ikrar.

“Maaf Tuan Muda, saya terlambat menjemput Anda. Tadi ada masalah di perusahaan yang harus saya tangani!” jelasnya.

“Aku pikir paman melupakan kalau hari ini aku kembali. Aku sudah menunggu lama disini,” jawab Ikrar dengan kesal.

“Maafkan saya Tuan Muda. Saya tidak melupakan kalau hari ini Anda datang. Hanya tadi ada penerimaan pegawai baru di perusahaan, dan saya tidak bisa menyuruh orang sembarangan menjemput Anda!” jelas Emir.

“Masalah apa?” tanya Ikrar penasaran.

“Saya mewawancarai beberapa karyawan untuk menjadi sekertaris pribadi Anda selama di perusahaan,” jawab Emir.

“Apa ibu yang menyuruhmu melakukan semuanya?” tanya Ikrar.

“Iya tuan, nyonya bilang kalau saya harus secepatnya menyiapkan semuanya sebelum Anda masuk bekerja di Perusahaan,” jawab Emir.

“Sudahlah ... antar saja aku ke rumah An an sekarang!” perintahnya.

Emir mengangkat kepalanya, menatap bingung wajah Ikrar.

“An an siapa Tuan Muda?” tanya Emir. Ia tidak tahu kalau An an adalah nama panggilan Ikrar untuk Tania.

“Tania paman, Tania,” jawab Ikrar.

“Baik tuan muda.”

Emir pun menyuruh kedua pengawalnya untuk mengambil koper Ikrar, kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

Ikrar masuk ke dalam mobil ketika melihat pengawalnya sibuk memasukkan kopernya. Disusul Emir yang juga ikut masuk ke dalam mobil.

Sebenarnya Emir belum tahu tentang kabar Tania selama ini. Ia hanya tahu kabar kecelakaan yang menimpa ayah Tania. Apalagi ia tidak pernah berkunjung ke rumah Tania setelah kecelakaan yang menimpa ayah Tania. Ia juga tidak pernah memberitahukan masalah kecelakaan ayah Tania pada Ikrar atas permintaan ibu Ikrar. Adelia yang merupakan ibu dari Ikrar tidak mau kalau Ikrar kembali ke Indonesia sebelum menyelesaikan pendidikannnya.

 

Dalam perjalanan menuju rumah Tania, Emir mencoba bicara pada Ikrar mengenai keluarga Tania.

“Tuan Muda!” panggilnya.

“Eem!” balas Ikrar sambil sibuk mengutak atik HP-nya.

“Sebelum kita sampai disana. Saya ingin mengatakan pada Anda kalau ayah Tania sebenarnya mengalami kecelakaan setahun setelah Anda pergi!” jelasnya melihat Ikrar di kaca tengah mobilnya.

Ikrar langsung mengangkat kepalanya melihat Emir. Ia terlihat terkejut mendengar kabar kematian ayah Tania.

“Ayah Tania sudah meninggal?” tanya Ikrar memperjelas kembali yang ia dengar dari Emir.

“Iya Tuan Muda,” jawab Emir.

“Kenapa paman baru mengatakannya sekarang?” tanya Ikrar.

“Nyonya tidak mau kalau sampai Tuan Muda terganggu mendengar masalah ayah tunangan Anda,” jawab Emir.

“Lalu bagaimana dengan Tania? Dia pasti sangat terpukul kehilangan ayahnya kan!” tanya Ikrar penasaran.

“Mengenai Nona Tania, saya tidak tahu tuan. Beberapa tahun ini saya tidak pernah mendengar kabarnya,” jawab Emir.

Ikrar semakin khawatir mendengar penjelasan Emir. Perasaannya tiba – tiba saja tidak enak mendengar berita yang dikatakan Emir. Apalagi selama ini Ikrar tidak pernah mendapat balasan email yang ia kirim untuk Tania.

Entah apa yang terjadi pada Tania. Perasaannya was – was kalau terjadi sesuatu pada Tania. Ia menggeleng – gelengkan kepalanya mengusir semua pikiran anehnya. Pikiran kalau Tania sudah melupakannya, pikiran kalau ia tidak bisa menemukan Tania di rumah besarnya.

Apa yang terjadi jika pikiran anehnya itu benar – benar terjadi. Pasti ia akan sangat terpukul dan kecewa.

Beberapa menit setelah pembicaraannya dengan Emir, mobilnya telah sampai disebuah rumah bergaya klasik dengan cat berwarna putih polos. Rumah Keluarga Tania. Tampak dari luar kalau rumah itu sama sekali tidak ada perubahan semenjak ia pergi ke luar negri beberapa tahun yang lalu.

Hanya cat berwarna putih polos yang tampak masih baru. Ikrar turun dari mobilnya, berdiri menatap rumah, tempat yang selalu ia kunjungi saat masih remaja.

Ia berdiri di samping mobil, membuka kacamata hitamnya untuk bisa menatap jelas rumah mewah yang ada di depannya. Seketika ia melihat bayangan dirinya dan Tania sedang berlari kejar – kejaran masuk ke dalam rumah. Tania tertawa keras sambil berlari masuk ke dalam rumahnya bersama Ikrar yang ikut berlari mengejarnya.

“Tuan Muda!” panggil Emir.

Bayangan kenangannya langsung hilang saat Emir memanggil dirinya. Ia menoleh melihat Emir di sampingnya.

“Ayo masuk!” ajak Ikrar.

“Baik,” balas Emir.

Ikrar masuk ke dalam rumah Tania dengan langkah tegaknya. Ia didampingi Emir yang ikut berjalan di belakangnya saat itu.

Ikrar berdiri tepat di depan pintu rumah Tania ditemani Emir. Ia menarik nafasnya, lalu mengeluarkan secara perlahan, mencoba menenangkan dirinya. Ia merasa gugup bertemu dengan Tania, kekasih masa kecilnya.

Tak lama kemudian, Ikrar mengangkat tangannya untuk membunyikan bel rumah Tania. Setelah berbunyi yang ketiga kalinya, terlihat seorang pembantu dari dalam rumah berjalan menghampiri pintu rumahnya. Ia membuka pintu dan melihat Ikrar berdiri tegak bersama Emir, tepat di depan pintu.

.

.

.

Bersambung.

Episode 3 Kedatangan Ikrar ke rumah Tania

“Anda cari siapa tuan?” tanya pembantu rumah Tania.

“Saya cari Tania! Apa Nona Tania ada di rumah?” tanya Ikrar.

“Maaf tuan, disini tidak ada yang namanya Nona Tania,” jawab si pembantu.

Ikrar terlihat kaget mendengar jawaban si pembantunya. Ia kembali bicara, mengenalkan dirinya pada si pembantunya itu. Pikirnya kalau pembantu itu adalah pembantu baru di rumah Tania.

"Aku Ikrar, teman Tania. Katakan saja padanya kalau aku datang. Nona Tania pasti akan tahu!" kata Ikrar.

"Sekali lagi saya minta maaf tuan, tapi Nona Tania yang Anda sebutkan benar - benar tidak ada di rumah ini," jawab Pembantunya.

Ikrar terlihat bingung mendengar ucapan si pembantunya. “Apa pemilik rumah ini sudah pindah?” tanya Ikrar penasaran.

“Maaf tuan ... saya baru lima tahun bekerja di sini jadi saya tidak tahu siapa pemilik sebelumnya?” jawab pembantunya.

Tiba - tiba seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah dengan penampilan elegannya. “Siapa mbak?” tanya wanita paruh baya itu yang merupakan ibu tiri Tania.

Pembantu rumahnya menoleh ke arah Nyonya Maya. “Seseorang telah salah alamat nyonya!”

Ikrar kemudian berbisik di telinga Emir. "Paman ... ini benar rumah Tania kan?" tanya Ikrar.

"Iya Tuan Muda, yang saya tahu kalau ibu tiri Tania masih berada di sini. Apa mungkin Nona Tania kuliah di luar negri?" bisiknya.

Saat itu, Ikrar dan Emir saling berbisik sambil melihat Nyonya Maya berjalan menghampiri mereka. Nyonya Maya sangat penasaran dengan tamu yang salah alamat itu. Ia langsung kaget saat menyadari kehadiran Emir, matanya sampai melotot melihat Emir yang merupakan pengurus rumah Keluarga Abraham.

“Tuan Emir ... .” Nyonya Maya berjalan menghampiri mereka.

Emir hanya menganggukkan kepalanya satu kali menyapa panggilan Nyonya Maya.

Sementara Ikrar menoleh ke samping, kembali berbisik di telinga Emir. “Siapa dia?” tanya Ikrar.

“Apa Anda sudah lupa Tuan Muda? Dia adalah ibu tiri Nona Tania!” bisiknya di telinga Ikrar.

“Tuan Emir!” panggil Nyonya Maya kembali sesaat setelah melihat Emir dan Ikrar saling berbisik.

Ikrar dan Emir kembali fokus melihat Nyonya Maya.

“Kami datang untuk bertemu dengan Nona Tania, Nyonya!” kata Emir.

“Tania ... .” Nyonya Maya mengerutkan keningnya melihat Emir. Ia terlihat tidak suka mendengar nama Tania di sebutkan. Senyuman tadi pada Emir langsung memudar.

“Iya nyonya. Tuan Muda ingin bertemu dengan Nona Tania. Apa Nona Tania ada di dalam?” tanya Emir dengan serius.

Nyonya Maya tidak menjawab pertanyaan Emir, namun ia menatap jelas wajah Ikrar yang saat itu melihatnya dengan tatapan biasa tanpa melemparkan senyum kepadanya.

Ia kembali melihat Emir. “Maksud Anda? Lelaki yang bersama Anda ini adalah anak Tuan Reqy, tunangan Tania?” tanya Nyonya Maya.

“Iya nyonya.”

Sontak saja membuat Nyonya Maya kaget. Ternyata pewaris keluarga Abraham sudah kembali dari luar negri, orang yang di jodohkan dengan Tania.

Ia pun berjalan mundur ke samping untuk mempersilahkan mereka masuk.

“Silahkan masuk dulu, kita bicara di dalam. Silahkan Tuan Emir, Nak Ikrar!” kata Nyonya Maya sambil tersenyum lebar melihat Ikrar dan Emir. Nyonya Maya terlihat senang dengan kedatangan mereka. Sampai ia memperlakukan Ikrar dengan sangat sopan.

“Terima kasih,” balas Ikrar sambil tersenyum.

Ikrar dan Emir pun berjalan masuk ke dalam rumah Tania, sedangkan Nyonya Maya masih  berdiri di tempatnya tadi sambil menutup kembali pintu rumahnya. Ia kemudian membisikkan pada pembantunya untuk segera membuatkan minuman dan makanan pada mereka berdua.

Saat itu, Ikrar sibuk melihat sekeliling rumah Tania, mencari keberadaan Tania di dalam rumahnya. Namun ia sama sekali tidak mendapati Tania di sana. Ia kemudian menoleh ke arah Nyonya Maya.

“Maaf tante! Apa Tania ada di rumah?” tanya Ikrar.

“Duduklah nak! Tante akan katakan semuanya padamu!” jawab Nyonya Maya sambil mempersilahkan Ikrar duduk di sofa.

Ikrar langsung duduk di sofa, sedangkan Emir hanya berdiri di samping Ikrar. Ikrar pun menoleh ke arah Emir.

“Paman ... kenapa paman berdiri di situ? Ayo duduk!” ajaknya sambil menggerakkan tubuhnya untuk bergeser ke samping, membiarkan Emir duduk disana.

Emir pun duduk di sana, di samping Tuan Mudanya. Setelah Emir duduk di sofa, Ikrar mulai bertanya kembali pada Nyonya Maya tentang keberadaan Tania.

Seketika Nyonya Maya berwajah sedih di depan Ikrar. Ia menunduk sejenak sambil menghela nafasnya dengan pelan, kemudian mulai menceritakan semuanya pada Ikrar dan Emir.

Ia mengatakan pada Ikrar kalau Tania sudah meninggal setelah beberapa bulan kematian ayahnya. Tentu saja Emir merasa bingung sendiri, kenapa Nyonya Maya tidak mengundangnya di hari kematian Tania, sedangkan dirinya selalu berada di rumah Kediaman Abraham.

Saat itu, Nyonya Maya mengambil alasan kalau ia sangat terpukul atas kematian Tania, apalagi sebelum Tania meninggal mengatakan kalau Tania tidak ingin semua orang bersedih dengan kematiannya.

Dan saat itu juga, Nyonya Maya mengatakan pada Ikrar kalau Ikrar harus bertunangan dengan Belinda menggantikan Tania sebagai bentuk permintaan terakhir Tania.

Tentu saja semua yang di katakan Nyonya Maya adalah sebuah kebohongan belaka, namun Ikrar mempercayai semua perkataannya, apalagi Nyonya Maya bilang kalau ia akan membawa Ikrar berziarah ke makam Tania.

Ikrar sangat terpukul mendengar berita kematian Tania. Ia terlihat sangat sedih. Bagaimana bisa wanita yang sangat ia rindukan selama bertahun - tahun pergi begitu saja meninggalkan dirinya.

Selama beberapa tahun ini, ia tidak pernah melepaskan ingatannya dari Tania, bayangan Tania selalu membuat hari – harinya bahagia. Berharap bisa secepatnya menikahi Tania, namun semua mimpinya itu sirna di bawa angin lalu. Hanya tersisa kenangan tentang Tania dalam hatinya, tanpa bisa melihat wajah Tania yang sekarang.

Sebelum berangkat ke Indonesia pun, ia membayangkan kalau Tania sudah menjadi sosok gadis cantik, sosok gadis dewasa, namun bayangannya itu tidak ada. Hanya bayangan masa kecilnya bersama Tania.

Selesai bicara panjang lebar dengan Nyonya Maya, ia dan Emir pun beranjak pergi dari rumah Tania. Saat itu, Ikrar di penuhi dengan perasaan sedih mengetahui semuanya tentang Tania. Ada rasa penyesalan dalam dirinya. Seandainya saja ia tidak pergi ke luar negri, mungkin saja ia tidak akan kehilangan Tania.

Di dalam mobil menuju rumahnya, Ikrar sama sekali tidak bicara. Ia hanya diam menatap luar jendela kaca mobilnya. Emir yang menyaksikan itu merasa khawatir. Lelaki yang selalu tersenyum, lelaki yang tak pernah berhenti bicara tiba – tiba saja diam membisu di sana.

“Apa Tuan Muda baik – baik saja?” tanya Emir melihat Ikrar di kaca tengah mobilnya.

“Eem ... aku baik – baik saja,” jawab Ikrar tanpa melihat Emir. Pandangannya hanya tertuju pada jalan raya yang di lewati mobilnya.

“Kita langsung pulang ya Tuan Muda. Nyonya sudah menunggu Anda sejak tadi!”

“Iya ... jangan katakan dulu masalah ini pada ibuku. Biar aku yang mengatakannya secara pelan – pelan!” Pintanya.

“Baik tuan,” jawab Emir.

“Bagaimana masalah perusahaan. Kapan aku bisa mulai bekerja?” tanya Ikrar melihat Emir.

“Besok Anda boleh masuk kantor tuan,” jawab Emir.

“Baiklah ... .”

Ikrar kembali fokus menatap luar jendela kaca mobilnya sambil menyandarkan tubuhnya di kursi mobilnya.

.

.

.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!