"Pagi," suara serak, berat, nan merdu yang mampu menghipnotis para gadis-gadis dan wanita yang mendengarnya.
Bisikan-bisikan mahasiswi yang terpesona melihat dosen pengajar baru mereka begitu meramaikan suasana kelas, terkecuali satu gadis yang duduk di sudut ruangan. "Dia..." Suaranya tercekat tatkala pandangannya berfokus pada suara berat laki-laki itu, ketika menangkap visual tersebut matanya melotot.
Sementara dari depan, Dosen pengajar baru yang menggantikan Dosen sebelumnya tersenyum kecil menatap target yang akhirnya dia temukan. 'Aku menemukanmu, Sweety'
Jantung Leisha berdetak kencang tak beraturan. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya dan berlagak normal seperti biasanya meskipun jujur dia tak tenang.
"Hei! Kau kenapa? Tanganmu dingin eum?" dia Mei Mei, bernama asli Lin Yue. Satu-satunya teman kelas yang akrab dan dekat dengannya karena mereka teman sejak Sekolah Menengah Atas.
Dan gadis yang memiliki visual khas asia Timur itu menyadari gelagat aneh yang tak biasa darinya. Leisha jelas gemetar, kakinya akan bergerak dan tangannya dingin ketika dia tidak nyaman atau ada sesuatu yang mengganggu pikiran. Mereka sedekat itu hingga telah mengetahui banyak hal pada diri masing-masing.
"Tidak papa, perutku sakit. Sepertinya aku haid." bohongnya. Leisha tak mungkin berkata jujur, bahkan meskipun mereka sudah berteman lama, tak segala hal ia ceritakan pada teman bermata sipitnya itu.
"Loh udah haid lagi? Biasanya kita barengan deh, aku bawa obatnya. Mau?" Mei Mei merasa aneh, tak biasanya jadwal haid mereka berselisih jauh. Biasanya hanya dua atau tiga hari saja tapi kini, dua minggu? Apakah temannya ini haid dua kali dalam satu bulan?
"Entahlah, terkadang haid memang tidak sesuai dengan siklus bulanannya. Aku nanti minta obatnya ya." dan Mei Mei hanya mengangguk. Gadis keturunan Indo-China itu tampak begitu perhatian pada sahabatnya.
"Kalian yang di sudut belakang kanan! Fokus ke depan atau keluar dari kelas saya!" Suara yang tak lain berasal dari Dosen baru itu mengejutkan mereka.
Tak ayal dimarahi, ternyata pembicaraan mereka lumayan keras karena memang keduanya memiliki tipe suara yang tidak kecil bahkan untuk sebuah bisikan. Teman kelasnya pun sudah terbiasa dan paham akan hal itu, alhasil mereka sudah menduga kalau keduanya akan terkena semprot.
"Maafkan kami Pak, kami akan mengikuti pelajaran anda dengan fokus." Mei Mei mewakili untuk meminta maaf sementara Leisha hanya diam tanpa ada niatan melakukan hal yang sama.
"Hanya kau yang berbicara, apakah temanmu itu ingin keluar dari sini?" Dosen baru yang mereka kenal bernama Zander itu memicingkan salah satu alisnya. Tangannya terlipat di dada menatap tajam Leisha yang masih saja diam.
"Maaf," Gadis itu terpaksa mengucapkan kalimat keramat dalam hidupnya karena mendapatkan tatapan tajam bukan hanya dari dosennya tapi seluruh anak-anak kelas yang seolah memaksanya karena jika tidak, mungkin jam kelas ini akan hancur dan tidak dilanjut sehingga mereka terpaksa mengambil hari lain untuk menggantikan waktu yang gagal ini.
"Baik, fokus ke depan dan perhatikan! Saya tidak ingin kalian hanya datang mendengar dan belajar asal! Dalam mata kuliah saya, akan ada ketentuan tugas dengan syarat nilai 95! Di bawahnya dianggap remidi. Jadi jangan meremehkannya! Ini mata kuliah wajib kalian!"
Semuanya mengangguk paham meski dalam ketakutan, ternyata Dosen yang mereka kira penyabar dan suka bercanda malah sebaliknya. Tampang tampan, gagah, nan perkasa yang dimiliki Zander membuatnya dipandang baik. Jika orang belum mengenalnya dalam kelas pria itu, maka mereka akan mengira hal yang sama seperti mahasiwa itu.
Kelas berdurasi 90 menit selesai tepat waktu, Zander menjelaskan materi mata kuliahnya dengan tegas dan berwibawa. Tidak ada istirahat sejenak, dia melakukan tugasnya sesuai dengan pekerjaan yang ia ambil. Bahkan kelas yang diajar dosen sebelumnya membuat mahasiwa mengantuk, namun kini mereka benar-benar sampai melotot untuk bisa memahami materi juga tulisan cekeremes dan sulit dibaca milik pria itu.
"Siapa penanggung jawab mata kuliah saya?" tanya Zander sebelum meninggalkan kelas dan masih sibuk memasukan barang-barang kecil ke dalam tasnya.
"Saya." kepalanya mendongak usai menangkap suara merdu yang ia suka itu.
"Buat kelompok berisi 4 anggota, saya ingin kamu mengirim datanya secara pribadi ke nomor saya sebelum pukul 9 malam!" Senyum licik menghiasi setelah dia memberikan perintah yang pastinya membuat sang empu kalang kabut.
"Eum, baik Pak." terdengar tak bertenaga dan lemah, nyatanya Leisha memang malas melakukan hal sesuai perintah dosen barunya namun sialnya dia menjadi Pj matkul tersebut.
'Sial! Harusnya Tiara yang mengambil alih! Aku sudah terlalu sering bertugas! Pria ini!' dia mengumpat namun hanya dalam batin, tangannya terkepal di bawa meja sementara dia yakin melihat dan menangkap senyuman aneh menghiasi dosennya sebelum meninggalkan kelas ini.
"Kali ini aku membiarkanmu lolos, Sweety." Pria itu tersenyum miring melihat ketakutan yang dipancarkan oleh gadis incarannya tatkala tatapan mereka bertemu. Seolah tertangkap telah melakukan kesalahan besar seperti ketahuan berselingkuh.
"Huhh! Kenapa harus berkelompok? Aku muak sekali! Tidak masalah tugas banyak dan sulit asalkan individu. Aku benci sekali tugas kelompok!" Mei Mei mendengus kesal. Dia paling benci dengan tugas berkelompok karena menurutnya sangat menyebalkan!
Banyak yang menjadi beban dengan mencantumkan nama tapi tidak ikut bekerja sama, namun apa boleh buat? Ini perintah dosen killernya yang baru!
"Sudahlah, mending kau satu kelompok denganku. Ajak dua orang lagi yang menurutmu berguna," Leisha menyahut untuk menenangkan temannya.
"Baiklah," Kini Mei Mei berubah menjadi senang dan semangat.
Sementara di bangku lain juga cerewet, namun topik mereka sama. Masih seputar dosen mereka yang baru itu.
"Astaga! Dia tampan sekali!"
"Tampan sih! Tapi tegangnya minta ampun! Masa 95 remidi sih? Gue biasanya dapet 60 lagi!"
"Iya sih! Tapi dia ganteng banget! Beruntung banget masuk ke jurusan kita, kelas kita pula!"
"Kau lihat tubuhnya? Dadanya yang bidang, berotot, dan wajah yang tampan! Dia begitu sempurna! Aku yakin di dalam kemeja itu terdapat bagian tubuh berbentuk kotak yang membuat kita histeris!"
"Memang sih dia tampan, aku juga tak menyangkalnya. Bahkan Andrian yang terkenal sebagai laki-laki paling tampan di kampus kita saja tidak ada apa-apanya jika berada di sampingnya."
"Benar! Dia tampan sekali, tapi apakah ori? Takutnya dia operasi plastik karena struktur wajahnya juga sempurna."
"Ehh ehh! Aku jadi teringat ucapan ibuku yang mengatakan jika badan tinggi dan besar maka itunya juga panjang dan besar bahkan berurat! Apakah benar begitu?"
"Entahlah, sepertinya iya."
Mendengarnya, Mei Mei tertawa lucu tapi berbeda dengan Leisha yang membatin. 'Cih! Aku bahkan pernah mengurutnya.'
•••
Malam ini sungguh membuatnya gelisah! Leisha mondar-mandir sesekali melirik handphonenya yang tergeletak di kasur. Waktu menunjukkan pukul sembilan kurang sepuluh menit, awalnya dia meminta Tiara yang juga penanggung jawab matkul yang sama dengannya untuk mengirimkan nama-nama kelompok pada nomor dosen mereka tapi gadis itu justru malah menolak mentah-mentah.
"Sial! Nyesel deh jadi PJ!" gerutunya.
Sungguh dia malas! Lebih tepatnya tak sudi mengetikkan sebuah pesan untuk pria yang menjabat sebagai dosen pengajarnya itu! Pria berengsek yang ia kenal dengan membawa citra buruk dibenaknya!
"Argh!"
Jika di sini frustasi dengan pemikirannya sendiri maka di sisi lain tersenyum tenang menunggu apa yang ia inginkan akan segera terkabulkan. Sambil duduk di kursi kerja kebesarannya, Zander menatap nomor yang terlihat sejak tadi mengetik tapi tak kunjung mengirimkannya sebuah pesan.
"Kamu lucu sekali, Sweety."
Tangannya mengetuk layar membuka profil gadis yang ia tunggu kiriman pesannya. Terlihat sebuah gambar seorang gadis cantik tersenyum manis dan lebar sambil menggendong kucing oyen kesayangannya.
"Ternyata Oppu tetap menjadi kesayanganmu." dia mengelus layarnya seolah melakukan hal asli dalam kehidupannya dan tak menyadari jika yang ia elus sejak tadi adalah layar handphone.
"Sial! Siapa ini!" umpatnya menggebrak meja.
Baru saja dia merasa bahagia melihat senyum lebar gadis itu, photo profil yang sebelumnya terlihat cerah berubah menjadi sosok laki-laki membawa handphone dengan foto candid di sebuah warung lele pinggir jalan yang terlihat jauh dari selera tempat gadisnya.
Dia tahu itu! Segala bentuk suka dan benci, favorit, bahkan ukuran bra serta banyak hal ia khatam mengenai gadis itu. Yah! Leisha... Gadis berusia muda yang membuatnya gila bukan main karena kepergiannya yang mendadak meninggalkannya yang sedang di mabuk asmara.
Dua tahun! dua tahun lamanya dia mencari! Ke sana dan ke mari mencari informasi yang tidak sesuai keinginannya membuat ia kelimpungan. "Beraninya! Kita lihat bagaimana kau memohon ampun kepadaku, Sweety!"
Bersambung.
Hallo teman-teman! setelah beberapa tahun mimin kembali membuat cerita di platform ini:)
Dukung terus karya mimin ya! ini novel kedua mimin, tolong beri like, vote, hadiah serta komentnya ya! masukan kalian aku terima kok. ´◡`
Terima kasih!
['Kelas kalian saya blacklist! tidak mendapatkan nilai pada tugas akhir karena tidak ada pesan mengenai kelompok dari kelas kalian.']
Ting.
Semua mahasiswa yang membaca pesan masuk di group whatsapp mata kuliah mereka lantas terkejut dan melotot. Malam-malam mendapatkan pesan bukan dari ayang tapi dari dosen killer tercinta yang mendobrak jantung mereka.
['He anjir! Pj belum kirim nama-nama kelompoknya?']
Ting.
Salah satu teman mengirim pada group khusus kelas mereka yang tidak berisi para dosen, hanya terisi anggota kelas saja. Group tersebut mulai ramai oleh pesan-pesan kemarahan dan kekesalan terutama si paling ambis.
['Tanggung jawab! Nilai kita kosong karena kelalaian pj! Gue nggak mau tau, pokoknya atur sampai beliau maafin kita!']
Seperti itulah pesan anak ambis yang yang tak mau nilainya berkurang sedikit pun. Anak-anak lain juga mulai mendemo, Tiara muncul dengan segala tingkahnya yang merasa tidak bersalah dan justru malah menyudutkan Leisha.
['Bukan gue ya, tugas ini di tangan Leisha jadi tanggung jawab dia']
['Woy! tanggung jawab cepat elahh! minta maaf sana! lo tau sendiri gimana sifatnya pak Zan tadi pagi kan? ini baru tugas pertama yang beliau kasih loh!']
['Tau tu! cantik doang tapi bloon']
Wah! kesalahan satu ini justru diambil kesempatan oleh mereka yang tidak suka pada Leisha.
"Ini Isha kemana sih? Anak-anak pada nyalahin dia tapi orangnya malah nggak ada respon." Mei Mei yang sejak tadi mengawasi pesan dalam group tersebut ikut ketar ketir. Ia juga marah pada kecerobohan temannya tapi Leisha ini sahabatnya sendiri.
Sementara itu, di kediaman asri sebuah perumahan yang tentram tidak seperti pemiliknya yang justru malah tantrum. Leisha melempar bonekanya dengan kesal ke lantai setelah membaca pesan-pesan dalam group yang menyudutkannya.
"Baru juga lewat satu menit! astaga!"
Muak rasanya! dia memukuli bantalnya berulang kali untuk ia jadikan bahan pelampiasan. Dianggapnya bantal tersebut menggambarkan wajah dosen killer yang bahkan baru mengulang mereka tadi pagi! "Arghhh!"
['File terkirim']
['Maaf terlambat pak, saya habis dari kamar mandi.']
"Huft!" Leisha mencoba menetralkan kemarahannya dengan membuang nafas kasar berulang kali.
Ting.
['Apa pedulinya dengan kamar mandi? telat ya telat, tidak ada perbaikan dan kata maaf. Kelas kalian saya anggap tidak mengerjakan tugas akhir.']
"Arghhh! Pasti dia sengaja!" umpat Leisha.
['Mohon maaf sekali bapak, saya sejak tadi sakit dan mondar-mandir ke kamar mandi. Sungguh, saya setelah ini akan pergi ke apotek.']
Baru saja satu detik terkirim dan langsung dibaca, Leisha melotot tatkala layarnya berubah karena adanya panggilan telepon dari dosennya itu. "Mampus!" Leisha panik bukan main, tapi perlahan dia menarik nafas dan membuangnya lalu menggeser ikon hijau untuk menerimanya dengan segera sebelum mendapatkan kemarahan.
"Kamu sakit apa!? kenapa bisa bolak-balik kamar mandi!? tadi makan apa? tidak perlu ke apotek, nanti saya pesan kan bilang apa keluhan kamu sekarang!"
Leisha kesulitan menelan air ludahnya, rentetan pertanyaan yang terdengar khawatir dan panik itu sempat membuatnya takut tapi dia adalah aktris handal yang bisa bersandiwara dengan sempurna. "Saya juga tidak tahu pak, tadi saya sempat makan ice cream lalu perut saya melilit dan muntah berulang kali. Saya tadi sudah mau mengirim ke nomor bapak tapi rasa ingin muntah itu tiba-tiba muncul kembali dan saya harus berlari ke kamar mandi."
Huft!
Gadis itu menunggu respon apa yang diberikan oleh pria di seberang namun hingga beberapa detik kemudian tidak ada balasan. Dia pun ragu apakah sandiwaranya ini berhasil atau tidak. "Eugh!"
Leisha menutup mulutnya karena rasa ingin muntah yang tiba-tiba mencuat, dia berlari ke arah kamar mandi dan membuangnya di wastafel. Dia meletakkan handphonenya dan melupakan bahwa saat ini panggilan masih terhubung.
"Sial! kenapa jadi beneran!" gerutunya, untung di kamar mandi ini dia berbicara dengan lirih sehingga dengan yakin ucapannya tidak akan terdengar oleh Zander.
Leisha keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan muntahnya ketika dirasa sudah puas mengeluarkannya dan melihat panggilan yang ternyata sudah terputus. "Aduh! dirujak sekelas pasti besok."
•••
"Mau ke mana kamu?"
Zander melihat ke asal suara yang ternyata berasal dari sang mama. "Keluar sebentar," jawabnya yang langsung melengos meninggalkan kediamannya tanpa mendengar teriakan dari wanita paruh baya itu.
Dengan mengendarai mobil kesayangannya, Zander pergi menuju tujuannya dengan rasa cemas namun meski begitu dia tetap mengendarai dengan kecepatan sedang dan tetap mengutamakan keselamatan.
['Share lokasi kamu sekarang.']
Sepertinya keberuntungan ada padanya kali ini. Terlihat nomor dengan nama kontak Sweety mengirimkan lokasinya dan dengan cepat ia melajukan kendaraan menuju sebuah perumahan yang ternyata lokasinya tak jauh dari kediamannya sendiri.
"Ternyata kita sangat dekat saat ini Sweety," ucapnya dengan senyuman kecil.
Hanya 15 menit dan ia pun tiba di kawasan elit, dia kembali menghubungi mahasiswinya untuk segera keluar dari rumah. "Ternyata kau bersembunyi di sini, Sweety?"
Ia tak menyangka hal ini, dua tahun bolak-balik mencari bahkan mengerahkan banyak orang untuk mencari keberadaan gadis itu bahkan sering kali dia menginap di kediamannya yang berada di kota ini namun justru ketahuan setelah 730 hari berlalu.
Grekk
Setelah menutup panggilan, terdengar suara gerbang bergeser karena dibuka oleh pemiliknya. Muncul tubuh mungil gadis yang selama ini ia cari-cari dengan wajah pucatnya. "Ayo cepat masuk! udara dingin tidak baik untukmu." Zander membawa tubuh gadis itu masuk ke dalam rumah dengan memaksa.
Dia bahkan membiarkan mobil mewahnya terparkir di pinggir jalan dari pada memasukkannya ke halaman rumah Leisha lebih dulu karena telanjur panik mendapati kondisi pucat seperti itu. "Bapak kenapa ke sini?"
Leisha sendiri tak dapat menutupi keterkejutan dan ia speechless melihat kehadiran pria itu di rumahnya karena ia mengira Zander tidak serius mendatangi rumahnya. "Saya khawatir sama kamu."
Empat kata yang mampu membuat lidahnya tercekat tak mampu mengeluarkan kata-kata. Khawatir dia bilang? apa karena tadi dia beralasan sakit yang ternyata malah terjadi beneran?
"Bapak jangan masuk sembarangan, tunggu di sini aja!" Leisha langsung melotot melihat pria itu yang berjalan menuju dapur seenaknya sendiri.
"Nggak papa, saya mau buatkan kamu minuman hangat dulu. Kamu duduk di sini saja," Zander justru malah menolak dan bersikap seolah dialah pemilik rumah ini.
"Tapi Pa-"
"Bukannya dulu kalau kamu muntah bisanya sembuh hanya dengan teh jahe buatan saya?"
"...."
Melihat respon Leisha yang tak bisa menjawabnya membua Zander tersenyum kecil. Kejadian ini membuatnya mengingat masa lalu ketika Leisha merengek sakit perut dan muntah berulang kali harus ia buatkan teh jahe karena memang seampuh itu menyembuhkan rasa sakitnya.
Sepuluh menit berlalu, hanya dalam waktu sebentar itu Zander kembali sambil membawa satu cangkir berisi teh hangat yang dicampur jahe dengan resep rahasia miliknya untuk ia sajikan pada mahasiswinya. "Minum dulu," ucapnya.
Sebelumnya Leisha merasa ragu, namun ketika rasa tak nyaman di dadanya kian membuatnya kesal, dengan cepat diraihnya cangkir tersebut dan tertelan perlahan hingga tandas. "Huh! lega!"
"Enak hm?"
"Eh?" gadis itu baru sadar Zander melihatnya dengan intens bahkan ketika lehernya dengan jelas menampilkan lekukan tatkala legukan air ia telan.
"Bapak kenapa lihat saya begitu?"
"Cantik."
Aish! Leisha jadi salah tingkah mendengarnya! "Saya serius pak!" tekannya lagi.
"Saya juga serius," jawab Zander yang tak menanggapi kekesalan gadis itu.
Sebenarnya ini sudah malam, hampir pukul sepuluh. Sebagian orang akan menganggap kedatangan Zander sebagai tamu yang kurang adab karena mengganggu tidur orang dan melewati waktu kunjungan, hanya saja pria itu tak memperdulikannya. Yang ia senangi sekarang dia tahu di mana rumah Leisha.
"Eum pak," panggil Leisha setelah beberapa waktu hening di antara mereka.
"Kenapa?" tanya Zander memfokuskan pandangannya dari yang semula fokus mengupas buah jeruk kini meletakkannya di piring kecil Leisha dan bersiap mendengarkan.
"Saya beneran minta maaf, memang saya bisa saja mengirim sejak sore tapi anak-anak belum lengkap mengisi nama kelompok. Mepet deadline baru selesai dan ketika saya mau ngirim ke bapak perut saya nggak enak jadi saya terlambat beberapa menit."
"Saya mohon maaf, saya harap bapak bisa memberikan kelas kami kesempatan untuk mengerjakan tugas itu." Leisha teringat problem di antara mereka sehingga dia meminta adanya kesempatan kedua karena dia sendiri takut di rujak teman satu kelasnya!
"Jangan khawatirkan itu, saya juga minta maaf karena terlalu berlebihan, sekarang minum obat ini dulu." melihat Leisha sudah tandas jahe hangat dan beberapa buah, Zander memberikan kapsul obat yang ia beli sebelum datang ke mari.
Dia hanya mengandalkan penjual apotek dengan memberikan keluhan muntah dan pusing lalu diberikan obatnya dan sekarang ia berikan pada sang empu. "Nanti saja," tolak Leisha.
"Sekarang atau tidak saya beri kesempatan satu kelas kamu?!" ancaman yang mengingatkannya pada masa lalu.
Dulu... Zander tak pernah lepas dari mengancam, dia memaksa agar sesuai kehendaknya melalui ancaman. Bukan hanya itu, pria itu juga sering kali mengambil kesempatan melalui ancaman kembali sehingga hal itulah yang membuat gadis itu muak.
Leisha berdecak kesal, raut mukanya menunjukkan bagaimana kondisi moodnya saat ini. "Yaudah! saya nggak peduli!" ucapnya.
Zander menghela nafas perlahan, dia juga mengingat bagaimana jelek dan buruk sifatnya yang ternyata masih terbawa hingga saat ini. "Okay, saya anggap satu kelas tidak mengerjakan tugas ini dan mendapatkan nilai C."
Yah! Ni orang tua mainnya beneran! Leisha kembali berdecak sebal. Enak banget jadi dosen suka-suka sendiri! dia jadi kembali pusing meladeninya! kenapa pula harus bertemu lagi bahkan kini menjadi dosennya? nasib yang sial!
"Ck! Yaudah bapak kirim pesan dulu kalau mereka dikasih kesempatan mengerjakan tugas, setelah itu baru saya minum obat!" pada akhirnya Leisha yang mengalah.
Dia membayangkan bagaimana nasibnya besok masuk kelas dengan tatapan tajam bak elang dari 34 mahasiswa kecuali Mei Mei pastinya. "Iya." Zander mengambil handphone yang berada di saku celana dan memasukkan sandi lantas mengetikkan sebuah pesan pada group mata kuliah khusus kelas Leisha.
['Karena ketidak sengajaan pj kalian sudah saya maafkan, segera mengerjakan tugas ini secara berkelompok. Minggu depan dipresentasikan, saya acak mendadak siapa kelompoknya.']
Ting.
Leisha melirik notifikasi pada layar handphone yang menyala karena pesan pria di hadapannya yang sudah benar-benar terlaksana. "Sudahkan? sekarang ayo minum obatnya!" paksa Zander.
Bersambung.
Pagi, tepatnya pukul enam lebih dua puluh empat menit, Leisha sibuk dengan makannya yang terburu-buru. Hari ini dia ada kelas pagi dan karena menanggapi dosennya yang datang malam-malam membuatnya kekurangan jam tidur sehingga pagi ini hampir saja dia telat.
"Aduh! kunci mobilku ke mana sih!" gumamnya kesal karena mencari ke sana ke mari tak mendapatkan hasil.
Nakas, laci, kasur bahkan dia sudah meminta bantuan pembantunya pun tetap belum di temukan. Sebenarnya ada motor tapi dia sedang malas saja mengeluarkannya karena sudah lama tidak di pakai.
Tin Tin!
"???" Leisha mengerutkan dahi mendengar klakson mobil yang jelas berasal dari depan rumahnya.
"Siapa itu?" gumamnya.
"Ada cowok ganteng non! itu pacarnya? kayanya ditungguin itu." bi Starla masuk dari luar rumah setelah membukakan gerbang karena itu sebagian dari tugasnya di rumah ini.
Herankan? Pembantu yang sudah mengabdi selama dua tahun ini berusia hampir setengah abad, namun nama yang dimilikinya sungguh terlampau modern. Leisha bahkan kagum waktu awal mendengar wanita paruh baya itu memperkenalkan diri.
"Cowok siapa?" Leisha heran dan bingung sendiri. Kalau temannya jelas tidak mungkin karena bi Starla pun mengenal teman-temannya sehingga tidak mungkin mengucapkan kata cowok ganteng untuk memberitahunya.
Dari pada terus terusan penasaran, Leisha segera keluar dari rumah setelah memasangkan sepatunya. Dan ternyata tamu itu adalah tamu kemarin malam yang datang tanpa undangan! "Bapak?" beonya terkejut.
Kenapa lagi ni orang tua mendatanginya kembali? pagi pagi buta!? bahkan semalaman Leisha merasa kesal pada dirinya sendiri dengan bodohnya memberitahu di mana alamat rumahnya setelah dua tahun dia kabur tanpa memberikan jejak sama sekali.
Definisi tolol dan bodoh! kalau mengingatnya Leisha meruntukinya sendiri. "Ayo masuk, kita ke kampus bersama." ajak Zander setelah keluar dari mobilnya.
"Engga dulu deh pak, saya mau pesan ojek online." tolak Leisha, ya kali dia mau berangkat satu mobil bersama! Cih! Susah payah dia kabur, kini malah dihampiri pagi-pagi. Seenaknya sendiri!
"Belum pesan kan? kamu nggak lihat jam? bukannya hari ini waktunya bu Dyan? kamu mau dimarahin karena telat?"
Sial! Leisha melihat jam yang bertengger di tangannya dan memang benar ini sudah hampir pukul tujuh. Dia menimbang keputusannya karena jika pesan ojek online dia harus menunggu kedatangan sementara saat ini di depannya sudah ada yang bersedia mengantarkan.
"Argh yaudah deh ayo cepat!" Leisha terpaksa menyetujui, dia membuka pintu mobil depan dan Zander tersenyum penuh kemenangan.
Selama perjalanan Leisha merasa sedikit canggung, meskipun Zander berusaha mengajaknya bicara namun dia tak terlalu bersemangat menanggapi sehingga sering kali topik yang diambil pria itu mati bahkan baru beberapa kalimat bersahutan.
Lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai telah terparkir di tempat khusus parkiran dosen. "Tunggu! jangan keluar dulu," ucap Zander ketika tangan Leisha hendak membuka pintu.
Tentu saja hal itu membuat gadis itu mengerutkan dahi, dia melihat Zander dengan segera keluar lalu memutari mobil dan membukakannya pintu. Senyuman manis tak lupa pria itu berikan kepadanya ketika ia dipersilakan keluar.
Aneh, satu kata yang menggambarkan pikiran Leisha saat ini. Bahkan perasaanya sungguh tak jelas, bukannya senang dia justru malu. Ini area kampus yang jelas banyak mahasiwa berseliweran, dia takut ada yang melihat tindakan itu.
"Eh lihat! itu bukannya pak dosen ganteng? kok bisa bareng sama Leisha? mereka ada hubungan?"
"Nggak tau deh, kayanya iya. Mana dibukain pintu lagi! manis banget!"
Sayangnya, kekhawatiran Leisha benar-benar terjadi. Ada teman kelasnya yang memergokinya namun hanya dibawa diam dan baru diungkapkan ketika berada di kelas dengan tingkahnya bak media berita terpanas!
"Nanti pulang sama saya," ucap Zander yang tak putus asa ketika tingkah manisnya tak mendapatkan balasan bahkan hanya untuk sekadar senyuman sedikit pun.
"Nggak usah, nanti saya naik ojek aja." tolak Leisha.
"Pulang bareng atau saya beritahu keberadaan kamu pada orang tua kamu?" lagi lagi mengancam, Leisha muak mendengar cara pria itu mendapatkan apa yang diinginkannya.
Dengan sebuah ancaman.
"Terserah!" usai mengatakannya, Leisha pergi meninggalkan tempat ini. Zander menatap kepergiannya dan ia menganggap bahwa gadis itu setuju atas ajakannya pulang bersama.
"Kita akan memulainya kembali Sweety," gumamnya dengan senyum kecil.
Sementara ketika berada di kelasnya, Leisha beruntung tak mendapatkan tatapan tajam dari satu kelas yang ia khawatirkan sejak semalam.
"Napa dah wajahnya kesel gitu?" tanya Mei Mei yang merasa aneh, tidak biasanya sahabatnya itu datang pagi-pagi dengan tekukan wajah kesal.
"Ada masalah dikit," balas Leisha malas.
Ancaman, ancaman, dan ancaman! Leisha jadi mengingat beberapa tahun yang lalu ketika dia mendapatkan ancaman yang membuatnya muak hingga hidup enggan mati pun segan.
Flashback
"Sayang! kita ke apartemen aku ya?"
Leisha menatap ke arah samping di mana Zander bersiap melajukan kendaraannya menuju tempat yang ia ucapkan. "Mau ngapain ke sana, kak?"
"Seperti biasa sayang, hanya melihat kamu setelah dua hari ke luar kota membuatku tidak tenang sayang! lihatlah! dia berdiri kokoh ketika kamu masuk ke dalam mobil!"
Sebuah penjelasan disertai alasan yang membuat Leisha memutar bola mata malas. Dia seolah dianggap hanya sebagai wanita pemuas nafsunya. Sejak pertunangan mereka beberapa bulan yang lalu, Zander semakin berani dengan memaksanya melakukan hal tidak senonoh.
"Aku nggak mau! aku capek kak, kita pulang ke rumahku aja!" penolakan yang membuat Zander gelap mata.
Sudah berjauhan selama dua hari tanpa bertemu dan hanya saling mengabari melalui pesan kini ketika ia meminta waktu untuk menghabiskan kesenangan bersama justru malah ditolak.
Pria itu mendadak menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan menatap tajam gadis yang ia rindukan. "Aku nggak perduli! kita ke apartement atau foto dan video itu aku kirim ke ayah kamu!?"
Itulah ancaman paling Leisha takuti selama ini, dia selalu mengalah dan menuruti setiap keinginan Zander karena takut jika ancamannya benar-benar dilakukan. Dia tidak akan aman jika orang tuanya mengetahui apa yang telah ia perbuat.
Dan Zander bukanlah pria sabar, jika dia mengamcam itu maka dia tak main-main. Pernah dahulu dia tetap menolak dan ancaman pria itu nyatanya benar-benar dilakukan, beruntung itu sebuah ancaman sebelum foto dan video didapatkan pria itu.
Sejak itu dia kapok dan takut, karena aduan dari Zander itulah membuat Leisha mendapatkan hukuman berupa pukulan, dikurung, dan tidak mendapatkan makan. "fine! tapi jangan lama-lama!"
Leisha menghela nafas kasar, hidupnya tak jauh dari kekangan Zander dan kedua orang tuanya yang membuatnya tak bebas menunjukkan ekspresi. Dia ingin bebas tapi justru mendapatkan sebaliknya. Mereka berdua sudah bertunangan dan rencananya akan menikah setelah Leisha lulus SMA.
Menolak sebagaimana pun, Leisha tetap kalah. Dengan terpaksa dia menjalani hubungan toxic ini selama dia masih mampu. "Ayo turun, Sayang!" ajak Zander.
Rupanya pria itu sudah tak sabar, sungguh pangkalan pahanya terasa sesak. Dia ingin segera melampiaskan nya dan tenang ketika cairan kental itu sudah keluar. "Kenapa lama sekali hm?"
Dia bukan Pria dengan seribu kesabaran, Zander langsung membuka pintu lalu menggendong Leisha layaknya karung beras dan membawanya menuju kamar apartement yang berada di lantai lima.
Brugh!
Tubuh Leisha terpental di atas kasur empuk milik pria itu. Dia melihat bagaimana Zander dengan tidak sabar membuka pakaian atas pria itu sendiri lalu memposisikan dirinya untuk duduk di pinggiran kasur.
"Ayo, sayang!" pinta Zander dengan memelas. Matanya benar-benar dipenuhi nafsu.
Tindakan lemot dan lambat gadis itu membuatnya geram, dengan cepat ia membawa tubuh Leisha agar berjongkok di depan pangkalan pahanya. "Buka, Sweety." suara serak dan berat yang dikeluarkan Zander membuat wanita mana pun pasti terayu dan terlena. Tapi tidak untuk Leisha, gadis itu merasa muak mendengarnya.
Sayangnya, dengan sebuah ancaman yang pasti bisa menghancurkan hidupnya membuat Leisha dengan terpaksa perlahan membuka celana pria itu yang berada tepat di depan penglihatannya.
"Ash! bahkan belum di buka sepenuhnya dia semakin tegang Sweety!"
Ketika resleting terbuka, dalaman terbuka munculah belalai gajah yang panjang dan besar bahkan ber*rat! Leisha meraihnya dan mulai menggerakan sesuai irama yang biasa ia lakukan. "Ahh! lebih cepat Sweety!"
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!