NovelToon NovelToon

JADI CERAI, GAK?

BAB 1 : BUKAN SITI NURBAYA

“Mamaaa … tuh perjodohan apa gak bisa dibatalin atau ditunda aja sih ?” Siti meradang pada papanya. Tapi gak berani bilang langsung ke orangnya. Jadilah mama yang jadi pihak ketiga diantara ayah dan anak tersebut.

“Kayak ga tau tabiat papamu aja. Kalo dia udah bilang harus, ya wajib dilakuinlah.” Jawab mamanya dengan santai.

“Mama tuh kasian banget yak. Punya suami kok otoriter banget!” setengah membentak Siti meluapkan emosi jiwanya pada sang mama.

“Otoriter itu hanya berlaku bagi orang yang gak sepaham dengannya saja. Buktinya, mama enjoy aja selama menikah dengan papamu.” Sita mamanya Siti masih dalam mode santai, sembari mengupas buah apel, untuk cemilannya sore itu.

“Huh …!!! Emang mama aja yang buciiinn banget sama tuh orang. Si paling maksa sedunia gitu di dengerin. Kenapa sih aku anak Tunggal. Coba dulu mama dan papa tuh, dulu anaknya banyak-banyak. Jadi kan aku gak harus jadi tumbal kalian satu-satunya kayak gini.” Dengusnya kesal. Sambil menghentak-hentakkan kaki menuju kamarnya.

“Sungguh Sit. Mama papah udah buat banyak kok. Lusinan malah, tapi yang jadi cuma kamu.” Sambil senyum mamanya berucap dengan suara nyaring. Karena Siti memang sudah hampir sampai di dapan pintu kamarnya.

Braaakh

Pintu kamar dibantingnya keras. Sumpah, dongkol, kesal sedih, marah semua bercampur aduk dihatinya. Hallo… sekarang udah beda jaman kali. Aku tuh Siti Haurah yak, bukan Siti Nurbaya, sebel beet.

Tut

Tut

Tut

Terdengar nada sambung dari ponsel Siti yang sedang menghubungi seseorang ditempat lain.

“My Sweety … ada apa sayangnya aku? Mo ngajak ngedate, baru sore sayang.” Tanpa sapaan halo suara pria, renyah dan bikin candu itu terdengar sangat antusias memyambut panggilan dari Siti.

“Ayaaaank … kawin lari yok.” Siti tanpa basa basi sudah membalas sapaan pria tadi dengan nada emosi.

“Iih … capek sayang. Monas aja gak pernah kelar kita kelilingin 3 kali putaran. Apalagi kawin sambi lari-lari. Kenapa sih VC deh, my sweety” tanggap pria itu dengan nada suara agak gokil namun menghibur hati Siti yang sedang gundah gulana.

“Ayank jangan becanda. Serius, kita kawin aja. Aku mau di jodohin nih yank.” Siti sudah mengubah panggilan biasa ke mode biru. Artinya bibir Siti yang sudah melebar ke kiri dan ke kanan itu sudah sangat amat jelas di lihat lawan ngobrolnya di seberang sana,

“Di jodohin. Aaah … my Sweety bersyandah … bersyahdaah. Ngapain bapak Kombes yang terhormat itu mau jodohin anaknya ke orang, sedangkan aku sudah pernah ijin akan membahagiakan putri semata wayangnya dengan sepenuh hati, jiwa dan ragaku.” Jawab pria itu panjang lebar.

“Ya udah … lamar serius gih. Besok. Ntar keburu aku di kawinin paksa sama pak Kombes itu. Sebel aku tuh.” Siti belum mampu mengusir rasa kesalnya.

“Gak bisa besok lah sayang. Kamu kan tau sendiri, beberapa bulan lalu aku cuma di kasih  ijin ajak kamu jalan jalan doang. Bukan ke pelaminan. Kalo di surat kedinasan, ini udah beda perihal, sweety” Dengan setengah bercanda namun benar, Arka. Nama Pria itu Arka Dinata, kekasih Siti Haurah.

“Iya tau. Ya udah besok ajak orang tuamu, tetanggamu, kerabat, handai taulan deh. Kamu lamar aku, titik.” Setengah memaksa Siti memerintah Arka, kekasihnya. Huh. Sok’ sok an saja Siti bilang bapaknya otoriter, lah dia, sebelas dua belas kan sama papanya. Keras juga suka ngatur dan maksa.

BERSAMBUNG …

Hai reader salam kenal, semoga betah baca ini yak.

Terimakasih

BAB 2 : LAMAR AKU DONG

“Yakin pak Kombes itu bakalan nerima aku yang hanya berpenghasilan dari ngeband di café? Bukannya anak Kombes mestinya jodohnya minimal dengan perwira ya …?” Arka sudah lama menjalin hubungan dengan Siti, dari awal semester perkuliahannya. Hingga kini Siti sudah di penghujung semester akhir jelang skripsi. Sejauh ini, keluarga Siti tampak welcome pada Arka. Walau kemana-mananya Siti memang selalu di jaga ketat oleh beberpa ajudan yang di siapkan sang ayah untuk menjaga Siti dalam jarak yang tidak dekat, cukup terpantau.

“Ada gitu keharusan anak Polisi wajib di nikahi Perwira?” Siti balik bertanya.

“Gak tertulis sih, hanya tersirat aja, Sayank.” Jawab Arka yang cukup tau diri akan profesinya sebagai seniman.

“Itu Cuma kebiasaan aja, dan gak 100% yank, aku cinta kamu banyak-banyak. Mau dong sehidup semati sama kamu.” Oh … Siti tipe cewek nyablak yak, gak pikir malu atau menjunjung adat ketimuran yang hakiki, di mana wanita harus pandai menyimpan perasannya dan menganut paham, wanita harus menunggu. Tidak berlaku bagi Siti Haurah, baginya Arka adalah lelaki tersempurna dalam hal memanjakannya, memperhatikannya, menyayanginya. Arka selalu mampu mengimbangi setiap emosi jiwanya yang meletup-letup. Bagi Siti, Arka adalah segalanya.

“Banyakan aku sayank. Ku besok ga tau, bisa hidup atau gak, kalo gak berhasil lamar anak Kombes.” Goda Arka dengan rayuan pulau kelapa tetangganya itu.

“Ih ayangku suit banget sih. Buruan lama raku dong.” Rengek Siti sudah kayak minta di beliin gorengan gak tuh.

“Iya, tapi gak besok juga ya Sweety.” Tolak Arka serius.

“Ayank gak cinta Siti?”

“Cinta, banget malah. Tapi ku belum mampu kasih makan kamu yang layak Yank.” Jawab Arka lagi.

“Emang kawin kerjaannya cuma makan? Kita usaha sama-sama Yank.” Cecar Siti sungguh tidak sabar menikah dengan Arka.

“Gak bisa gitu, kamu anak tunggal. Apa-apa terpenuhi dengan cukup bahkan lebih oleh kedua orang tuamu. Aku gak bakalan bisa kayak mereka dalam hal mencukupi kebutuhanmu.” Tolak Arka lagi.

“Jadi fix, aku di tolak nih?”

“Bukan gitu sweety. Aku gak percaya diri aja.”

“Kamu gak cinta aku, Ka.” Ujar Siti menutup sambungan telepon itu dengan perasaan makin dongkol. Tadinya ia ingin mencari ketenangan dari paksaan menikah dari ayahnya. Tetapi bukannya tenang, permintaannya pada Arka justru lebih memperburuk suasana hatinya.

Siti memilih akan keluar rumah saja malam itu. Dengan segala pikiran yang berkecambuk mungkin ia akan pergi ke kost Nira teman dekatnya.

“Siti, papa mau bicara.” Sontak Siti menghentikan langkahnya setelah mendengar suara bariton itu dengan tegas memberikan perintah.

“Iya Pa.” Jawabnya dengan nada takut.

“Duduk.” Perintah Pak Harso ayah Siti dan langsung di lakukannya. Mana berani Siti berkutik.

“Mama udah bilang soal perjodohanmu?” tanyanya dengan nada lembut.

“Iya sudah pa.”

“Kamu gimana?” tanyanya lagi.

“Ya, gak mau lah Pa. Kan Siti sudah lama sama Arka.” Jawab Siti memberanikan diri untuk bersuara,

“Sebenarnya gak harus juga Sit. Hanya Bulan depan Papa pindah tugas, papa di percayakan menjadi Kapolres di daerah Kalimantan. Jadi Papa butuh orang yang bisa papa percaya untuk melindungi kamu, sebab tidak mungkin kamu ikut pindah dengan kuliahmu yang hampir selesai.” Jelas Ayah Siti panjang.

“Siti sudah besar Pa, gak usah di jaga oleh suami juga.” Tolak Siti.

“Maaf Sit, Papa dan mama terlalu sayang kamu.” Mama Siti tiba-tiba muncul di antara Siti dan papanya di ruang tengah.

BERSAMBUNG …

Gimana?

Mau di triple?

Lempar mawar dong

Makasih

BAB 3 : HARUS MENIKAH

Sebenarnya orang tua Siti tidak seotoriter yang Siti pikirkan, hanya ia kaget saja tetiba dapat kabar mau di jodohkan sedangkan mereka pun tau jika Siti sudah lama berhubungan dengan Arka.

“Iya, kamu memang sudah besar. Tetapi kamu putri kami satu-satunya, rasanya berat melepasmu sendiri di kota besar ini, Nak.” Lanjut Ayah Siti sembari menyambut minuman madu dari istrinya.

“Harus banget menikah?” tanya Siti.

“Harus, bahkan papa mau kamu menikah sebelum papa pindah.” Jawab Pak Harso cepat.

“Gak sama pilihan papa boleh?” tanya Siti tidak berani melihat ayahnya.

“Boleh.” Jawab Harso tegas. Hal itu membuat Siti berani mendongakkan wajahnya menatap sang ayah, mencari kebenaran dari ucapan singkat namun mengejutkan Siti,

“Seriusan?” tanya Siti antusias.

“Suruh saja dia datang melamar kamu, atau siapapun yang kamu anggap pantas bisa sungguh membahagiakanmu. Papa juga tidak mau di sebut otoriter atau si tukang maksa.” Sindirnya. Rupanya umpatan Siti sore tadi saat emosinya meledak.

“Tapi papa janji dulu, harus terima dia yak?” tawar Siti pada sang ayah.

“Loh, kok harus terima. Kan papa belum tau profilnya, visi misinya juga.” Tanggap Harso takut anaknya salah pilih.

“Visi Misi gak tuh, mau nyaleg?” Kekeh Siti merasa lucu dengan tanggapan ayahnya.

“Loh, Celeg yang kerja untuk 5 tahun aja harus punya komitmen. Apalagi jadi suami seumur hidupmu.” Lanjut Harso melotot pada Siti.

“Iya deh iya. Ntar ku kasih tau Arka.” Siti mengalah.

“Papa kasih waktu hanya sampai akhir minggu ini ya Sit. Kalau kamu tidak berhasil membawa laki-laki pilihanmu, terpaksa kamu menikah dengan lelaki pilihan papa.” Ujar Harso lagi saat hati Siti sudah merasa tenang,

“Loh, kok gitu?

“Iya, kan bulan depan papa dan mama sudah pindah. Jadi kamu harus sudah punya suami Ketika kami pergi.” Ujar Harso lagi.

“Ih, tetep maksa ini namanya.” Umpat Siti tidak terima.

“Bukan maksa kalo masih kasih kesempatan untuk kamu memilih calon suami sendiri kan?” kali ini Sita, mama Siti yang angkat bicara, tentu membela suaminya.

“Iya, tapi gak di ancam nikah sama pilihan kalian juga. Gimana sih?” Marah Siti datang lagi.

“Pastikan saja calon pilihanmu itu bisa sesuai dengan kriteria papa.” Sita mencoba meredam amarah Siti.

“Iya sih, tapi gak secepat ini juga jeda waktunya, permisi ku ma uke kost Nira dulu.” Pamitnya.

“Jangan sampai larut malam yak.” Ijin Harso pun ia kantongi.

“Iya, makasih Pa, Ma.” Ujarnya kemudian menyalimi punggung tangan kedua orang tuanya.

“Nir, help.” Rengek Siti yang baru saja selesai menceritakan masalahnya dengan Nira.

“Apa yang bisa aku bantu, Sit.” Tanya Nira bingung.

“Ya gimana caranya biar Arka mau ketemu Papa.”

“Tinggal bilang Arka aja, susah?” bingung Nira pada Siti yang terlihat ragu.

“Tadi kami bertengkar.”

“Tengkar monyet aja kelen ah, biasa kali aku dengernya.” Nira tidak heran dengan hubungan Arka dan Sita yang emang panas dingin kayak dispenser.

“Tapi ini soalnya beda.”

“Apa bedanya?”

“Biasa kan hanya soal milih tempat makan, mau jalan kemana aja. Ini soal ku minta dia lamar aku Nir.” Jelas Siti pada Nira.

“Uwau, spektakuler. Segala bicara soal lamaran.” Ledek Nira merasa lucu tetiba Siti minta di lamar oleh Arka, bukankah  selama ini keduanya saling janji setelah Siti lulus kuliah baru bahas tentang lamaran dan pernikahan. Jadi kemungkinan ini tahun depan baru di bahas, bukan minggu depan

BERSAMBUNG …

Jangan lupa likenya yaak

Makasih

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!