NovelToon NovelToon

Gadis Buta Di Sarang Mafia

Bab 1

"Akhir nya kau sadar juga, Selina."

"Aghh.. Aku dimana, Papa?" Ucap suara lembut nan mendayu itu..

"Kau ada di rumah sakit. Kau dan Mama mu mengalami kecelakaan. Mama mu meninggal di tempat. Dan kau saat ini berada di sini."

"Mama meninggal? Itu tidak mungkin. Pa, kenapa semua nya gelap?"

"Itu adalah hukuman bagi anak durhaka seperti mu. Kau. Kau lah penyebab Mama mu meninggal, Selina. Kau pembunuh istri ku!"

"Papa! Kenapa Papa bicara begitu? Aku bahkan tidak tahu mengapa kami bisa mengalami hal ini."

"Anak pembawa si-al! Silahkan urus diri mu sendiri. Aku muak melihat wajah sok polos mu itu."

Wira pergi meninggalkan Selina dengan perasaan dan pikiran yang campur aduk. Selina mengejar Papa nya yang sudah pergi.

Bruk...

Selina terjatuh saat ingin menuju pintu keluar kamar nya. Ia tidak bisa melihat apapun lagi. Dunia nya gelap. Saat ini, ia hanya bisa meraba sekeliling nya.

"Papa. Jangan pergi. Jangan tinggalkan Selina. Selin takut, Pa. Semua nya gelap. Selin harus apa?"

Selina hanya bisa menangis dan meratapi nasib nya di rumah sakit itu. Saat ini, entah pada siapa ia akan meminta tolong.

Ia bahkan tidak bisa menghadiri pemakan mama nya saat ini. Selina benar-benar menjadi anak yang tidak berdaya.

" Mama, apakah Mama sudah tiada? Apakah Mama sudah meninggalkan Selina sendirian di dunia ini? Kenapa, Ma. Selina tidak punya Mama lagi sekarang. Papa pun marah dan meninggalkan Selina sendirian."

Selina hanya bisa bicara dengan diri nya sendiri. Ia tidak memiliki siapapun untuk di ajak bicara saat ini.

"Loh, kok bisa pasien ini ada di bawah?"

Suster masuk dan melihat keadaan Selina yang saat ini sudah berada di lantai dan menangis.

Suster itu pun membantu Selina untuk naik ke atas tempat tidur.

"Sus, apa aku bisa minta tolong?"

"Baik, anda mau minta tolong apa?"

"Dimana ponsel saya?"

"Ponsel anda tidak ditemukan. Apa anda mau meminjam ponsel saya?"

"Bolehkah? Anda sangat baik. Semoga Allah membalas kebaikan anda."

Sebenarnya suster itu hanya kasihan pada Selina. Memiliki Papa yang jahat. Padahal anak nya baru saja bangun dari koma nya.

Selina meminta suster itu untuk menghubungi Paman angkat nya. Mama nya biasa sering meminta tolong pada beliau jika memerlukan bantuan.

"Paman. Ini Selina. Tolong Selina. Selina saat ini di rumah sakit."

"Kamu di rumah sakit mana? Paman akan ke sana sekarang."

Suster itu pun mengatakan pada Pria yang di panggil Paman oleh Selina, dimana rumah sakit tersebut.

Tidak lama kemudian Pria itu tiba dan begitu terkejut saat melihat kondisi Selina. Selama ini, Selina dan Mama nya lah yang sering membantu Pria itu.

" Apa yang terjadi pada mu?"

"Paman, Mama meninggal. Selina jadi buta. Dan Papa, marah sama Selina."

"Kecelakaan? Bagaimana mungkin? Kenapa tidak ada berita apapun. Jika memang kecelakaan itu ada, pasti paman yang lebih dulu tahu."

"Jadi, maksud Paman gimana?"

"Pasti ada yang mengatur semua ini. Apa kamu ingat, apa yang terjadi pada mu sebelum kecelakaan ini terjadi?"

"Tidak. Selin ngantuk dan tidur. Setelah itu, Selin nggak ingat apa-apa lagi. Agh.... Kepala Selin sakit."

"Paman yakin ada sesuatu dengan semua ini. Selin,"

"Ada urusan apa kamu datang dan menemui putri ku?"

Tiba-tiba saja Papa nya Selina sudah ada di sana. Ia tidak sendiri. Ia datang bersama beberapa orang.

"Papa. Selin pikir Papa marah dengan Selin. Makanya Selin minta tolong Paman."

"Suster, cabut infus nya. Ia sudah di perbolehkan pulang." Ucap Papa nya Selina.

"Tapi, keadaan pasien masih.."

"Ah, lamban. Begini saja kau tidak bisa." Papa nya langsung mencabut infus begitu saja.

"Aghh,,, sa-kit Pa. Mengapa Papa langsung menarik infus nya? "

"Jangan cengeng Selina! Kamu tahu, lebih sakit Mama mu. Meninggal dalam keadaan tubuh terbakar hangus. Penderitaan mu saat ini, belum seberapa."

Bab 2

Selina di seret paksa oleh wanita suruhan Papa nya. Bahkan tubuh nya terbentur sana sini ketika ia berjalan.

Harus nya mereka memperhatikan mata Selina yang sudah tidak bisa lagi melihat itu. Mereka benar-benar tidak memiliki perasaan.

"Hentikan Wira! Kau menyakiti putri mu sendiri."

"Jangan ikut campur urusan keluarga ku. Kau tidak berhak. Kau hanyalah Pria yang di pungut oleh keluarga istri ku."

"Walaupun aku di pungut, tapi aku tetap di akui oleh keluarga itu. Lepaskan keponakan ku!"

Brak.

Tubuh Paman nya Selina di dorong dengan kuat oleh bodyguard Papa nya.

"Paman, Selina nggak apa-apa. Paman tenang saja. Papa tidak mungkin menyakiti Selina."

"Lihat kan. Putri ku bilang apa. Jadi, jangan ikut campur urusan ku."

"'Selina, tinggal lah bersama Paman. Paman akan merawat mu dengan baik."

"Selina, jika kau pergi dengan Pria itu, kau tidak akan bisa melihat pemakaman Mama mu."

Selina benar-benar bingung dengan apa yang dilakukan oleh Papa nya. Semua serba cepat. Begitu juga dengan sikap Papa nya itu.

Papa yang selama ini begitu baik dan lembut pada nya. Namun, saat beliau kehilangan Mama nya, sikap sang Papa malah berubah jadi menyeramkan.

Tidak ada belas kasih sama sekali pada dirinya yang sedang buta itu. Bahkan tubuh nya pun masih belum bisa di gerakkan dengan baik.

"Paman. Selina akan ikut Papa. Selina nggak apa kok. Selina mau lihat Mama untuk yang terakhir kali."

"Baiklah kalau begitu. Jika ada apa-apa, hubungi Paman, ya. Paman akan selaku ada untuk mu."

"Baik, Paman."

Selina pun kembali di tarik oleh wanita-wanita itu. Tubuh nya yang masih lemah, begitu sulit untuk di pakai berjalan.

Harus nya saat itu, ia menggunakan kursi roda. Bukan nya di tarik paksa seperti hewan peliharaan.

Brak...

Selina tidak sengaja menabrak orang lain. Ia bahkan sampai terjatuh saat mengenai tubuh kokoh itu.

"Hey, apa kau buta?" Suara matang itu begitu membuat Selina merasa bersalah.

"Maafkan saya. Saya memang buta, Om." Ucap Selina sambil meraba tubuh Pria yang ada di depan nya..

Entah bagaimana ia bisa berakhir berada di depan Pria tersebut. Wanita yang tadi menarik nya, kemudian kembali.

"Maafkan Nona Muda kami, Tuan. Dia memang buta. Dan baru sadar dari koma." Ucap wanita yang tadi menarik tangan Selina.

Pria itu tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam saja dan menatap aneh ke arah Selina dan pergelangan tangan nya yang berlumur da-rah.

Pria itu pun berlalu begitu saja tanpa bicara. Ia paling malas ikut campur urusan orang yang sama sekali tidak ia kenal.

Selina pun kembali di tarik paksa oleh wanita itu. Dan ia di marahi karena sempat melepaskan tangan nya tadi.

"Jangan sok bisa berjalan sendiri, Nona. Anda itu sekarang sudah buta."

"Tapi, tangan ku sakit. Apa kamu tidak bisa berjalan pelan dan tidak menggenggam tangan ku dengan kuat?"

"Jangan manja. Papa mu tidak mengizinkan mu untuk protes. Jadi, kau harus ikuti apa yang aku inginkan. Cepat jalan! Kalau kau lambat, kau akan terlambat melihat pemakaman Mama mu."

Wanita itu pun kembali memegang pergelangan tangan Selina dengan kuat dan menarik nya begitu saja.

Selina hanya bisa menahan rasa sakit bekas jarum infus yang di cabut paksa tadi. Ia akan lebih cepat berjalan supaya bisa melihat pemakaman mama nya.

Tidak lama kemudian, Selina pun masuk ke dalam mobil. Entah sudah sampai dimana, ia pun tak tahu. Semua nya begitu gelap dan Selina tidak bisa merasakan apapun diluar sana.

"Kita sampai Nona Muda."

"Mengapa begitu sepi?"

"Karena ini tempat pemakaman. Kalau mall baru ramai."

Wanita itu menuntun Selina ke arah tempat Mama nya di makam kan. Benar-benar sepi di sana dan sama sekali tidak ada manusia yang datang.

"Ini makam Ibu mu. Berdoa lah kau di sana. Semoga saja Ibu mu memaafkan anak durhaka seperti mu."

"Aku bukan anak durhaka. Aku bahkan tidak pernah berkata kasar pada Ibu ku. Siapa kau berani mengatakan lelucon itu."

"Berani sekali kau membentak pengasuh mu, Selina!"

"Pengasuh ku? Apa maksud Papa?"

"Apa kau lupa, kalau kau saat ini buta. Apa kau bisa mengurus dirimu sendiri? Untuk berjalan sendiri saja kau tak mampu!"

"Tapi Pa. Beliau sangat kasar. Beliau tidak cocok untuk menjadi,,,"

Plak..

Sebuah tam-paran mendarat di pipi mulus dan putih itu. Sedikit cairan berwarna merah keluar dari sudut bibir.

Antara rasa sakit dan juga terkejut. Selina benar-benar tidak bisa untuk memikirkan nya lebih jauh lagi.

" Jangan banyak mengatur ku. Mulai saat ini, pengasuh mu itu yang akan berada di sisi mu."

Selina hanya bisa diam. Suara nya tercekat di dalam tenggorokan milik nya. Ia bahkan tidak bisa lagi untuk berkata-kata.

"Papa, apa Papa sudah tidak menyayangi Selin lagi? Selin hanya punya Papa untuk saat ini." Ucap nya sambil mengiba.

Bahkan setelah di tampar, Selina masih berharap pada Papa nya itu.

"Segera pulang jika kau sudah melihat makam Mama mu."

Wira berlalu pergi setelah mengatakan hal itu. Kini tinggal lah Selina bersama dengan wanita yang di sebut pengasuh.

Bukan pengasuh. Lebih tepat nya, wanita itu akan membuat hidup Selina seperti di neraka. Bahkan di depan Papa nya saja ia berani. Apalagi di belakang Papa nya sendiri.

Mereka pun akhir nya pulang. Entah kemana si pengasuh membawa Selina. Selina sudah pasrah dengan apa yang terjadi pada dirinya.

"Dimana kita?"

"Jangan banyak bicara dan cepat ikut aku."

"Tapi tempat ini bukan rumah ku."

"Dari mana kau tahu jika ini bukan rumah mu?"

"Bau nya. Ini bukan bau Mawar Mama. Ini bau tempat asing."

"Wah, kau sudah seperti anjing saja. Ikut saja aku. Jangan buat Papa mu marah."

Selina di bawa ke suatu tempat. Ia lalu di dorong masuk ke ruangan tersebut.

Brak...

Lagi-lagi tubuh nya terbentur sesuatu. Entah sudah berapa banyak memar yang ada di tubuh nya itu.

" Panggil aku Nyonya Visia. Aku lah yang akan merawat mu mulai saat ini."

"Kau bukan merawat ku. Tidak ada pengasuh yang seperti ini. Dimana Papa ku? Aku mau bertemu beliau."

"Papa mu? Papa mu menyerahkan mu padaku. Dan beliau berkata, semua yang terjadi pada mu, beliau serahkan pada ku. Jadi Selina, bersikap lah yang manis."

Pintu pun di tutup. Selina kini duduk meringkuk di samping tempat tidur milik nya.

Saat ini hidup nya seperti dalam mimpi. Mengapa semua tiba-tiba berubah saat dia terbangun dari tidur panjang nya.

" Mama, apa yang sebenarnya terjadi dengan hidup Selina."

Hiks....

Bab 3

Byurrrr..

"Ah,,,"

"Bangun Selina! Ini bukan hotel. Apa kau tahu?"

"Bibi, mengapa anda menyiram ku?"

Wanita itu menjam-bak rambut panjang Selina dengan kuat. Dan membuat Selina kesakitan..

"Apa kau bilang? Bibi? Kau pikir aku Bibi mu? Panggil aku Nyonya. Nyonya Visia. Apa kau mengerti?"

"Iya Bibi, eh Nyonya Visia. Maafkan Selina. Ah,, ini sa-kit. Tolong lepaskan rambut ku."

"Sakit? Maka nya jangan bertingkah manja. Papa mu yang mengirim mu ke sini supaya bisa ku atur. Bukan kah selama ini kau adalah anak yang pembangkang?"

"Tidak. Aku tidak pernah seperti itu. Aku selalu mematuhi semua perintah Papa dan Mama. Bahkan nilai ku sangat bagus dan aku sering menang olimpiade."

"Oh ya? Tapi sayang nya aku tak percaya. Aku lebih percaya kata-kata Papa mu. Kau itu anak yang bodoh dan banyak mau nya. Sekarang bangun! Dan cepat mandi."

Selina meraba-raba sekitar nya. Ia benar-benar tidak tahu dimana kamar mandi berada.

"Nyonya, aku tidak tahu dimana kamar mandi nya."

"Ah, kau memang sangat merepotkan."

"Itu karena aku buta, Nyonya. Bukan kah anda adalah pengasuh ku?"

"Hey diam! Aku memang pengasuh mu. Tapi, untuk mendisiplinkan mu. Bukan untuk menjadi mata mu. Lurus saja dan belok kiri. Kamar mandi ada di sana."

Selina berjalan perlahan. Walaupun beberapa kali ia terjatuh, tapi tetap saja ia berusaha untuk menyentuh dinding-dinding yang ada di sana.

Ada rak handuk yang sempat menjadi pegangan nya. Dan ia yakin jika tidak lama lagi ia akan sampai ke kamar mandi.

Dan benar saja. Tidak jauh dari rak handuk, Selina menemukan kamar mandi. Ia dapat merasakan bagaimana lantai kamar mandi itu.

Ia pun meraba pintu dan menutup nya. Ia mandi dengan cepat. Supaya pengasuh nya itu tidak kembali memarahinya.

"Baju ku. Dimana baju ku."Ucap Selina sambil meraba pintu kamar mandi itu. Ia sama sekali tidak tahu kemana pergi nya pakaian nya itu.

" Nyonya. Aku kehilangan pakaian ku. Nyonya."

Tidak ada suara yang terdengar. Selina mengira jika di dalam rumah itu kosong. Ia pun keluar untuk mengambil handuk yang ada di rak.

Saat ia berjalan keluar dengan handuk di badan nya, tiba-tiba saja ada yang menarik handuk yang ada di tubuh nya.

Aaaaaaaaggg

"Siapa kau?"

Hahahahahhaha

Suara beberapa Pria terdengar di dalam ruangan itu. Selina begitu terkejut dan benar-benar tidak tahu harus apa.

Dalam keadaan tidak memakai apapun ia di tonton oleh Pria-pria itu. Ia langsung duduk dan mencoba menutup bagian tubuh nya.

"Wah, benar-benar mulus sekali. Apa semua anak orang kaya akan seperti ini?" Ucap seorang Pria yang ada disana.

"Itu benar. Aku sangat ingin membeli nya. Tapi, mata nya buta. Pasti nanti tidak asyik dong main nya."

Hahahhaa

Semua Pria-pria yang ada di sana menertawakan Selina. Mereka benar-benar sangat ramai dan Selina tidak menyangka akan di perlakukan seperti itu.

" Hentikan! Diam kalian semua. Diam! "

" Mengapa kami harus diam? Ini tempat kami. Dan salah mu sendiri yang masuk ke sini tanpa busana."

"Bukan kah ini rumah Nyonya Visia? Dimana beliau. Aku mohon dimana beliau?"

Selina berkata sambil terisak. Ia menangis dan ketakutan. Tidak pernah seumur hidup nya ia dipermalukan seperti ini.

"Hey anak cantik. Ini rumah kami. Dan kami adalah pemilik mu. Jadi, bersikap lah baik. Kami juga akan baik pada mu."

"Aku mohon lepaskan aku. Aku mau pulang."

"Apa? Pulang? Jangan harap. Kau harus melayani kami dulu hari ini."

"Tidak. Aku tidak mau."

Pria-pria itu datang dan beramai-ramai menyentuh tubuh Selina. Ia tidak bisa melakukan apapun hingga tiba-tiba saja suara seseorang membuat Pria-pria itu berhenti mengganggu nya.

"Ada apa ini?"

"Tuan James. Kami hanya bersenang-senang."

"Jika kalian bersenang-senang, jangan bersuara. Berisik sekali!"

"Tapi Tuan, gadis ini yang membuat suara itu."

"Oh ya. Oh si-al! Lihat apa itu! Dia kedatangan tamu bulanan nya."

Semua yang ada disana menghindar. Mereka takut kena sial jika mendekati wanita yang seperti itu.

Dan akhirnya Selina di tarik dengan menggunakan tali ke sebuah ruangan lembab. Ia di kurung di sana tanpa di beri pakaian.

Selina hanya bisa menangis karena kekejaman mereka semua yang ada di sana. Ia bahkan tak habis pikir dengan Papa nya yang tega membawa nya ke Pria-pria itu.

Untung saja darah bulanan itu menyelamatkan nya. Namun, saat ini ia tidak memakai pakaian. Bagaimana dengan cairan yang terus keluar dari tempat itu.

"Tolong aku. Aku butuh pembalut. Aku butuh pakaian ku. Di sini sangat dingin." Ucap Selina.

"Jangan manja. Kau akan tinggal di ruangan itu selama masa haid mu. Tenang saja, sehari sekali akan ada yang mengantar air ke dalam ruangan ini. Kau bisa bersih-bersih. Dan kami, tidak ada waktu untuk mencuci pakaian mu!"

"Tapi.."

"Diam lah dan tenang. Kecuali jika kau mau Pria-pria itu marah."

Selina tidak memiliki pilihan lain selain diam. Dari pada nanti ia akan mendapatkan masalah. Lebih baik ia diam walaupun keadaan di dalam ruangan itu tidak baik-baik saja.

Selina duduk meringkuk. Ia menangis mengingat kedua orang tua nya. Yang tak habis pikir, kenapa Papa nya begitu jahat.

Brak..

Pintu ruangan itu terbuka lagi. Seseorang masuk dan Selina tak tahu siapa. Ia tetap menunduk dan meringkuk.

Cetar....

Tubuh Selina di cam-buk dengan kuat oleh seseorang. Dan ia pun tak tahu siapa.

Aaahhhh...

"Ampun.. Kenapa anda melakukan ini pada ku. Ampun. Jangan saki-ti aku."

"Ampun kata mu? Gara-gara darah mu itu, aku sampai di pukul oleh Tuan James. Dasar kau pembawa si-al."

Ctar...

Tubuh putih dan mulus itu kembali di cam-buk tanpa ampun. Bahkan tangisan Selina sudah tidak lagi ada.

Suara nya sudah serak karena berteriak dan menangis di saat yang sama. Hingga tiba-tiba ia kehilangan kesadaran nya.

Selina pingsan saat cambu-kan ketujuh mendarat di tubuh nya. Da-rah yang keluar saat ini, bukan hanya dari bagian bawah tubuh nya.

Selina di bawa ke suatu tempat. Bukan rumah sakit. Akan ada dokter yang menangani nya setelah itu.

"Apa parah?" Tanya Visia pada dokter itu.

"Tidak. Hanya pingsan saja karena rasa sakit."

"Kalau begitu, anda boleh pergi."

"Baiklah."

Setelah dokter pergi, Selina kembali di guyur air. Bukan sekali atau dua kali. Air terus di guyur ke atas wajah nya hingga ia bangun dan terengah-engah.

"Bangun juga kau! Siapa yang menyuruh mu tak sadarkan diri! Selina, kau sudah membuat ku marah."

"Tapi, aku tidak melakukan kesalahan apapun, Nyonya." Suara lemah itu malah membuat wanita yang bernama Visia semakin marah.

Ia mengambil puntung rokok dan menyulut nya ke arah wajah Selina. Selina hanya bisa menangis dengan suara yang tertahan.

Visia benar-benar memperlakukan nya dengan buruk.

" Nyonya, kau bukan pengasuh ku. Apa yang di janjikan Papa ku pada mu, sehingga kau menyiksa ku?"

Tangan Visia tidak lagi menyiksa Selina. Ia pun mendekat ke arah gadis itu sambil mence-kik lehernya.

"Aku akan menjadi Calon Ibu tiri mu. Dan Papa mu, menyuruh ku untuk memberi pelajaran berharga untuk gadis cengeng dan manja seperti mu."

"Tapi, Mama ku baru saja meninggal."

"Apa peduli ku. Lebih baik dia mati, bukan kah lebih baik. Oh ya, katakan Hay pada calon adik tiri mu."

"Adik?"

"Aku sedang hamil anak Papa mu, Selina."

"Hmm,, apa ya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!