Cerita hanyalah karya fiktif belaka, tidak ada berkaitan dengan kisah nyata, sejarah maupun kejadian yang ada. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan latar belakangnya. Mohon maaf, itu hanyalah kebetulan saja. Sekian dan terima kasih. Enjoy for reading book!
Ethan Maverick, setelah sekian lama dia pergi, kini dia kembali untuk mengesahkan dirinya sebagai seorang Duke di wilayah Barat, kota Alastar. Ethan tersenyum puas akan pencapaiannya saat itu, menjabat sebagai seorang perwira, ditambah lagi ada seorang wanita yang menunggunya kembali untuk bertunangan.
Saat menunggang kuda melintasi jalan yang jauh, Ethan menuju mansion megah yang menjadi simbol kekuasaanya. Matanya sibuk mencari sosok wanita itu, kemudian mata itu terpaku pada satu titik manis yang dia cari. Nyxoria Graciella. Wanita yang sangat ia cintai lebih dari apa yang dia punya saat ini. Tanpa sadar dia turun dari kuda itu dan berlari ke arah wanita tersebut.
"Nyxie!" panggilnya,nama panggilan yang dia berikan pada wanita kesayangannya itu.
Wanita itu tersenyum manis dan menjawabnya."Ya!" Ethan memeluk Nyxoria tepat didepan semua orang. Beberapa orang terkesima melihat pasangan itu.
"Aku jadi rindu istriku" ucap salah satu dari mereka.
"Ehem!!" Duchess Amor, ibu dari Duke Ethan berdeham karena tak nyaman pada situasi itu.
Ethan hanya tertawa dan mengabaikan semuanya, "Aku sudah kembali, Nyxie." ucapnya pelan.
"Ya, kau telah kembali dengan membanggakan, kau hebat, Duke Ethan." jawabnya yang masih tersenyum manis. Nyonya Amor hanya bisa menghela nafas panjang melihat sepasang kekasih itu.
•••{ Malam pun tiba, dimansion megah }•••
Nyonya Amor mengundang Nyxoria dan keluarganya makan malam bersama. "Selamat datang, Tuan dan Nyonya.." pelayan menyambutnya dengan penuh hormat. Membawa mereka menuju ke aula perjamuan yang disiapkan. Nyxoria terus berjalan anggun sambil tersenyum melihat persiapan itu.
Dia menebak persiapan itu ditangani oleh Duke itu sendiri. 'Banyak sekali waktunya untuk melakukan hal seperti ini?' Nyxoria tertawa kecil, menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Ayah dan Ibu memandangnya dengan tatapan heran, mereka berpikir persiapan siapa ini?
Hanya persiapan Duke Ethan yang sedikit berbeda, mana ada dekorasi permen yang dipajang didinding sepanjang perjalanan menuju aula perjamuan? Duke Ethan memiliki selera yang unik.
Mereka tiba diaula perjamuan itu, namun hal yang mengejutkan terjadi. Aula itu dihias dengan sangat indah dan sempurna, disana tertulis. Pertunangan. Kedua matanya meluas, dia akhirnya menyadari hal yang tidak ia pikirkan sebelumnya.
Permen yang didinding tadi harusnya menjadi suatu petunjuk baginya. Permen ialah tanda untuk mereka bertunangan. Duke Ethan memintanya menunggu sambil memberinya permen sebagai janjinya untuk segera kembali dulu. Kini permen itu menjadi bukti, Duke Ethan menepati janjinya.
Nyxoria menutup mulutnya dengan kedua tangan, dia merasa sedikit terharu dan sedikit malu karena tidak menduga hal tersebut. Acara makan malam keluarga itu menjadi acara pertunangannya.
"Apa sekarang aku yang harus menunggumu?" tanya Duke Ethan, dia tersenyum lembut, senyum itulah yang paling Nyxoria suka.
"Tidak, aku tidak akan membuatmu menunggu, ayo kita bertunangan.." jawab Nyxoria. Mereka bertukar cincin didepan semua orang yang datang. Setelah bertukar cincin, Ethan kembali sibuk menyapa tamu yang datang dari wilayah lainnya.
Ayah dan Ibu terlihat canggung karena tidak menduga hal ini juga sebelumnya, dia merasa seperti dipojokkan sebagai keluarganya, tapi semua rasa canggung yang ada harus ditekan jauh demi melihat anaknya bahagia, lagipun, pertunangan ini telah lama direncanakan, jadi tidak heran, jika ini akan terjadi sekarang.
Nyonya Amor menghampiri ayah ibu. "Selamat dengan gelar baru kalian, calon mertua seorang Duke wilayah Barat, Kota Alastar. Sangat menguntungkan bukan?" ucapnya dingin. Menatap mereka dari atas hingga ke bawah. Ayah dan Ibu hanya berpandangan.
Kembali ke Ethan, dia merangkul pinggang ramping Nyxoria dengan sangat posesif. Seakan tidak ingin melepaskannya pergi walau hanya sebentar. Ethan terlihat serius berbincang. "Aku harap kerjasama kita akan terus terjalin.." ucap Ethan serius. "Ya, tentu." jawabnya.
Nyxoria hanya bisa memasang wajah manis didepan mereka, tapi didalam hatinya dia merasa sangat tidak nyaman dengan situasi yang dia hadapi itu, saat ini dia membutuhkan udara segar yang nyaman.
Ethan menyadari ketidaknyamanan itu, dia menarik diri lalu membawa Nyxoria menjauh. Tangan besar itu menggenggam erat tangan Nyxoria yang lebih kecil darinya itu. Hangat dan nyaman. "Duke Ethan, mau kemana kita?" tanya Nyxoria.
Pria itu menghentikan langkah kakinya secara tiba tiba hingga Nyxoria menabrak punggung gagah itu tanpa bisa menghindarinya. Duk! Suara kepala menabrak punggung Duke. "Duh! Kebiasaan, berhenti begitu.." keluh Nyxoria. Dia mengusap kepalanya tadi, lalu kembali memandang Duke Ethan yang masih diam.
"Apa..?" tanya Nyxoria. Dia khawatir. "Apa punggung kamu sakit, Duke?" tanya Nyxoria lagi. Dia menatap punggung itu dengan tatapan khawatir, Ethan hanya bisa menghela nafas berat dan berbalik menghadap Nyxoria.
"Hentikan itu.." ucapnya pelan.
"Hentikan?" tanya Nyxoria bingung.
"Hmm, ayolah Nyxie.. kita tidak begini sebelumnya, kita bebas dan kita tidak asing!" ucapnya. Suaranya terdengar frustasi.
"Tapi..sekarang kita sudah dewasa, kamu juga sudah menjadi seorang Duke. Untuk menjaga kehormatanmu, aku harus bisa menjaga sikap dan juga tingkah lakuku. Semua demi menjadi seorang yang layak untukmu. Duchess mu." jawab Nyxoria tenang.
"Apa pentingnya itu? Aku menjadi Duke juga karena kamu, demi membahagiakan kamu, aku.. tidak ingin kamu hidup sengsara, tapi.. aku tidak mau gelarku ini membuat kamu terbebani, katakan padaku jika ini membuatmu kepikiran, aku akan membatalkannya, membatalkan gelarku.. demi kamu." ucapnya lagi.
"Wah gila! Apa sih isi pikiranmu itu? Bisa bisanya..! Ah.. maksudku, tidak.. maafkan ucapanku." Nyxoria terlihat gelagapan. Dia tidak bermaksud mengatai seorang Duke dengan tidak sopan.
"Pffttt!" Duke Ethan menahan tawa. Kemudian dia tertawa lepas melihat Nyxoria gelagapan. "Hahaha" tawanya.
Melihat Ethan tertawa lepas, Nyxoria ikutan tertawa juga, menutup sebagian mulutnya. Tertawa dengan anggun. Dia tetap menjaga sikapnya sebagai calon Duchess. Ethan berhenti tertawa, dia menatapnya dengan tatapan yang dalam. Menarik Nyxoria dekat dalam dekapannya.
"Kau tau.. aku menginginkanmu, terlepas dari semua ini nanti, aku mohon bersikaplah seperti biasanya lagi, aku mencintaimu.. Nyxie ku." ucap Ethan mengecup kening Nyxoria.
Nyxoria mengedipkan beberapa kali matanya, pria yang dulunya polos telah tumbuh menjadi pria yang sejati. Dia membalas ucapan Ethan dengan tenang. "Aku juga mencintaimu, Ethan.." jawabnya. "Sangat mencintaimu.." ucapnya lagi dan membalas pelukan Ethan yang hangat.
Malam itu berakhir dengan indah, Nyxoria berbaring diatas kasur, menatap cincin permata itu terus, dia tersenyum senyum sendiri dikamarnya. Memikirkan Ethan yang semakin cinta padanya. 'Bagaimana ini, aku juga semakin cinta padanya..' ucapnya didalam hati. Bayangan wajah tampan Ethan menghiasinya, Nyxoria berguling guling sambil memeluk bantalnya diatas kasur.
'Oh tidak, apa aku berhak bahagia seperti ini? Aku benar benar wanita serakah! Tenangkan dirimu, ayo bersikap layaknya seorang Duchess!' monolognya, Nyxoria berdiri dan menghadap ke arah cermin, dia melihat dirinya dipantulan cermin. Cantik dan juga mempesona, dia selalu bersyukur akan berkah itu.
Lekukan tubuhnya yang indah, Nyxoria terbayangkan sesuatu yang membuatnya malu sendiri. Pantulan cermin tadi. Ada Ethan dibelakang sambil memeluk dirinya dengan hangat dan posesif, dia menutup wajahnya dan menghempaskan dirinya ke kasur lagi, dia berguling guling sambil berteriak kecil.
"Ya Tuhan! Aku benar benar berdosa! Bagaimana ini, aku tidak bisa menghentikan pikiranku yang banyak nodanya, calon suamiku.. sangat tampan, wajarkan.. aku membayangkannya, dia benar benar membuat bayangannya terus muncul dipikiranku, dia.. sangat menyebalkan!" gerutunya, Nyxoria memuncungkan bibirnya ke depan.
Dikamar Ayah dan Ibu, suasana disana terlihat suram dan mencekam. Ayah duduk dikursi sedangkan Ibunya sedang berbaring sambil menutup diri dengan selimut, Ibu menangis didalam selimut. 'Betapa malunya aku, didepan semua bangsawan yang ada tadi, dia berkata seperti itu? bahkan dia sengaja mengundang kami ini dengan undangan makan malam? Sedangkan acara yang sebenarnya ialah pertunangan anak kami? Amor.. Dia tidak benar benar menganggap kami sebagai satu keluarga, dia hanya menerima Nyxoria karena anak itu memiliki sosial yang baik dikalangan bangsawan, tapi tidak pada kami.. Kami hanyalah orang tua biasa yang mendidik anaknya, kami.. Benar benar tidak dianggap.'
Ayah menghela nafas. Hanya karena mereka dari gelar tingkat rendah, apa mereka pantas diperlakukan oleh Duchess, Ibu dari Duke Ethan seperti ini? Tambah lagi, dia tidak menyangka akan melihat pertunangan anak perempuan satu satunya tanpa persiapan sama sekali. Dia merasa menjadi orang tua yang buruk untuk anak itu.
.
.
.
Bersambung !
Keesokan harinya dikediaman keluarga Graciella.
Nyxoria bangun lebih awal, dia ingin menyiram bunga ditamannya. Beberapa pelayan telah bangun bersiap melayaninya, hanya saja satu dari pelayan itu berbisik akan sesuatu yang mencurigakan. Nyxoria melangkah pelan dan anggun, dia harus mengabaikan semua itu, walaupun dia berhak melakukan sesuatu pada pelayan yang tidak sopan. Dia memilih untuk mendiamkannya saja.
Sekilas matanya melirik ke arah pelayan itu. Dia cukup sadar, pelayan itu dikirim Nyonya Amor untuk melayani keperluannya. Namun bukannya mau melayaninya, dia malah bersikap angkuh dan terkesan berani menghina majikannya. Nyxoria membiarkannya karena merasa pelayan yang dikirim itu pastinya orang yang dipercaya Nyonya Amor, dia tidak mau mencari masalah jika dia mengomentari pelayan yang dipercaya itu dengan hak nya sebagai majikan
"Bunga mekar akan layu juga, begitu juga cinta.. Duke akan menyadari saat bunga yang ia genggam itu, layu ditangannya." bisik pelayan itu, menyadari lirikan mata dari Nyxoria. Dia dipercaya untuk membuatnya lemah semangat. Nyonya Amor memintanya secara pribadi untuk melakukan tugas itu. Nyonya Amor juga yakin, Nyxoria tidak akan membantahnya. Suara cekikikan terdengar tidak sopan.
Nyxoria tidak mampu menahannya lagi, dia berbalik dan menghadap pelayan itu. Menyilangkan kedua tangannya, menatap pelayan yang menghinanya itu dengan tatapan tajam dan juga dingin. "Aku tidak terlalu mengerti tentang apa yang kamu ucapkan tadi, bunga layu? cinta? Itu yang tidak ku mengerti, tapi.. menyebut nama Duke, apa kamu sedang menghina Duke?" tanya Nyxoria.
"Menghina Duke?" pelayan itu mengulang perkataan Nyxoria, bersikap tidak sopan dan berani menatap majikannya.
"Apa menurutmu Duke terlihat menyedihkan saat dia memegang bunga?" tanya Nyxoria, pertanyaan yang menjebak.
"Akan menyedihkan jika bunga itu layu saat berada digenggaman tangannya..tapi, berbeda dengan bunga yang selalu mendapatkan perawatan yang tinggi, ia akan terus mekar dan tumbuh dengan baik dalam genggamannya, itu tidak akan membuatnya terlihat menyedihkan." jawab pelayan itu lagi, menjawab itu dengan penuh percaya diri.
"Berarti kamu mengakui Duke terlihat menyedihkan?" tanya Nyxoria. Suaranya menantang pelayan itu.
"Iya" jawab pelayan itu.
Nyxoria melangkah mendekat dan lebih mendekat pada pelayan itu. Mereka bertatapan. Nyxoria terlihat marah, dia mengepal tangannya dengan erat. "Aku pikir dengan mendiamkanmu, semuanya akan baik baik saja, tapi kali ini.. mendiamkanmu sama saja mencari masalah, kelakuan kamu kali ini tidak bisa ditoleransi lagi, aku akan menggunakan hak ku sebagai majikan. Kamu.. dipecat!" tegas Nyxoria. Baginya itu cukup.
"Apa??" protes pelayan itu. "Apa kau sedang menghina Nyonya Amor? Aku ialah pelayan yang dipercaya untuk melayanimu! Apa ini balasan yang kau beri pada orang yang bermurah hati padamu?" tanya pelayan itu, sikap pelayan itu seolah dia ialah orang yang berkuasa.
"Ternyata bangsawan rendahan memang tidak punya etika yang baik, mereka hanyalah kalangan rendah dan akan tetap begitu selamanya!" ucap pelayan itu. Plakk! Suara tamparan. Nyxoria menampar pelayan dengan sangat keras. "Akh!" pekiknya.
"Beraninya kau!" protes pelayan itu, Plakk!! Nyxoria menamparnya lagi, dia menatap pelayan itu dengan tatapan tajam dan dingin. 'Si-sial, mengapa dia begini? Apa dia tidak takut lagi? Seharusnya dia mendiamkan aku seperti biasanya!' protes pelayan didalam hati.
"Menghina Duke sama saja menghina nyonya Amor dan keluarganya. Jika kamu berani menggunakan namanya, kamu juga harus berani menerima semua konsekuensinya, sekarang kembalilah dan ceritakan apa saja yang terjadi padamu sekarang, aku akan menunggu surat protes dari Nyonya Amor, tapi.. Jika surat itu tidak datang, kamu tau sendirikan, kamu itu.. lebih rendah dari apapun." ucap Nyxoria sinis.
Nyxoria kembali melangkah menuju taman, beberapa pelayan mengikutinya tanpa berkata apapun. Mereka meninggalkan pelayan itu sendiri. Sedangkan pelayan itu terdiam mematung ditempat, menahan rasa malu akibat perbuatannya tadi, matanya jelas tergambar api kemarahan, dia merasa terhina. Pelayan itu marah dan merasa terhina. Dia pun berbalik dan melangkah pergi.
Nyxoria menyiram tanaman bunga dengan senyuman, dia bersenandung kecil didepan bunga. Baginya bunga itu mempunyai aroma khas yang membuatnya tenang. Harum dan juga indah, namun saat ia menyiram bunga bunga, dia melihat ada beberapa bunga yang layu.
Perkataan pelayan terngiang kembali dalam ingatan. "Bunga mekar akan layu juga, begitu juga cinta.. Duke akan menyadari saat bunga yang ia genggam erat itu, layu ditangannya." ucapan pelayan itu sungguh berat dan mengganggunya kali ini. Ditambah lagi, memang benar, bunga yang memiliki perawatan yang baik dan sempurna akan bertahan lama berbanding perawatan biasa seperti yang Nyxoria lakukan.
"Haaa.." Nyxoria menghela nafas berat. Memandang langit yang cerah dengan hati yang gundah. 'Ethan.. Menurutmu, apa bunga sepertiku akan layu juga pada waktu yang tertentu? Apa kita bisa mengatasi hal ini?' tanyanya didalam hati.
Disisi lainnya, Paviliun Duke Ethan Maverick. Setelah selesai membaca dokumen yang dikirim dari wilayah lain, akhirnya dia bisa bersantai dan minum teh, Ethan sedikit mengeluh karena teh yang hangat tadi mulai dingin. Dia bangun dan berjalan menuju dapur. Namun disaat yang sama, Ibu datang membawa teh hangat padanya.
"Ibu.." panggil Ethan.
"Teh hangat untukmu.." ucap Ibu. Mengulurkan teh itu pada Ethan, kemudian dia melangkah masuk ke ruang kerja anaknya itu. "Paviliun menjadi dingin karena sepi, begitu juga dengan teh hangatmu, dingin karena tidak ada yang menyiapkannya lagi.." ucap Ibu.
"Tidak begitu sepi kok, ada bibi Moris yang bekerja disini, hanya saja.. aku yang memintanya untuk tidak datang saat aku berada di paviliun, aku ingin sendiri saat bekerja, ketenanganku hanya kesendirian." ucap Ethan, tenang dan santai.
Dia meminum teh hangat itu dengan pelan. Kemudian tersenyum. "Teh hangat buatan Ibu lebih enak dari teh buatan bibi Moris, terima kasih Ibu." ucapnya tulus, dia meletakkan teh hangat itu kemudian memeluk ibunya dengan manja. "Ibu selalu ada untukku.." ucapnya lagi.
"Tentu, karena kamu anakku.." jawab Ibu.
"Ibu, rencananya aku ingin mengangkat keluarga Nyxoria menjadi bangsawan yang sama dengan kita, aku tak ingin lagi mendengarkan hinaan dari kalangan bangsawan lain, itu membuatku sedikit kesal dan tak mampu untuk mengontrol emosiku, aku benci dengan penghinaan itu." ucap Ethan pelan.
"Apa?" Ibu terkejut.
Ibu melepaskan pelukan itu, berbalik memandangnya dengan tatapan menyidik. "Mengangkat keluarganya? Apa tidak cukup dengan menjadikannya calon mertua bagi seorang Duke? Tidak.. tunggu, apa jangan jangan mereka memintamu untuk melakukan hal itu?" tanya Ibu bertubi tubi.
"Tidak ibu, ini murni kemauanku saja, aku tidak ingin mereka terus dihina." jawab Ethan.
"Cukup! jangan membantu keluarga itu lagi, menikah dengan putrinya saja sudah cukup menguntungkan baginya, Tapi mengangkatnya sebagai bangsawan yang sama? Ibu tidak akan pernah setuju, Ibu akan menentang keras apa yang kamu pikirkan ini!" tegas Ibu.
"Ibu lihat sendirikan, semua bangsawan menghinanya, hanya karena mereka tidak memakai pakaian formal diacara pertunangan anaknya, mereka dihina. Mereka datang.. seolah ini acara undangan makan malam, padahal aku telah meminta ibu mengirim surat pada mereka, setidaknya mereka bisa bersiap siap untuk itu.." ucapnya pelan.
Seketika Ibu terlihat tegang, dia segera mengalihkan arah pembicaraannya "Bagaimana kalau akhir pekan nanti kita pergi ke kota? ayo kita belikan Nyxoria gaun sebagai hadiah pertunangannya, belikan juga beberapa pakaian yang cocok untuk calon mertuamu itu, jadi mereka tidak akan dipandang hina lagi, bagaimana?" tanya Ibu.
"Membelikan hadiah dan pakaian calon mertua ya?" Ethan bergumam, kemudian dia mengerti. "Begitu ya, Ibu ada benarnya juga, baiklah.. ayo kita belikan apa yang mereka butuhkan!" ucap Ethan dengan senyum manisnya.
Ibu mengangguk merespon Ethan.
'Aku harus menutupnya serapat mungkin, mereka tidak akan berani membuka mulut, undangan makan malam ini juga suatu kebaikan dan kemurahan hati dariku, itu tidak boleh disia siakan, mereka saja yang tidak peka dengan situasi, seharusnya mereka bersiap siap saat menerima undanganku, Ini salah mereka, mereka yang ceroboh mereka yang bodoh..' ucapnya didalam hati.
.
.
.
Bersambung!
Cerita hanyalah karya fiktif belaka, tidak ada berkaitan dengan kisah nyata, sejarah maupun kejadian yang ada. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan latar belakangnya. Mohon maaf, itu hanyalah kebetulan saja. Sekian dan terima kasih. Enjoy for reading book!
Pada siang hari, dikediaman Keluarga Maverick.
Pelayan itu menemui Nyonya Amor, wajahnya memar. Memar karena tamparan dari Nyxoria. Nyonya Amor tidak menyangka anak itu akan berani menghinanya, maksud dari menghinanya ialah menampar pelayan yang dia percayakan padanya. 'Anak itu menunjukkan sifat aslinya setelah bertunangan.' Nyonya Amor kesal.
Dia sedang kesal, namun wajahnya terlihat tenang dan santai didepan pelayan itu. "Dia menamparmu? Karena apa?" tanya Nyonya Amor. "Apa?" pelayan terlihat tidak nyaman. "Ya, Nyxoria menamparmu.. Pasti ada alasan dia melakukan hal sejauh itu padamu, mengingatkan selama ini dia diam saat kamu menghinanya, jadi apa alasannya?" tanya Nyonya Amor, menghirup aroma teh yang menenangkan.
"Itu.. Jadi begini nyonya, saya hanya menggunakan nama Duke untuk memancing emosinya, Nyo-nyonya bilang.. saya harus membuatnya emosi, jadi saya pikir memancingnya dengan.." ucapnya gugup.
"Dengan nama Duke?" tanyanya, dia sedikit tertarik mendengarkan cerita pelayan itu.
"Iya Nyonya, saya terpaksa menggunakan nama Duke.. saya bilang.. akan menjadi menyedihkan kalau Duke menggenggam bunga yang layu.. Ta-tapi itu tidaklah benar Nyonya! Tuan Duke tidak menyedihkan! Begini saja nyonya, saya tidak ingin memperpanjangnya lagi, jadi tolong Nyonya Amor! tolong kirim surat protes itu pada nona Nyxoria!" ucapnya lagi.
Nyonya Amor menaikkan sebelah alisnya. Dia kembali menatap pelayan itu dengan tatapan tajam, kemudian tersenyum. "Apa karena itu, dia menamparmu?" tanya Nyonya Amor.
"I-iya Nyonya! saya tau saya salah, kali ini saya benar benar melewati batas, tapi Nyonya! sesuai dengan yang nyonya inginkan, nona Nyxoria melakukannya, dia melakukan tindakan buruk pada saya, jadi surat protes..." Plak! Suara tamparan menggema diruangan itu. "Akh!!"
"Nyonya?" pelayan itu terkejut mendapat tamparan lagi, dia tak bergerak sama sekali.
"Pelayan rendahan, Asal kau tau saja ya.. menghina Tuan Duke, sama saja menghina aku dan berani sekali kamu memerintahku mengirim surat protes padanya? memangnya siapa kau ini? sepenting itukah dirimu?" tanya Nyonya Amor. Pelayan itu terdiam mematung.
Tamat riwayatnya bekerja di keluarga bangsawan.
Pelayan itu akan diingat sebagai pelayan terburuk. Dia akan kesulitan mendapatkan kepercayaan lagi dikota Alastar. "Nyonya!! anda tidak bisa melakukan ini pada saya! Semua perintah nyonya telah saya lakukan! Jika bukan karena saya, Nyonya juga tidak akan tau bahwa keluarga Nyxoria memiliki rahasia, Nyonya harusnya membalas kebaikanku ini, setidaknya dengan memberi saya sejumlah uang yang menjamin hidup saya!" ucap Pelayan itu. Suasana menjadi tegang.
"Rahasia ya, awalnya itu tidak penting, hanya saja.. sepertinya aku akan menggunakannya.. Terima kasih mengingatkanku, sekarang keluar!" ucapnya. Pelayan itu diseret keluar.
"Nyonya! anda tidak bisa begini pada saya! Nyonya!!" pelayan itu memberontak, dia diseret keluar dengan paksa.
Setelah pelayan itu pergi, suasananya kembali tenang dan damai. Nyonya Amor tersenyum kecil. 'Rahasia ya, awalnya itu tidak penting, hanya saja itu menjadi suatu yang penting setelah ini.' monolog Nyonya Amor dalam hatinya. Dia meminum teh itu dengan nyaman. Berpikir rencana apa lagi yang harus dia lakukan.
Rahasia tentang keluarga Nyxoria akan berguna nanti, dia akan menggunakan itu demi suatu tujuan, melihat wajah frustasi dari bangsawan rendah cukup menarik baginya. Dia ingin keluarga itu menderita dan segera sadar akan posisinya. 'Padahal masih banyak pria lain dikota Alastar, tapi mengapa harus Duke Ethan yang dia inginkan? seharusnya mereka tidak bertemu sama sekali, hingga kejadian ini tidak akan pernah terjadi..' monolog Nyonya Amor.
Nyonya Amor pernah meminta Nyxoria untuk menjauhi Ethan, namun usahanya percuma. Nyxoria wanita yang tangguh dalam menghadapi situasi didepannya.
Nyonya Amor mengakui hal itu, Nyxoria ialah wanita yang cerdas dan cerdik. 'Andai Nyxoria Graciella dari kalangan bangsawan yang sama sepertiku, pastinya akulah yang mati matian merebut dia untuk menjadi menantuku, hanya saja.. dia wanita malang yang lahir dari keluarga biasa, gelar yang mereka beli dengan uang itu, tidak menjamin mereka menjadi bangsawan sejati, entah bagaimana caranya mereka melakukan itu, tapi aku cukup yakin, uang yang harus mereka siapkan tidaklah sedikit.' monolognya.
Ingatan itu kembali. "Nyxoria, ku dengar kamu pandai menjahit pakaian, apa kamu tidak berniat untuk pergi ke kota Dinien? Mereka memerlukan design sepertimu, aku bisa membantumu." ucap Nyonya Amor.
"Kota itu cukup sempurna untukku yang sederhana, tapi untuk apa pergi jauh jauh ke sana? Kota ini juga memerlukan design sepertiku, bukankah Nyonya Amor juga senang aku disini?" tanyanya tenang, tersenyum manis sambil meneguk teh hangat itu dengan pelan.
'Nyxoria, saat meminum teh hangat saja dia terlihat anggun dan juga mempesona, dia benar benar seperti bangsawan sejati, bahkan menjawabku dengan kata kata yang tulus. Dia membentuk pertahanan yang kuat untuk menjaga diri.' Nyonya Amor kagum. Ingatan itu pun memudar dan kembali ke masa kini.
Kembali ke kediaman Keluarga Graciella. Pelayan itu kembali menemui nona Nyxoria, memohon ampun dan meminta maaf padanya. "Tolong maafkan saya! Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, anda pasti mau menerima saya kembalikan Nona Nyxoria?" pelayan itu bersujud ampun.
Nyxoria menghela nafas, memegang bagian pelipis matanya, dia merasa sedikit pusing dengan masalah itu.
'Melihat dia kembali kesini.. Nyonya Amor pastinya tidak protes dengan apa yang aku perbuat. Masalah ini akan segera selesai dengan sekali perintah, hanya saja melihat pelayan memohon seperti ini membuatku tak tega.. ' monolog Nyxoria. Memandang pelayan itu dan kembali menghela nafas, dia harus tegas.
"Sepertinya Nyonya Amor juga memecatmu, seperti dugaanku sebelumnya, tapi keputusanku sudah bulat, kamu tetap dipecat dan tidak bisa bekerja denganku lagi, sekarang pulanglah ke kampungmu." ucapnya, dia mencoba tetap tenang.
"Tidak bisa nona! saya harus bekerja dikota! Anda harusnya menerima saya kembali, hanya saya yang pantas melayani anda, hanya saya nona!" ucapnya, sikapnya masih angkuh dan tidak tau diri.
Nyxoria mencoba melangkah meninggalkannya, tapi gaunnya ditarik dan ditahan pelayan itu. "Nona! Anda tidak boleh bersikap egois seperti ini, maksud saya itu, ingatlah nona, anda juga berasal dari rakyat biasa! anda itu sama seperti saya!!" ucapnya lagi.
Nyxoria mengerutkan dahi karena heran. "Apa maksudmu?" tanyanya.
"Lihat! Ternyata anda tidak tau asal usul anda yang sebenarnya ya!" ucap pelayan itu lagi. Dia berdiri tegak berhadapan dengan Nyxoria. Wajahnya menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi, dia merapikan pakaian itu lalu berkata. "Keluarga anda.. Hanyalah rakyat biasa." ucap pelayan itu.
"Kau benar benar tidak bisa diberi hati ya!" Nyxoria terlihat emosi.
Tanpa sadar dia menarik gaunnya ke atas, mendekati pelayan itu dengan tatapan kesal dan penuh amarah, hilang wanita anggun sebelumnya, saat ini dia hanya ingin memberi pelayan itu pelajaran.
"A-apa yang nona ingin lakukan? Menampar saya lagi? I-itu hanya akan membuat nona dalam masalah!" ucap pelayan itu.
"Aku tidak akan menamparmu, tapi aku akan...!" Settt!! "Menjambak rambutmu!!!" teriaknya.
"Kyakkhh!! Sakit!! Lepaskan!" teriak Pelayan itu.
"Beraninya kau menghinaku dan keluargaku berulang kali, ku pikir kau akan menyesal dan memperbaikinya, tapi sepertinya pelayan tidak tau diri dan tidak tau malu sepertimu ini harus diberi pelajaran! Rasakan sakitnya hatiku!!" syutt Nyxoria mendorong pelayan itu hingga tersungkur.
Tak lama kemudian, ayah dan Ibu datang. "Ya ampun, ada apa ini?" tanya Ibu. Mendekati pelayan itu sambil membantunya berdiri lagi.
"Nyonya Bicana! Nona kita sudah menggila!" ucapnya lagi.
"Hush! Mulutmu!" Ibu menegurnya. "Ada apa Nyxoria? Tidak biasanya kamu begini.. Apa kamu bertengkar dengan Duke Ethan?"
"Aku tidak pernah menjadikan pertengkaranku dengan Duke ke orang lain. Usir dia dan pulangkan ke rumah kampung halamannya, aku tidak akan menerimanya lagi disini, selamanya!" tegas Nyxoria, mengangkat gaun, berjalan secepat mungkin melewati mereka.
"Nona! Nona! saya tidak mau pulang! Nona!!" panggil pelayan itu berulang kali. Ayah dan Ibu berpandangan.
"Foger.." panggil Ibu ke ayah. "Ya, aku akan coba bicara dengannya, urusan pelayan ini. Aku serahkan padamu." ucap ayah tenang, dia melangkah mencari Nyxoria. Hal yang paling nyaman baginya ialah berbicara. Ibu selalu mempercayakan ayah untuk bicara dengan Nyxoria.
Bukan karena ibu tidak mau bicara dengannya, hanya saja. Kalau Ibu yang bicara dengan Nyxoria, semuanya semakin rumit. Ibu tidak bisa merangkai kata katanya dengan baik, niat baiknya tidak tersampaikan dengan benar.
.
.
.
Bersambung!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!