NovelToon NovelToon

Istri Yang Dianggap Pembantu

Awal bertemu

Seperti biasa rumah besar yang berada di sebelah rumahku sepi sunyi, setiap pagi aku datang kesana hanya untuk membersihkan rumah yang kotor itu.

Setiap malam pemilik rumah itu mengadakan pesta minuman disana.

Aku memang pembantu disana, tapi aku juga punya harga diri tidak seperti mereka yang hanya mementingkan keasikan daripada harga diri mereka sendiri.

Mereka sering dibicarakan oleh warga disekitar daerah itu, bahkan polisi sempat datang ke rumah itu.

Mungkin karna kekacauan yang terjadi dari rumah itu membuat warga sekitar terganggu.

Setiap pagi aku harus membersihkan kekacauan yang mereka buat

Banyak kaca botol minuman mereka yang pecah.

Aku tidak tahu siapa lelaki yang memiliki rumah ini, aku tidak pernah melihatnya karna dia hanya ada di rumah saat malam hari bersama teman temannya.

Aku hanya kenal ibu dari pemilik rumah ini, tapi sayangnya dia hanya datang di hari Minggu dan sabtu. Saat malam Minggu dan malam Senin tidak ada pesta minuman. Menurutku pemilik rumah itu takut dengan ibunya hehe

Hari ini ibu pemilik rumah ini akan datang, aku dengar dengar dia akan menjodohkan pemilik rumah ini.

Aku senang kalau lelaki itu menikah, jadi tidak akan ada lagi pesta seperti itu dan pekerjaan ku lumayan ringan.

_____________________________

"Akhirnya beres juga bersihin rumah ini " Kata Dinda dengan lega karena semua pekerjaan telah selesai, jadi Dinda bisa pergi ke acara nikah temannya.

Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu dengan keras tapi tak biasanya orang datang kesini pagi pagi.

"Pasti ibu pemilik rumah ini, karna biasanya sih gak ada orang yang datang pagi pagi kecuali ibu dari pemilik rumah ini, apalagi anaknya gak mungkin datang pagi dia kan sok sibuk" Pikir Dinda dalam hati sambil bergegas untuk membuka pintu.

"Iya sebentar bu " Kata Dinda yang berlari untuk membuka pintu dan yakin kalau itu adalah ibu Rina pemilik Rumah ini.

Dinda pun membuka pintu tersebut, dan terlihatlah seorang lelaki tampan dan ternyata yang datang bukan ibu Rina melainkan seorang lelaki yang Dinda tidak kenal.

"Maaf mas, siapa ya? apa temennya mas Dimas? maaf ya mas, mas Dimas lagi pergi kalau mas mau ketemu pas malem aja biasanya mas Dimas itu gak pernah Dateng pagi pagi gini " Kata Dinda sambil melihat lihat lelaki yang datang ke rumah ini.

Dimas itu nama anak dari ibu Rina yaa!

Pria tersebut langsung masuk tanpa mempedulikan perkataan Dinda, Pria itu duduk di sofa ruang tamu tanpa permisi dan terlihat santai santai saja duduk di rumah orang.

"Gak sopan banget sih tuh cowo ternyata ganteng tapi sombong, jangan jangan itu maling kali ya " Pikir Dinda dalam hati sambil berjalan menghampiri Lelaki itu.

Dinda pun sekarang sudah di depan pria itu untuk menanyakan siapa dia.

"Mas sebenarnya siapa ya, apa jangan jangan maling ?" Kata Dinda dengan bingung tapi tetap waspada.

"Bikinin saya kopi ! "Kata Pria tersebut.

"Iya mas nanti saya bikin, tapi mas siapa ya, kan saya ini disuruh jaga rumah ini jadi saya harus tau orang yang masuk rumah ini siapa" Kata Dinda yang masih bingung.

"Gue mau kopinya dibikin sekarang bukan nanti " Kata Pria itu kepada Dinda dengan suara yang seram.

"Yaudah tunggu sebentar deh " Jawab Dinda karena takut.

Dinda langsung berjalan menuju dapur, dengan wajah kesal karena pria tersebut dan berpikir untuk menelepon polisi tapi tak bawa hp karna hpnya di cas dirumahnya.

Dinda pun pasrah dan membuatkannya kopi

Tak lama kemudian Dinda datang kembali ke tempat pria itu duduk, disamping pria itu ada ibu Rina.

"Ibu kenal sama laki laki yang disebelah ibu itu? " Tanya Dinda sambil meletakkan kopi di meja dekat sofa untuk lelaki itu.

"Lah, kamu gak kenal Din? " Jawab Rina yang makin membuat Dinda bingung

"Enggak bu " ucap Dinda yang melihat kembali pria itu.

"Makanya Dimas, kamu itu jangan cuma main sama temen kamu yang gak jelas itu, sekali kali kamu dirumah dong, masa Dinda aja gak kenal sama kamu " Kata Rina memberi nasehat kepada Dimas.

"Iya mah maaf deh, lagian kan cuman pembantu " Kata Dimas.

"Dimas! Jaga omongan kamu " Ucap Ibu Rina kesal.

"oh.. jadi itu anaknya ibu? " Tanya Dinda dengan tegang karna kelakuannya tadi ke Dimas yang menyangka kalau dia itu maling.

"Iya Din " jawab Rina.

"Maaf ya mas Dimas, tadi saya kira temennya mas Dimas atau maling, eh...ternyata mas Dimas yang punya rumah ini " Ucap Dinda dengan tegang takut dipecat nantinya.

"Udahlah mah, pecat aja itu! masa gak kenal sama majikan sendiri " Kata Dimas dengan wajah santai tanpa memperdulikan Dinda yang minta maaf.

"Ini tuh gara gara kamu jarang di rumah, makanya Dinda gak kenal sama kamu " Kata Rina geram dengan anaknya itu.

"Iya deh maaf, terserah mamah aja " Kata Dimas sambil memasang wajah cemberut dan sekali kali menatap Dinda dengan tampang yang marah.

"Din nanti malam kamu siapin makan malam ya, ibu mau ngomong sesuatu sama kalian berdua, jadi Dimas juga harus ikut makan malam " Ujar ibu Rina.

"Tapi kan Dinda cuman sampai siang aja kerjanya bu " Kata Dinda dengan ragu ragu takut nanti malah dimarahi ibu Rina.

"Hari ini aja deh kamu sampai malam kerjanya, nanti ibu kasih bonus deh " Kata Rina memohon.

"Dinda masalahnya ada acara sama temen Dinda" Kata Dinda yang memang sedari tadi sudah berniat pulang untuk bersiap siap.

"Pliss, kali ini aja Din " Kata Rina memohon.

"Yaudah bu " Jawab Dinda pasrah.

Malam pun tiba, Dinda sudah mempersiapkan makanannya di meja, tak lama kemudian Dimas dan ibunya yaitu Rina datang dan langsung duduk. di kursinya masing masing.

"Wangi banget masakan Dinda, iya kan Dimas?" ujar ibu Rina yang mencium aroma masakan Dinda.

"Biasa aja tuh, lagian belum tentu enak mungkin cuma aroma aja yang enak tapi rasanya kaga" Jawab Dimas.

"Eh kamu ini Dimas, kalo ngomong dijaga Dimas, kalo gitu langsung makan aja ya " Kata Rina mengajak mereka makan.

"Iya Bu" Kata Dinda.

Mereka pun mulai makan, disaat makan hanya ada suara sendok dan piring yang bersentuhan

selesai makan pun Dinda mengambil puding yang ada di kulkas untuk dimakan.

"Ini ada puding, tadi Dinda bikin buat makanan penutupnya" ucap Dinda untuk memecahkan keheningan.

"Wah, enak nih kayaknya" Kata Rina sambil mengambil satu puding yang sudah dipotong potong oleh Dinda.

"Sebenernya ibu mau bicara sama kalian berdua" Kata Rina yang akan melahap puding.

"Mau bicara apa bu" Tanya Dinda.

"Ibu mau menjodohkan kalian berdua" Kata Rina sambil menatap Dinda dan Dimas bergantian.

Dimas yang sedang memakan puding langsung memuntahkan pudingnya

Sedangkan Dinda hanya diam tidak berbicara apa apa.

"kalian mau kan?" Tanya Rina memohon.

"Ibu yang bener aja, aku gak mungkin nikah sama pembantu kayak dia" Kata Dimas yang langsung berdiri dan pergi ke kamarnya.

"Kalau kamu Din gimana, Dimas pasti mau kok nanti kalau dibujuk" Ujar Rina.

"Ma..maaf bu, Dinda gak bisa, Dinda gak cinta sama Dimas bahkan Dinda gak kenal" Kata Dinda yang langsung membersihkan meja makan.

"Dinda gak apa apa kalo sampai dipecat,asalkan Dinda gak nikah sama dia " Kata Dinda yang akan pergi ke dapur untuk mencuci piring piring kotor tadi.

Rina hanya diam di tempat duduk, tak lama kemudian Rina pergi ke kamarnya untuk berfikir bagaimana caranya.

Dinda pun selesai mencuci semua piring dan merapihkan meja, Dinda pun segera pergi ke rumahnya agar tidak berbicara tentang perjodohan itu lagi.

Mengundurkan diri

keesokan harinya

Dinda bangun dari subuh untuk menyiapkan kopernya, sebenarnya Dinda sudah betah kerja disana namun setelah tau pemilik rumahnya seperti itu dia ingin mengundurkan diri, apalagi dengan perjodohan yang tak jelas itu.

"Pokoknya aku gak mau kerja ditempat ini lagi, mending aku cari tempat kerja lain aja daripada terkekang disini" Pikir Dinda dalam hati.

Aku pun mengecek kembali semua barang agar tidak melewatkan beberapa barang lagi, setelah itu aku berjalan ke arah pintu untuk pergi tetapi saat kubuka pintu tiba tiba di hadapanku ada pria itu lagi yang hanya membuatku muak masih untung dia anak Bu Rina kalau bukan udah aku ejek tuh.

"Ngapain kesini hah" Tanya Dinda.

"Inikan rumah saya yang beli, jadi terserah saya dong jangan mentang mentang kamu tinggal disini kamu berhak ngatur rumah ini" Jawab Dimas.

"Yaudahlah terserah kamu lagian saya mau pergi dari rumah ini" Kata Dinda sambil berjalan melewati Dimas sambil menarik kopernya.

"Kamu mau kemana, saya kan belum pecat kamu!?" Tanya Dimas yang berbalik dan melihat ke arah Dinda.

"Oh iya,saya lupa bilang,saya mau mengundurkan diri, semenjak saya ketemu anda saya jadi gak betah lagi kerja disini" Kata Dinda yang melanjutkan jalannya.

"Ibu kecelakaan,dia manggil manggil lu terus, kalau gue malah seneng kalo lu pergi tapi jangan sampe lu nyesel! sekarang mending lu jenguk ibu gue untuk terakhir kalinya" Ujar Dimas sambil berjalan ke arah Dinda dan mendekat.

"Serius?" Tanya Dinda yang berhenti berjalan karna mendengar ibu Rina kecelakaan, Dinda memang benci dengan Dimas tapi ibu Rina sangat baik dengannya jadi tak ada salahnya menjenguk ibu Rina.

"Iya...lagian ngapain gue bohong, gak ada gunanya bohong sama lu" Ucap Dimas yang memutar bola matanya.

"Kalau gitu, aku mau kesana lagian gak ada lagi kan yang mau diomongin sama kamu" Ujar Dinda yang sebenernya kesal dengan kata kata Dimas tadi tapi menahan amarahnya karena mendengar kecelakaan Ibu Rina dan tak ingin lama lama berbicara dengannya.

"Oke terserah lu kalau gitu gue antar lu aja biar kaga lama kan mana ada angkutan yang mau antar orang bau kayak lu"-Kata Dimas yang mengejek dan makin membuat amarah Dinda bangkit lagi.

"diem Lo! gue gak perlu di anter sama orang belagu kayak lu, gak guna" Ucap Dinda yang tak tahan dengan omongan Dimas.

"okay...kalau lu gak mau gue anter juga gak apa apa, biarin aja lu kesasar ke rumah sakit lain...emangnya lu tau alamat rumah sakitnya dimana?" Jawab Dimas sambil tersenyum licik.

"lu tinggal kasih tau gue dimana alamatnya!?" Kata Dinda yang kini makin kesal dengan Dimas.

"Gue bakal kasih tau kalau lu naik mobil gue dulu" Jawab Dimas yang kembali dengan senyum liciknya.

"dasar orang aneh" Kata Dinda yang terpaksa ikut Dimas ke mobilnya.

Mereka pun segera berangkat ke rumah sakit tempat dirawat Ibu Rina.

Akhirnya mereka sampai dalam waktu sekitar 45 menit Setelah sampai di rumah sakit mereka masuk ke ruangan ibu Rina.

~Di ruang rawat Bu Rina....

"Bu Rina kok bisa kecelakaan bu"-kata Dinda yang baru saja masuk dan berlari ke ranjang Bu Rina.

"Ibu ngatuk di jalan hehe...ibu kemarin malam pulang karna males di rumah Dimas doang jadi ibu nyetir mobil sendiri jadinya ibu kecelakaan tapi kayaknya ibu gak bisa hidup lama lagi, ibu kayaknya bentar lagi bakal gak ada lagi nemenin Dimas"-Kata Rina sambil menangis.

"Ibu gak boleh gitu bu...kan Dinda sekarang akan ada di samping ibu dan Dinda juga udah anggap ibu Rina kayak ibu Dinda sendiri jadi Dinda pasti jaga ibu sampai sembuh" Kata Dinda yang berusaha memberi semangat pada ibu Rina.

"Dinda, ibu ini udah kena penyakit gula kering ditambah kecelakaan ini pasti..ibu gak akan lama lagi ibu minta kalo misalnya ibu meninggal kamu harus jagain Dimas, Dimas kamu juga harus menikahi Dinda,karena cuma Dinda yang tepat buat kamu nak" Kata Rina yang memohon tentang perjodohan itu lagi.

"Tapi aku gak mau mah, aku udah punya pasangan kok lagian pasangan aku juga mau menikah sama aku Bu, kenapa harus sama dia" Ucap Dimas yang heran kenapa ibunya begitu terobsesi ingin Dimas menikah dengan Dinda.

"mamah cuma mau Dinda yang jadi istri kamu Dimas, cuma Dinda yang bisa bikin kamu sadar kalau harta itu bukan segalanya" Kata Ibu Rina yang akhirnya batuk batuk.

"eh, bentar ya Dinda ambil minum" Dinda pun mengambil air minum dari meja di ruangan itu dan diberi ke Ibu Rina.

"Terserah mamah aja deh, aku tetap gak bakalan mau menikah sama pembantu itu Bu" Kata Dimas kesal dengan sikap ibunya itu.

"Kalo gitu, mamah gak bakal kasih sedikit pun harta mamah ke kamu kecuali kamu menikah dengan Dinda" Kata Ibu Rina yang tetap teguh dengan pilihan jodohnya.

"Kok mamah jadi begini sih, aku ini anak mamah kan!? bukan Dinda yang anak mamah kan, aku gak kenal sama dia dan aku gak cinta mah, aku bahkan gak sudi punya istri pembantu kayak dia, dia itu nantinya cuma bakal malu maluin keluarga kita aja mah" Kata Dimas yang mencoba membujuk agak tidak dijodohkan dengan Dinda lagi.

"Siapa juga yang mau nikah sama orang yang bisanya cuma menghina doang kayak kamu!? aku memang pembantu dan aku orang miskin, tapi sebenarnya aku juga gak mau jadi pembantu dan aku gak bisa memilih lahir dari orang tua yang kaya atau miskin, sedangkan kamu beruntung terlahir dari orang kaya,tapi kasian kamu gak punya etika saat berbicara !" Ucap Dimas yang tak tahan lagi dengan semua omongan Dimas yang membahas kalau aku ini pembantu.

"Bu, saya pamit ya..semoga ibu cepet sembuh" kata Dinda yang berusaha mengontrol emosinya.

Dinda pun segera keluar dari ruang Rumah sakit itu dan pergi

"Dasar baperan, masa cuma dibilang segitu aja udah marah huh" Ujar Dimas.

"Apa yang dibilang Dinda itu bener Dimas, kamu memang gak punya etika kalau ngomong" Kata Rina dengan tegas kepada Dimas.

Dimas hanya terdiam kesal dan duduk di sofa, sedangkan Dinda sudah pergi entah kemana.

Tak lama kemudian ibu Rina berbicara.

"Mamah tau kalau kamu gak suka sama Dinda, tapi cinta itu akan tumbuh pada saatnya Dimas danPacar yang kamu bilang itu Laura bukan" Kata Rina yang melembut untuk tidak emosi lagi.

"Cinta juga gak bisa dipaksain bu, dan yang tentang pacar aku itu sebenarnya Laura" Kata Dimas.

"Apa kamu masih mau menerima wanita yang sering dibayar om om" Kata Rina dengan penuh amarah.

"Mamah jangan asal ngomong dong, Laura itu gak pernah mau dibayar om om, atau mamah terhasut sama pembantu itu?" Ujar Dimas yang berdiri dari tempat duduknya.

"Lunar gak kasih tau kamu Dimas?" Kata Rina.

Lunar itu orang kepercayaan Dimas yaa

"Kasih tau apa" Tanya Dimas bingung.

Ibu Rina pun meminta tolong kepada Dimas untuk mengambil hpnya, Setelah itu Rina langsung membuka galeri dan membuka vidio, hp itu pun diberikan ke Dimas.

Dimas pun melihat Vidio itu, setelah selesai melihat Vidio itu dimas berjalan ke arah pintu dengan penuh emosi untuk segera pergi.

"Tunggu sebentar" Kata Rina.

"Ada apa lagi mah?" Tanya Dimas.

"Kamu tolong cariin Dinda juga ya, bujuk dia juga" Jawab Rina.

"Iya,kalo inget nanti" Kata Dimas yang langsung keluar tanpa berbicara lagi.

Dimas pun pergi dari rumah sakit itu untuk mencari Laura, hp ibu Rina pun dibawa Dimas karena ingin menunjukkan vidio itu ke Laura.

Tak dapat tempat tinggal

Dimas pun sampai dirumah Laura, langsung lah dia mengetuk pintu rumah Laura dan ingin mendengar penjelasan dari Laura.

Tok tok tok (bunyi ketukan pintu)

"Iya tunggu bentar" Terdengar suara pembantu Laura

Pembantu itu pun segera membuka pintunya

"Laura ada gak, saya mau ketemu bentar" kata Dimas yang terburu buru.

"non Laura lagi gak ada mas, katanya mau ke kafe sebentar, tapi saya gak tau kafenya dimana" Kata pembantu tersebut.

"beneran gak tau?" Tanya Dimas kembali karena kurang percaya.

"iya mas, saya gak bohong kok" Jawab pembantu itu.

"okay..makasih" kata Dimas yang kembali ke mobilnya

Dimas pun sudahmencari cari di setiap kafe yang ada di dekat rumahnya tapi tidak ada Laura disana, Dimas pun tetap mencari ke kafe lainnya.

Sampailah Dimas di kafe yang jauh dari rumah Laura dan kafe itu seperti tertutup

Dimas pun melihat lihat ke dalam kafe dan menemukan Laura bersama Pria tua, bahkan pria itu sedang memakaikan kalung ke leher Laura.

Dimas pun berjalan ke arah tempat yang duduki Laura dengan pria tua itu.

"Laura,kamu ngapain disini, trus itu siapa" Tanya Dimas sambil melihat kearah pria tua itu.

"Dimas, kok kamu bisa kesini" tanya Laura balik sambil memasang wajah cemas.

"Kita putus" Kata Dimas yang langsung pergi tanpa mendengar perkataan Laura lagi.

Laura mengejar dan memanggil Dimas,tapi Dimas langsung menutup pintu mobilnya dan pergi.

_________________________________

~Di sisi lain Dinda

Kini Dinda berjalan di sekitar jalanan untuk mencari kontrakan untuk tempat dia tinggal sementara.

Tak lama kemudian Dinda melihat di sebrang ada tulisan rumah ini di kontrakan dan terlihat rumah itu cukup bagus.

Dinda pun menyebrang untuk melihat kontrakan itu.

Tetapi saat di tengah jalan ada mobil yang datang sangat cepat yang terlihat akan menabrak Dinda, bahkan Dinda tak sadar kalau mobil itu akan menabraknya.

Tiba tiba ada orang yang mendorong Dinda agar tidak ditabrak, orang yang menolong itu dan Dinda pun jatuh di pinggir jalan.

"Kamu?" Kata Dinda sambil melihat orang yang menolongnya dalam keadaan kaget sekaligus syok karena kejadian tadi.

"Lu kalo mau nyebrang liat kanan kiri dulu dong jadinya gue yang kena kan, punya mata gak sih" Kata Dimas dengan wajah marah dan berusaha berdiri.

"Lagian saya gak minta tolong sama kamu, kalo gak iklas nolongin gak usah nolongin saya dong" Kata Dinda yang langsung berdiri sambil menjulurkan tangannya ke Dimas untuk membantunya berdiri.

"Gak usah bantuin gue" Kata Dimas yang akhirnya bisa berdiri sendiri.

"Saya mau sebagai ganti luka kaki saya, lu nikah sama gue" Kata Dimas yang berjalan mendekati Dinda.

seketika pun Dinda terasa jantungnya berdetak kencang.

"Kamu udah gila apa gimana sih, saya gak mau ya nikah sama kamu tau" Ucap Dinda.

"Bisa jadi tadi kamu mati kalau gak ditolong sama saya lho" Ujar Dimas.

"Saya mending mati daripada nikah sama orang kayak anda" Kata Dinda dengan raut wajah kesal.

"Tapi mau gimana lagi, lu sih gak bilang kalau lu mau mati daripada nikah sama gue"-Kata Dimas dengan senyum liciknya itu.

"Udahlah, saya gak ngerti mau ngomong gimana sama anda" Kata Dinda yang berbalik untuk berjalan kembali.

Tetapi Dimas menarik tangan Dinda dengan kuat hingga Dinda berhenti berjalan dan berbalik menghadap Dimas

"Ih.. sakit tau, lepasin tangan saya" kata Dinda yang berusaha melepas tangan Dimas.

"Kalau kamu menolak permintaan gue, gue bakal bikin hidup lu sengsara, karna gak akan ada yang mau menerima lu kerja dimana pun dan bisa aja gur bikin lu gak punya tempat tinggal" Kata Dimas dengan wajah yang serius.

"Udah ngomongnya? lepasin tangan gue kalau lu udah selesai ngomong" Kata Dinda.

Dimas pun kini membiarkan Dinda pergi.

"Gara gara si Dimas, gw jadinya gak bisa liat kontrakan yang di sebrang itu tadi, padahal kayaknya rumah tadi bagus" Pikir Dinda

Tak lama kemudian ada kontrakan yang Dinda temukan, Dinda pun mencari tahu pemilik rumah itu dan Dinda pun bertemu dengan pemilik rumah tersebut.

"Bu, itu rumahnya di kontrakan ya" Tanya Dinda.

"Hm...maaf mba, kontrakannya udah ada yang isi" Kata pemilik rumah itu sambil melihat Foto hpnya dengan muka Dinda.

"Yaudah,makasih ya Bu" Ucap Dinda sebelum pergi

Dinda pun pergi dan mencari kembali kontrakan lain.

 

Malam pun akhirnya tiba..

Dinda sudah menanyakan beberapa kontrakan, tapi jawabnya sama seperti yang Dinda tanyakan ke pemilik kontrakan pertama.

"Apa jangan-jangan Dimas bener bener serius sama yang dibilang dia, terus malam ini aku tidur dimana,aku gak mau nikah sama Dimas"-Pikir Dinda sambil menahan air mata.

Tiba tiba Dinda mengingat rumah saudaranya yang berada di dekat tempat keberadaannya, Dinda pun pergi ke rumah saudaranya itu.

Dinda pun sampai di rumah saudaranya dan mengetuk pintunya.

tok tok tok (suara ketukan pintu)

Pemilik rumah yaitu saudara Dinda membuka pintu.

"Dinda? kamu ngapain malam malam kesini" Tanya Tante risma,

Nama Tante Dinda itu Risma

Risma tinggal sendiri, Risma dulu sudah pernah menikah tapi cerai dan anaknya dibawa suaminya..

Risma menual nasi uduk di teras rumahnya saat pagi hari, sedangkan siang Risma bekerja menjadi pelayan di restoran.

"Tante,Dinda boleh yaa tinggal sementara disini sampai Dinda dapet kontrakan,soalnya dari tadi Dinda udah cari cari tapi gak ada, Dinda gak tau lagi harus kemana" Kata Dinda memohon.

"Boleh banget dong Dinda, kamu boleh kok tinggal disini sesuka hati kamu" Jawab Tante Risma yang terlihat seperti menerima dan senang Dinda datang kesini.

"Makasih yaa Tante, pokonya tante paling the best" Kata Dinda sambil memeluk Tante Risma.

Dinda pun masuk ke rumah Tante Risma dan masuk ke kamar yang sudah disediakan Tante Risma, Rumah Tante Risma terlihat sederhana namun memiliki suasana sejuk.

Setelah selesai menyusun barang barangnya, Dinda keluar untuk membuat minuman dingin, karna dia lelah sudah berjalan begitu lama, Saat keluar kamar Dinda melihat Tante Risma sedang menonton televisi.

"Tan,Dinda mau bikin es teh boleh kan" Tanya Dinda.

"Bolehlah, es batunya juga kebetulan ada" Jawab Risma.

"Tante mau dibikinin juga gak" Tanya Dinda.

"Hm,boleh deh tapi Tante teh anget aja" Jawab Risma.

"Sip Tante" Kata Dinda yang berjalan menuju dapur.

Dinda pun membuat teh anget dan es teh.

Tak lama kemudian Dinda sudah selesai membuat minuman tehnya, Dinda pun membawa teh anget terlebih dahulu untuk diberikan ke Tante Risma.

Saat berjalan ke arah sofa yang diduduki Tante Risma, Dinda mendengar Tante Risma sedang menerima telepon.

"Kira kira Tante Risma lagi telponan sama siapa ya, mending aku ke dapur lagi aja deh, aku gak mau ngumping Tante Risma" Pikir Dinda.

Risma pun selesai menelepon, Dinda langsung datang ke Tante Risma membawa teh tersebut.

"Maaf ya tan lama, soalnya tadi aku cari cari teh celupnya susah, eh ternyata ada di kulkas" Kata Dinda sebagai alasan agar Tante Risma tidak curiga ke Dinda karna lama nunggu tehnya.

"Iya gak apa apa kok" Kata Tante Risma.

Dinda pun kembali ke dapur mengambil es teh yang dia buat tadi, Setelah itu Dinda duduk di sofa sebelah Tante Risma.

"Din,Tante mau ngomong tapi jangan marah ya" kata Tante Risma yang membuat Dinda penasaran apa yang akan dibilang tantenya.

"Ngomong aja Tante,lagian ngapain Dinda marah" Kata Dinda.

"Kamu cuma bisa tinggal disini sampai besok siang" Kata Tante Risma yang membuat Dinda kaget juga bingung.

"Kenapa Tante? apa aku ngerepotin Tante, kalau perlu aku bayar ke Tante tiap bulan juga bisa kok" Kata Dinda yang merasa tak ada salah apapun.

"Bukan begitu kok.Tante seneng kamu tinggal disini, jadi Tante gak kesepian tapi bos Tante bilang kalau kamu gak keluar dari rumah Tante besok siang,Tante bakal di pecat" Kata Tante Risma menjelaskan.

"Yaudah Tante, besok aku bakal keluar dari rumah ini buat nyari kerja sama kontrakan" Kata Dinda.

"Pasti ini semua ada hubungannya sama Dimas, masa dari tadi aku nyari kontrakan gak ada yang mau nerima, terus sekarang aku mau nginep di rumah Tante aku sendiri gak boleh, pokonya besok aku harus datengin dia" Pikir Dinda yang semakin kesal.

"Kalau gitu Dinda ke kamar dulu ya, beres beresin barang Dinda,biar besok bisa langsung pergi" Kata Dinda.

"Iya Din,maafin tante ya" Kata Tante Risma.

"Iya Tante,lagipula ini semua bukan salah Tante kok,Dinda ke kamar ya" Kata Dinda yang berjalan ke kamarnya pasrah pada hidupnya sekarang.

Dinda pun mempersiapkan barang barangnya setelah itu Dinda tidur.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!